Anda di halaman 1dari 12

Biocelebes, 2020, Vol. 14. No. 2. Doi: 10.22487/bioceb.v14i2.

15267

PERTUMBUHAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) YANG DIBERI PUPUK


KOMPOS CAIR DAN JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR

The Growth Of Red Onion (Allium cepa L.) Given Liquid Compost Fertilizer
And Arbuscular Mycorrhizal Fungi
*
Riska Anggraini Palesa , Wahyu Harso

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Tondo
Palu, Sulawesi Tengah 94118

ABSTRACT
Keywords:
Arbuscular
Mycorrhizal The application of liquid compost and of beneficial soil microorganism such as
Fungi, Liquid arbsucular mycorrhizal fungi can be used to replace chemical fertilizer
Compost and application. The aim of this study was to investigate the growth of red onion
Red Onion (Allium cepa L.) plant fertilized by liquid compost and inoculated by arbuscular
mycorrhizal fungi. This study was conducted based on a completely randomized
design with two factors. The first factor was an addition of liquid compost
dosages (0, 50, 100 and 200 ml/polybag). The second factor was an addition of
AM fungal inoculum (with and without addition). The results showed that the
growth of red onion plant was not significantly affected by the addition of liquid
compost and AM fungal inoculum. However, the red onion plant fertilized by
200 ml liquid compost per polybag had the lowest shoot dry weight. The
addition of AM fungal inoculum was not increasing plant growth because the
quality of used inoculum was not good.

ABSTRAK
Kata Kunci:
Bawang
merah, Jamur Penggunaan pupuk kompos cair dan mikoorganisme tanah berupa jamur
mikoriza mikoriza abuskular mampu meningkatkan kandungan unsur hara dan
arbuskular kesuburan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi dampak
dan Pupuk penggunaan pupuk kimia yang akan mencemari lingkungan lingkungan maka
kompos cair.
pemberian hara terhadap tanaman harus dalam bentuk kompos yang relatif
lebih ramah lingkungan. Selain itu untuk mempercepat proses penyerapan hara
dari kompos maka digunakan kompos cair. Jamur mikoriza arbuskular akan
membantu dalam proses peningkatan penyerapan hara. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu dosis pupuk
kompos cair (0, 50, 100 dan 200 ml/polybag) dan pemberian inokulum jamur
mikoriza arbuskular (dengan pemberian inokulum dan tanpa pemberian
inokulum). Hasil penelitian menunjukkan pemberian dosis pupuk kompos cair
dan inokulum mikoriza tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
bawang merah. Hal ini disebabkan karena terjadi proses pencucian hara dan
kualitas inokulum yang tidak baik.
*
Corresponding Author : riskapalesa051@gmail.com

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 150


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

PENDAHULUAN Kondisi tanah yang seperti ini dapat


Tanaman bawang merah (Allium cepa L.) mengurangi tingkat kesuburan serta
merupakan salah satu komoditas tanaman menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk
holtikultura yang banyak dikonsumsi oleh mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan
masyarakat. Bawang merah memiliki nilai dengan memanfaatkan mikroorganisme
gizi dan ekonomi yang tinggi (Suriani, tanah berupa jamur mikoriza arbuskular dan
2011). Saat ini Indonesia diduga sedang penggunaan pupuk kompos cair.
mengalami masalah pada distribusi bawang Penggunaan pupuk kompos cair diperlukan
merah. Salah satu faktor penyebabnya dalam penambahan unsur hara untuk
adalah plot tanam yang hanya fokus pada menggantikan pupuk kimia yang memiliki
beberapa daerah dan belum dampak pada pencemaran lingkungan dan
dikembangkannya daerah produksi baru. kesuburan tanah. Penggunaan kompos cair
Produksi bawang merah tahun 2014 akan mempercepat proses pemupukan
sebesar 1,234 juta ton. Hasil ini mengalami karena kompos sudah dalam keadaan
peningkatan sebesar 223,22 ribu ton atau terlarut. Kompos cair merupakan hasil
22,08% dibandingkan dengan tahun 2013 ekstraksi dari kompos baik secara aerob
dengan daerah penghasil tertinggi yaitu maupun anaerob. Perbedaan pembuatan
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. kompos tersebut akan menyebabkan
Peningkatan hasil produksi ini diperkirakan perbedaan dalam jumlah dan jenis
karena meningkatnya luas panen sebesar mikrooganisme tanah. Perbedaan
21,77 ribu hektar atau 22,00% (BPS, 2018). keragaman mikroorganisme di dalam tanah
Potensi lahan pertanian di provinsi Sulawesi dapat memberikan dampak positif atau
Tengah khususnya lembah Palu masih netral terhadap produktifitas tumbuhan
sangat luas untuk sayuran, termasuk diatasnya (Widyati, 2013).
bawang merah. Hal ini ditunjang dengan Jamur mikoriza arbuskular merupakan
kondisi iklim yang kering dengan ketinggian simbion akar yang ada disebagian besar
50 meter diatas permukaan laut dan jenis ekosistem terestrial yang membentuk
tanah latosol serta pengairan yang cukup simbiosis mutualistik dengan tanaman
(Putrasamedja dkk., 2004). (Lekberg et al., 2013). Jamur mikoriza
Salah satu faktor yang dapat memiliki peranan penting pada tanaman
mempengaruhi produksi bawang merah inangnya, yaitu mampu meningkatkan
yaitu kondisi tanah yang kekurangan unsur penyerapan mineral tanaman (seperti
hara akibat dari penggunaan tanah yang penyerapan P, N dan mikronutrien) serta
dilakukan secara terus menerus oleh petani. mampu membantu tanaman dalam

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 151


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

penyerapan air (Hodge dan Storer, 2014), pertumbuhan tanaman (Auge, 2001),
sehingga mampu meningkatkan perlindungan terhadap cekaman kekeringan
(Rodriguez-Echeverria et al., 2009),
Dosis pupuk
K1 K2 K3 K4 patogen (Koske dan Poison 1984) dan
kompos cair
toleransi terhadap tekanan biotik dan
Mikoriza M0 K1M0 K2M0 K3MO K4M0
M1 K1M1 K2M1 K3M1 K4M1
tekanan abiotik (Cavagnaro et al., 2001).

BAHAN DAN METODE tissue dan label. spidol, karet, plastik tahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini panas, tissue dan label.
adalah alat tulis menulis, timbangan, ember, Penelitian ini dilaksanakan dengan
gelas ukur 1000 ml, ayakan 4 mm, oven, menggunakan metode Rancangan Acak
neraca analitik, mistar/meteran, gunting Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu :
stek, cangkul, penggaruk dan skop. Alat  Faktor pertama yaitu dosis pupuk
untuk pengamatan persentasi infeksi akar kompos cair (K)
yaitu botol flakon (botol film), mikroskop K1 : 0 ml/polybag
dan petridish bergaris. Alat penentuan K2 : 50 ml/polybag
kadar phosfor daun yaitu gelas ukur, K3 : 100 ml/polybag
erlenmeyer, labu ukur, gelas kimia, pipet K4 : 200 ml/polybag
tetes, hot plate, mortar/penggerus, gelas  Faktor kedua yaitu mikoriza (M)
piala dan spektofotometer. M0 : tanpa inokulum jamur mikoriza
Bahan yang digunakan adalah benih arbuskular
bawang merah (Allium cepa L.). Inokulum M1 : dengan inokulum jamur mikoriza
yang digunakan yaitu dari jenis Glomus arbuskula
deserticola,dan Glomus chlorum . Bahan
pewarnaan infeksi mikoriza berupa
Tryphan Blue, 10 % KOH, asam laktat, 2N
HCl dan aquadest. Bahan penentuan kadar
Phosphor dalam daun yaitu H2O2, H2SO4
pekat, aquadest, Amonium Molibdat, Kalium
Antimonil Tratrat, Asam Askorbat dan
KH2PO4. Pupuk yang digunakan berupa
pupuk kompos cair serta beberapa bahan
lainnya seperti, polybag 25 cm x 30 cm,
spidol, karet, plastik tahan panas, lakban,

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 152


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

menetes pada wadah penampung.


Dari kedua faktor tersebut dapat diperoleh 8 Kapasitas lapang tanah dapat ditentukan
unit kombinasi perlakuan dan masing- dengan rumus :
masing kombinasi perlakuan diulang
sebanyak 4 kali. Unit perlakuan dapat (TB − TK)
W= x 100%
dilihat pada tabel berikut : TK
Keterangan :
Tabel 1. Unit Perlakuan W : Kadar air tanah
TB : Berat basah tanah
Prosedur Kerja TK : Berat kering tanah
 Penyiapan media tumbuh
 Penyiapan benih
Media tumbuh diambil dari lapisan
Bibit bawang merah yang digunakan
permukaan tanah sampai kedalaman 20
adalah umbi yang telah disimpan selama
cm dicampur rata, kemudian dikering-
2 - 3 bulan, dan berasal dari tanaman
anginkan selama 2 hari, lalu diayak
yang dipanen pada usia 7-90 hari.
menggunakan saringan ukuran 4 x 4
Bagian ujung umbi terlebih dahulu
mm. Tanah dimasukkan kedalam plastik
dipotong sekitar 1/3 – ¼ bagian dari
tahan panas untuk disterilkan
panjang umbi, dan kulit luar yang
menggunakan oven pada suhu 80oC
mengering dan sisa-sisa akar dibuang
selama 48 jam. Setelah disterilisasi
agar pertumbuhan umbi merata serta
tanah didinginkan pada suhu ruang
merangsang tumbuhnya tunas. Untuk
selama 24 jam, lalu dimasukkan kedalam
mencegah pembusukan, sebelum
polybag berukuran 25 x 30 cm sebanyak
ditanam, luka bekas potongan pada umbi
4 kg.
harus dikeringkan terlebih dahulu.
 Penentuan kapasitas lapang tanah
 Inokulasi
Tanah diambil sebanyak 400 gram lalu
Sebanyak 4 kg tanah steril dicampur
dimasukkan kedalam wadah yang
secara homogen dengan inokulum jamur
memiliki lubang pada bagian alasnya.
mikoriza didalam polybag sebanyak 20
Setelah itu, dimasukkan air kedalam
gram/polybag untuk Glomus chlorum dan
wadah hingga wadah tergenang (jenuh)
20 gram/polybag Glomus deserticola.
dan dibiarkan selama 48 jam. Air yang
 Penanaman
menetes dari wadah ditampung untuk
Umbi kemudian ditanam dalam polybag
diukur volumenya. Kapasitas lapang
yang berisi media tumbuh tanah dengan
tanah merupakan hasil dari volume air
kedalaman 2-3 cm dari atas permukaan.
yang dimasukkan kedalam wadah
Umbi yang ditanam diberi air sampai
dikurangi dengan volume air yang

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 153


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

mencapai 60% kapasitas lapang, Berat basah tajuk dan akar dilakukan
selanjutnya polybag diletakkan kedalam dengan cara menimbang berat segar
rumah plastik. tanaman setelah dipanen.
 Pembuatan Kompos Cair 2) Berat kering tajuk dan akar tanaman
Untuk membuat kompos cair, dicampur Tanaman dibersihkan dari tanah yang
sebanyak 500 gram kompos, 2000 ml menempel, lalu dikeringkan dalam
akuades dan gula secukupnya kemudian oven pada suhu 65o C hingga berat
diaerasi dengan aerator selama 2 hari keringnya konstan kemudian
untuk kompos cair aerob (Harso, 2017). ditimbang.
Kompos yang digunakan adalah kompos 3) Persentase akar yang terinfeksi oleh
komersial. jamur mikoriza
 Aplikasi Kompos Cair Persentase akar yang terinfeksi jamur
Pemupukan dengan kompos cair aerob ditentukan dengan pengecatan akar
dilakukan dengan cara disiram langsung dengan menggunakan metode Phillip
pada media tanam dengan jumlah yang and Hayman (1970) yang telah
sesuai dengan perlakuan. Pemupukan dimodifikasi. Secara acak diambil 0,5
pertama kali dilakukan saat tanaman gram akar segar kemudian akar
berumur 1 minggu setelah tanam tersebut dibersihkan dengan air
kemudian diulang kembali saat tanaman mengalir dan akar dipotong-potong
berumur 3 minggu. dengan ukuran kurang lebih 1 cm.
 Pemeliharaan Kemudian akar dijernihkan dengan
Pemeliharaan tanaman dilakukan merendam potongan akar pada
dengan perawatan tanaman, larutan KOH 10% selama 25 menit
pengontrolan tanaman setiap hari dan pada temperatur 60°C dalam oven.
penyiraman yang dilakukan dua hari Kemudian potongan akar direndam
sekali, dan secara bersamaan tata letak dalam larutan 2N HCl selama 2 menit.
polybag diubah secara acak. Setelah direndam dalam HCl,
 Pemanenan kemudian akar diwarnai dengan
Pemanenan dilakukan saat tanaman merendam akar dalam larutan tryphan
berumur 35 hari setelah penanaman blue (0,05% tryphan blue dalam asam
berlangsung. laktat) selama 20 menit pada suhu

 Parameter pengamatan 60°C. Potongan akar selanjutnya


dimasukkan ke dalam botol flakon
1) Berat basah tajuk dan akar tanaman (botol film) yang telah diisi asam

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 154


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

laktat. Setelah 12 jam direndam 30 menit ditambahkan 5 tetes H2O2


dalam asam laktat maka akar siap 30% dalam selang waktu 10 menit.
untuk diamati dibawah mikroskop. Pemberian H2O2 dilakukan berulang-
Jumlah akar yang terkolonisasi ulang hingga cairan dalam labu ukur
dihitung menggunakan Gridline menjadi jernih. Setelah itu dipanaskan
intersec method (Giovanetti dan pada suhu 250°C sampai cairan yang
Mosse, 1980) yaitu akar yang telah tertinggal 2,5 ml. Setelah didinginkan
diwarnai, diambil secara acak, diencerkan dengan aquades sampai
dipotong sepanjang 1 cm, lalu disusun tanda garis. Ekstrak dikocok, disaring
secara acak pada petridish bergaris. dan dicampur dalam erlenmeyer 100
Persentase akar yang terinfeksi ml. Diambil sebanyak 5 ml cairan ini
dihitung menggunakan rumus : menggunakan pipet tetes dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
∑AT dan diencerkan dengan akuadest.
% AT = x 100%
∑AD Dari cairan ini ditetapkan kadar P.
Keterangan :  Prosedur Penetapan Kadar P
AT : Aakar Terinfeksi
AD : Akar yang Diamati (Pembuatan reagen P dilakukan
dengan menambahkan 50 ml H2SO4
4) Kadar P (Phosphor) dalam tajuk
5N + 15 ml ammonium molibdat + 5
Pengukuran kadar P dalam daun
ml kalium antimonil trartrat + 30 ml
dilakukan dengan metode dekstruksi
asam askorbat kemudian dijadikan
basah menurut Nusantara (2002)
500 ml dengan menambahkan
yang telah dimodifikasi. Tajuk
akuades. Hasil destruksi basah
didestruksi (hancurkan) secara basah
diambil sebanyak 2,5 ml dan
terlebih dahulu menggunakan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
mortar/penggerus. Sebanyak 0,25
Ditambahkan reagen P sebanya 10
gram tajuk yang sudah dihaluskan
ml dan dikocok dengan hati-hati.
dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml.
Ditentukan nilai absorbansi larutan
Kemudian ditambahkan 2,5 ml H2SO4
tersebut dengan spektrofotometer UV
pekat (b. j. 1,84) dan dibiarkan
VIS pada panjang gelombang 693
semalam. Keesokan harinya
nm. Kemudian dihitung kadar P dalam
dipanaskan selama 15 menit pada
larutan tersebut dengan
suhu rendah. Kemudian suhu
menggunakan kurva standar atau
dinaikkan sedikit demi sedikit hingga
garis regramesi yang telah disiapkan
kurang lebih 150°C. Setelah kira-kira

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 155


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

sebelumnya. Kadar P dalam persen


ditentukan dengan menggunakan Tabel 2. Penambahan aquades
rumus : Larutan yang
Kadar P
0,2 ppm P dari kurva setelah dikoreksi ditambahkan
%P =
Blanko 0 0 ml

0,5 0,5 ml
 Pembuatan kurva standar P
Sebanyak 2,1952 gram KH2PO4 1 1 ml

kering ditimbang. Dibuat larutan 2 2 ml

standar KH2PO4 yang telah 3 3 ml


dikeringkan selama 2 jam pada 4 4 ml
temperature 105°C dan ditimbang 5 5 ml
seberat 2,1952 gram. Kemudian masing-masing volume dijadikan 10
dilarutkan menggunakan aquades ml dengan menambahkan aquades.
sampai larutan menjadi 1000 ml (1 L)
yang mengandung 500 ppm larutan Analisis Data
standar. Dari 500 ppm larutan standar Data yang diperoleh kemudian dianalisis
kemudian di ambil menggunakan dengan menggunakan two ways anova
pipet sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan menggunakan program software
dengan menggunakan 0,1 N H2SO4 SPSS. Kemudian diuji lanjut dengan
sehingga volume menjadi 100 ml. menggunakan DMRT pada taraf uji 5%.
Larutan ini mengandung 50 ppm
larutan standar. Dibuat deret standar
P dari larutan 50 ppm sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap pemberian pupuk cair dengan


Berat basah tajuk tanaman uji tidak konsentrasi 50 dan 100 ml/polybag. Pada
dipengaruhi oleh pemberian inokulum jamur perlakuan 200 ml/polybag tanaman uji
mikoriza arbuskular. Berat basah tajuk cenderung memiliki berat basah tajuk
dipengaruhi oleh konsentrasi pemberian terendah (gambar 4.1). Tidak terjadi
pupuk kompos cair. Berat basah tajuk interaksi antara mikoriza dan pupuk kompos
tertinggi terdapat pada konsentrasi pupuk cair terhadap berat basah tajuk tanaman uji.
kompos cair 0 ml/polybag terutama pada
tanaman yang tidak diberi inokulum
mikoriza meskipun tidak berbeda nyata

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 156


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

Gambar 2. Berat kering tajuk bawang


Gambar 1. Berat basah tajuk bawang merah merah (Allium cepa L.) yang diberi pupuk
(Allium cepa L.) yang diberi pupuk kompos cair kompos cair dengan konsentrasi 0
dengan konsentrasi 0 ml/polybag (K1), 50 ml/polybag (K1), 50 ml/polybag (K2), 100
ml/polybag (K3) dan 200 ml/polybag (K4)
ml/polybag (K2), 100 ml/polybag (K3) dan 200 dengan tanpa inokulum jamur mikoriza
ml/polybag (K4) dengan tanpa inokulum jamur arbuskular (M0) dan dengan inokulum jamur
mikoriza arbuskular (M1) umur 36 hari
mikoriza arbuskular (M0) dan dengan inokulum
setelah tanam. Nilai yang diberikan adalah
jamur mikoriza arbuskular (M1) umur 36 hari nilai rata-rata ± standar deviasi.
setelah tanam. Nilai yang diberikan adalah nilai
rata-rata ± standar deviasi. Batang grafik yang
diikuti oelh huruf yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Berat kering tajuk tanaman uji tidak


dipengaruhi oleh pemberian inokulum jamur
mikoriza arbuskular. Konsentrasi pupuk
Gambar 3. Berat basah akar bawang merah
kompos cair juga tidak memberikan (Allium cepa L.) yang diberi pupuk kompos cair
pengaruh terhadap berat kering tajuk dengan konsentrasi 0 ml/polybag (K1), 50
ml/polybag (K2), 100 ml/polybag (K3) dan 200
tanaman uji. Tanaman uji yang diberi pupuk ml/polybag (K4) dengan tanpa inokulum jamur
mikoriza arbuskular (M0) dan dengan inokulum
cair dengan konsentrasi 200 ml/polybag
jamur mikoriza arbuskular (M1) umur 36 hari
cenderung memiliki berat kering tajuk setelah tanam. Nilai yang diberikan adalah nilai
rata-rata ± standar deviasi. Batang grafik yang
terendah (gambar 4.2). Tidak terdapat diikuti oelh huruf yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
interaksi antara inokulum jamur mikoriza
arbuskular dan konsentrasi pupuk kompos Berat basah akar tanaman uji tidak
cair terhadap berat kering tajuk tanaman uji. dipengaruhi oleh konsentrasi pupuk kompos
cair. Berat basah akar tanaman uji
cenderung lebih rendah pada tanaman yang
diberi inokulum jamur mikoriza arbuskular

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 157


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

(gambar 4.3). Tidak terdapat interaksi


antara inokulum jamur mikoriza arbuskular
dan konsentrasi pupuk kompos cair
terhadap berat basah akar tanaman uji.
Pemberian inokulum jamur mikoriza
arbuskular dan konsentrasi pupuk kompos
cair tidak berpengaruh terhadap berat
kering akar tanaman uji. Tidak terdapat Gambar 5. Kadar fosfor (P) pada tajuk bawang
merah (Allium cepa L.) yang diberi pupuk
interaksi antara pupuk kompos cair dan kompos cair dengan konsentrasi 0 ml/polybag
inokulum jamur mikoriza arbuskular (K1), 50 ml/polybag (K2), 100 ml/polybag (K3)
dan 200 ml/polybag (K4) dengan tanpa inokulum
terhadap berat kering akar tanaman uji jamur mikoriza arbuskular (M0) dan dengan
inokulum jamur mikoriza arbuskular (M1) umur
(gambar 4).
36 hari setelah tanam. Nilai yang diberikan
adalah nilai rata-rata ± standar deviasi.

Pada penelitian ini tanaman dengan tanpa


pemberian pupuk (0 ml/polybag) cenderung
tumbuh lebih baik dibandingkan dengan
tanaman yang diberikan pupuk kompos cair,
dengan melihat parameter dari berat kering
tajuk yang diukur. Tanaman bawang yang
Gambar 4. Berat kering akar bawang merah diberi pupuk kompos cair dengan
(Allium cepa L.) yang diberi pupuk kompos cair
konsentrasi 200 ml/polybag cenderung
dengan konsentrasi 0 ml/polybag (K1), 50
ml/polybag (K2), 100 ml/polybag (K3) dan 200 memiliki berat kering tajuk terendah.
ml/polybag (K4) dengan tanpa inokulum jamur
mikoriza arbuskular (M0) dan dengan inokulum Kurangnya pengaruh pupuk kompos cair
jamur mikoriza arbuskular (M1) umur 36 hari
pada penelitian ini mungkin disebabkan
setelah tanam. Nilai yang diberikan adalah nilai
rata-rata ± standar deviasi. salah satunya oleh kelebihan unsur hara P.
Fosfor merupakan unsur hara makro
Pemberian inokulum jamur mikoriza
esensial yang dibutuhkan tanaman untuk
arbuskular dan konsentrasi pupuk kompos
pembentukan sel pada jaringan akar dan
cair tidak memberikan pengaruh terhadap
tunas yang sedang tumbuh serta
kadar fosfor dalam tajuk tanaman uji. Tidak
memperkuat batang (Aleel, 2008). Semakin
terdapat interaksi interaksi antara inokulum
tinggi dosis pupuk kompos cair yang
jamur mikoriza arbuskular dengan
diberikan pertumbuhan tanaman cenderung
konsentrasi pupuk kompos cair terhadap
semakin rendah. Hal ini menunjukkan
kadar fosfor dalam tajuk tanaman uji.
bahwa dosis pupuk yang diberikan melebihi

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 158


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

dosis optimal yang diperlukan untuk juga mampu meningkatan berat segar dan
pertumbuhan tanaman bawang merah. berat kering tanaman serta meningkatkan
Kebutuhan unsur hara pada tanaman serapan air dan unsur hara baik unsur hara
bawah merah cenderung lebih rendah dari makro maupun mikro (Nasaruddin, 2012).
tanaman lain seperti jagung. Efektivitas jamur mikoriza arbuskular
Menurut Sumarni dkk. (2012) dosis pupuk P dipengaruhi oleh kesesuaian jenis genotip
92-126 kg/ha merupakan dosis optimal tanaman, suhu, media tanam, lama
untuk pertumbuhan tanaman bawang penyimpanan dan daya kecambah. Lama
merah. Sedangkan pada tanaman jagung penyimpanan akan menyebabkan
dosis optimal pupuk P yaitu 150-240 kg/ha menurunnya kualitas spora jamur mikoriza
(Herlina dkk, 2018 dan La Habi, 2012). sehingga mempengaruhi daya infeksinya
Dosis optimal pupuk P pada tanaman pada tanaman inang (Smith dan Read,
jagung lebih tinggi dibandingkan dengan 2008). Inokulum yang digunakan pada
dosis optimal pupuk P pada tanaman penelitian ini merupakan inokulum yang
bawang merah. Akan tetapi kandungan telah disimpan selama kurang lebih 10
unsur hara tanah pada penelitian ini tidak bulan. Setiap inokulum jamur mikoriza
dilakukan pengukuran. arbuskular memiliki daya simpan yang
Pemberian unsur hara P yang melebihi berbeda-beda. Menurut Astiko (2008),
kebutuhan tanaman dapat menghambat jamur mikoriza arbuskular jenis Glomus
pertumbuhan tanaman, bahkan pada tingkat clorum hanya dapat disimpan selama 4
dosis yang lebih tinggi akan menyebabkan bulan. Setelah melewati waktu tersebut
kematian tanaman (Liferdi, 2010). Meskipun inokulum akan menampakkan gejala
pada penelitian ini konsentrasi fosfor pada penurunan viabilitasnya yaitu dengan
tanaman tidak dipengaruhi oleh konsentrasi menurunnya kemampuan infeksi pada
pupuk kompos cair dan pemberian inokulum tanaman inang. Menurunnya daya infeksi
jamur mikoriza arbsukular. tersebut akan mempengaruhi efektivitas
Tanaman yang diinokulasikan dengan jamur mikoriza pada tanaman inang.
mikoriza arbuskular cenderung memiliki
kandungan fosfor (P) lebih tinggi SIMPULAN
dibandingkan dengan tanaman yang tidak Pemberian inokulum jamur mikoriza
bermikoriza. Hal ini karena mikoriza arbuskula tidak meningkatkan pertumbuhan
memiliki hifa yang dapat membantu akar tanaman bawang merah disebabkan
untuk menjangkau unsur hara yang sulit kualitas inokulum yang sudah tidak baik.
dijangkau oleh akar (Musfal, 2010). Mikoriza Pemberian pupuk kompos cair sebanyak

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 159


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

200 ml/ploybag cenderung akan Jagung Hibrida. Agrosains, 20(2), 34-


39.
menghambat pertumbuhan tajuk tanaman
bawang merah. Hodge, A, Storer, K .2014. Arbuscular
mycorrhizal and nitrogen: implications
for individual plants through to
DAFTAR PUSTAKA
ecosystems. Journal Plant Soil, 386,
Aleel, K.G. 2008. Phosphate Accumulation 1-19.
in Plant: Signaling. Plant Physiol, 148,
3-5. Koske RE, Poison WR .1984. Are VA
mycorrhizae required for sand dune
Astiko, W. 2008. Kesesuaian Jenis stabilization?. Journal Bioscience, 34,
Kemasan, Suhu, dan Lama 420-424.
Penyimpanan Inokulum Komersial
Jamur Mikoriza Tanah Vertisol La Habi, M. 2012. Ketersediaan Fosfat,
Lombok. CropAgro, 2, 144-150. Serapan Fosfat dan Hasil Tanaman
Jagung Akibat Pemberian Bokashi Ela
Auge RM .2001. Water relations, drought Sagu dengan Pupuk Fosfat pada
and vesicular arbuscular mycorrhizal Inceptisols. Buana Sains, 12(1), 63-
symbiosis. Journal Mycorrhiza, 11, 3- 70.
24.
Lekberg Y, Gibbons SM, Rosendahl S,
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Rawsey PW .(2013). Severe plant
Cabai Besar, Cabai rawit dan Bawang invasions can increase mycorrhizal
Merah. Diperoleh dari website Badan fungal abundance and diversity.
Pusat Statistik: https://www.bps.go.id. Journal ISME J, 7,1423-1433.
Diakses 10 September 2018.
Liferdi, L. 2010. Efek Pemberian Fosfor
Cavagnaro TR, Gao LL, Smith FA, Smith Terhadap Pertumbuhan dan Status
SE. 2001. Morphology of arbuscular Hara pada Bibit Manggis. J. Hort,
mycorrhizas is influenced by fungal 20(1), 18-26.
identity. Journal New Phytol, 151,
469-475. Nasaruddin. 2012. Respon Pertumbuhan
Bibit Kakao Terhadap Inokulasi
Giovannetti, M., and Mosse, B. 1980. An Azotobacter dan Mikoriza. Agrivigor,
evaluation of techniques for 11(2), 300-315.
measuring vesicular arbuscular
mycorrhizal infection in roots. Journal Nusantara, D.A., 2002. Tanggap semai
New Phytol, 84, 489-500. sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen) terhadap inokulasi ganda
Harso, W. 2017. Pengaruh Pemberian cendawan mikoriza arbuskular dan
Kompos padat dan Kompos Cair Rhizobium sp. J. Ilmu-Ilmu Pertanian
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Indonesia, 22(4), 62-70.
yang Ditumbuhkan pada Media Tanah
atau Gambut. Natural Science: Musfal. 2010. Potensi Cendawan Mikoriza
Journal of Science and Technology, Arbuskular untuk Meningkatkan Hasil
6(1), 83-89. Tanaman Jagung. Litbang Pertanian,
29(4), 154-158.
Herlina, M.P., Yunus, A., Harjoko, D. 2018.
Dosis Pupuk Fosfat Terhadap Phillip, J.M. and Hayman, D.S., 1970.
Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Improved procedurres for clearing

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 160


Palesa, dkk. Biocelebes. Agustus. 2020. Vol. 14 No. 2, 150-161

roots staining parasitics and VAM Sumarni, N., Rosliani, R., Basuki, RS.,
fungi for rapid accesment of infection. Hilman, Y. 2012. Respons Tanaman
Journal Trans Brit Mycol Soc, 46(2), Bawang Merah Terhadap Pemupukan
235-244. Fosfat pada Beberapa Tingkat
Kesuburan Lahan (Status P-Tanah).
Putrasamedja, S., Suryadi, dan Maskar. J. Hort, 22(2), 129-137.
2004. Evaluasi Pertumbuhan Dan
Daya Hasil Enam Klon Bawang Merah Sumarni, N., Rosliani, R., Suwandi. 2012.
Di Dataran Rendah Donggala. Optimasi Jarak Tanam dan Dosis
Pembangunan Pedesaan, 4(3), 157- Pupuk NPK untuk Produksi Bawang
158. Merah dari Benih Umbi Mini di
Dataran Tinggi. J. Hort, 22(2), 147-
Rodriguez-Echeverria S, Crisóstomo JA, 154.
Nabais C, Freitas H. 2009.
Belowground mutualists and the Suriani, N. 2011. Bawang bawa untung.
invasive ability of Acacia longifolia in Budidaya bawang merah dan bawang
coastal dunes of Portugal. Journal putih. Yogyakarta: Cahaya Atma
Biol Invasions, 11, 651–661. Pustaka.

Smith, S. E and Read, DJ. 2008. Widyati, E. 2013. Pentingnya Keragaman


Mycorrhizal symbiosis. New York: Fungsional Organisme Tanah
Academic Press. Terhadap Produktivitas Lahan. Tekno
Hutan Tanaman, 6(1), 29-37.

ISSN-P : 1978-6417; ISSN-E : 2580-5991 161

Anda mungkin juga menyukai