DASAR ILMU TANAH “MIKORIZA” 1. Peran Mikoriza bagi tanah dan tanaman: (Kafid et al, 2015) Penurunan pH tanah dapat disebabkan oleh kemampuan mikoriza dalam menghasilkan asam organik dan dapat meningkatkan populasi mikroorganisme lain di dalam tanah Mikoriza menambahkan karbon organik dari tanaman inang dan dari produksi glicoprotein atau glomalin yang relatif tahan terhadap dekomposisi sehingga senyawa ini dapat berfungsi sebagai sumber karbon dan pemantap agregat. Akar yang terinfeksi mikoriza mampu menigkatkan penyerapan NH4+ dan NO3-, sedangkan MA (Mikoriza Arbuskula) dapat meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi kekurangan air melalui peningkatan penyerapan hara, transpirasi daun dan efisiensi penggunaan air. Keadaan itu menunjukkan bahwa fotosintesis tanaman meningkat dan fotosintat lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan pupus. Kemampuan MA tersebut dapat dijadikan alat biologis untuk mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik. Semakin tinggi derajat infeksi mikoriza dapat mengindikasi semakin aktif mikoriza tersebut menginfeksi akar dan memperluas daerah serapan akar terhadap air dan unsur hara. 2. Isolasi spora FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) menggunakan metode kombinasi antara teknik tuang saring basah dan teknik sentrifugasi. Prosedur kerja teknik penyaringan basah adalah mencampurkan tanah sampel sebanyak 10 g dengan 100 ml air dan diaduk merata selama 8 menit dan didiamkan selama 4 menit agar partikel-partikel besar mengendap. Selanjutnya dituang ke atas saringan teh yang dibawahnya diletakkan satu set saringan dengan ukuran 250μm, 125μm dan 63μm secara berurutan dari atas ke bawah. Dari saringan bagian atas disemprot dengan air menggunakan labu semprot untuk memudahkan bahan saringan lolos. Kemudian saringan paling atas dilepas dan saringan kedua kembali disemprot dengan air. Tanah yang tersisa pada saringan 250 μm, 125 μm dan 63 μm dipindahkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan aquades sebanyak 25 ml dan disentrifugasi dengan kecepatan 3500 RPM selama 4 menit. Supernatan yang terbentuk dituang pada kertas saring yang ada didalam corong plastik dan dibawahnya diletakkan gelas plastik untuk menanpung air sisa saringan, selanjutnya kertas saring tersebut dipindahkan kedalam cawan petri kemudian mengamati spora mikoriza yang terdapat pada kertas saring tersebut dengan menggunakan mikroskop. (Samsi et al, 2017) 3. Sebaran mikoriza dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kondisi fisik dan kimia tanah.Tanah mempunyai populasi spora FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) yang tinggi apabila kerapatan sporanya adalah 20 per g tanah (200 per 10 g tanah). Tingginya jumlah spora pada sampel tanah yang ditanami pohon aren dan berbagai jenis rumput liar disebabkan kondisi lingkungan yang lebih sesuai, optimal, dan kompatibel dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan spora seperti Kadar air tanah dan kandungan P total dalam tanah untuk perkembangan FMA. pH tanah dapat berpengaruh langsung terhadap aktivitas enzim yang berperan dalam perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Faktor lingkungan selanjutnya yang berpengaruh terhadap jumlah spora adalah C-organik. C-organik merupakan kandungan bahan organik dalam tanah, berperan dalam proses mineralisasi (Samsi et al, 2017). Selain itu, konservasi hutan untuk pertanian akan mengurangi keragaman jenis dan jumlah CMA karena jenis tanaman, unsur hara yang tersedia, dan kandungan bahan organik tanah telah berubah. Praktek pertanian seperti pengolahan tanah, ameliorasi bahan organik, pemupukan, dan penggunaan pestisida sangat berpengaruh terhadap keberadaan CMA. Pengolahan tanah yang intensif akan merusak jaringan hifa eksternal, sebaliknya pengolahan tanah minimal akan meningkatkan populasi CMA. Sistem tumpang sari atau pergiliran tanaman juga dapat meningkatkan populasi CMA. (Musfal, 2010) 1. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskula). Lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman biasanya juga cocok untuk perkembangan spora CMA. Cendawan ini dapat hidup dalam tanah yang berdrainase baik hingga yang tergenang seperti lahan sawah. CMA banyak dijumpai pada tanah dengan kadar mineral tinggi, baik pada hutan primer, hutan sekunder, kebun, padang alang-alang, pantai dengan salinitas tinggi, dan lahan gambut. Karena lingkungan hidup CMA yang sangat luas, CMA sering dijadikan dasar dalam upaya bioremediasi lahan kritis. (Musfal, 2010) 2. Ekosistem alami CMA di daerah tropis dicirikan oleh keanekaragaman spesies yang sangat tinggi, khususnya dari jenis ektomikoriza. CMA yang banyak ditemukan berasal dari genus Acaulospora dan Glomus. Hutan alami dengan beragam umur tanaman dan jenisnya sangat mendukung pertumbuhan CMA (Musfal, 2010). Jadi tanaman yang dapat digunakan untuk perbanyakan isolat mikoriza adalah tanaman jagung dan bawang. DAFTAR PUSTAKA Kafid, Mohammad et al. 2015. Peran Mikoriza Arbuskula dan Bakteri Pseudomonas fluorescens dalam Meningkatkan Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Andisol. Malang: Universitas Brawijaya. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 2 No 2. Samsi, Nur et al. 2017. Isolasi dan Identifikasi Morfologi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula pada Daerah Perakaran Beberapa Tanaman Hortikultura di Lahan Pertanian Desa Sidera. Palu: Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. e-J Agrotekbis 5 (2): 204-211. Musfal. 2010. Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Medan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Jurnal Litbang Pertanian 29 (4).