Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum

Nutrisi Tanaman

EFEKTIVITAS PEMBERIAN HARA MIKRO MELALUI MEDIA TANAM


DAN DAUN

NAMA : SRI YULIAH MAHARANI ISHAK

NIM : G011201043

KELAS : NUTRISI TANAMAN A

KELOMPOK :5

ASISTEN : MOH. NUR FAIZ

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kangkung merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia karena rasanya yang gurih. Tanaman ini termasuk kelompok
tanaman semusim dan berumur pendek dan tidak memerlukan areal yang luas untuk
membudidayakannya sehingga memungkinkan dibudidayakan di kota yang pada
umumnya lahanya terbatas, tanaman ini berasal India kemudian menyebar keberbagai
negara di Asia dan Afrika. Ditinjau dari segi kandungan gizi tanaman kangkung setiap
100 g bahan mengandung kalori sebesar 31 kal, protein 1.0 g, lemak 0.3 g, karbohidrat
7.3 g, kalsium 29 mg, vitamin A 470 mg, vitamin B1 0.05 mg, air 90.9 % (Bahar, 2018).
Kebutuhan kangkung cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan banyaknya rumah makan yang
menyajikan sayur kangkung sebagai salah satu menu mereka. Produksi kangkung di
Indonesia dapat mencapai 50.000-60.000 kg per hektar. Kangkung dalam sekali tanam
menghsilkan 5 kg benih kangkung namun menghasilkan produk yang masih.
kurang dibanding tanaman lainya. Dari aspek sosial dan ekonomi, tanaman
kangkung darat memiliki prospek yang cukup baik jika dikembangkan
ke arah agribisnis. Kangkung darat menempati urutan ke-14 dari 18 jenis sayur di
Indonesia (Sastriana dan Ngadiani, 2019).
Tanaman menyerap makanan dari dalam tanah untuk proses pertumbuhannya.
Sehingga kesuburan tanaman tergantung pada kandungan unsur hara dalam tanah.
Unsur hara dapat diserap oleh tanaman dari dalam tanah adalah unsur hara yang dalam
bentuk tersedia. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah sangat mempengaruhi kondisi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman di atasnya. Kekurangan unsur hara mikro
dapat menurunkan hasil panen secara drastis seperti kekurangan unsur hara makro.
Selain itu gejala kekurangan unsur hara mikro seringkali mirip dengan gejala
kekurangan unsur hara makro. Untuk mencegah kekurangan unsur hara
mikro (Kurniawan et al., 2020).

85
Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat diperoleh dari media tanam. Namun,
biasanya unsur hara yang terdapat di dalam media tanam tidaklah lengkap dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Oleh karena itu, diperlukan tambahan unsur hara
berupa pupuk mikro. Pemberian pupuk mikro secara rutin dan berkala serta dengan
dosis yang tepat sangat menunjang petumbuhan tanaman. Sebaliknya, pemberian
pupuk mikro yang berlebihan dan tidak tepat dosis akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian (Subrata dan Darsan, 2019).
Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan pupuk dalam bentuk
cair pada tanaman secara langsung. Metode ini merupakan metode yang efektif untuk
memberikan hara yang terkandung dalam pupuk, karena pupuk mudah masuk dan
terserap ke dalam stomata. Hasil penelitian terhadap ukuran membuka celah stomata
daun pada pagi, siang dan sore hari, menunjukkan bahwa stomata membuka maksimal
pada pagi hari. Siang hari stomata tetap membuka tetapi tidak maksimal, untuk
mengurangi terjadinya penguapan, sedangkan pada sore hari terjadi pembukaan
stomata lebih besar dari siang hari (Meirina et al., 2017).
Penyerapan hara pupuk daun lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat
akar. Oleh karena itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih efektif dibandingkan
dengan pemupukan lewat akar. Dengan melakukan penyemprotan pupuk daun pada
tanaman cabai diharapkan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman kangkung.
Beberapa merek pupuk daun yang tersedia di pasar dan dapat digunakan pada
penanaman kangkung, salah satunya yaitu meroke fitoflex. Pupuk meroke fitoflex
adalah pupuk mikro dalam bentuk powder yang berkualitas tinggi, sangat mudah larut
dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam
pupuk ini yaitu, besi (Fe) 2,5%, boron (B) 2%, mangan (Mn) 7%, molybdenum (Mo)
0,1%, tembaga (Cu) 2%, dan zinc (Zn) 5%. Cara menggunakan pupuk ini adalah
dengan menyemprotkan ke daun tanaman untuk mengatasi kekurangan unsur hara Mn,
Zn, Fe, B, Cu dan Mo (Umami et al., 2022).

86
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan praktikum mengenai efektivitas
pemberian hara mikro melalui media tanam dan daun untuk mempelajari efektivitas
pemberian hara mikro melalui media tanam dan daun.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui efektivitas
pemberian hara mikro melalui media tanam dan daun.
Kegunaan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dalam
mempelajari pengapliaksian pupuk hara mikro melalui media tanam dan daun.

87
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unsur Hara Mikro dan Peranannya
Unsur hara mikro tanaman merupakan unsur logam yaitu Cu, Fe, Mn, Ni, dan Zn
dalam bentuk ion. Keberadaan ion logam dalam tanah sebagai unsure hara mikro
seperti ionion Fe2+, Cu2+, Zn2+ , dan Mn2+ pada konsentrasi tertentu sangat diperlukan
untuk kesuburan tanaman. Tanaman membutuhkan unsur-unsur mikro kurang
dari 0,01% atau 100 ppm. Unsur-unsur tersebut diperlukan oleh tanaman hanya
pada konsentrasi sangat rendah dan sering toksik pada konsentrasi yang lebih
tinggi (Hidayah dan Sukarjo, 2017).
Terdapat unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif
sedikit yaitu unsur hara mikro. Unsur hara mikro mempunyai fungsi yang spesifik
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta fungsinya tidak dapat digantikan
secara sempurna oleh unsur hara lain, tetapi bila berlebihan akan menjadi racun bagi
tanaman tersebut. Unsur hara mikro antara lain Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn),
Mangan (Mn), Molibdenum (Mo), Boron (B), dan Klor (Cl). Unsur hara mikro
memiliki peran penting seperti unsur hara makro, walaupun kebutuhan akan unsur hara
mikro relatif rendah. Unsur hara mikro berperan dalam metabolisme yang berdampak
pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang menentukan kualitas dan
kuantitas ubikayu. Sebagai contoh apabila tanaman kekurangan unsur hara mikro Fe,
Mn, Cu, Zn, Mo, dan B berdampak pada daun tanaman yang akan mengalami klorosis,
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, dan pertumbuhan terhambat pada ujung
akar (Najib, 2020).
Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu mempunyai kesamaan.
Karena pH meningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh karena itu unsurunsur ini
umumnya terjadi pada pH tinggi. Pada unsur hara mikro Mn kelarutannya tergantung
pada kandungan air tanah. Dibawah kondisi tergenang Mn menjadi sangat menjadi
sangat terlarut dan dapat bersifat racun. Biasanya ini terjadi dibawah pH 5. Zn
keradaannya dalam tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah. Zn biasanya terjadi pada

88
moderate hingga tinggi dan lebih jelas kadar P tinggi. Biasanya Zn terjadi pada pH 6-
7 terutama bila pemupukan P berlebihan. Besi menjadi berkurangbagi tanaman bila pH
nya tinggi, sebagian besar Fe tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman (Rika, 2022).
2.2 Mekanisme Serapan Hara Mikro Melalui Media Tanam dan Daun
Secara umum, serapan hara oleh tanaman ditentukan oleh siklus transportasi
membran tanaman dan sumber ketersediaan hara. Transportasi membran dipengaruhi
oleh sifat elektrokimia yaitu kandungan H-ATPase pada bagian plasma membrane.
Plasma membran adalah bagian membran yang membatasi dinding sel
dengan sitoplasma, merupakan tempat terjadinya proses transfer ion. Sitoplasma terdiri
atas inti sel, mitokondria, dan kloroplas. Kloroplas berperan dalam mengubah
karbondioksida (CO2) yang diserap tanaman dari atmosfer menjadi senyawa organik
dan energi, untuk selanjutnya energi tersebut digunakan tanaman dalam penyerapan
unsur hara (Farrasati et al., 2021).
Pada proses serapan hara melalui akar, pergerakan hara dari dalam tanah diawali
dengan ketersediaan hara dalam bentuk ion yang terlarut dalam air tanah dan tersedia
bagi tanaman. Proses serapan hara ke dalam tanaman umumnya dapat terjadi melalui
transport aktif dan pasif. Mekanisme pergerakan hara dari larutan tanah ke akar
dipengaruhi oleh gradien konsentrasi, jenis tanaman, ketersediaan hara dalam tanah,
dan ketersediaan energi dari tanaman untuk menyerap hara tersebut. Mekanisme
perpindahan hara dari larutan tanah ke akar ini dapat melalui intersepsi akar, aliran
masa maupun difusi (Munawar, 2018).
Organ lain yang dapat berperan sebagai inlet serapan hara adalah daun. Hal ini
karena adanya stomata dan kutikula pada daun yang berfungsi sebagai pintu masuk
hara dan atau senyawa lain melalui daun. Daun menyerap hara dalam konsentrasi yang
rendah. Mekanisme serapan hara melalui daun dimulai dengan masuknya hara melalui
stomata, eksodesmata dan kutikula pada bagian epidermis menuju ke dalam sitoplasma
tanaman. Rendahnya serapan hara melalui daun dikarenakan daun memiliki respon
yang adaptif terhadap lingkungan (cekaman kekeringan dan suhu ekstrim). Oleh karena

89
itu, saat kondisi lingkungan tidak mendukung maka penyerapan hara tidak dapat
dilakukan lagi karena stomata akan menutup (Farrasati et al., 2021).
2.3 Laju Serapan Hara Mikro
Proses serapan hara oleh tanaman merupakan proses metabolisme aktif, sehingga
kondisi yang menghambat metabolisme akar juga dapat menghambat serapan hara.
Untuk dapat melangsungkan proses metabolismenya dengan baik, akar tanaman
membutuhkan air dan oksigen dalam jumlah yang cukup dan kondisi tersebut dapat
terpenuhi jika tanah memiliki struktur yang baik. Air dan oksigen merupakan
komponen penting yang sangat mempengaruhi berbagai macam proses fisik, kimia,
dan biologi di dalam tanah. Ketika kadar oksigen tanah rendah maka tanah berada
dalam kondisi reduktif. Pada kondisi reduktif, beberapa hara seperti N dalam bentuk
ammonium (NH4+), P, K, Ca, Mg, Mn, dan Fe akan meningkat kelarutannya sehingga
konsentrasinya di dalam tanah juga meningkat. Namun konsentrasi hara yang terlalu
tinggi terutama hara mikro, contohnya besi (Fe) dalam bentuk fero (Fe2+), dapat
menyebabkan tanaman mengalami keracunan besi. Keracunan besi pada tanaman dapat
terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung. Keracunan secara langsung
terjadi ketika besi terlalu banyak diserap oleh tanaman dan terakumulasi di dalam
jaringan. Sementara, secara tidak langsung konsentrasi besi yang tinggi dapat
menyebabkan terhambatnya penyerapan, pengangkutan, dan pemanfaatan unsur hara
lainnya seperti N, P, K, Ca, Mg, Mn dan Zn dikarenakan terjadinya akumulasi Fe3+
(iron plaque) pada apoplast akar tanaman (Ginting, 2020).
Hara yang diserap oleh akar akan diangkut sampai ke bagian daun melalui
serangkaian tahapan (penyerapan pasif, penyerapan aktif dan alih tempat). Gerakan
pasif merupakan proses difusi dan pertukaran ion pada daerah perakaran. Gerakan aktif
merupakan penyerapan hara oleh akar dengan menembus membran sel. Dalam
penyerapan ini membutuhkan energi untuk melewati membran sel, konsentrasi dalam
sel harus lebih besar dibanding di luar sel. Penyerapan hara secara aktif dapat menyerap
hara dengan selektif (Sagala et al., 2022).

90
Meskipun porsi nya jauh lebihh rendah dibandingkan dengan serapan melalui akar
unsur hara terutama yang berada dalam bentuk gas (CO2, O2, SO2) dapat diserap oleh
tanaman melalui daun atau organ tanaman lain yang berada dipermukaan tanah.
Serapan melalui daun penting terutama untuk unsur unsur mikro. Unsur mikro
diperlukan tanaman dalam jumlah sangat kecil, jika diberikan lewat tanah sebagian
akan terjerap kuat pada partikel tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Sebaliknya
jika unsur mikro diberikan melewati daun semua unsur dapat langsung memasuki
tumbuhan tanaman (Nurhayati, 2021).
2.4 Pengaruh Perbedaan Media Aplikasi terhadap Efektivitas Penyerapan Hara
Mikro
Pertumbuhan suatu tanaman bergantung pada jumlah bahan makanan yang
diberikan padanya. Banyaknya unsurunsur yang diambil oleh suatu tanaman memiliki
pengaruh timbal balik (Dwidjoseputro, 1980). Media tanam berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya akar serta menahan unsur hara dan air untuk sementara
waktu. Jenis dan sifat media tanam akan mempengaruhi ketersedian unsur hara dan air
di daerah perakaran. Setiap media tanam akan berbeda pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman (Subrata dan Darsan, 2019).
Pemupukan terdapat dua jenis yaitu melalui daun atau foliar application dan
melalui tanah atau akar tanaman. Kecepatan serapan hara tanaman juga dipengaruhi
oleh status hara dalam tanah. Kadar hara tanah rendah, maka penyerapan hara melalui
daun relatif lebih cepat. Kelebihan pemupukan melalui daun meliputi tanaman dapat
dengan segera menyerap melalui stomata, menghindarkan tanah dari kejenuhan,
pemberian pupuk daun yang berisi hara mikro dapat mengganti kekurangan hara yang
terkuras akibat pemupukan hara makro yang berlebih. Aplikasi pemberian hara
tanaman dipengaruhi oleh jenis hara dan konsentrasi (Faizah, 2018).
Penyerapan hara melalui daun dilakukan melalui stomata, dan dibatasi dinding
luar sel epidermis. Dinding sel dilindungi oleh lapisan yang bersifat hidrofobik.
Penyerapan hara melalui daun dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, valensi,
temperatur dan tingkat aktivitasnya. Pemupukan melalui daun relatif cepat

91
berpengaruh dibandingkan melalui akar. Pemupukan melalui daun mengalami
permasalahan, yaitu kemampuan penetrasi hara sangat lambat, hara mudah tercuci air
hujan, hara sukar menempel pada daun yang memiliki lapisan hidropobik, kecepatan
perpindahan hara terbatas, terutama daun yang berumur tua, membutuhkan tambahan
tenaga, peralatan dan biaya, jika diberikan dalam konsentrasi yang tinggi, daun sering
mengalami kerusakan (Purba et al., 2021).
2.5 Interaksi Hara Makro dan Mikro dalam Mendukung Efektivitas Penyerapan
Hara
Tanah dan tanaman memiliki hubungan timbal balik yang sangat penting.
Tanaman menyerap air, unsur hara dan lainnya dari tanah serta hasil ekskresi tanaman
masuk ke dalam tanah. Unsur hara yang diserap oleh tanaman berupa unsur hara makro
dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diserap oleh tanaman dalam jumlah banyak
sedangkan unsur hara mikro diserap dalam jumlah yang sedikit. Walaupun diserap
dalam jumlah sedikit namun unsur hara mikro memiliki peranan penting dalam proses
metabolisme tanaman khususnya untuk membantu kerja enzim. Kekurangan unsur hara
mikro akan menyebabkan kerja enzim terganggu dan kelebihan unsur hara makro
mengakibatkan keracunan pada tanaman (Nurhayati, 2021).
Upaya untuk memenuhi unsur hara merupakan hal mutlak karena ketersediaan
unsur hara di alam sangat terbatas, dan semakin berkurang karena telah terserap oleh
tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat digolongkan dalam dua golongan
besar, yaitu Unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Unsur hara makro terdiri atas nitrogen (N),
phosfor (P), kalium (K), sulfur/belerang (S), calsium (Ca), dan magnesium (Mg).
Unsur hara makro yang diperoleh dari udara adalah carbon (C), hidrogen (H) dan
oksigen (O). Unsur hara mikro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak dan bervariasi tergantung jenis tanaman.Unsur hara
mikro terdiri atas klor (Cl), zat besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), boron
(B), molibdenum (Mo) (Purba et al., 2021).

92
Batas perbedaan unsur hara makro dan mikro adalah 0, 02 % dan bila kurang
disebut unsur hara mikro. Ada juga unsur hara yang tidak mempunyai fungsi pada
tanaman, tetapi kadarnya cukup tinggi dalam tanaman dan tanaman yang hidup pada
suatu tanah tertentu selalu mengandung unsur hara tersebut misalnya unsur hara Al
(Aluminium), Ni (Nikel), dan Fe (Besi). Unsur hara C diperlukan dalam jumlah 43,6
%, O sebanyak 44,4 % dan H sebanyak 6,2 %. Beberapa komponen penting yang
diperlukan dalam jumlah kecil disebut unsur hara mikro. Semua unsur penting tanaman
secara khusus melakukan peran nutrisi dalam rasio yang seimbang, yang diperlukan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya ion divalen dari mangan
(Mn) yang diubah menjadi trivalen dan tetravalen memainkan peranan penting dalam
jumlah oksidasi proses reduksi seperti rantai transpor elektron dalam fotosintesis.
Mangan juga bertindak sebagai aktivator beberapa enzim yang terlibat dalam siklus
asam sitrat, reaksi fosfor, metabolisme karbohidrat, proses karboksilasi dan reaksi
oksidasi (Nurhayati, 2021).

93
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum efektivitas pemberian hara mikro melalui media tanam dan daun
dilaksanakan di Plantation Nursery, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi Selatan. Praktikum ini dilaksanakan mulai dari bulan September
hingga bulan November 2022 setiap hari Minggu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu papan penanda, cangkul,
gunting/cutter, timbangan analitik, penggaris, handsparyer, gelas ukur dan oven.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih kangkung, NPK
Mutiara 16:16:16, pupuk mikro majemuk (Meroke Fitoflex), polybag (ukuran 25 x 30),
aplikasi petiole, amplop coklat F4 dan amplop putih 95 x 152 mm.
3.3 Metode Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK), dimana perlakuannya yaitu pemupukan dengan 3 taraf
A0 : Tanpa pemupukan (kontrol)
A1 : Pemupukan mikro melalui media tanam
A2 : Pemupukan mikro melalui daun
Dengan demikian, terdapat 3 perlakuan, dalam 1 ulangan terdapat 9 tanaman
yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 tanaman.
3.4 Pelaksanaan Percobaa
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan tanah 2/3 kedalam polybag 25 x 30 cm,
3. Menanam benih kangkung pada polybag
4. Mengaplikasikan pupuk NPK mutiara pada media tanam yang dilakukan setiap
minggu

94
5. Mengaplikasian pupuk mikro (Meroke Fitoflex) dengan dosis 75 kg/ha
berdasarkan rekomendasi pupuk pada kemasan yang dilakukan 2 minggu sekali
3.5 Pemeliharaan Tanaman
Prosedur dalam pemeliharaan tanaman dalam efektivitas pemberian hara mikro
melalui media tanam dan daun adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan tanaman dilakukan penyiram 2 kali sehari pada pagi hari dan sore
hari
3.6 Parameter Pengamatan
1. Jumlah daun
Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung daun yang sudah sempurna
pengamatan ini dilakukan 2 minggu sekali.
2. LMA daun
LMA daun (menghitung massa daun per luas) dengan rumus:
Berat kering daun
LMA = Luas daun

Parameter ini dilakukan di akhir percobaan.


3. Nisbah Tajuk Akar
Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung menggunakan rumus
Berat Kering Akar
Nisbah Tajuk Akar = Berat Kering Tajuk

Parameter ini dilakukan di akhir percobaan.


4. Nisbah Akar Tajuk
Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung menggunakan rumus
Berat Kering Tajuk
Nisbah Akar Tajuk =
Berat Kering Akar

Parameter ini dilakukan di akhir percobaan.


3.6 Analisis Data
Data dikumpulkan kemudian ditabulasi dalam bentuk tabel. Data yang sudah
ditabulasi kemudian diolah dan dianalisis dengan Sidik Ragam (ANOVA). Apabila

95
berpengaruh nyata, maka akan diuji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) dengan taraf kepercayaan 95%.

96
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Jumlah Daun
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan mikro melalui
media tanam dan daun tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah daun. Hasil
pengamatan rata-rata jumlah daun dan sidik ragamnya di sajikan pada Tabel lampiran
1a dan 1b.
Perlakuan pemupukan mikro melalui media tanam (A1) menghasilkan rata-rata
jumlah daun tertinggi yaitu 70,3 helai sedangkan rata-rata jumlah daun terendah
terdapat pada perlakuan pemupukan mikro melalui daun (A2) yaitu 67,7 helai pada
gambar 1.

Jumlah daun (Helai)


71.0 70.3
70.0
69.0 68.3
68.0 67.7

67.0
66.0
A0 (Kontrol) A1 (Pemupukan mikro A2 (Pemupukan mikro
melalui media tanam) melalui daun

Gambar 16. Rata-rata jumlah daun


4.1.2 LMA Daun
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan mikro melalui
media tanam dan daun tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata LMA daun. Hasil
pengamatan rata-rata jumlah daun dan sidik ragamnya di sajikan pada Tabel lampiran
2b dan 2c.
Perlakuan kontrol tanpa pemupukan mikro melalui media tanam maupun daun
(A0) menghasilkan rata-rata LMA daun tertinggi yaitu 0,0070 sedangkan rata-rata
LMA daun terendah terdapat pada perlakuan pemupukan mikro melalui daun (A2)
yaitu 0,0050 pada gambar 2.

97
Rata-rata LMA Daun
0.0080 0.0070
0.0070
0.0060 0.0055
0.0050
0.0050
0.0040
0.0030
0.0020
0.0010
0.0000
A0 (Kontrol) A1 (Pemupukan mikro A2 (Pemupukan mikro
melalui media tanam) melalui daun

Gambar 17. Rata-rata LMA daun


4.1.3 Nisbah Akar Tajuk
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan mikro melalui
media tanam dan daun tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata nisbah akar tajuk.
Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun dan sidik ragamnya di sajikan pada Tabel
lampiran 3a dan 3b.
Perlakuan pemupukan mikro melalui media daun (A2) menghasilkan rata-rata
nisbah akar tajuk tertinggi yaitu 11,92 sedangkan rata-rata nisbah akar tajuk terendah
terdapat pada perlakuan pemupukan mikro melalui media tanam (A1) yaitu 2,63 pada
gambar 3.

Rata-rata Nisbah Akar Tajuk


14.00
11.92
12.00
10.00
8.00
6.00
3.57
4.00 2.63
2.00
0.00
A0 (Kontrol) A1 (Pemupukan mikro A2 (Pemupukan mikro
melalui media tanam) melalui daun

Gambar 18. Rata-rata Nisbah Akar Tajuk.

98
4.1.3 Nisbah Tajuk Akar
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan mikro melalui
media tanam dan daun tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata nisbah tajuk akar.
Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun dan sidik ragamnya di sajikan pada Tabel
lampiran 3a dan 3b.
Perlakuan pemupukan mikro melalui media tanam (A1) menghasilkan rata-rata
nisbah tajuk akar tertinggi yaitu 0.43 sedangkan rata-rata nisbah tajuk akar terendah
terdapat pada perlakuan pemupukan mikro melalui daun (A2) yaitu 0,19 pada gambar
4.

Rata-rata Nisbah Tajuk Akar


0.50 0.43
0.40
0.30
0.30
0.19
0.20

0.10

0.00
A0 (Kontrol) A1 (Pemupukan mikro A2 (Pemupukan mikro
melalui media tanam) melalui daun

Gambar 19. Rata-rata Nisbah Tajuk Akar


4.2 Pembahasan
Berdasarkan gambar 16, yaitu rata-rata jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan
pemupukan mikro melalui media tanam (A1) menghasilkan rata-rata jumlah daun
tertinggi. Hal ini karena jumlah serapan hara cukup untuk tanaman mengakibatkan
jumlah daun meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Syahputra et al., (2017) bahwa
jumlah serapan unsur hara untuk tanaman sangat ditentukan oleh keseimbangan air dan
udara di dalam media tanam, bila udara dan air seimbang di dalam media tanam, maka
akar tanaman akan menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup sehingga
pertumbuhan dan jumlah daun tanaman akan meningkat.
Berdasarkan gambar 17, yaitu rata-rata LMA daun menunjukkan bahwa
Perlakuan kontrol tanpa pemupukan mikro melalui media tanam maupun daun (A0)

99
menghasilkan rata-rata LMA daun tertinggi. Hal ini karena pemberian pupuk NPK
mutiara cukup untuk meningkatkan LMA daun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prasetya (2017), bahwa semakin dewasanya tanaman, maka sistem perakaran telah
berkembang dengan baik dan lengkap, sehingga tanaman semakin mampu menyerap
unsure hara dalam bentuk anion dan kation yang mengandung unsur N, P dan K yang
terdapat pada pupuk mutiara tersebut. Dengan banyaknya unsur hara yang dapat
diserap oleh tanaman, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman semakin
meningkat.
Berdasarkan gambar 18, yaitu rata-rata nisbah akar tajuk menunjukkan bahwa
Perlakuan pemupukan mikro melalui media daun (A2) menghasilkan rata-rata nisbah
akar tajuk tertinggi. Hal ini karena pemberian unsur hara mikro lebih efektif digunakan
pada daun karena penyerapannya lebih cepat dibandingkan dengan melalui media
tanam. Hal ini sesuai dengan pendapat Fauziah et al., (2018) bahwa pemupukan
melalui tanah tidak dapat langsung diserap tanaman karena beberapa unsur hara
ditransformasikan dahulu menjadi unsur hara dapat diserap tanaman. Pemupukan
melalui daun tidak dapat menggantikan fungsi akar yang digunakan untuk menyerap
unsur hara dari dalam tanah, tetapi dalam hal-hal tertentu pemupukan lewat daun
memberikan hasil yang efektif dan cepat terutama unsur-unsur mikro.
Berdasarkan gambar 19, yaitu rata-rata nisbah tajuk akar menunjukkan bahwa
perlakuan pemupukan mikro melalui media tanam (A1) menghasilkan rata-rata nisbah
tajuk akar tertinggi. Hal ini karena terpenuhinya kebutuhan hara dan ketersediaan air
bagi tanaman sangat menentukan peningkatan rasio tajuk akar, sehingga akar dan tajuk
dapat tumbuh dengan seimbang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tanjung (2021),
bahwa semakin baik agregat media atau tanah maka perakaran akan semakin leluasa
tumbuh dan berkembang melalui mekanisme pemanjangan sel menjangkau letak
sumber hara dan air tersebut, dengan kondisi tanah yang subur maka akar tanaman akan
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, pertumbuhan akar yang lebih baik maka
akan dapat mendukung pertumbuhan tajuk yang lebih baik pula.

100
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu media tanam berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya akar serta menahan unsur hara dan air untuk sementara
waktu. Jenis dan sifat media tanam akan mempengaruhi ketersedian unsur hara dan air
di daerah perakaran. Sedangkan pemupukan melalui daun tidak dapat menggantikan
fungsi akar yang digunakan untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah, tetapi dalam
hal-hal tertentu pemupukan lewat daun memberikan hasil yang efektif dan cepat
terutama unsur-unsur mikro.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum ini adalah supaya lebih berhati-
hati dan teliti dalam melakukan percobaan telebih pada saat pemupukan, agar tidak
terjadi kesalahan sehingga tidak mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman.

101
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, A. E. 2018. Pengaruh pemberian limbah air cucian beras terhadap pertumbuhan
tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) (Doctoral dissertation,
Universitas Pasir Pengaraian).
Faizah, S. N. 2018. Peran Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Indonesia
sebagai Lumbung Pangan Dunia. Jurnal UNS, 2(1), 27-35.
Farrasati, R., Pradiko, I., Rahutomo, S., dan Ginting, E. N. 2021. Pemupukan melalui
tanah serta daun dan kemungkinan mekanismenya pada tanaman kelapa
sawit. WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 26(1), 7-19.
Fauziah, F., Wulansari, R., dan Rezamela, E. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Mikro
Zn dan Cu serta Pupuk Tanah terhadap Perkembangan Empoasca sp. pada Areal
Tanaman Teh. Agrikultura, 29(1), 26-34.
Ginting, E. N. 2020. Pentingnya Bahan Organik Untuk Meningkatkan Efisiensi dan
Efektivitas Pemupukan di Perkebunan Kelapa Sawit. WARTA Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, 25(3), 139-154.
Hidayah, A., dan Sukarjo, S. 2017. Ketersediaan unsur hara mikro (Fe, Cu, Zn dan Mn)
pada lahan pertanian di Kabupaten Banjarnegara. In Prosiding Seminar
Nasional Fakultas Pertanian UNS (Vol. 1, No. 1, pp. 329-333).
Kurniawan, F., Setiawan, K., Hadi, M. S., dan Agustiansyah, A. 2020. Karakter
Agronomi dan Produksi Tanaman Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz) Akibat
Pemupukan Hara Mikro. Inovasi Pembangunan–Jurnal Kelitbangan, 8(1), 29-
38.
Meirina, T., Darmanti, S., dan Haryanti, S. 2017. Produktivitas Kedelai (Glycine max
(L.) Merril var. Lokon) yang Diperlakukan dengan Pupuk Organik Cair Lengkap
pada Dosis dan Waktu Pemupukan yang Berbeda. Anatomi Fisiologi, 17(2), 22-
32.
Munawar, A. 2018. Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. PT Penerbit IPB Press.
Najib, M. F. 2020. Perbandingan Produksi Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz) Akibat
Penambahan Pupuk Kcl dan Pemberian Pupuk Mikro Saat Panen 7
Bulan. Inovasi Pembangunan: Jurnal Kelitbangan, 8(03), 237-237.
Nurhayati, D. R. 2021. Pengantar Nutrisi Tanaman. Scopindo Media Pustaka.
Purba, T., Ningsih, H., Purwaningsih, P., Junaedi, A. S., Gunawan, B., Junairiah, J.,
dan Arsi, A. 2021. Tanah dan Nutrisi Tanaman. Yayasan Kita Menulis.
Prasetya, M. E. 2017. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara dan Pupuk Kandang Sapi
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting Varietas

102
Arimbi (Capsicum Annuum L.). Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan
Kehutanan, 13(2), 191-198.
Rika, M. A. 2022. Kajian Unsur Hara Makro dan Mikro pada Pertumbuhan Tanaman.
Skripsi. UIN Raden Intan Lampung.
Sagala, D., Ningsih, H., Sudarmi, N., Purba, T., Rezki, R., Panggabean, N. H., dan
Trisnawaty, A. R. 2022. Pengantar Nutrisi Tanaman. Yayasan Kita Menulis.
Sastriana, M., dan Ngadiani, N. 2019. Pemanfaatan Pupuk Organik Kulit Pisang dan
Azolla terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat dengan Sistem
Akuaponik. STIGMA: Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unipa, 12(01), 1-10.
Subrata, B. A. G., dan Darsan, S. 2019. Efektivitas Pemberian Hara Mikro Melalui
Media dan Daun pada Tanaman Kangkung (Ipomea reptans Poir). Agrin, 22(1),
39-45.
Syahputra, E., Rahmawati, M., dan Imran, S. 2017. Pengaruh Komposisi Media Tanam
dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada
(Lactuca Sativa L.). Jurnal Floratek, 9(1), 39-45.
Tanjung, F. 2021. Pengaruh Persentase Arang Sekam sebagai Campuran Media Tanam
dan Poc Top G2 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Seledri (Apium Graveolens
L.) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).
Umami, K., Jaya, I. K. D., dan Anugrahwati, D. R. 2022. Pengaruh Pupuk Daun
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Rawit Varietas Dewata 43
Yang Ditanam Di Luar Musim. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek, 1(2),
148-154.

103
LAMPIRAN

1. Lampiran Tabel
Tabel Lampiran 13a. Rata-rata Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kangkung
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
I II III rata
A0 73 75 57 205 68.3
A1 70 72 69 211 70.3
A2 61 73 69 203 67.7
Total 204 220 195 619 68.77778

Tabel 13b. Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kangkung


F. Tab
SK DB JK KT F.Hit Ket
0.05 0.01
Perlakuan 2 85146.89 42573.44 0.17 199.50 4999.50 tn
Ulangan 2 106.89 53.44 0.00 199.50 4999.50 tn
Galat 1 255440.67 255440.67
Total 3 340587.56

104
Tabel Lampiran 14a. Hasil Pengamatan Berat Kering Daun, Luas Daun, dan LMA
Daun
Luas
Perlakuan BK
Daun LMA
U1A0 0.9 71.8 0.013
U2A0 0.53 95.3 0.006
U3A0 0.32 107.3 0.003
U1A1 0.55 77.8 0.007
U2A1 0.19 66.7 0.003
U3A1 0.45 68.7 0.007
U1A2 0.26 73.5 0.004
U2A2 0.61 112.9 0.005
U3A2 0.52 86.5 0.006

Tabel Lampiran 14b. Rata-rata LMA daun


Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
I II III
A0 0.013 0.006 0.003 0.021 0.0070
A1 0.007 0.003 0.007 0.016 0.0055
A2 0.004 0.005 0.006 0.015 0.0050
Total 0.023 0.014 0.016 0.052 0.006

Tabel Lampiran 14c. Sidik Ragam Rata-rata LMA daun


F. Tab
SK DB JK KT F.Hit Ket
0.05 0.01
Perlakua
n 2 0.00061 0.00031 0.16667 199.50000 4999.50000 tn
Ulangan 2 0.00002 0.00001 0.00446 199.50000 4999.50000 tn
Galat 1 0.00184 0.00184
Total 3 0.00245

105
Tabel Lampiran 15a. Rata-rata Rata-rata Nisbah Tajuk Akar
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
I II III rata
A0 0.20 0.34 0.35 0.89 0.30
A1 0.39 0.27 0.64 1.29 0.43
A2 0.28 0.26 0.04 0.58 0.19
sub total 0.87 0.87 1.03 2.76 0.31

Tabel 15b. Sidik Ragam Rata-rata Nisbah Tajuk Akar


F. Tab
SK DB JK KT F.Hit Ket
0.05 0.01
Perlakuan 2 1.695401 0.8477 0.166667 199.5 4999.5 tn
Ulangan 2 0.005491 0.002746 0.00054 199.5 4999.5 tn
Galat 1 5.09 5.086202
Total 3 6.78

106
Tabel Lampiran 16a. Rata-rata Rata-rata Nisbah Akar Tajuk
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
I II III rata
A0 4.92 2.96 2.83 10.71 3.57
A1 2.58 3.73 1.57 7.88 2.63
A2 3.60 3.81 28.33 35.75 11.92
sub total 11.11 10.50 32.73 54.34 9.06

Tabel 16b. Sidik Ragam Rata-rata Nisbah Akar Tajuk


F. Tab
SK DB JK KT F.Hit Ket
0.05 0.01
Perlakuan 2 656.07 328.04 0.166667 199.5 4999.5 tn
Ulangan 2 106.92 53.46 0.027162 199.5 4999.5 tn
Galat 1 1968.22 1968.22
Total 3 2624.30

107
Lampiran Denah Pengacakan
U1A0 U1A0 U1A0 U2A1 U2A1 U2A1 U3A2 U3A2 U3A2 U

\
U1A1 U1A1 U1A1 U2A2 U2A2 U2A2 U3A0 U3A2 U3A2

U1A2 U1A2 U1A2 U2A0 U2A0 U2A0 U3A1 U3A1 U3A1

V V V

108
2. Lampiran Gambar

Gambar 26. Memasukkan Gambar 27. Menanam benih Gambar 28. Mengaplikasikan
tanah 2/3 kedalam polybag kangkung pupuk NPK
25 x 30 cm

Gambar 29. Pengaplikasian


pupuk mikro melalui media
tanam dan daun

109

Anda mungkin juga menyukai