Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA MAHASISWA

PRAKTIKUM MK DASAR ILMU TANAH


Mikoriza

Disusun Oleh
Nama : Elmi Tumorang
NIM : 205040200111150
Asisten Praktikum : Novandy Rizky Prasetya

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

1. Sebutkan peran penting mikoriza bagi tanah dan tanaman? (beri sitasi!)
Jawaban :
Menurut Mustafa et al.,(2014), mikoriza memiliki peranan bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman adalah
sebagai berikut:
a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara
b) mikoriza melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang
disebabkan oleh stress kekeringan
c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang
terkontaminasi
d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari pathogen akar
e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah
memantapkan struktur tanah.
Pernyataan tersebut selaran dengan Hadijah (2014) yang menyatakan
bahwa Peranan mikoriza pada tanah salin antara lain membantu pertumbuhan
tanaman dalam hal memperbaiki nutrisi tanaman dengan meningkatkan serapan
hara terutama fosfor, sebagai pelindung hayati dan membantu meningkatkan
resistensi tanaman terhadap kekeringan.

2. Sebutkan dan jelaskan teknik yang digunakan untuk mengisolasi mikoriza?


Jawaban:
Menurut Ansiga et al.,(2017), Teknik yang digunakan dalam
mengisolasi dengan metode tuang – saring dilanjutkan dengan metode
sentrifugasi. Menurut Samsi et al., (2017), langkah kerja dari teknik tuang
saring adalah pertama menimbang terlebih dahulu sampel tanah sebanyak 20
gram kemudian mencampurkan sampel tanah sebanyak 20 gram dengan 200 –
300 ml air dan diaduk secara merata, selanjutnya disaring dalam satu set
saringan dengan ukuran 425 µm, 212 µm, 106 dan 63 µm secara berurutan dari
atas ke bawah, selanjutnya saringan bagian atas disemprot dengan air kran
untuk memudahkan bahan saringan lolos. Bahan yang lolos pada saring bawah
dan kedua dari paling bawah selanjutnya dipindahkan ke dalam tabung
sentrifuse. Bahan kemudian disentrufugasi dengan teknik sentifugasi , hasil
saringan ditambah dengan Glukosa 60%. Tabung sentrifuse ditutup rapat dan
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya larutan
supernatan dituang ke dalam kertas saringan 0,5 mm, dibilas dengan aquades
mengalir untuk menghilangkan glukosa. Endapan yang tersisa dimasukkan ke
dalam cawan Petri dan kemudian dilakukan pengamatan spora menggunakan
mikroskop compound untuk menghitung jumlah populasi spora per sampel.
Baca keterangan berikut untuk menjawab soal 3-5!
Diambil sampel tanah dari dua jenis lahan yang berbeda, yaitu lahan A dan lahan
B. Lahan A, ditanami pohon aren dan berbagai jenis rumput liar, pH tanah 5 serta
kandungan Bahan Organik pada tanah sebesar 1,5%. Sedangkan Lahan B,
merupakan lahan budidaya tanaman jagung dengan pengolahan intensif, dengan
pH tanah 4 dan kandungan bahan organik pada tanah sebesar 0,3%. Dilakukan
analisis jumlah spora pada kedua lahan dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Lahan Jumah Spora pada
saringan
A 328
B 32

Berdasarkan hasil tersebut jawablah:


3. Mengapa jumlah spora pada kedua lahan dapat berbeda? (bandingkan jawaban
dengan literture)
Jawaban :
Jumlah spora pada suatu lahan berkaitan dengan pengolahan tanah dan
tanamana, tinggi rendahnya pH tanah dan kandungan bahan organik didalam
tanah. Jika dilakukan pengolahan secara intensif maka, penurunan Ph tanah dan
kandungan bahan organik yang rendah maka jumlah spora pada suatu lahan
tersebut akan sedikit atau rendah dan begitu sebaliknya.
Menurut Yawan et al.,(2017), Sistem pertanian intensif diketahui
meningkatkan kadar unsur hara tanah tetapi berdampak negatif terhadap
beberapa mikroba yang menguntungkan bagi tanaman. Contohnya Perbedaan
pola tanam jeruk diikuti oleh perbedaan pengelolaan tanah terutama dalam hal
jenis dan jumlah pupuk yang digunakan serta tanaman sela yang dibudidayakan.
Tanah pada pola tanam monokultur jeruk dipupuk dengan kotoran ayam
sedangkan tanah pada pola tanam tumpangsari juga dipupuk dengan NPK selain
dengan kotoran ayam. Jenis pengelolaan tanah termasuk pemupukan dan
penggunaan bahan organik tanah diketahui mempengaruhi komunitas
mikorhiza.
Menurut Samsi et al., (2017), Pengukuran kondisi dan kandungan tanah
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kepadatan jumlah
spora. Sedangkan pH tanah dapat berpengaruh langsung terhadap aktivitas
enzim yang berperan dalam perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza
terhadap pertumbuhan tanaman sehingga pada umumnya mikoriza tahan
terhadap perubahan pH tanah sehingga pada tanah alkalis ataupun sangat masam
sekalipun spora dapat ditemukan namun jumlah spora tersebut tergantung daya
adaptasi masing-masing spora untuk dapat berkembang dengan baik. Hal ini
dipertegas oleh Kurnia et al., (2019) bahwa pH optimum untuk perkembangan
fungi mikoriza berbeda-beda tergantung pada adaptasi fungi mikoriza terhadap
lingkungan.
Menurut Samsi et al., (2017), Faktor lingkungan selanjutnya C-organik
yang merupakan kandungan bahan organik dalam tanah, berperan dalam proses
mineralisasi. Kandungan C-organik pada sampel tanah semakin tinggi nilai C
organik maka jumlah spora yang ditemukan sangat sedikit (Kurnia et al.,(2019).
Hal ini diduga ketika bahan organik banyak di dalam tanah akan mempengaruhi
kelembaban tanah akibatnya proses sporulasi spora lebih rendah sehingga
jumlah spora akan rendah pula sehingga banyaknya bahan organik
mempengaruhi status kelembaban tanah karena salah satu peranan bahan
organik adalah meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air.

4. Dari perbedaan hasil tersebut, jelaskan lingkungan seperti apa yang cocok
untuk
perkembangan mikoriza? (bandingan dengan literature)
Jawaban :
Keberadaan mikoriza dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan
seperti cahaya, suhu, kandungan air tanah, pH tanah, bahan organik, serta
logam berat dan unsur lain (Sari dan Dini, 2014).
Kerapatan spora juga dipengaruhi oleh intensitas mataharoi, sesuai
dengan pernyatan Padri et al., (2015) bahwa kerapatan spora terbanyak pada
kondisi tanah terbuka sehingga tanah yang tersinari matahari langsung
menyebabkan tanah menjadi kering, kondisi tersebut akan membuat produksi
spora semakin meningkat jika kondisinya tertekan atau vegetasi sebagai inang
terganggu maka spora cenderung membentuk spora lebih banyak.
Ketersedian pH dan bahan organik tanah, menentukan perkembangan
spora. Tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi maka
menyebabkan derajat kemasaan tanah menjadi sangat tinggi, jadi hubungan
kandungan bahan organik dengan pH tanah berbanding lurus, sesuai dengan
pernyataan Sianturi et al., (2005) bahwa pada umumnya tingkat kemasaman
kisaran pH 3-5 mempunyai kemasama relatif tinggi sehingga kondisi ini
merupaka kondisi yang baik untuk perkembangan spora.

5. Setelah dilakukan isolasi terhadap spora kemudian akan dilakukan perbanyakan


mikoriza. Jelaskan jenis tanaman apa yang dapat digunakan untuk perbanyakan
isolat mikoriza!
Jawaban :
Tanaman yang digunakan untuk perbanyak isolat mikoriza adalah
Glomus, Gigaspora dan Acaulospora sesuai dengan pernyataan Setiadi dan
Susiana (2019), yang manyatakan bahwa Di antara jenis mikoriza yang
potensial dikembangkan adalah genus Glomus, Gigaspora dan Acaulospora
yang mana potensi mikoriza tersebut sebagai simbion tanaman cukup baik
sehingga perlu usaha pengembangan dan perbanyakannya secara massal. Dan
genus tersebut dapat ditemukan pada tanaman jagung, salak, tebu dan pisang.
Menurut Nuridayati et al., (2019), Hasil pengamatan jumlah spora
mikoriza Glomus sp. dan Acaulospora sp. di masing-masing jenis tanaman
(jagung manis, kacang hijau dan rumput odot) di dapatkan spora mikoriza jenis
Glomus sp., Acaulospora sp. Pada tanaman inang berturut-turut sebesar 148,
77, dan 140 spora 100 g -1 tanah. Pada keseluruhan perlakuan jumlah jenis
spora mikoriza Glomus sp. lebih tinggi dibandingkan dengan jenis spora
mikoriza Acaulospora sp. pada masing- masing jenis tanaman inang. Pada
tanaman salak terdapat genus Glomus dan Gigaspora sesuai dengan pernyataan
Diputra et al.,(2018), yang menyatakan hasil identifikasi FMA pada rizosfer
tanaman salah menunjukkan adanya 2 genus spora FMA yaitu Glomus dan
Gigaspora. Kemudian pada tanaman tebu terdapat Glomus clarum sesuai
dengan pernyataan yang menyatakan bahwa setelah diidentifika ditemukan
pada lahan tebu genus spora Glomus clarum. Dan yang terakhir adalah tanaman
pisang yang mana terdapat Glomus, Acaulospora dan Gigaspora sesuai dengan
pernyataan Sulyanti et al.,(2011), yang menyatakan bahwa isolat FMA yang
ditemukan dalam perakaran pisang setelah diidentifikasian, ditemukan 3 genus
FMA yaitu Glomus, Acaulospora dan Gigaspora.
DAFTAR PUSTAKA

Ansiga, Rifa E., A. Rumambi, D. Kaligis, I. Mansur, W. Kaunang. 2017.


Eksplorasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Rizosfir Hijauan Pakan.
Jurnal Zootek 37(1) : 167-178.
Diputra , I Made M., I Nyoman R., I Putu D. 2018. Isolasi dan Identifikasi
Endomikoriza Indigenus pada Perakaran Salak di Kabupaten Karangasem
dan Perbanyakannya. Jurnal AGROTOP 8(1) : 56-64
Hadijah, Miranda H. 2014. Peran Mikoriza Pada Acacia auriculiformis Yang
Ditumbuhkan Pada Tanah Salin. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan
(agrikan UMMU-Ternate) 7(1) : 36-43.
Kurnia, Gusmiati, Siti H.L. 2019. Identifikasi Dan Karakterisasi Mikoriza Pada
Tegakan Nyatoh (Palaquium Sp.). Jurnal Perennial 15(1) : 51-57.
Mustafa A., Nevy D.H., Iskandar S. 2014. Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat
Mikoriza Arbuskula Pada Tanah Ultisol Terhadap Produktivitas Tanaman
Leguminosa. Jurnal Peternakan Integratif 3(2) : 84-95.
Nurdiyati S. S., Budi P., Syahrul K. 2019. Perbanyakan Berbagai Jenis Mikoriza
Arbuskula Di berbagai Jenis Tanaman Inang. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan 6(2): 1375-1385.
Padri, Muhammad H., Burhanuddin, Ratna H. 2015. Keberadaan Fungi Mikoriza
Arbuskula Pada Jabon Putih Dilahan Gambut. Jurnal Hutan Lestari 3(3) :
401- 410.
Samsi , Nur., Y. S. Pata’dungan, Abd R.T. 2017. Isolasi Dan Identifikasi
Morfologi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Daerah Perakaran Beberapa
Tanaman Hortikultura Di Lahan Pertanian Desa Sidera. Jurnal Agrotekbis
5(2) : 204-211.
Sari, Rizky R dan Dini Ermavitalini. 2014. Identifikasi Mikoriza Dari Lahan Desa
Cabbiya, Pulau Poteran, Sumenep Madura. Jurnal Sains dan Seni Pomits
3(2) : 67-70.
Setiadi, Ahmad Arfi dan Susiana Purwantisari. 2019. Viabilitas dan Jumlah
Produk Mikoriza Kelompok Tani Ngudi Makmur di Desa Kataan
Kecamatan Ngadirejo Temanggung. Jurnal Biologi Tropika 2(2) : 80 – 84.
Sianturi , Friska., Riza Linda, Siti Khotimah. 2005. Kepadatan Spora Jamur
Mikoriza Vesikular Arbuskular Pada Tiga Tingkat Kematangan Gambut
Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang Kabupaten Kubu Raya.
Jurnal Protobiont 4(2) :96-102.
Sulyati, Eri.,. Trimurti H., Eti F.H., Nasril N., Abdi D. 2011. Penapisan Isolat
Fungi Mikoriza Arbuskular Indigenus Rizosfir Pisang Sebagai Induser
Ketahanan Tanaman Pisang Cavendish Terhadap Layu Fusarium (Fusarium
oxysporum f.sp. cubense). Jurnal Agrotropika 16(1): 14-20.
Yawan, Charles .A., Anak A.I.K., I Wawan D.A. 2017. Jumlah Spora dan Genus
Endomikhoriza pada Tanah Monokultur dan Tumpangsari Jeruk Siam
(Citrus nobilis Tan.) dengan Tanaman Sayuran di Desa Sekaan Kecamatan
Kintamani. Jurnal AGROTROP 7(1) : 31-41.

Anda mungkin juga menyukai