Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA PRAKTIKUM KE : V

UNSUR HARA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Nama : Melisa Andriani

NIM : 24020120120020

Kelompok :5

Kelas :B

Hari, tanggal : Kamis, 4 November 2021

Asisten : Kak Nafiah Khoirunnisa

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
ACARA V
UNSUR HARA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Kacang hijau merupakan sumber pangan yang memegang peranan penting dalam
menunjang program diversi pangan. Tanaman ini memiliki kandungan berbagai nutrisi
yang baik bagi tubuh, sehingga produksinya perlu terus ditingkatkan (Naomi, dkk.,
2018). Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan kacang – kacangan ketiga yang
banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau (Vigna radiata L.)
memiliki sistem perakaran yang bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula)
akar. Nodul atau bintil akar merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri
nitrogen dan kacang-kacangan, sehingga tanaman mampu mengikat nitrogen bebas dari
udara. (Hasanah, dkk., 2018). Berdasarkan keunggulan tersebut di atas, tanaman kacang
hijau cocok untuk ditanam dan perlu diteliti lebih lanjut mengenai teknik budidayanya,
terutama pemupukan yang tepat agar dapat mencapai hasil yang optimal (Lestari, dkk.,
2018). Pupuk yang biasa digunakan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik.
Kedua macam pupuk tersebut memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan, hasil, dan
juga serapan unsur hara tanaman (Meena, et al., 2015). Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan adalah dengan penambahan pupuk
dan bahan organik (Kristiono & Subandi 2014). Aplikasi pemupukan baik pupuk organik
maupun anorganik pada pertanaman sebelumnya, akan meninggalkan residu di dalam
tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman pada pertanaman berikutnya (Lestari, dkk.,
2018).
I.2 Tujuan
I.2.1 Mahasiswa dapat membuktikan terjadinya pertumbuhan pada tanaman.
I.2.2 Mahasiswa dapat membuktikan peran hara pada pertumbuhan tanaman
I.2.3 Mahasiswa dapat membuat dan menganalisis kurva pertumbuhan tanam an, dan
membandingkan kurva pertumbuhan tanaman yang diberi pupuk dengan tanaman
yang tidak diberi pupuk.
II. Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Unsur Hara (Definisi dan Peranan unsur Hara)
Unsur-unsur sederhana yang dibutuhkan oleh tumbuhan dikenal dengan unsur
hara (nutrients) atau nutrisi tanaman. Unsur hara atau disebut juga dengan nutrisi
tanaman ialah unsur-unsur (elemen) kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
melangsungkan proses-proses fisiologis agar kehidupan tanaman tersebut berlangsung
dengan baik. Proses fotosintesis dipengaruhi dan tergantung pada ketersediaan air dan
status unsur hara (nutrisi) dalam tanaman. Umumnya, kandungan unsur C, H, dan O
yang terkandung di dalam tanaman merupakan bagian yang paling besar dan ketiga
unsur ini dikenal sebagai penyusun utama senyawa organik tanaman. Berdasarkan
kebutuhan secara kuantitatif unsur-unsur yang berhubungan dengan nutrisi tanaman
dapat dipilahkan kepada tiga kelompok, yaitu unsur hara makro (macronutrients), unsur
hara mikro (micronutrients), dan unsur-unsur meracun (toxic elements) atau unsur
limbah (waste elements). Nutrisi dapat dipindahkan dalam tanaman ke tempat yang
paling membutuhkannya. Misalnya, tanaman akan mencoba memasok lebih banyak
nutrisi ke daunnya yang lebih muda daripada yang lebih tua. Ketika unsur hara bergerak
di dalam tanaman, gejala-gejala defisiensi akan terlihat pertama kali pada daun yang
lebih tua. Namun, tidak semua nutrisi sama-sama mobile. Nitrogen, fosfor, dan kalium
merupakan nutrien yang dapat berpindah, sedangkan yang lainnya memiliki tingkat
mobilitas yang berbeda-beda. Ketika unsur hara yang kurang bergerak berkurang, daun
yang lebih muda menderita karena unsur hara tidak naik ke atasnya tetapi tetap berada
di daun yang lebih tua. Sehingga, nutrisi sangatlah penting untuk berkecambah, tumbuh,
melawan penyakit dan hama untuk melakukan reproduksi tanaman (Sufardi, 2020).
II.1.1 Unsur Hara Makro
Unsur hara makro (macronutients) ialah unsur yang konsentrasinya dalam
jaringan tanaman lebih besar dari 0,1 persen dari berat kering mutlak. Temasuk ke
dalam unsur- unsur makro ini adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan (Na, Si).
Fungsi unsur hara makro, N, P, K, adalah merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan; meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti
aluminium, besi, dan mangan (Asngad, 2013). Dampak negatif yang dapat
disebabkan salah satunya, yaitu pada tumbuhan yang mengandung cukup unsur N
untuk sekedar tumbuh saja akan menunjukkan gejala kekahatan. Gejala kekahatan
yang ditunjukan yaitu klorosis biasa terutama pada daun tua. Apabila tumbuhan
yang kahat unsur P akan menjadi kerdil dan berwarna hijau tua. Magnesium (Mg)
dan kalsium (Ca) juga merupakan makronutrien penting. Peran kalsium ada dua:
untuk mengatur transportasi nutrisi, dan untuk mendukung banyak fungsi
enzim. Magnesium penting untuk proses fotosintesis. Mineral ini, bersama dengan
mikronutrien, yang dijelaskan di bawah, juga berkontribusi pada keseimbangan
ionik tanaman. (Indrawan, 2017).
II.1.2 Unsur Hara Mikro
Unsur hara mikro adalah elemen penting untuk pertumbuhan tanaman, tapi
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit dibandingkan dengan nutrisi primer. Dalam
proses metabolisme tanaman. Unsur mikro ini sebagian besar berupa mineral dan
logam yang tersedia secara alamiah di tanah. Namun pada lahan-lahan pertanian
intensif yang ditanami bertahun-tahun ketersediaan unsur-unsur mikro ini menjadi
semakin terbatas bahkan punah. Unsur tersebut berfungsi sebagai kofaktor
enzimatik, hal ini karena mikronutrien umumnya memainkan peranan katalitik yang
hanya dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang kecil (Asngad, 2013).
Termasuk ke dalam unsurunsur mikro ini adalah Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl, dan
(Co). Tanpa unsur mikro , bunga adenium tidak tampil prima. Bunga akan
lunglai (Sufardi, 2020). Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa
klorofil selain itu berperan sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim
respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Besi berperan dalam
proses pembentukan protein , sebagai katalisator pembentukan klorofil. Besi
berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi , sekaligus
menjadi aktivator beberapa enzim. Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk
mengubah nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen
(Sardoei, 2014).
2.2. Defisiensi Unsur Hara
Pengaruh defisiensi unsur hara yang nyata adalah menghambat pertumbuhan
tanaman sehingga ukuran tanaman menjadi relative lebih kecil. Efek lebih jauh adalah
menurunkan asimilat (hasil fotosintesis) bersih tanaman. Defisiensi unsur hara dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel secara tiba-tiba. Akan tetapi respon sel
berbeda-beda menurut jaringan dan organ tanaman. Respon sel akar (root) dan tajuk
(shoot) terhadap defisiensi unsur hara menghasilkan root/shoot rasio yang makin besar.
Artinya pada kondisi defisiensi, akar memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih baik dari
pada tajuk. Keadaan ini terjadi disebabkan oleh distribusi asimilat lebih besar ditujukan
pada akar dengan harapan akar akan tumbuh lebih cepat, lebih panjang, lebih dalam dan
kelak akan mampu memasok nutrisi untuk pertumbuhan tajuk lebih baik. Berikut
merupakan gejala umum defisiensi unsur hara. Apabila kekurangan nitrogen akan
menybebkan daun-daun tua berwarna pucat, dan pertumbuhan tanaman akan terhambat
(kerdil). Kekurangan kalium akan menyebabkan daun tua menunjukkan gejala flek
terbakar atau pada depi daun, serta tanaman akan lebih peka terhadap penyakit. Apabila
tanaman kekurangan magnesium maka tepi-tepi daun helaian di sela-sela tulang daun
dan mengalami klorosis dan disertai perubahan warna daun tua menjadi bersemu merah
muda, daun kadang-kadang menggulung mirip dengan gejala kekeringan (Wiraatmaja,
2017).
2.3. Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan merupakan suatu peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada
makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, tinggi) dan sifatnya
irreversibel (tidak dapat kembali ke asal). Tumbuh merupakan perubahan ukuran
organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme tidak kembali ke
asal dan merubah ukuran organisme dari kecil menjadi besar (Pirzad, 2012).
Pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan adanya pertambahan ukuran sel dan bahan
kering yang mencerminkan pertambahan protoplasma. Pertumbuhan ditentukan dengan
peningkatan berat kering, tinggi tanaman atau diameter batang (Winaya, 2013). Faktor -
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ada dua yaitu faktor internal (genetik)
dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal meliputi laju fotosintetik, respirasi,
pembagian hasil asimilasidan N, klorofil dan kandungan pigmen lainnya, tipe dan letak
meristem, kapasitas menyimpan cadangan makanan, aktivitas enzim, pengaruh langsung
gen, diferensiasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi iklim (cahaya, temperatur, air,
panjang hari, angin dan gas), tanah (tekstur, struktur, bahan organik, KTK, pH tanah),
biologis (Organisme Pengganggu Tanaman) (Huang, 2010).
2.3.1 Fase Pertumbuhan Vegetatif (3 Fase)
Pertumbuhan vegetatif tumbuhan adalah pertambahan volume, jumlah, bentuk
dan ukuran organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar yang dimulai dari
terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal terbentuknya organ
generatif (Solikin S., 2013). Fase vegetatif berlangsung pada saat tanaman
berumur antara 1-30 hari. Pada fase ini terjadi tiga proses penting, yakni
pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel.
Karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis dipergunakan dalam fase
vegetatif. Oleh karena itu, ketika tanaman berada pada fase ini, sangat perlu unsur
hara mineral yang mampu mempercepat ketia proses penting di atas. Pada saat
tanaman membuat sel-sel baru, mengalami pemanjangan sel, dan penebalan
jaringan, artinya tanaman tersebut sedang mengembangkan sistem perakaran,
batang, dan daunnya. Jadi, jika laju pembelahan sel, pemanjangan sel, dan
penebalan jaringan berjalan cepat, pembentukan dan pertumbuhan sistem
perakaran, batang, dan daunnya juga berlangsung cepat. Pada fase pembelahan sel
disini akan muncul kecambah yang dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, kedalaman
posisi benih , dan vigor benih.  Selama tahap ini, pertumbuhan bergantung pada
nutrisi dan cadangan makanan dari benih. Selanjutnya, pada saat tanaman
memasuki umur 20 hari, akan memasuki fase perpanjangan sel. Dimana, Daun dan
sistem perakaran berkembang dengan cepat. Pertumbuhan yang cepat memerlukan
enyiangan, pupuk,  pengairan, dan pengendalian hama dan penyakit yang optimal.
Laju akumulasi bahan kering akan konstan hingga saat memasuki masak fisiologis
bila kondisi pertumbuhan baik. Titik tumbuh masih berada di bawah permukaan
tanah. Tahap terakhir yakni tahap diferensiasi. Tahap ini berlangsung ketika
tanaman berumur 30 hari. Pada fase ini titik tumbuh mulai membentuk primordial
bunga. Setidaknya sepertiga jumlah daun sudah benar-benar berkembang, dan total
jumlah daun optimal sudah terdeferensiasi. Batang tumbuh dengan cepat mengikuti
pertumbuhan titik tumbuh. Penyerapan unsur hara secepat pertumbuhan tanaman,
sehingga kebutuhan hara dan air juga cukup tinggi, penambahan pupuk sangat
membantu tanaman untuk tumbuh optimal. Waktu yang diperlukan dari penanaman
hingga deferensiasi titik tumbuh umumnya menghabiskan sepertiga dari umur
tanaman (Andriani, 2013).
2.3.2 Pengukuran Pertumbuhan Tanaman
Pengertian pertumbuhan yaitu dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.
Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis
yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa
mengganggu tanaman yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun,
tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi bahan kering
sering dipakai sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi bahan kering
mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari
melalui proses fotosintesis serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan
lainnya. Distribusi akumulasi bahan kering pada bagianbagian tanaman seperti akar,
batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
Pertumbuhan dapat diketahui dari ukuran panjang, lebar atau luas, pertambahan
massa atau berat (Lakitan,2015).
Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai
indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur
pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan (Guritno, 2013). Bobot segar
tajuk merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk mempelajari
pertumbuhan tanaman. Bobot segar tajuk adalah bobot tanaman tanpa akar setelah
dipanen sebelum tanaman tersebut layu dan kehilangan air. Bobot segar tajuk
merupakan total bobot tanaman tanpa akar yang menunjukkan hasil aktivitas
metabolik tanaman itu sendiri (Salisbury F. B. dan C. W. Ross, 1995). Pertumbuhan
tanaman dapat diketahui salah satunya dengan cara mengukur jumlah biomassa
suatu tanaman, biomasa dapat diukur menggunakan bobot kering tanaman. Bobot
kering tajuk menunjukkan jumlah biomassa yang diserap oleh tanaman. Biomassa
merupakan akumulasi dari berbagai cadangan makanan seperti protein, karbohidrat
dan lemak. Semakin besar biomassa suatu tanaman maka proses metabolisme
dalam tanaman berjalan dengan baik, begitu juga sebaliknya jika biomassa yang
kecil menunjukkan adanya suatu hambatan dalam proses metabolisme tanaman
(Fahrudin F., 2009). Bobot segar akar adalah bobot basah akar setelah panen tanpa
ada proses pengeringan terlebih dahulu. Bobot segar akar menunjukan kandungan
air dan nutrisi pada jaringan akar. Penimbangan berat segar akar bertujuan untuk
mengetahui serapan air dan nutrisi yang terkandung dalam akar. Sistem perakaran
tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetik dari tanaman yang bersangkutan,
kondisi tanah atau media tanam (Khasanah A. R, 2015).
III. Metode
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Benih kacang hijau (vigna radiata )
III.1.2 Pot atau gelas plastik 15 buah
III.1.3 Tanah sebagai media tanam
III.1.4 Pupuk (pilih salah satu : NPK, pupuk lengkap atau kompos)
III.1.5 Penggaris
III.1.6 Buku Panduan Praktikum
III.1.7 Laptop / Gadget
III.1.8 Alat Tulis
III.2 Kerja
3.2.1. Persiapan alat dan bahan
3.2.2. Laptop atau HP dinyalakan
3.2.3. Praktikan memasuki channel Praktikum fisiologi tumbuhan
3.2.4. Pretest dijawab oleh praktikan di Microsoft Teams
3.2.5. Presentasi materi Acara III yang disampaikan oleh dosen dan asisten dosen,
diperhatikan dan dipahami dengan baik oleh praktikan
3.2.6. Diadakan meet antara asisten dosen dengan praktikan per kelompok
3.2.7. Laporan Sementara ditulis beserta penjelasannya
3.2.8. Pengumpulan laporan sementara ke folder kelompok di Microsoft Teams
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Tabel Pertumbuhan

Waktu Panjan
Ulanga Tinggi Jumlah Panjang Lebar
Perlakuan Pengamata g akar
n batang daun daun daun
n

A (Tanpa Ke 2 1 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm
Pupuk) 2 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

3 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

4 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

5 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

Rerata 10 cm  6 daun  3 cm  1 cm  1 cm

Ke 4 1 12 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

2 12 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

3 13 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

4 13 cm 6 daun 4 cm 1 cm 1 cm

5 13 cm 6 daun 4 cm 1 cm 1 cm

Rerata  12,6 cm 6 daun 3,4 cm  1 cm 1 cm

Ke 6 1 15 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

2 15 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

3 15 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

4 16 cm 6 daun 4 cm 1 cm 1 cm

5 16 cm 6 daun 4 cm 1 cm 1 cm

Rerata 15,4 cm 6 daun 3,4 cm 1 cm 1 cm

Ke 8 1 16 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1,5 cm

2 16 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1,5 cm

3 16 cm 6 daun 4 cm 1 cm 1,5 cm
4 17 cm 6 daun 4 cm 1 cm 1,5 cm

5 17 cm 6 daun 4 cm 1 cm 1,5 cm

Rerata 16,4 cm 6 daun 3,6 cm 1 cm 1,5 cm

Ke 10 1 17 cm 6 daun 4 cm 2 cm 2 cm

2 17 cm 6 daun 4 cm 2 cm 2 cm

3 18 cm 6 daun 5 cm 2 cm 2 cm

4 18 cm 6 daun 5 cm 2 cm 2 cm

5 18 cm 6 daun 5 cm 2 cm 2 cm

Rerata 17,6 cm  6 daun 4,6 cm  2 cm 2 cm

B Ke 2 1 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm
(Pupuk) 2 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

3 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

4 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

5 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

Rerata 10 cm 6 daun 3 cm 1 cm 1 cm

Ke 4 1 Mati Mati Mati Mati Mati

2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati

Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

Ke 6 1 Mati Mati Mati Mati Mati

2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati


Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

Ke 8 1 Mati Mati Mati Mati Mati

2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati

Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

Ke 10 1 Mati Mati Mati Mati Mati

2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati

Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

C (Pupuk Ke 2 1  10 cm  6 daun 3 cm  1 cm 1 cm


Berjumla 2 10 cm 6 daun 3 cm  1 cm 1 cm
h 2 Kali)
3 10 cm 6 daun 3 cm  1 cm 1 cm

4 10 cm 6 daun 3 cm  1 cm 1 cm

5 10 cm 6 daun 3 cm  1 cm 1 cm

Rerata 10 cm 6 daun 3 cm  1 cm 1 cm

Ke 4 1 Mati Mati Mati Mati Mati

2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati

Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

Ke 6 1 Mati Mati Mati Mati Mati


2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati

Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

Ke 8 1 Mati Mati Mati Mati Mati

2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati

Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

Ke 10 1 Mati Mati Mati Mati Mati

2 Mati Mati Mati Mati Mati

3 Mati Mati Mati Mati Mati

4 Mati Mati Mati Mati Mati

5 Mati Mati Mati Mati Mati

Rerata Mati Mati Mati Mati Mati

Note :

- untuk perlakuan B jumlah pupuk ½ sendok bayi


- untuk perlakuan C jumlah pupuk 1 sendok bayi
- untuk di pembahasan mati dikarenakan pemberian pupuk terlalu banyak
IV.1.2 Kurva Pertumbuhan
1) Kurva Tinggi batang

2) Kurva Jumlah daun

kurva jumlah daun


7
6
5 tanpa pupuk
jumlah daunn

dengan pupuk
4
dengan 2 pupuk
3
2
1
0
2 4 6 8 10

3) Kurva Panjang daun

kurva panjang daun


5
4
panjang daun

3 tanpa pupuk
dengan pupuk
2 dengan 2 pupuk
1
0
2 4 6 8 10
waktu pengamatan
4) Kurva Lebar daun

kurva lebar daun


2.5

2
tanpa pupuk
dengan pupuk
lebar daun

1.5
dengan 2 pupuk
1

0.5

0
2 4 6 8 10

5) Kurva Panjang Akar

kurva panjang akar


2.5

2
tanpa pupuk
panjang akar

1.5 dengan pupuk


dengan 2 pupuk
1

0.5

0
2 4 6 8 10
IV.2 Pembahasan
Praktikum Fisiologi Tumbuhan Acara V yang berjudul “Unsur Hara dan
Pertumbuhan Tanaman“ dilaksanakan pada hari Kamis, 4 November 2021 secara online
meggunakan Microsoft Teams. Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat
membuktikan terjadinya pertumbuhan pada tanaman, mahasiswa dapat membuktikan
peran hara pada pertumbuhan tanaman, mahasiswa dapat membuat dan menganalisis
kurva pertumbuhan tanam an, dan membandingkan kurva pertumbuhan tanaman yang
diberi pupuk dengan tanaman yang tidak diberi pupuk. Bahan yang digunakan pada
praktikum acara V antara lain PPT mengenai unsur hara dan pertumbuhan tumbuhan,
laporan sementara, buku panduan praktikum. Cara kerjanya diawali dengan persiapan
alat dan bahan, Laptop atau HP dinyalakan, praktikan memasuki channel Praktikum
fisiologi tumbuhan, praktikum dimulai dengan dikerjakan pretest oleh praktikan di
Microsoft Teams, Presentasi materi acara V yang disampaikan oleh dosen dan asisten
dosen, diperhatikan dan dipahami dengan baik oleh praktikan. Lalu, diadakan meet
antara asisten dosen dengan praktikan per kelompok. Laporan sementara oleh praktikan
dibuat dan dikumpulkan ke folder kelompok di Microsoft Teams.
Unsur hara merupakan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman untuk melakukan
pertumbuhannya. Unsur hara memiliki peran penting untuk tanaman dapat melakukan
fungsi fisiologisnya dengan baik, seperti berkecambah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sufardi (2020) yang menyatakan bahwa Unsur hara atau disebut juga dengan nutrisi
tanaman ialah unsur-unsur (elemen) kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
melangsungkan proses-proses fisiologis agar kehidupan tanaman tersebut berlangsung
dengan baik. Proses fotosintesis dipengaruhi dan tergantung pada ketersediaan air dan
status unsur hara (nutrisi) dalam tanaman. Umumnya, kandungan unsur C, H, dan O
yang terkandung di dalam tanaman merupakan bagian yang paling besar dan ketiga
unsur ini dikenal sebagai penyusun utama senyawa organik tanaman. Ketika unsur hara
yang kurang bergerak berkurang, daun yang lebih muda menderita karena unsur hara
tidak naik ke atasnya tetapi tetap berada di daun yang lebih tua. Sehingga, nutrisi
sangatlah penting untuk berkecambah, tumbuh, melawan penyakit dan hama untuk
melakukan reproduksi tanaman. Apabila tanaman mengalami defisiensi unsur hara maka
akan mengambah pertumbuhan dari tanaman itu sendiri. Misalkan apabila tanaman
kekurangan unsur nitrogen maka tanaman akan menjadi kerdil. Hal ini dapat
membuktikan bahwa kebutuhan akan unsur hara pada tanaman sangatlah penting. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wiraatmaja (2017) yang menyatakan bahwa Pengaruh defisiensi
unsur hara yang nyata adalah menghambat pertumbuhan tanaman sehingga ukuran
tanaman menjadi relative lebih kecil. Efek lebih jauh adalah menurunkan asimilat (hasil
fotosintesis) bersih tanaman. Defisiensi unsur hara dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan sel secara tiba-tiba. Akan tetapi respon sel berbeda-beda menurut jaringan
dan organ tanaman.
Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
besar. Unsur ini meliputi C, H,O,N,P,K,Ca,Mg,S. Dimana, unsur makro ini memiliki
manfaat bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Indrawan (2017)
yang menyatakan bahwa Unsur hara makro (macronutients) ialah unsur yang
konsentrasinya dalam jaringan tanaman lebih besar dari 0,1 persen dari berat kering
mutlak. Temasuk ke dalam unsur- unsur makro ini adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S
dan (Na, Si). Menurut Asngad (2013) menyebutkan bahwa Fungsi unsur hara makro, N,
P, K, adalah merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan; meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan membentuk senyawa kompleks dengan ion
logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan. Sedangkan, untuk
unsur hara mikro merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit
namun harus tetap ada. Unsur mikro ini memiliki fungsi untuk memainkan peranan
katalitik. Hal ini sesuai dengan pendapat Asngad (2013) yang menyatakan bahwa
Unsur hara mikro adalah elemen penting untuk pertumbuhan tanaman, tapi dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit dibandingkan dengan nutrisi primer. Dalam proses
metabolisme tanaman. Unsur mikro ini sebagian besar berupa mineral dan logam yang
tersedia secara alamiah di tanah. Namun pada lahan-lahan pertanian intensif yang
ditanami bertahun-tahun ketersediaan unsur-unsur mikro ini menjadi semakin terbatas
bahkan punah. Unsur tersebut berfungsi sebagai kofaktor enzimatik, hal ini karena
mikronutrien umumnya memainkan peranan katalitik yang hanya dibutuhkan oleh
tumbuhan dalam jumlah yang kecil. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sufardi (2020) yang
menyatakan bahwa yang termasuk kedalam dalam unsurunsur mikro ini adalah Fe, Mn,
Zn, Cu, B, Mo, Cl, dan (Co). Tanpa unsur mikro , bunga adenium tidak tampil prima.
Bunga akan lunglai.
Pertumbuhan tanaman merupakan peruahan ukuran seperti volume, massa, dan
tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman bersifat irreversible atau tidak dapat kembali. Hal
ini sesuai dengn pendapat Winaya (2013) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan
tanaman ditunjukkan dengan adanya pertambahan ukuran sel dan bahan kering yang
mencerminkan pertambahan protoplasma. Pertumbuhan ditentukan dengan peningkatan
berat kering, tinggi tanaman atau diameter batang. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman diantaranya ada faktor internal dan eksternal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Huang (2010) yang menyatakan bahwa Faktor - faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman ada dua yaitu faktor internal (genetik) dan faktor
eksternal (lingkungan). Faktor internal meliputi laju fotosintetik, respirasi, pembagian
hasil asimilasidan N, klorofil dan kandungan pigmen lainnya, tipe dan letak meristem,
kapasitas menyimpan cadangan makanan, aktivitas enzim, pengaruh langsung gen,
diferensiasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi iklim (cahaya, temperatur, air, panjang
hari, angin dan gas), tanah (tekstur, struktur, bahan organik, KTK, pH tanah), biologis
(Organisme Pengganggu Tanaman).
Pertumbuhan vegetatif merupakan fase dimana tumbuhan mengalami
pertambahan ukuran dan juga organ vegetatifnya. Pada pertumbuhan vegetatif, tanaman
sangat membutuhkan unsur hara mineral yang dapat mempercepat pertumbuhannya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Solikin (2013) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan
vegetatif tumbuhan adalah pertambahan volume, jumlah, bentuk dan ukuran organ-organ
vegetatif seperti daun, batang dan akar yang dimulai dari terbentuknya daun pada proses
perkecambahan hingga awal terbentuknya organ generatif. Karbohidrat yang dihasilkan
dari proses fotosintesis dipergunakan dalam fase vegetatif. Oleh karena itu, ketika
tanaman berada pada fase ini, sangat perlu unsur hara mineral yang mampu
mempercepat ketia proses penting di atas. Pada saat tanaman membuat sel-sel baru,
mengalami pemanjangan sel, dan penebalan jaringan, artinya tanaman tersebut sedang
mengembangkan sistem perakaran, batang, dan daunnya.
Pada kurva pertumbuhan terdapat 4 fase. Disetiap fase memiliki ciri khas atau
tanda yang menggambarkan pasa saat fase tersebut. Pertama terdapat fase lag dimana
merupakan fase dimana tumbuhan beradaptasi sehingga laju kurvanya tetap stabil. Fase
selanjutnya adalah fase log dimana nutrisi dan fisik tumbuhan sudah terpenuhi sehingga
terjadi peningkatan laju pertumbuhan. Fase stasioner merupakan fase ketiga dimana
pola pertumbuhan seimbang antara tumbuhan yang mati dan lahir sehingga kurva stabil.
Fase terakhir yang terdapat pada kurva pertumbuhan adalah fase kematian, dimana
nutrisi pada medium akan menipis sehingga tumbuhan tidak bisa bertahan hidup dan
akan mengalami kematian sehingga pada kurva terjadi penurunan. Hal ini didukung
oleh pendapat Khomtchouk et al (2019) bahwa pertumbuhan pada fase ini ditandai
dengan pertumbuhan yang lambat, tetapi bersifat progresif. Pada fase ini, tumbuhan
menjalankan adaptasi fisiologis dengan sebagian individu yang mati akibat dari proses
ini. Setelah terjadi penyesuaian, tumbuhan beralih pada fase eksponensial. Sesuai
dengan namanya, fase ini terjadi dengan perkembangan yang pesat dan mengikuti pola
eksponensial. Kemudian, tumbuhan beralih pada fase stasioner. Pada fase ini, terjadi
perlambatan pertumbuhan kembali dengan ciri berupa angkat natalitas dan mortalitas
yang sama. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan pada nutrien yang berada pada
media tumbuh. Oleh karena itu, tumbuhan akan beralih menjadi fase kematian yang
ditujukan dengan kurva yang menurun. Fase ini dapat terjadi secara lebih pesat jika
pada media tumbuhnya terdapat tumbuhan lain sebagai organisme kompetitifnya.
Menurut Pelczar dan Chan (2011) yang menyatakan bahwa setelah setiap individu
mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan baru selama fase lag, maka mulailah
mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah sel sehingga apabila dilihat
dalam kurva akan tampak meningkat dengan tajam yang disebut fase log atau fase
eksponensial. Fase stasioner yaitu fase yang mengalami pengurangan sumber nutrien.
Artinya, sumber nutrien yang ada untuk mikroba mengalami kehabisan atau tidak ada
yang menambahi sehingga tumbuhan tidak bisa melakukan pertumbuhan namun juga
tidak secara langsung mengalami kematian. Fase kematian pada grafik ditunjukkan
dengan penurunan secara tajam karena merupakan akhir dari suatu jumlah individu
yang kembali ke titik awal. Ini disebabkan dari suatu jumlah individu sudah tidak
mampu bertahan hidup selama stasioner (yang tidak mendapatkan sumber nutrien).
Pertumbuhan merupakan sesuatu yang dapat diukur dengan angka. Kita dapat
menghitung pertumbuhan dengan cara melakukan pengukuran secara linear, bobot
kering, ataupun bobot segar. Pengukuran secara linear dapat dilakukan dengan cara
menghitung tinggi tanaman. Kelebihan pengukuran ini dapat mengetahui angka berapa
tanaman bertambah tinggi, sedangkan kekurangannya pengukuran ini belum dapat
mengukur semua biomassa pada tanaman itu sendiri. Selanjutnya, pengukuran bobot
kering juga penting untuk dilakukan untuk dapat mengetahui produktivitas tanaman.
Kelebihan dari pengukuran bobot kering ini yakni dapat mengetahui kemampuan
tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari. Sedangkan kelemahannya yakni
masih belum dapat mengukur semua biomassa pada tumbuhan.Bobot segar tajuk
memiliki kelebihannya daoat menunjukkan hasil aktivitas metabolik dari tanaman itu
sendiri. Kekurangan dari pengukuran ini yaitu biomassa yang diukur hanya berjumlah
sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (2015) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan yaitu dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Analisis pertumbuhan
merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi
bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa mengganggu tanaman yaitu
dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi sering kurang
mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi bahan kering sering dipakai sebagai
ukuran pertumbuhan. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman
dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis serta
interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi bahan kering
pada bagianbagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat
mencerminkan produktivitas tanaman. Pertumbuhan dapat diketahui dari ukuran
panjang, lebar atau luas, pertambahan massa atau berat. ). Bobot segar akar adalah bobot
basah akar setelah panen tanpa ada proses pengeringan terlebih dahulu. Bobot segar akar
menunjukan kandungan air dan nutrisi pada jaringan akar. Penimbangan berat segar akar
bertujuan untuk mengetahui serapan air dan nutrisi yang terkandung dalam akar. Sistem
perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetik dari tanaman yang
bersangkutan, kondisi tanah atau media tanam.
Cara kerja praktikum ini yaitu sebagai berikut. Siapkan biji kacang hijau yang
sudah diseleksi berdasarkan keseragaman ukuran dan bentuk, tidak busuk, kulit tidak
mengkerut, licin dan mengkilat. Rendam dlm air 5 menit. Pilih yang tenggelam. Siapkan
15 pot kecil atau gelas plastik bekas akua yang pada bagian dasarnya dilubangi dengan
paku, untuk menjaga aerasi. Semua pot diisi dengan tanah sebagai media tanam, dengan
jumlah yang sama. Semua pot disiram air dengan volume yang sama untuk semua pot
(jangan sampai tergenang). Pada masing masing pot disemaiakan 5 benih kacang hijau,
dengan cara meletakkan benih diatas media dengan posisi benih tidak saling berdekatan.
Selanjutnya timbun benih dengan media tanam dengan ketebalan sekitar 0,5 cm.
Letakkan semua pot pada tempat yang teduh dengan aerasi bagus (misal. di teras rumah).
Jaga kelembaban media tanam dengan memberi sedikit air jika kelihatan media tanam
mengering, sampai pada setiap pot terdapat minimal 3 benih yang tumbuh dan terbentuk
sepasang daun (kurang lebih 4 hari). Seleksi semai pada tiap pot. Pada tiap pot dipilih 1
semai yang tingginya hampir seragam dan jumlah daun sama pada semua pot.
Sedangkan tanaman yang tidak terpilih dicabut (dibuang) dengan hati hati agar tidak
merusak akar tanaman yang terpilih. Pisahkan 15 pot menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok A, B dan C masingmasing 5 pot. Perlakuan A yaitu 5 pot tanpa diberi pupuk.
Perlakuan B yaitu 5 pot diberi pupuk dengan jumlah pupuk sama untuk 5 pot. Boleh
dipilih jenis pupuk yang mudah diperoleh yaitu memakai pupuk NPK (5 butir/pot) atau
pupuk kompos (1 sendok makan penuh/pot). Perlakuan C yaitu 5 pot diberi pupuk
dengan jumlah 2 kali jumlah pupuk perlakuan B, yaitu pupuk kompos 2 sendok makan
penuh/pot. Pindahkan semua pot (perlakuan A, B dan C) ke tempat yang terkena sinar
matahari langsung. Pemeliharaan pada semua tanaman di ketiga kelompok perlakuan
dilakukan dengan menyiram dengan volume air yang sama, jika media tanam kelihatan
akan kering. Lima pot pada masing masing perlakuan A, B dan C digunakan sebagai
ulangan 1 – 5. Amati pertumbuhan tanaman kelompok A, B dan C setiap hari, selama 10
hari pada jam yang sama selama pengamatan. Dimulai satu hari setelah seleksi (satu hari
setelah dipindah ke tempat yang terkena sinar matahari langsung). Parameter
pertumbuhan yang diukur adalah: panjang batang, jumlah daun, panjang dan lebar daun
(semua daun yang terbentuk).

Fungsi perlakuan seleksi benih yaitu untuk memperoleh benih yang berkualitas
sehingga dalam budidaya tanaman dihasilkan tanaman yang berkualitas. Benih diseleksi
berdasarkan keseragaman ukuran, dan bentuk, tidak busuk, kulit tidak mengkerut, licin
dan mengkilat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bariza (2010) yang menyatakan
bahwa seleksi dan penyemaian benih merupakan tahap awal dari sistem budidaya
tanaman. Kegiatan seleksi ini memiliki peranan yang penting untuk keberhasilan pada
tahapan budidaya selanjutnya. Kegiatan seleksi benih merupakan suatu kegiatan dalam
usaha budidaya tanaman padi yang bertujuan untuk memperoleh benih berkualitas
prima. Benih yang digunakan adalah benih yang sudah masak fisiologi. Perendaman
benih berfungsi untuk merangsang benih akan cepat berkecambah. Hal ini sesuai
dengan Pasir (2014) Perendaman benih dilakukan setelah benih selesai diseleksi, yang
bertujuan untuk merangsang perkecambahan. Seleksi semai dilakukan untuk
memudahkan penanaman dan memilih bibit yang berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan
Agustin (2014) oleh dikatakan bahwa seleksi dan penyemaian ini merupakan pondasi
dari sebuah bangunan yang bernama budidaya tanaman. Semai dicabut dengan hati-hati
yang berukuran relatif sama. Menurut Yudhohartono (2012) setelah berkecambah pada
benih dilakukan penyemaian atau dilakukan tebar benih dengan tujuan memudahkan
untuk dilakukan penanaman nantinya. Perlubangan pot berfungsi untuk mengeluarkan
air, sehingga membuat tanaman tidak tergenang kemudian menjadi busuk. Hal Ini
sesuai dengan Pasir (2014) pembibitan serta bertanam dalam polybag untuk menghemat
lahan pertanian. Ada beberapa lubang kecil untuk sirkulasi air, biasanya digunakan
untuk bertanam sebagai pengganti pot, atau lebih sering digunakan untuk tempat
pembenihan tanaman perkebunan. Penyiraman tanaman berfungsi untuk penggantian air
yang hilang saat transpirasi pada siang hari dan mengembalikan kekuatan tanaman pada
malam hari. Hal ini sesuai dengan Suita (2008) yang menyatakan bahwa tanaman
membutuhkan air untuk keperluan hidupnya. Banyaknya air yang dibutuhkan setiap
jenis tanaman berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman perlu dilakukan
penyiraman. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perlakuan yang
diberikan berupa pemberian dosis pupuk kompos yang berbeda, dimana perlakuan A
tidak diberi pupuk kompos, perlakuan B diberi 1 sendok pupuk kompos dan perlakuan
C diberi 2 sendok pupuk kompos. Perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
pemberian pupuk dalam dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Pemberian
pupuk kompos dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gemur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sufardi (2020) yang menyatakan bahwa pupuk organik pada salah satu
contohnya yaitu pupuk kompos. Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan
organik seperti dedaunan, alang-alang, jerami dan sebagainya. Berbagai jenis bahan
organik tersebut dapat diubah menjadi pupuk kompos dengan bantuan mikroba. Pupuk
kompos berfungsi sebagai unsur hara tanaman yang bebas dari bahan kimia.
Keberadaan pupuk kompos pada tanah juga dapat menjadi daya tarik bagi organisme
untuk melakukan aktivitas sebagai pengurai sehingga tanah yang mulanya keras dan
sulit ditembus air maupun udara menjadi gembur. Berdasarkan percobaan yang
dilakukan diketahui terdapat tanaman yang mati atau gugur selama masa pertumbuhan,
hal ini diduga dikarenakan kondisi cuaca yang seringkali berubah seperti hujan deras
kemudian dilanjutkan dengan panas terik secara bergantian menyebabkan tanaman yang
belum beradaptasi tidak kuat untuk melanjutkan pertumbuhannya dan berangsur mati.
Hal ini sesuai dengan Bariza (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yaitu cuaca lingkungan tempat tanaman
tinggal, berada pada panas terik atau tempat yang mengalami hujan deras dapat
menyebabkan tanaman mengalami kelayuan kemudian mati terutama pada tanaman
berusia muda, sehingga sel-selnya belum kuat terhadap cekaman panas atau dingin yang
berlebihan.

Berdasarkan hasil pengamatan, panjang batang tanaman dengan perlakuan A


(tanpa pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan setinggi 10 cm, pada hari
ke-4 dengan rata-rata 5 kali ulangan setiggi 12,6 cm, pada hari ke-6 dengan rata-rata 5
kali ulangan setinggi 15,4 cm, pada hari ke-8 dengan rata-rata 5 kali ulangan setinggi
16,4 cm, dan pada hari ke-10 dengan rata-rata 5 kali ulangan setinggi 17,6 cm.
Sedangkan, pada perlakuan B (pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan
setinggi 10 cm, pada hari ke-4 sampai hari ke-10 tanaman mengalami kematian. Pada
perlakuan C (pupuk berjumlah 2 kali) tinggi batang tanaman pada hari ke-2 dengan rata-
rata 5 kali pengulangan setinggi 10 cm, pada hari ke-4 sampai hari ke-10 tanaman
mengalami kematian. Kurva tinggi batang menunjukkan pertumbuhan yang sejalan pada
perlakuan A, B, dan C. Pertumbuhan yang signifikan terlihat yaitu perubahan dari hari
ke-8 hingga hari ke-10 pada perlakuan A (tanpa pupuk). Berdasarkan kurva juga terlihat
bahwa tinggi batang tanaman yang paling tinggi diperoleh oleh tanaman dengan
perlakuan tanpa pemberian pupuk sebanyak 2 kali. Hal ini disebabkan oleh semakin
banyak pupuk yang diberikan dalam kadar yang normal, maka semakin tinggi pula
batang tanamannya. Sehingga pada tanaman ini pemberian pupuknya dibilang tidak
normal, sehingga tanaman mengalami kematian setelah diberikan pupuk. Hal ini juga
diungkapkan oleh Indrawan et al. (2015) bahwa semakin banyak pemberian pupuk
dalam batas yang normal menyebabkan semakin banyak unsur hara yang tersedia untuk
tanaman, sehingga kandungan unsur hara pada pupuk majemuk yang larut kedalam
tanah akan memacu pertumbuhan tanaman, terutama unsur N. Unsur N berperan dalam
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, maka tinggi tanaman juga
semakin meningkat dibandingkan dengan media tanam tanpa pupuk. Namun, apabila
pupuk yang ditambahkan terlalu banyak, akan menyebabkan tanamanmenjadi mati.
Ditambahkan pendapat Sinambariba et al. (2013) ang menyatakan bahwa dengan
penambahan unsur nitrogen ke dalam tanah dapat merangsang jaringan meristematik
yang semakin aktif membelah sehingga memacu pertumbuhan bibit kakao khususnya
tinggi tanaman, karena peran utama unsur N bagi tanaman adalah merangsang
pertumbuhan tanaman khususnya batang, cabang dan daun. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perlakuan A lebih baik daripada perlakuan B dan C pada pertumbuhan tinggi
padang tanaman.

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah daun dengan perlakuan A (tanpa pupuk)


pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan sebanyak 6 daun, pada hari ke-4 dengan
rata-rata 5 kali ulangan sebanyak 6 daun, pada hari ke-6 dengan rata-rata 5 kali ulangan
sebanyak 6 daun, pada hari ke-8 dengan rata-rata 5 kali ulangan sebanyak 6 daun dan
pada hari ke-10 dengan rata-rata 5 kali ulangan sebanyak 6 daun. Sedangkan, pada
perlakuan B (pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan terdapat
pertumbuhan daun sebanyak 6 daun, pada hari ke-4 sampai ke 10 menunjukkan
pertumbuhan daun yang telah berhenti atau mati. Pada perlakuan C (pupuk berjumlah 2
kali) jumlah daun tanaman pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali pengulangan
menunjukkan pertumbuhan jumlah daun sebanyak 6 daun , pada hari ke-4 sampai ke-10
menunjukkan pertumbuhan daun telah terhenti atau telah mengalami kematian. Kurva
jumlah daun dengan perlakuan A, B, dan C menunjukkan perbedaan yang signifikan
pada perlakuan A dan B pada hari ke-2. Dari data menunjukkan bahwa daun paling
banyak tumbuh pada perlakuan B hal ini karena dalam pupuk mengandung nitrogen
yang dapat menambah ketersediaan unsur hara yang dapat meningkatkan jumlah daun.
Dijelaskan oleh Napitupulu dan Winarto (2010) bahwa meningkatnya tinggi tanaman
dan jumlah daun dengan pemberian pupuk yang mengandung nitorgen, karena pupuk
tersebut dapat menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah dan besarnya
penambahan unsur hara sangat bergantung pada jenis dan takaran pupuk yang diberikan.
Nitrogen merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa organik penting,
seperti asam amino, protein, nukleoprotein, berbagai enzim, purin, dan pirimidin yang
sangat dibutuhkan untuk pembesaran dan pembelahan sel, sehingga pemberian nitrogen
optimum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Daun mengalami
peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi nitrogen.

Berdasarkan hasil pengamatan, panjang daun tanaman dengan perlakuan A (tanpa


pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan memiliki jumlah rata-rata panjang
daun sebesar 3 cm, pada hari ke-4 dengan rata-rata 5 kali ulangan sepanjang 3,4 cm,
pada hari ke-6 dengan rata-rata 5 kali ulangan sepanjang 3,4 cm, pada hari ke-8 dengan
rata-rata 5 kali ulangan sepanjang 3,6 cm, dan pada hari ke-10 dengan rata-rata 5 kali
ulangan sepanjang 4,6 cm. sedangkan pada perlakuan B (pupuk) pada hari ke-2 dengan
rata-rata 5 kali ulangan memiliki jumlah rata-rata panjang daun sebesar 3 cm, pada hari
ke-4 sampai dengan hari ke-10 mengalami kematian pertumbuhan pada panjang daun
tanamannya. Pada perlakuan C (pupuk berjumlah 2 kali) panjang daun tanaman pada
hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali pengulangan memiliki jumlah rata-rata panjang daun
sebesar 3 cm, pada hari ke-4 sampai hari ke 10 telah menjunjukkan kematian
pertumbuhan pada daun. Pada kurva terlihat bahwa kurva A pada hari ke-6 sampai hari
ke 10 mengalami kenaikan. Kenaikan signifikan pada kurva juga ditunjukkan pada hari
ke-10 pada perlakuan A. Hal ini disebabkan oleh takaran pupuk yang digunakan
merupakan takaran yang sesuai sehingga memberikan pengaruh terhadap panjang daun.
Menurut Tedjasarwana et al. (2011) takaran pupuk memberikan pengaruh nyata
terhadap panjang daun. Peningkatan pemberian pupuk secara nyata meningkatkan
pertumbuhan vegetatif daun. Pertumbuhan dan kualitas tanaman sangat dipengaruhi
oleh kadar nutrisi yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman.
Kekurangan nitrogen dalam daun muda yang tumbuh kecil-kecil, berwarna pucat, dan
pertumbuhan terhambat.
Berdasarkan hasil pengamatan, lebar daun tanaman dengan perlakuan A (tanpa
pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan memiliki rata-rata lebar daun
selebar 1 cm, pada hari ke-4 dengan rata-rata 5 kali ulangan selebar 1 cm, pada hari ke-6
dengan rata-rata 5 kali ulangan selebar 1 cm, pada hari ke-8 dengan rata-rata 5 kali
ulangan selebar 1 cm, dan pada hari ke-10 dengan rata-rata 5 kali ulangan selebar 2 cm.
sedangkan pada perlakuan B (pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan
memiliki rata-rata lebar daun selebar 1 cm, pada hari ke-4 sampai hari ke-10
pertumbuhan lebar daun mengalami kematian atau berhenti. Pada perlakuan C (pupuk
berjumlah 2 kali) lebar daun tanaman pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali
pengulangan memiliki rata-rata lebar daun selebar 1 cm, pada hari ke-4 sampai hari ke
10 tanaman sudah tidak menunjukkan pelebaran pada daunnya atau sudah mengalami
kematian. Pada kurva terlihat bahwa pertumbuhan lebar daun pada perlakuan B dan C
memiliki pertumbuhan yang sama dan di hari ke 4-10 mengalami kematian perlebaran.
Pada kurva juga menunjukkan bahwa pertumbuhan lebar daun yang paling signifikan
ditunjukkan oleh perlakuan A (tanpa pupuk) pada hari ke-10. Hal ini disebabkan oleh
unsur hara yang berada di dalam pupuk dapat emnambah kesuburan tanah yang akan
diserap oleh tanaman sehingga tanaman dapat menghasilkan daun yang lebih lebih. Hal
ini sesuai dengan pendapat Yuliani et al. (2018) bahwa dengan kandungan unsur hara
mikro dan makro yang ada pada pupuk dapat mendukung kesuburan tanah dan mampu
diserap dengan baik oleh tanaman. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Nitrogen umumnya
menghasilkan daun yang lebih besar. Terdapat pengaruh perlakuan terhadap lebar daun
disebabkan oleh tercukupinya cahaya matahari dan unsur hara nitrogen yang cukup
untuk memacu pertumbuhan daun. Dengan adanya nitrogen dapat mempercepat proses
fotosintesis sehingga pembentukan daun lebih cepat. Selain itu, pemberian nitrogen
yang cukup dapat mengubah karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis menjadi
protein sehingga menambah lebar daun.

Berdasarkan hasil pengamatan, panjang akar tanaman dengan perlakuan A (tanpa


pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan memiliki rata-rata panjang akar
tanaman sebesar 1 cm, pada hari ke-4 dengan rata-rata 5 kali ulangan sebesar 1 cm, pada
hari ke-6 dengan rata-rata 5 kali ulangan sebesar 1 cm, pada hari ke 8 dengan rata-rata 5
kali ulangan menunjukkan hasil 1,5 cm, pada hari ke-10 dengan rata-rata 5 kali ulangan
sebesar 2 cm. Pada perlakuan B (pupuk) pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali ulangan
menunjukkan panjang akar tanaman sebesar 1 cm, pada hari ke-4 sampai hari ke-10
pertumbuhan panjang akar tanaman mengalami kematian. Pada perlakuan C (pupuk
berjumlah 2 kali) panjang akar tanaman pada hari ke-2 dengan rata-rata 5 kali
pengulangan menunjukkan hasil sebesar 1 cm, pada hari ke 4 sampai hari ke-10
menunjukkan bahwa pertumbuhan akar tanaman telah berhenti atau mengalami
kematian. Pada kurva pertumbuhan panjang akar juga didapati bahwa hasil signifikan
pertumbuhan panjnag akar tanaman ditunjukan pada perlakuan A di hari ke-10. Hal ini
dapat disebabkan karena pemberian pupuk pada tanaman kemungkinan tidak sesuai
dengan komposisinya sehingga tanaman yang diberi pupuk akarnya tidak dapat bekerja
secara optimal. Hal ini dijelaskan oleh Tauryska (2014) bahwa organ yang berperan
penting dalam penyerapan unsur hara adalah akar, panjang akar merupakan hasil
perpanjangan sel-sel di belakang meristem ujung, dengan penambahan pupuk dalam
komosisi yang sesuai akan akan menyumbangkan unsur hara yang dapat memacu
pertumbuhan akar sehingga akar dapat menyerap unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dengan baik
V. Kesimpulan
V.1Terjadinya pertumbuhan pada tanaman disebabkan oleh aktivitas jaringan meristem
seperti pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel yang dapat diukur dengan berbagai
parameter perhitungan seperti dengan mengukur tinggi tanaman, panjang tanaman,luas
daun, bobot basah serta bobot kering akar dan tajuk.
V.2Peran hara pada pertumbuhan tanaman yaitu untuk merangsan pertumbuhan vegetative
pada tanaman secara keseluruhan seperti pada akar, batang, dan daun. Unsur hara juga
berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau klorofil untuk digunakan dalam proses
fotosintesis serta hara ini berperan dalam pembentukan protein, lemak, dan senyawa
organic lainnya. Kurangnya unsur hara atau tidak adanya unsur hara akan menyebebkan
difisiensi yang akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan muncul gejala-
gejala pada tanaman yang dapat menurunkan jumlah produksi.
V.3Kurva pertumbuhan tanaman dibuat dengan menggunakan parameter berupa panjang
batang tanaman, jumlah daun tanaman, panjang daun tanaman, serta lebar daun tanaman.
Dengan adanya pemberian pupuk pada tanaman dapat membantu pertumbuhan panjang
batang tanaman, jumlah daun tanaman, panjang daun tanaman, dan lebar daun tanaman.
Namun, pemberian pupuk ini harus diberikan dengan komposisi yang sesuai tidak boleh
berlebih karena hasilnya tidak akan maksimal. Pada pertumbuhan dengan parameter
panjang akar menunjukkan bahwa hasil tertinggi didapatkan oleh tanaman yang tidak
diberi perlakuan menggunakan pupuk.
Daftar Pustaka
Agustin A.D., Riniarti M., Duryat, 2014. Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji dan Arang
Sekam Padi Sebagai Media Sapih Untuk Cempaka Kuning (Michelia champaca). Jurnal
Sylva Lestari 2 (3): 49-58.
Andriani, A., & Isnaini, M. (2013). Morfologi dan fase pertumbuhan sorgum. Inovasi
Teknologi dan Pengembangan, 47. 3 : 112 – 122.
Asngad, A. (2013). Inovasi pupuk organik kotoran ayam dan eceng gondok dikombinasi
dengan bioteknologi mikoriza bentuk granul. Indonesian Journal of Mathematics and
Natural Sciences, 36(1).
Bariza, A. 2010. Evaluasi Ketahanan Beberapa Galur Kacang Hijau (Vigna radiate) terhadap
Serangan Penyakit Embun Tepung (Erysiphe polygoni). Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Bariza, A. 2010. Evaluasi Ketahanan Beberapa Galur Kacang Hijau (Vigna radiate) terhadap
Serangan Penyakit Embun Tepung (Erysiphe polygoni). Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brasica juncea) Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk
Kascing. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Hasanah, Fikriyah., Mutiara, Syahfitri Sari., Suci, Legowo., Asep, Sefullah. 2018. Pengaruh
Intensitas Spektrum Cahaya Warna Merah dan Hijau terhadap Perkecambahan dan
Fotosintesis Kacang Hijau (Vigna radiata L). GRAVITY. 4 (2): 25-35
Huang J. dkk. 2010. Functional Analysis of the Arabidopsis PAL Gene Family Plant
Growth, Development, and Response to Environmental Stress. Plan
Physiology,153:1526–1538.
Indrawan, I. M. O., Widana, G. A. B., & Oviantari, M. V. (2017). Analisis Kadar N, P, K
dalam Pupuk Kompos Produksi TPA Jagaraga, Buleleng. Wahana Matematika dan
Sains: Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya, 9(2), 25-31.
Indrawan, I., Kusumastuti, A., & Utoyo, B. 2015. Pengaruh pemberian kompos kiambang
dan pupuk majemuk pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agro
Industri Perkebunan, 3(1), 47-58.
Insani, N. 2021. Pengaruh Durasi Penggenangan Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan
Waktu Berbunga Cabai Merah Keriting (Capsicum annum (L.) Varietas Jacko. Buletin
Anatomi dan Fisiologi. Vol 6 no. 2
Kristiono A., dan Subandi. 2014. Evaluasi Efektivitas Pupuk Organik untuk Tanaman
Kedelai di Lahan Kering Masam. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi. Malang: Balitkabi.
Lestari, S. A. D., Sutrisno, dan Henny, K. 2018. Pengaruh Pupuk terhadap Pertanaman
Kacang Hijau dan Residunya pada Tanaman Kacang Tunggak. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia (JIPI). 23 (1): 21−28.
Meena RS, Dhakal Y, Bohra JS, Singh SP, Singh MK, Sanodiya P, Meena H. 2015.
Influence of Bioinorganic Combinations on Yield, Quality, and Economics of Mungbean.
American Journal of Experimental Agriculture. 8 (3): 159−166.
Naomi, Astried., Jeni, Pertiwi., Putri, Ayu P., Shabrina, Nur D., Asep, Saefullah. 2018.
Kefektifan Spektrum Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau. GRAVITY.
4 (2): 93-102.
Napitupulu, D., & Winarto, L. 2010. Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah. Jurnal Hortikultura, 20(1)
Pasir, Suprianto. 2014. Penyuluhan Penanaman Sayuran dengan Media Polybag. Jurnal
inovasi dan kewirausahaan, 3(3): 159-163
Pimpinella anisum under different irrigation regimes and amount of super absorbent
Pirzad, A., Mina K., Ata A.S., Ghodrat A.F., dan Abdul M.B. 2012. Growth analysis of
polymer. International Research Journal of Applied and Basic Sciences
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB.
Sardoei, A.S, Fahraji S.S, dan Ghasemi H. 2014. Effects Of Different Growing Media On
Growth And Flowering Of Zinnia (Zinnia elegans). International journal of Advanced
Biological and Biomedical Research, 2(6): 1894-1899.
Sinambariba, A., B. Siagian., dan S. Silitonga. 2013. Respons pertumbuhan bibit kakao
(Theobroma cacao L.) terhadap pemberian kompos blotong dan pupuk NPKMg pada
media subsoil Ultisol. Jurnal Online Agroekologi 1(3): 689-701.
Solikin, S. (2013). pertumbuhan vegetatif dan generatif Stachytarpeta jamaicensis (L.)
Vahl. Dalam Prosiding Konferensi Pendidikan Biologi: Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajaran (Vol. 10, No. 1).
Sufardi. 2020. Nutrisi Tanaman. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press
Suita, E. dan Nurhasybi. 2008. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan
Pertumbuhan Bibit Tanjung (L.). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. Vol. XIV (1).
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tauryska, E. M. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat
Kelinci Terhadap Pertumbuhan Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) Sebagai
Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII. Jupemasi-pbio, 1(1), 87-92.
Tedjasarwana, R., Nugroho, E. D., & Hilman, Y. 2011. Cara aplikasi dan takaran pupuk
terhadap pertumbuhan dan produksi krisan. Jurnal Hortikultura, 21(4), 306-314.
Wiraatmaja, W. I. (2017). Defisiensi dan Toksisitas Hara Mineral serta Responnya Terhadap
Hasil.[Bahan ajar]. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Bali.
Yuliani, I., Utami, S. D., & Efendi, I. 2018. PENGARUH KOMBINASI PUPUK
KANDANG DENGANUREA TERHADAP PERTUMBUHAN SAWI (Brassica juncea
L.). Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 6(1), 23-31.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 19 November 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Nafiah Khoirunnisa Melisa Andriani

24020118140097 24020120120020
Lampiran (Dokumentasi)

Sebelum pemberian pupuk Sebelum pemberian pupuk

(pengamatan awal) (pengamatan awal)

Pemberian pupuk pada perlakuan A Pemberian pupuk pada perlakuan B

Perlakuan tidak diberi pupuk


Pengamatan ke 2 (tanpa pupuk)

Pengamatan ke 2 (A) Pengamatan ke 2 (B)

Pengamatan ke 4 (tanpa pupuk)


Pengamatan ke 4 (A) Pengamatan ke 4 (B)

Pengamatan ke 6 (tanpa pupuk)

Pengamatan ke 6 (A) Pengamatan ke 6 (B)


Pengamatan ke 8 (tanpa pupuk)

Pengamatan ke 8 (A) Pengamatan ke 8 (B)

Pengamatan ke 10 (tanpa pupuk)


Pengamatan ke 10 (A) Pengamatan ke 10 (B)

LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai