Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Mikoriza dan Amelioran terhadap Pertumbuhan Benih Kopi

(Usman Daras, Octivia Trisilawati, dan Iing Sobari)

PENGARUH MIKORIZA DAN AMELIORAN TERHADAP


PERTUMBUHAN BENIH KOPI

EFFECTS OF MYCORRHIZAS FUNGI AND AMELIORANTS ON


THE GROWTH OF COFFEE SEEDLINGS

*
Usman Daras1), Octivia Trisilawati2), dan Iing Sobari1)
1)
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi 43357 Indonesia
2)
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Jalan Tentara Pelajar No 1, Bogor 16111 Indonesia
*
usman_daras@yahoo.com

(Tanggal diterima: 24 Maret 2013, direvisi: 14 April 2013, disetujui terbit: 30 Juni 2013)

ABSTRAK

Tanah yang telah ditanami tanaman kopi seringkali tidak mampu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan secara memadai untuk
kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, penggunaan pupuk anorganik dan organik sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi. Selain pupuk organik dan anorganik, beberapa pupuk hayati yang diformulasikan dari mikroba tanah
non patogen seperti jamur mikoriza juga telah digunakan untuk tujuan pengembangan pertanian. Tujuan penelitian adalah
menganalisis pengaruh mikoriza dan amelioran terhadap pertumbuhan benih kopi. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Sukabumi pada bulan Februari-Desember 2012. Rancangan penelitian adalah acak
kelompok faktorial dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor-faktor yang diuji adalah penggunaan mikoriza (tanpa mikoriza, mikoriza dari
rizosfer kopi, dan mikoriza dari rizosfer jambu mete) dan amelioran (tanpa amelioran, kompos, kapur, dan kapur dicampur kompos).
Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan bobot kering daun, batang, dan akar, serta tingkat
infeksi mikoriza pada akar kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan inokulum mikoriza, baik yang berasal dari rizosfer
tanaman kopi maupun jambu mete mampu memperbaiki pertumbuhan benih kopi. Mikoriza yang berasal dari rizosfer kopi
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan yang berasal dari rizosfer jambu mete, sedangkan penggunaan amelioran maupun
kombinasinya tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan benih kopi.

Kata Kunci: Mikoriza, benih kopi, amelioran, pertumbuhan

ABSTRACT

It is often the soil on which coffee is grown is not able to supply all nutrients needed by plant adequately for its life cycle. Hence, both inorganic and
organic fertilizers are used to meet nutrient requirement. In addition to organic and inorganic fertilizers, some biofertilizers formulated from
nonpathogenic soil microbes such as mycorrhizas fungi has been developed for agricultural purposes. The objective of this study was to analyze the
effects of mycorrhizas fungi and ameliorants on the growth of Robusta coffee seedlings. The study was carried out at a green house of Indonesian
Industrial and Beverage Crops Research Institute, Sukabumi from April to December 2012. Two factors examined were: (1) the use of mycorrhizal
fungus (without mycorrhizas, added mycorrhizas fungi isolated from coffee plant rhizosphere, and those from cashew trees rhizosphere), and (2)
ameliorant application (without ameliorant, compost, lime, and mixed lime with compost). The factors were arranged in a randomized complete block
design with 3 replicates and plot size of 16 plants. Variables observed are plant height, diameter of girth, number of leaves, dry weight of leaves,
stem, roots, and infection level of mycorrhizas in coffee roots. The result showed that the mycorrhizas fungus (arised from coffee or cashew rhizosphere)
significantly affect on the growth of coffee seedlings. The coffee seedlings treated with mycorrhizas fungi isolated from coffee rhizosphere was better
than those of cashew rhizosphere. Whereas, the ameliorant and their combinations not significantly affect on the growth of coffee seedling.

Keywords: Mycorrhizas fungi, coffee seedlings, ameliorant, growth

145
Buletin RISTRI 4 (2): 145-156
Juli, 2013

PENDAHULUAN lain adalah meningkatkan ketersedian unsur hara P


(Andrade et al., 2009; Brundrett, 2009; Bücking et
Produktivitas kopi Indonesia, terutama al., 2012;), N, Ca, Mg, Fe, Mn, Zn dan Cu (Clark
kopi rakyat tergolong masih rendah. Banyak faktor dan Zeto, 2000; Leake et al., 2004; Simard dan
yang diperkirakan menjadi penyebabnya, termasuk Durall, 2004; Hart dan Trevors, 2005). Beberapa
kurangnya pemeliharaan tanaman. Penggunaan hasil studi melaporkan bahwa mikoriza
pupuk, khususnya pupuk kimia, jarang dilakukan berkontribusi hingga 90% dari kebutuhan hara P
petani. Kalaupun dipupuk, jumlah pupuk yang tanaman (Van der Heijden et al., 2006). Selain itu,
diberikan jauh di bawah kebutuhan tanaman asosiasi mikoriza mampu meningkatkan ketahanan
sehingga tidak memberikan dampak terhadap tanaman terhadap cekaman biotik (penyakit) dan
kenaikan hasil. Jumlah pupuk yang diberikan abiotik (kekeringan) (Auge, 2001).
mungkin sebagian besar tidak dapat dimanfaatkan Hifa mikoriza yang masif memungkinkan
tanaman. Di Lampung misalnya, tanaman kopi dapat mengeksploitasi tanah dalam volume besar
sebagian besar diusahakan pada tanah podsolik dan permukaan absorptive akar yang diperluas 100
merah kuning (ultisol), yang secara alami memiliki sampai 1000 kali (www.mycorrhizae.com). Oleh
tingkat kesuburan rendah. Tanah mineral demikian sebab itu, tanaman bermikoriza mempunyai
membutuhkan pengelolaan spesifik apabila hendak potensi besar mampu menyerap unsur hara dan air
dijadikan media tumbuh tanaman yang produktif. dari tanah lebih banyak. Mikoriza juga dilaporkan
Tanah-tanah mineral masam seperti mampu memperbaiki struktur dan agregasi tanah
podsolik, status unsur P sering menjadi kendala melalui pengaruh hifa atau eksudat glikoprotein.
produksi tanaman. Kelarutan Al dan/ Fe yang Hifa jamur memiliki kemampuan istimewa, yakni
tinggi menyebabkan P tanah sebagian besar dalam pada saat akar tanaman kesulitan menyerap air, hifa
bentuk ikatan Al-P dan atau Fe-P sulit diserap jamur mampu menyerap air dari pori-pori tanah.
tanaman (Haynes dan Mokolobate, 2001). Oleh Selain itu, jamur tersebut mampu menghasilkan
sebab itu, penggunaan amelioran seperti kapur dan antibotik untuk melawan penyakit, dan
bahan organik antara lain ditujukan untuk membentuk hormon seperti auksin, sitokinin, dan
mengurangi kelarutan Al dan Fe yang tinggi, dan giberelin, yang berfungsi sebagai perangsang
menaikan pH tanah ke kisaran ideal untuk tanaman pertumbuhan tanaman.
kopi. Kondisi pH tanah ideal untuk tanaman kopi Untuk meningkatkan efektifitas dan
berkisar 5,8–6,2, tetapi di Brasil pada kisaran pH efisiensi serapan hara yang tinggi, tanaman kopi
tanah 6,0-6,5 (http://www. coffeeresearch.org/ memerlukan peran mikoriza (Rillig dan Mummey,
agriculture/soil.htm). Apabila pH tanah lebih 2006). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
rendah dari 5,5 dianjurkan dilakukan pengapuran jamur tersebut secara alami banyak ditemukan pada
untuk mengurangi potensi keracunan unsur Mn dan tanah-tanah perkebunan kopi, termasuk pada
Al (Nunez et al., 2011). Manfaat pengapuran tidak perakarannya (Muleta et al., 2007). Bahkan, kopi
hanya untuk menetralisir Mn, Al, dan Fe terlarut sering dianggap sebagai tanaman yang sangat
yang tinggi, tetapi juga penyediaan Ca (Hasanudin tergantung pada keberadaan mikoriza (Sieverding
et al., 2007; Nunez et al., 2011). dan Toro, 1986; Siqueira et al., 1998; Habte dan
Pendekatan lain adalah melalui Bittenbender, 1999). Lopes et al. (1983)
pemanfataan atau optimalisasi mikoriza, yaitu melaporkan sebanyak 22 spesies mikoriza
mikroba tanah yang banyak dijumpai di daerah ditemukan pada perakaran tanaman kopi di sentra-
perakaran (rizosfer). Menurut Verbruggen et al. sentra produksi kopi di Brasil.
(2013) mikroba tanah mempunyai potensi sangat Peran bahan organik sebagai pembenah
besar dalam usaha meningkatkan produksi dan tanah adalah memperbaiki sifat fisik tanah. Di
produktivitas tanaman input rendah. Peran samping itu, secara langsung atau tidak membantu
mikoriza telah banyak menjadi kajian ahli mengubah unsur hara yang kurang tersedia menjadi
pertanian, hortikultura bahkan kehutanan tersedia. Walaupun jumlahnya sedikit, dekomposisi
(Atkinson et al., 2002; Jeffries et al., 2003; bahan organik juga melepaskan unsur hara lain
Bonfante dan Genre, 2010). Peran utamanya antara (Baon et al., 2003). Tujuan dari penelitian ini

146
Pengaruh Mikoriza dan Amelioran terhadap Pertumbuhan Benih Kopi
(Usman Daras, Octivia Trisilawati, dan Iing Sobari)

adalah untuk menganalisis pengaruh mikoriza dan Penyegar Sukabumi dari bulan Mei sampai dengan
amelioran terhadap pertumbuhan benih kopi. Desember 2012. Isolat mikoriza yang berasal dari
dua sumber, yaitu (1) mikoriza asal tanaman kopi
rakyat di Kabupaten Lampung Utara dan (2)
BAHAN DAN METODE mikoriza asal tanaman jambu mete Lombok (NTB).
Tanaman percobaan yang digunakan adalah benih
Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu (1) kopi Robusta berumur 1,5 bulan, berasal dari
eksplorasi sumber isolat mikoriza dari beberapa Lampung dan media tumbuhnya adalah tanah
perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Lampung podsolik merah kuning (PMK) atau ultisol Jasinga.
Utara dan (2) uji keefektifan mikoriza pada Tanah PMK diambil dari lapisan tanah dengan
tanaman kopi. kedalaman 20–40 cm dari permukaan tanah.
Perlakuan yang diuji terdiri atas dua faktor.
Eksplorasi Isolat Mikoriza Tanaman Kopi Faktor pertama adalah penggunaan mikoriza,
Eksplorasi isolat arbuskular mikoriza terdiri dari 3 macam, yaitu M0 = tanpa mikoriza;
(FMA) kopi dilakukan pada bulan Maret 2012 M1 = mikoriza kopi (300 spora/pot) dan M2=
melalui survey dibeberapa perkebunan kopi rakyat mikoriza jambu mete, yaitu campuran mikoriza
di Kabupaten Lampung Utara, pada ketinggian Glomus sp1, Glomus sp2, Glomus sp3, Glomus sp4,
140-1100 m dari permukaan laut (Tabel 1). Glomus etunicatum, Gigaspora margarita, Gigaspora sp.
Contoh tanah diambil dari lapisan 0-30 cm di dan Enthrospora sp. (300 spora/pot). Faktor kedua
daerah sekitar perakaran (rizosfer) dan contoh akar adalah penggunaan amelioran (L), terdiri dari 4
tanaman kopi diambil secara acak di beberapa macam, yaitu L0 = Tanpa amelioran; L1 = pupuk
bagian akar. organik (3% C-organik), L2 = kapur (2 ton/ha),
dan L3 = pupuk organik + kapur (L1+L2).
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel mikoriza di beberapa daerah Pupuk organik yang digunakan berupa
pertanaman kopi Kabupaten Lampung Utara
Table 1. Mycorrhizal sampling sites in several coffee planting areas in kompos, sedangkan kapur dalam bentuk CaCO 3 .
North Lampung Amelioran tersebut dicampur dengan tanah yang
No. Lokasi pengambilan Ketinggian Pohon penaung telah disterilisasi dan diaduk rata, kemudian
Contoh sampel tempat (m) kopi dimasukkan ke dalam pot-pot percobaan sebanyak
A
Ds. Pulo Panggung, 140 Glirisidia, petai, 3 kg/pot. Media tanam dalam pot tersebut disiram
Kec. Abung Tinggi nangka
Ds. Simpang Sari, 800 Glirisidia,
dengan air sampai kapasitas lapang selama 2 minggu
B sebelum benih kopi ditanam.
Kec. Sumber Jaya lamtoro, nangka
C
Ds. Talang Sawah, 900 Glirisidia, Perlakuan disusun dalam rancangan acak
Kec. Way Tenong alpukat
DS. Sanyir, Kec. Way 1.100 Glirisidia,
kelompok faktorial 3 ulangan, dengan jumlah
D tanaman/plot sebanyak 6 tanaman. Dua bulan
Tenong lamtoro, legume
E
Ds. Tanjung Agung, 800 Glirisidia, setelah benih kopi ditanam, inokulum mikoriza
Kec. Batu Brak lamtoro
F Kebun AEKI Liwa 800 Lamtoro
dengan karier campuran zeolit dan tanah diberikan
di daerah perakaran. Selanjutnya, tanaman kopi
dalam pot percobaan disiram secara berkala,
Mikoriza hasil eksplorasi diperbanyak dengan frekuensi 2-3 hari sekali sampai kapasitas
dengan cara trapping sampel tanah dari rizosfer kopi lapang.
menggunakan media zeolit dan tanaman inang Parameter yang diamati secara periodik
(sorgum) di Laboratorium Balittro, Bogor selama 3 meliputi tinggi tanaman, diameter batang pada
bulan. Hasil perbanyakan ini digunakan untuk ketinggian 1,0 cm di atas tanah, jumlah daun,
penelitian di rumah kaca. bobot kering, luas daun, dan tingkat infeksi
mikoriza pada akar. Luas daun diukur dengan
Uji Keefektifan Mikoriza dan Amelioran menggunakan leaf area meter, sedangkan tingkat
pada Tanaman Kopi infeksi akar diukur berdasarkan metode pewarnaan
Uji keefektifan mikoriza dilakukan di tryphan blue dari Phillips dan Hayman (1970) dan
Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Industri dan McGonigle et al. (1990). Untuk mengetahui

147
Buletin RISTRI 4 (2): 145-156
Juli, 2013

pengaruh perlakuan terhadap parameter yang tanah dengan pH < 6,15 dan kandungan C-organik
diamati digunakan uji BNJ pada taraf 5%. < 5%. Di kebun kopi milik AEKI (lokasi F) dengan
pH tanah 6,15 dan kandungan C-organik 6,48%,
populasi mikoriza hanya 10 spora/50 g tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sementara itu, di lokasi lain dengan pH tanah dan
C-organik, masing-masing pada kisaran 4,69-6,01
Eksplorasi Isolat Mikoriza Tanaman Kopi dan 1,47-4,28%, populasi mikoriza bervariasi dari
Tingkat infeksi FMA tertinggi di lokasi A 18-40 spora/50 g tanah. Populasi mikoriza
dan terendah di lokasi C dan D (Gambar 1). terendah (10 spora/50g tanah) di kebun kopi AEKI
Populasi mikoriza yang lebih banyak pada tanah- Liwa (lokasi F) (Tabel 2).

Gambar 1. Persentase infeksi Fungi Mycorrhiza Arbuscular (FMA) dari rizosfer tanaman kopi (A= Desa Pulo
Panggung, Abung Tinggi; B= Desa Simpang Sari, Sumber Jaya; C= Desa Talang Sawah, Way Tenong;
D= Desa Sanyir, Way Tenong; E= Desa Tanjung Agung, Batu Brak; F= Kebun AEKI Liwa)
Figure 1. Percentages of Arbuscular Mycorrhiza Fungi (AMF) root infection from coffee rhizosphere (A= Pulo Panggung, Abung
Tinggi; B= Simpang Sari, Sumber Jaya; C= Talang Sawah, Way Tenong; D= Sanyir, Way Tenong; E= Tanjung
Agung, Batu Brak; F= AEKI Research Station, Liwa)

Tabel 2. Hasil analisis beberapa sifat-sifat fisiko-kimia tanah dan kandungan spora mikoriza
Table 2. Some physico-chemical properties of soil samples and its content of mycorrhiza spores
Lokasi
Jenis analisis/Kandungan mikoriza
A B C D E F
pH 4,69 5,09 5,23 5,20 6,01 6,15
C-org (%) 1,47 2,08 2,77 3,47 4,28 6,48
N-Total (%) 0,22 0,28 0,40 0,54 0,56 0,84
P (Bray-1), P 2 O 5 , ppm 2,58 2,14 6,80 3,28 8,01 5,00
Basa_dd (cmol/kg)
K 0,07 0,37 0,13 0,17 1,52 0,59
Ca 1,68 2,42 5,55 3,05 7,76 13,66
Mg 0,52 0,94 0,81 0,73 1,61 2,36
Al_dd (cmol/kg) 3,70 0,67 1,44 0,14 0,04 0,00
KTK (cmol/kg) 13,63 20,46 29,59 34,45 36,27 44,68
KB (%) 17,39 18,87 22,54 12,13 30,69 37,69
Tekstur (%)
Pasir 60,45 54,78 84,10 79,07 72,50 69,66
Debu 15,07 22,25 6,49 11,24 15,65 22,87
Liat 24,48 22,97 9,41 9,69 11,85 7,47
Kandungan mikoriza (spora/50 g tanah) 21 21 18 40 24 10
Keterangan/Notes : A = Ds. Pulo Panggung, Kec. Abung Tinggi, B = Ds. Simpang Sari, Kec. Sumber Jaya, C = Ds. Talang Sawah, Kec. Way
Tenong, D = DS. Sanyir, Kec. Way Tenong, E =Ds. Tanjung Agung, Kec. Batu Brak, F = Kebun AEKI

148
Pengaruh Mikoriza dan Amelioran terhadap Pertumbuhan Benih Kopi
(Usman Daras, Octivia Trisilawati, dan Iing Sobari)

Pengaruh Mikoriza dan Amelioran Mikoriza, baik berasal dari kelompok ekto-
1. Tinggi tanaman ataupun endo-mikoriza bersimbiosis dengan
Hasil analisis menunjukkan pemberian tanaman inang (Bonfante dan Genre, 2010).
inokulum mikoriza dan amelioran tidak Mikoriza memperoleh C organik (sumber energi)
memperlihatkan pengaruh interaksi terhadap dalam bentuk karbohidrat (sukrosa, glukosa, dan
pertumbuhan tinggi tanaman kopi. Faktor tunggal fruktosa) dari tanaman inang (Smith dan Read,
perlakuan mikoriza memberikan pengaruh yang 2008), sedangkan tanaman inang memperoleh
nyata, sedangkan perlakuan amelioran tidak suplai unsur hara seperti P (Kisinyo dan Othieno,
berpengaruh nyata (Tabel 3). 2003; Andrade et al., 2009; Bücking et al., 2012),
Pada saat tanaman berumur 3 bulan setelah N, Ca, Mg, Fe, Mn, Zn, dan Cu (Clark dan Zeto,
tanam (BST), perlakuan mikoriza belum 2000) dari tanah melalui peran miselium mikoriza.
memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman Peran yang paling menonjol dari mikoriza bagi
kopi, pengaruhnya mulai terlihat ketika tanaman tanaman inang adalah daya afinitas yang tinggi
berumur 4 sampai 6 BST. Pada 4 BST, penggunaan terhadap transporter fosfat inorganik (Pi). Melalui
mikoriza berasal dari rizosfer kopi dan jambu mete peran hifa dan Pi tersebut, polifosfat yang
menghasilkan tinggi tanaman yang nyata lebih besar terakumulasi pada permukaan hifa diubah menjadi
dibanding tanpa mikoriza (kontrol), tetapi tidak bentuk protein, yang kemudian ditranslokasi ke
berbeda nyata antar perlakuan mikoriza dari sepanjang miselium dan masuk ke jaringan tanaman
rizosfer kopi dan jambu mete. Penggunaan inang (Hijikata et al., 2010). Jaringan hifa yang
mikoriza kopi dan mikoriza jambu mete mampu terbentuk sangat masif pada perakaran tanaman
menaikkan rataan tinggi tanaman, masing-masing inang dan tanah sekitar akar (rizosfer) merupakan
53% dan 31% lebih tinggi daripada kontrol. karakter penting yang memungkinkan jamur
Selanjutnya, pada saat tanaman berumur 5 dan 6 tersebut mampu mengeksploitasi tanah dalam
BST, perlakuan mikoriza asal rizosfer kopi volume besar sehingga memiliki potensi besar
memberikan efek nyata lebih baik dibandingkan untuk menyerap unsur hara dan air.
mikoriza asal rizosfer jambu mete.

Tabel 3. Pengaruh mikoriza dan amelioran terhadap tinggi tanaman kopi (bulan setelah tanam, BST)
Table 3. Effects of mycorrhiza and ameliorant on plant height of coffee seedlings (months after planting, MAP)

Tinggi tanaman kopi (cm)


Perlakuan
1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST
Penggunaan mikoriza
M0, tanpa mikoriza 7,2 a 7,6 a 8,3 a 9,6 a 11,1 a 13,3 a
M1, mikoriza rizosfer kopi 6,7 a 7,5 a 9,0 a 12,9 b 16,5 c 22,7 c
M2, mikoriza rizosfer jambu mete 7,4 a 7,9 a 9,0 a 11,8 b 14,3 b 18,4 b

Penggunaan amelioran
L0, tanpa amelioran
L1, pupuk organik 7,6 a 8,1 a 9,3 a 12,1 a 14,8 a 19,6 a
L2, kapur 6,5 a 7,2 a 8,4 a 10,9 a 13,5 a 17,5 a
L3, pupuk organik + kapur 7,0 a 7,5 a 8,6 a 11,4 a 14,1 a 17,0 a
7,3 a 7,9 a 8,8 a 11,2 a 13,7 a 18,3 a
KK (%) 13,8 11,3 10,7 16,9 19,7 25,1
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada tiap kolom tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%
Notes : The numbers followed by the same letters of each column are not significantly different based on LSD test at 5 % level

149
Buletin RISTRI 4 (2): 145-156
Juli, 2013

Tabel 4. Pengaruh mikoriza dan amelioran terhadap diameter batang kopi menurut umur tanaman (bulan setelah tanam, BST)
Table 4. Effects of mycorrhiza and ameliorant on girth diameter of coffee seedlings (months after planting, MAP)
Perlakuan Diameter batang (mm)
1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST
Penggunaan mikoriza
Tanpa mikoriza (M0) 1,7 a 2,1 a 2,3 a 2,4 a 2,7 a 3,3 a
Mikoriza kopi (M1) 1,8 a 2,1 a 2,5 a 2,9 b 3,7 c 4,9 c
Mikoriza Jambu mete (M2) 1,8 a 2,1 a 2,3 a 2,7 b 3,3 b 4,2 b
Penggunaan amelioran
Tanpa ameliorant (L0) 1,8 a 2,1 a 2,4 a 2,8 a 3,3 a 4,2 a
Pupuk organik (L1) 1,7 a 2,1 a 2,4 a 2,7 a 3,3 a 4,2 a
Kapur (L2) 1,7 a 2,1 a 2,4 a 2,8 a 3,3 a 4,1 a
Pupuk organik + kapur (L3) 1,8 a 2,1 a 2,3 a 2,6 a 3,1 a 4,0 a
KK (%) 10,7 7,2 8,6 11,9 14,7 19,4
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada tiap kolom tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%
Notes : The numbers followed by the same letters of each column are not significantly different based on LSD test of 5 % level

2. Diameter dan bobot kering batang mikoriza akan membentuk sistem perakaran yang
Pengaruh mikoriza terhadap diameter baik sehingga tanaman mampu mengeksploitasi
batang mulai terlihat nyata sejak tanaman berumur unsur hara dan air dari tanah secara optimal
4 BST (Tabel 4). Pada umur 4 BST, diameter sehingga tanaman kopi mampu tumbuh dan
batang terbesar dijumpai pada tanaman kopi yang berkembang secara baik.
diinokulasi dengan mikoriza kopi berbeda nyata Tidak terdapat pengaruh interaksi antara
dengan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan mikoriza dan amelioran terhadap bobot kering
mikoriza jambu mete. Pada umur 5 dan 6 BST, batang. Selanjutnya, bobot kering batang terbesar
penggunaan mikoriza kopi menghasilkan diameter diperoleh pada perlakuan dengan mikoriza kopi
batang yang nyata lebih besar dibandingkan kontrol (M1), diikuti perlakuan mikoriza jambu mete (M2)
maupun mikoriza jambu mete. dan terendah pada kontrol (M0) (Gambar 2).
Terjadinya peningkatan diameter batang Sedangkan pemberian amelioran (pupuk organik,
oleh perlakuan mikoriza diperkirakan berhubungan kapur, dan kombinasinya) tidak memberikan
erat dengan sistem perakaran kopi yang terbentuk pengaruh yang signifikan terhadap bobot kering
dan tingkat infeksi akar oleh mikoriza. Infeksi batang (Gambar 3).

Gambar 2. Pengaruh mikoriza terhadap bobot kering batang


Figure 2. Effect of mycorrhiza on dry weight of coffee stem

150
Pengaruh Mikoriza dan Amelioran terhadap Pertumbuhan Benih Kopi
(Usman Daras, Octivia Trisilawati, dan Iing Sobari)

Bobot kering batang (g/ph)

Gambar 3. Pengaruh amelioran terhadap bobot kering batang (L0=Tanpa ameliorant, L1=Pupuk organik,
L2=Kapur, L3=Pupuk organik+kapur)
Figure 3. Effect of added ameliorants on dry weight of coffee trunk (L0=without ameliorant, L1=Organic fertilizer,
L2=Lime, L3=Organic fertilizer+lime)

3. Jumlah, luas, dan bobot kering daun berasal dari jambu mete tidak berbeda pengaruhnya
Pengaruh mikoriza terhadap jumlah daun dengan kontrol. Tanaman kopi yang diberi
kopi mulai terlihat lebih awal, yaitu sejak tanaman perlakuan mikoriza yang berasal dari rizosfer
kopi berumur 2 BST sampai umur 6 BST (Tabel 5). tanaman kopi (M1) memperlihatkan pertumbuhan
Mikoriza yang berasal dari tanaman kopi (M1) yang lebih jagur dengan warna daun hijau gelap bila
memiliki keunggulan dibandingkan mikoriza dibandingkan tanpa mikoriza (Gambar 4).
berasal dari jambu mete, bahkan mikoriza yang
Tabel 5. Pengaruh mikoriza dan amelioran terhadap jumlah daun kopi menurut umur tanaman (bulan setelah tanam, BST)
Table 5. Effects of mycorrhizal fungi and ameliorant on the average of coffee leave according to plant age (months after planting, MAP)
Jumlah daun/pohon
Perlakuan
1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST
Penggunaan mikoriza
Tanpa mikoriza (M0) 2,2 a 3,7 a 5,8 a 8,5 a 10,8 a 13,3 a
Mikoriza kopi (M1) 2,2 a 4,2 b 7,2 b 10,5 b 12,5 b 15,2 b
Mikoriza jambu mete (M2) 2,2 a 4,1 ab 6,4 a 9,2 a 10,9 a 13,7 a

Penggunaan amelioran
Tanpa amelioran (L0) 2,1 a 4,1 a 6,7 ab 9,8 a 11,9 a 14,6 a
Pupuk organik (L1) 2,2 a 4,1 a 6,4 ab 9,3 a 11,6 a 14,2 a
Kapur (L2) 2,3 a 3,9 a 6,9 b 9,8 a 11,4 a 13,9 a
Pupuk organik + kapur (L3) 2,2 a 3,8 a 5,9 a 8,7 a 10,8 a 13,5 a

KK (%) 20,1 15,5 14,5 13,3 11,8 12,7


Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada tiap kolom tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%
Notes : The numbers followed by the same letters of each column are not significantly different based on LSD test at 5 % level

M0 M1 M0 M1

Gambar 4. Pertumbuhan tanaman kopi: Tanpa mikoriza (M0); dan menggunakan mikoriza kopi (M1)
Figure 4. The growth of coffee seedlings: Untreated (M0) and treated from coffee mycorrhiza rhizosphere (M1)

151
Buletin RISTRI 4 (2): 145-156
Juli, 2013

Luas daun kopi (cm2/ph)

Gambar 5. Pengaruh mikoriza terhadap luas daun kopi


Figure 5. Effect of mycorrhiza on leaf area of coffee
Bobot kering daun (g/ph)

Gambar 6. Pengaruh mikoriza terhadap bobot kering daun kopi


Figure 6. Effect of mycorrhiza on dry weight of coffee leaves

Secara kuantitatif, kejaguran tanaman juga komponen bobot kering daun. Perlakuan mikoriza
tercermin pada komponen luas daun yang asal rizosfer kopi menghasilkan bobot kering daun
dihasilkan. Penggunaan mikoriza kopi yang jauh lebih besar dibandingkan perlakuan
menghasilkan luas daun nyata lebih besar dibanding mikoriza asal rizosfer jambu mete maupun kontrol
tanpa mikoriza maupun mikoriza jambu mete (Gambar 6).
(Gambar 5). Hal yang sama dijumpai pada

Gambar 7. Pengaruh mikoriza terhadap bobot kering akar kopi Gambar 8. Pengaruh mikoriza terhadap tingkat infeksi mikoriza
Figure 7. Effect of myccorhiza on dry weight of coffee root pada akar kopi
Figure 8. Effect of myccorhiza on infection level of mycorrhizal in coffee
roots

152
Pengaruh Mikoriza dan Amelioran terhadap Pertumbuhan Benih Kopi
(Usman Daras, Octivia Trisilawati, dan Iing Sobari)

4. Bobot kering akar dan tingkat infeksi Kondisi lingkungan seperti faktor tanah
mikoriza pada akar sangat menentukan jenis-jenis mikoriza yang
Pengaruh mikoriza kopi (M1) juga mampu berkembang (Hamel, 2007; Helgason dan
menghasilkan bobot kering akar kopi yang lebih Fitter, 2009), meskipun hubungan tersebut belum
besar daripada perlakuan mikoriza jambu mete sepenuhnya dipahami (Feddermann et al., 2010).
(M2) maupun kontrol (M0) (Gambar 7). Hal ini Faktor tanah mempunyai peran kunci dalam
sejalan dengan tingkat infeksi mikoriza pada akar menilai efektifitas penggunaan mikoriza pada
tanaman kopi (Gambar 8). Bertambahnya tanaman (Johnson et al., 2005; Mechri et al., 2008;
persentase tingkat infeksi akar oleh mikoriza diikuti Gryndler et al., 2009). Oleh sebab itu, maka
oleh peningkatan bobot kering akar yang faktor-faktor yang diperkirakan sangat
dihasilkan. Miller et al. (1995) menyatakan bahwa mempengaruhi efektifitas mikoriza perlu dipahami
panjang akar merupakan indikator yang baik untuk secara baik sebelum inovasi teknologi mikoriza
mengukur efektifitas mikoriza karena berhubungan diterapkan pada tanaman di lapangan (Ricardo et
erat dengan kontak akar dengan tanah. Zhu dan al., 2011).
Miller (2003) melaporkan bahwa biomassa
mikoriza dapat mencapai 54 -900 kg/ha, bahkan
dapat mencapai 3000 kg/ha (Lovelock et al.,
2004). Miselium ekternalnya dapat mencapai 3%
dari bobot akar (Jakobsen dan Rosendahl, 1990),
dan setiap cm akar dapat mempunyai panjang
miselium 10-100 m (McGonigle dan Miller, 1999).
Selanjutnya Verbruggen et al. (2012) melaporkan
bahwa inokulasi mikoriza dapat menaikkan
kolonisasi sekitar 29%, dan meningkatkan bobot
biomassa tanaman sebesar 23 %.
Respon positif penggunaan mikoriza
terhadap peningkatan bobot kering akar kopi dan
tingkat infeksi mikoriza yang relatif cukup besar Gambar 9. Pengaruh amelioran terhadap bobot kering akar (L0=tanpa
(31,46%) diikuti oleh perbaikan komponen ameliorian, L1=pupuk organik, L2=kapur, L3=pupuk
organik+kapur)
pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, diameter Figure 9. Effect of ameliorant on dry weight of roots (L0=without ameliorant,
batang, dan bobot kering daun. Hal ini dapat L1=organic fertilizer, L2=lime, L3=organic ferilizer+lime)
terjadi karena asosiasi mikoriza diduga mampu
memperbaiki proses penyerapan unsur hara dari
tanah. Adanya respon positif dari tanaman kopi
Terdapat banyak faktor yang diduga terhadap penggunaan mikoriza karena dua kondisi
berkontribusi terhadap hasil inokulasi mikoriza yang mendukung. Pertama, kompatibilitas mikoriza
pada suatu tanaman inang. Hubungan tanaman dengan tanaman inang (kopi Robusta). Namun,
inang dengan genotipe mikoriza telah terbukti hasil lain yang juga menarik bahwa penggunaan
melalui hasil penelitian ini, yaitu penggunaan isolat mikoriza dari rizosfer jambu mete (M2) ternyata
mikoriza asal rizosfer kopi lebih sesuai memberikan respon cukup baik meskipun tidak
dibandingkan isolat mikoriza dari jambu mete. sebaik dari rizosfer kopi. Artinya, penggunaan
Adanya hubungan fungsional yang spesifik antara mikoriza jambu mete juga cukup kompatibel
tanaman inang dengan mikoriza telah dilaporkan dengan tanaman kopi. Kedua, pemilihan jenis tanah
oleh Klironomos (2003) dan Leake et al. (2004). Ultisol Jasinga sebagai objek studi. Karakter umum
Namun demikian, secara ekologis keberhasilan jenis tanah tersebut memiliki kesuburan yang
simbiosis mikoriza tidak hanya bergantung pada rendah, termasuk status unsur hara P, yaitu 1,57
hubungan tanaman inang dengan genotipe mikoriza ppm (Lampiran 1). Oleh sebab itu, pemberian
saja, tetapi tergantung juga dengan kondisi mikoriza memberikan respon positif terhadap
lingkungannya (Ricardo et al., 2011). pertumbuhan tanaman. Namun respon positif ini

153
Buletin RISTRI 4 (2): 145-156
Juli, 2013

tidak disebabkan oleh faktor tunggal status P yang Baon, J. B, S. Abdoellah, A. Pujiyanto, R. Wibawa, N.
rendah saja, tetapi pengaruh yang sangat kompleks Erwiyono, A. M Zaenudin, E. Mardiono, dan S.
Wiryadiputra. 2003. Pengelolaan kesuburan tanah
yang diinisiasi oleh kolonisasi mikoriza dan infeksi perkebunan kopi untuk mewujudkan usahatani yang
akar kopi. Hifa yang masif memperluas permukaan ramah lingkungan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
absorptif akar sehingga mampu menyerap unsur- Indonesia 19 (2): 107-123.
unsur hara yang lain (Clark dan Zeto, 2000; Bonfante, P. and A. Genre. 2010. Mechanisms underlying
Schweiger dan Jakobsen., 2000; Andrade et al., beneficial plant–fungus interactions in mycorrhizal
2009). symbiosis. Nature Communications. Macmillan
Perlakuan penggunaan amelioran tidak Publishers Limited. p. 1-11. www.nature.com/
berpengaruh signifikan terhadap bobot kering akar. naturecommunications
Tanaman kopi yang tidak diberi amelioran (L0) Brundrett, M. C. 2009. Mycorrhizal associations and other
menghasilkan akar sebesar 1,9 g per pohon, means of nutrition of vascular plants: Understanding
the global diversity of host plants by resolving
sedangkan perlakuan kapur (L1), pupuk organik
conflicting information and developing reliable means
(L2), dan kombinasinya (L3) masing-masing of diagnosis. Plant Soil 320: 1–41.
menghasilkan bobot kering akar 1,7, 2,0, dan 1,7 g
Bücking, H., E. Liepold, and P. Ambilwade. 2012. The role
per pohon (Gambar 9). of the mycorrhizal symbiosis innutrient uptake of plants
and theregulatory mechanisms underlying these
transport processes. In Plant Science. Biology and
KESIMPULAN
Microbiology Department, South Dakota State
Penggunaan inokulum mikoriza, baik yang University. USA. p. 107-138.
berasal dari rizosfer tanaman kopi maupun jambu Clark, R. B. and S. K. Zeto. 2000. Mineral acquisition by
mete mampu memperbaiki pertumbuhan benih arbuscular mycorrhizal plants. Journal of Plant Nutrition
kopi. Respon positif diperlihatkan oleh 23: 867–902.
pertumbuhan tinggi tanaman, luas daun, dan Feddermann, N., R. Finlay, T. Boller, and M. Elfstrand.
diameter batang, serta bobot kering batang, daun, 2010. Functional diversity in arbuscular mycorrhiza-
dan akar tanaman kopi. Mikoriza yang berasal dari the role of gene expression, phosphorous nutrition and
symbiotic efficiency. Fungal Ecol. 3: 1–8.
rizosfer kopi memberikan pengaruh yang lebih baik
dibandingkan yang berasal dari rizosfer jambu Gryndler, M, H. Hrselová, T. Cajtham, M. Havránková, V.
mete. Sedangkan penggunaan amelioran kapur, Rezáčová, H. Gryndlerová, and J. Larsen. 2009.
Influence of soil organic matter decomposition on
bahan organik, dan kombinasinya tidak arbuscular mycorrhizal fungi in terms of asymbiotic
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan hyphal growth and root colonization. Mycorrhiza 19:
tanaman kopi. 255–266.
Habte, M. and H. C. Bittenbender 1999. Reactions of coffee
to soil solution P concentration and arbuscular
DAFTAR PUSTAKA mycorrhizal colonization. Journal of South Pacific
Agriculture 6: 29–34.
Andrade, S. A. L., P. Mazzafera1, M. A. Schiavinato, and A. Hamel, C. 2007. Extraradical arbuscular mycorrhizal
P. D. Silveira. 2009. Arbuscularmycorrhizal association mycelia: Shadowy figures in the soil. In Hamel, C. and
in coffee. Journal of Agricultural Science 147: 105–115. C. Plenchette (Eds) Mycorrhizae in Crop production:
Auge, R. M. 2001. Water relations, drought, and Applying knowledge. Haworth, Binghampton. p. 1–
vesiculararbuscular mycorrhizal symbiosis. Mycorrhiza 36.
11: 3–42. Hart, M. M. and J. T. Trevors. 2005. Microbe management:
Application of mycorrhyzal fungi in sustainable
Atkinson, D, J. Baddeley, N. Goicoechea, J. Green, M. agriculture. Front Ecol. Environ. 3 (10): 533–539.
Sanchez-Diz, and C. A. Watson. 2002. Arbuscular
mycorrhizal fungi in low input agriculture. In S. Hasanudin, Mitriani, dan F. Barchia. 2007. Pengaruh
Gianinazzi, H. Schuepp, J. M. Barea, and K. pengapuran dan pupuk kandang terhadap ketersediaan
Haselwanter (Eds). Mycorrhiza Technology in hara P pada timbunan tanah pasca tambang batubara.
Agriculture: From genes to bioproducts. Switzerland. Jurnal Akta Agrosia 1: 1-4.

154
Pengaruh Mikoriza dan Amelioran terhadap Pertumbuhan Benih Kopi
(Usman Daras, Octivia Trisilawati, dan Iing Sobari)

Haynes, R. J. and M. S. Mokolobate. 2001. Amelioration of McGonigle, T. P., M. H. Miller, D. G. Evans, G. L.


Al toxicity and P deficiency in acid soils by additions of Fairchild, and J. A. Swan. 1990. A new method which
organic residues: a critical review of the phenomenon gives an objective measure of colonization of roots by
and the mechanisms involved. Nutrient Cycling in vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi. New Phytologist
Agroecosystems 59: 47–63. 115: 495-501.
Helgason, T. and A. H. Fitter. 2009. Natural selection and Mechri, B., F. B. Mariem, M. Baham, S. B. Elhadj, and M.
the evolutionary ecology of the arbuscular mycorrhizal Hammami. 2008. Change in soil properties and the soil
fungi (Phylum Glomeromycota). J. Exp. Bot. 60: 2465– microbial community following land spreading of olive
2480. mill wasterwater affects olive trees key physiological
Hijikata, N., M. Murase, C. Tani, R. Ohtomo, M. Osaki, parameters and the abundance of arbuscular
and T. Ezawa. 2010. Polyphosphate has a central role mycorrhizal fungi. Soil Biol Biochem 40: 152–161.
in the rapid and massive accumulation of phosphorus in
Miller, R. M., D. R. Reinhardt, and J. D. Jastrow. 1995.
extraradical mycelium of an arbuscular mycorrhizal
External hyphal production of vesicular-arbuscular
fungus. New Phytol. 186: 285–289.
mycorhizal fungi in pasture and tallgrass prairie
Jakobsen, I. and L. Rosendahl. 1990. Carbon inflow into soil community. Oecogia 103: 17-23.
and external hyphae from roots of mycorrhizal
Muleta, D., F. Assefa, S. Nemomissa, and U. Granhall.
cucumber plants. New Phytologist 115: 77-83.
2007. Composition of coffee shade tree species and
Jeffries, P, S. Gianinazzi, S. Perotto, K. Turnau, and J. M. density of indigenous arbuscular mycorrhizal fungi
Barea. 2003. The contribution of arbuscular (AMF) spores in Bonga natural coffee forest,
mycorrhizal fungi in sustainable maintenance of plant southwestern Ethiopia. Forest Ecology and Management
health and soil fertility. Biol Fertil Soils 37: 1–16. 241: 145–154.
Johnson, D., J. R. Leake, and D. J. Read. 2005. Liming and Nunez, P. A., A. Pimentel, I. Almonte, D. Sotomayor-
nitrogen fertilization affects phosphatase activities, Ramírez, N. Martínez, A. Pérez, and C. M. Céspedes.
microbial biomass and mycorrhizal colonisation in 2011. Soil fertility evaluation of coffee (Coffea spp.)
upland grassland. Plant Soil 271: 157–164. production systems and management recommendations
Kisinyo, P. O. and C. O. Othieno. 2003. The role of for the Barahona province, Dominican Republic. J. Soil
arbuscular mycorrhiza in phosphorus acquisition in Sci. Plant Nutr. 11 (1): 127-140.
tropical agriculture – A review. African Crop Science Phillips, J. M. and D. S. Hayman. 1970. Improved
Conference Proceedings 6: 416-423. procedures for clearing roots and staining parasitic and
Klironomos, J. N. 2003. Variation in plant response to native vesicular–arbuscular mycorrhizal fungi for rapid
and exotic arbuscular mycorrhizal fungi. Ecology 84: assessment of infection. Transact Brit Mycol Soc 55: 158–
2292–2301. 161.

Leake, J. R, D. Johnson, D. P. Donnelly, G. E. Muckle, L. Ricardo, A., H. Peraza, C. Hamel, F. Fernández, R. L.


Boddy, and D. J. Read. 2004. Networks of power and Ferrer, and E. Furrazola. 2011. Soil–strain
influence: The role of mycorrhizal mycelium in compatibility: the key to effective use of arbuscular
controlling plant communities and agroecosystem mycorrhizal inoculants? Mycorrhiza 21: 183–193.
functioning. Can. J. Bot. 82: 1016–1045. Rillig, M. C. and D. L. Mummey. 2006. Mycorrhizas and
Lopes, E. S., E. Oliveira, R. Dias, and N. C. Schenck. 1983. soil structure. New Phytologist 171: 41–53.
Occurrence and distribution of vesicular arbuscular Schweiger, P. and J. Jakobsen. 2000. Laboratory and field
mycorrhizal fungi in coffee (Coffea arabica L.) methods for measurement of hyphal uptake of
plantations in central Sao Paulo State, Brazil. Turrialba nutrients in soil. Plant and Soil 226: 237–244.
33: 417–422.
Sieverding, E. and S. T. Toro. 1986. The genus
Lovelock, C. E., S. F. Wright, D. A. Clark, and R. W. Entrophospora in Colombia. In Physiological and
Ruess. 2004. Soil stocks of glomalin produced by Genetical Aspects of Mycorrhizae (Eds) V. Gianinazzi-
arbuscular mycorrhizal fungi across a tropical rain Pearson and S. Gianinazzi. Paris, France. p. 621-626.
forest. Journal of Ecology 92 (2): 278-287
Simard, S. W. and D. M. Durall. 2004. Mycorrhizal
McGonigle, T. P., and M. H. Miller. 1999. Winter survival networks: A review of their extent, function, and
of extraradical hyphae and spores of arbuscular importance. Can J Bot 82: 1140–65.
mycorrhizal fungi in the field. Appl. Soil Ecol. 12: 41–
50. Smith, S. E, and D. J. Read. 2008. Mycorrhizal Symbiosis.
3rd Eds. Academic Press. Cambridge, UK.

155
Buletin RISTRI 4 (2): 145-156
Juli, 2013

Siqueira, J. O., O. J. Saggin-Junior, W. W. Flores-Aylas, Verbruggen, E, G. A. Marcel, van der Heijden, M. C. Rillig,
and P. T. G. Guimaraes. 1998. Arbuscular mycorrhizal and E. T. Kiers. 2013. Mycorrhizal fungal
inoculation and superphosphate application influence establishment in agricultural soils: Factors determining
plant development and yield of coffee in Brazil. inoculation success. New Phytologist 197: 1104–1109.
Mycorrhiza 7: 293–300.
Zhu, Y. G. and R. M. Miller. 2003. Carbon cycling by
Van der Heijden, M. G. A., R. Streitwolf-Engel, R. Riedl, S. arbuscular mycorrhizal fungi in soil—plant systems.
Siegrist, A. Neudecker, K. Ineichen, T. Boller, A. Trends Plant Sci. 8: 407–409.
Wiemken, and I. R. Sanders. 2006. The mycorrhizal
contribution to plant productivity, plant nutrition, and
soil structure in experimental grassland. New Phytol.
172: 739-752.

Lampiran 1. Beberapa sifat-sifat fisik dan kimia tanah Podsolik Merah Kuning (PMK, Ultisol) Jasinga Bogor
Appendix 1. Some physical and chemical properties of red yellow Podsolic (Ultisol) soil, Jasinga Bogor
Sifat tanah : Nilai
pH H 2 O : 4,8
KCl : 3,8
C-organik (%) : 1,5
N-Total (%) : 0,16
C/N ratio : 9,4
P_tsd (P 2 O 5 ) – Bray I (ppm) : 1,57
Basa_dd (cmol/kg), NH4Ac 1M
Ca : 1,24
Mg : 0,46
K : 0,15
Na : 0,62
Al_dd (cmol/kg) : 2,5
KTK (cmol/kg) : 37,8
Tekstur (%)
Pasir : 37,9
Debu : 47,1
Liat : 15,0

156

Anda mungkin juga menyukai