Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN

“DIAGNOSIS DEFISIENSI NUTRISI”

Disusun Oleh:
BAYU MUHAIMIN CANIAGO 195040200111052
KAFANIAL KAFI 205040201111172
AULIA RAHMAN DAFFA PRADANA 215040200111075

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2024
LAW OF THE MINIMUM

Gambar 1. Hukum Minimum Leibig

Hukum minimum Liebig merupakan suatu konsep yang telah banyak diterapkan dalam
bidang ilmu pertanian. Konsep ini berawal dari teori nutrisi mineral tanaman yang dicetuskan oleh
Carl Sprengel, seorang ahli ilmu kimia, pada tahun1828, yang menyatakan bahwa tanaman
membutuhkan unsur-unsur mineral untuk berkembang. Carl Sprengel menyebutkan konsep yang
kemudian diformulasikan sebagai hukum minimum dalam artikel yang ditulisnya, namun tidak
begitu menjadi perhatian pada eranya (Hutasuhut, 2020). Pada buku tersebut tersisip tulisan Liebig
yang menyatakan bahwa pertumbuhan tidak dikendalikan oleh total sumberdaya yang tersedia,
tetapi dikendalikan oleh sumberdaya yang paling sedikit (faktor pembatas) . Oleh karena itu
hukum ini lebih dikenal sebagai “Hukum Minimum Liebig”. Kontroversi mengenai penemu
hukum tersebut, memicu para ahli untuk menamainya sebagai “Hukum Minimum
Sprengel-Liebig” (Jerz, 2013) .
Gambar 2. Hukum Minimum-Jagung

Seiring dengan perkembangan zaman, tidak hanya unsur hara saja yang menjadi faktor
pembatas minimum untuk pertumbuhan tanaman. Mustaqim (2018) menerangkan bahwa Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, faktor-faktor ekologis lain seperti suhu. Peneliti-peneliti
selanjutnya menyimpulkan bahwa hukum minimum Liebig terkadang tidak berlaku sepenuhnya
pada tumbuhan, yang terkadang disebut juga sebagai kelemahan hukum minimum Liebig. Terkait
dengan hal ini, maka tumbuhan sebenarnya tidak hanya memiliki faktor pertumbuhan pada kondisi
minimum saja, namun juga ketika faktor tersebut berada dalam jumlah yang berlebih Peneliti
tersebut merangkum hasil penelitian bahwa terdapat batas minimum dan maksimum pada
pengaruh suhu terhadap vernalisasi Triticum aestivum, tingkat perkecambahan biji jagung (Zea
mays) dan kemunculan daun serta pemanjangan daun Saintpaulia ionantha.
RENTANG KEKURANGAN & KECUKUPAN
(JARINGAN TANAMAN)

Gambar 3. Defisiensi dan Sufficiency Pada Tanaman


Hubungan antara konsentrasi unsur hara esensial tanaman dan pertumbuhan atau hasil
tanaman memiliki peranan yang sama pentingnya. Seiring dengan peningkatan konsentrasi unsur
hara yang ada dalam batas kritis, hasil tanaman yang meningka memiliki Tingkat kecukupan hara
yang ada diatas ambang kritis sehingga memicu terjadinya pertumbuhan yang normal. Ketika hal
tersebut terjadi maka akan terjadi penyerapan unsur hara yang terus menerus terji (konsumsi
berlebih), terjadinya Luxury consumption tersebut memiliki efek yang buruk bagi tanaman
sehingga dapat menjadi racun bagi tanaman itu sendiri yang pada akhirnya akan menyebabkan
pengurangan hasil atau bahkan dapat terjadi kematian tanaman.

Tanaman yang banyak atau kelebihan nitrogen pertumbuhan dan perkembangan akan
membesar dan tanaman tersebut akan rentan oleh serangan hama dan penyakit di lapangan.
Amonium yang menghasilkan nitrogen akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini
dikarenakan tanaman akan mengikat karbonhidrat dan membuat nitrogen akan dimasukkan ke
dalam jaringan tanaman akan sedikit (Purba, et al., 2021). Selain itu, akan memengaruhi
pembentukan bunga karena cadangan makanan yang tersedia akan sedikit dan bunga yang
terbentuk akan sedikit. Pada tanaman tersebut akan membuat tanaman tidak bisa membentuk
bunga. Nitrat yang dihasilkan oleh nitrogen pada tanaman akan menyebabkan tanaman tersebut
tahan terhadap penyakit, hal ini disebabkan sel-sel yang terdapat pada tanaman akan tumbuh
serentak dan kokoh (Jones, 2012).
PRINSIP DIAGNOSIS VISUAL
Unsur hara esensial merupakan unsur kimia yang penting untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Barker & Pilbeam, 2007) dengan kriteria yaitu: (1) Tanaman tidak dapat
menyelesaikan siklus hidupnya tanpa adanya unsur hara tersebut; (2) Fungsi unsur hara tersebut tidak bisa
digantikan oleh unsur hara jenis lainnya; dan (3) Unsur hara tersebut terlibat langsung dalam metabolisme
tanaman (Marschner, 2012). Unsur hara esensial terdiri atas: (1) Nutrisi dasar (basic nutrient) terdiri atas
karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H); (2) Makronutrien terdiri atas nitrogen (N), fosfor (P), kalium
(K), kalsium (Ca), belerang (S), magnesium (Mg); dan (3) Mikronutrien terdiri atas besi (Fe), boron (B);
klor (Cl); mangan (Mn); seng (Zn); tembaga (Cu); dan molibdenum (Mo) (Mia, 2015).

Gambar 4. Unsur Hara


Tanaman secara umum akan menunjukkan gejala jika mengalami masalah unsur hara yang
merupakan respon tanaman akibat gangguan proses fisiologis. Umumnya gejala yang timbul berupa
perubahan morfologi yang tidak normal seperti pertumbuhan yang melambat, perubahan bentuk dan warna
daun. Oleh karena itu, gejala kelainan nutrisi bisa menjadi panduan untuk mengidentifikasi defisiensi
ataupun toksisitas unsur hara pada tanaman karena gejala yang terlihat pada tanaman ketika mengalami
masalah nutrisi erat kaitannya dengan peranan unsur hara tersebut bagi tanaman (Rakesh et al., 2021).

JENIS GEJALA DAN DEFISIENSI UNSUR


1. Nitrogen (N)
Tanaman di lapangan sangat memerlukan unsur nitrogen (N) yang sangat berperan dalam
pembentukan sel pada tanaman, pembentukan jaringan tanaman dan organ-organ dari tanaman.
Unsur hara nitrogen dapat berfungsi utama sebagai bahan asam amino, sintesis klorofil pada
tanaman dan protein. Tanaman pada fase vegetatif sangat membutuhkan nitrogen yang cukup
besar, sehingga tanaman sangat tergantung sekali dengan nitrogen.
Gambar 5. Tanaman jagung yang kekurangan unsur hara nitrogen (Stevens et al., 2002)
Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman terdapat 2 macam yaitu, Nitrat (NO3) dan Ammonium
(NH4). Tanaman yang memiliki gejala defisiensi unsur hara nitrogen dapat dilihat dari bagian
bawah daun tanaman. Daun tanaman akan mengalami perubahan warna menjadi kekuningan, hal
ini dikarenakan daun tanaman mengalami kekurangan klorofil. Tanaman yang mengalami
defisiensi unsur hara nitrogen apabila serangan yang lebih parah daun tanaman akan mengalami
kekeringan dan kerontokkan. Pada daun muda yang mengalami defisiensi nitrogen akan
mengalami pertumbuhan yang lambat, kerdil dan lemah. Daun muda akan berwarna pucat pada
bagian tulang daunnya. Apabila daun tanaman terganggu maka tanaman akan mengalami
kekurangan klorofil dan fotosintesis juga menjadi masalah, sehingga pembentukan bunga dan buah
terganggu. Klorofil tanaman yang terdapat di daun sangat terganggu oleh keberadaan nitrogen
pada tanaman tersebut (Jones Jr., 2012).

2. Phosfor
Tanaman sangat membutuhkan unsur hara fosfor (P) untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut. Proses pembentukkan akar, benih, bunga dan buah oleh adanya
fosfor. Tanaman akan mengalami pertumbuhan akar yang banyak apabila unsur hara fosfor
terpenuhi, sehingga tanaman dengan mudah menyerap kandungan nutrisi yang ada di dalam tanah.
Sehingga tanaman mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Jones Jr., 2012).

Gambar 5. Tanaman yang kekurangan unsur hara P (Dinas Pangan, Perikanan Pontianak, 2018)
Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara fosfor pada daun akan mengalami perubahan
warna. Pada daun tanaman yang tua akan mengalami perubahan warna menjadi keungu-unguan
bahkan daun tanaman yang tua akan mengalami kecenderungan keabu-abuan. Daun tanaman pada
tepi daun tersebut akan mengalami perubahan warna kecoklatan. Tanaman yang daun muda akan
mengalami warna hijau yang gelap. Tanaman daunnya akan mengalami perubahan menjadi daun
akan terlihat akan terbakar, daun akan mengalami perubahan bentuk seperti mengecil, tanaman
akan menjadi kerdil dan daun tanaman akan mengalami kerontokkan. Tanaman akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil.
3. Kalium (K)
Proses fisiologi pada tanaman dapat diatur oleh unsur hara Kalium (K). Kalium dapat
membantu mengatur akumulasi pada tanaman, mengatur translokasi, transportasi pada karbohidrat
tanaman, pada tanaman kalium juga membantu dalam proses membuka dan menutupnya stomata.
Kalium juga membantu mengatur dalam proses pendistribusian air dari jaringan tanaman ke sel.
Tanaman yang kekurangan unsur hara kalium dapat menyebabkan daun tanaman seperti
mengalami terbakar dan daun tanaman akan mengalami keguguran (Selian, 2009; Jones Jr., 2012;
Heruwanto and Supriono, 2016; Munir, 2016).

Gambar 6. : Tanaman Kekurangan Unsur Hara Kalium (Dinas Pangan, Perikanan Pontianak,
2018)
Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara kalium terdapat bercak yang mengalami
kehangusan atau pada daun tanaman yang paling bawah akan mengalami kekeringan. Daun-daun
tanaman menjadi gugur dan daun tanaman akan menjadi terbakar. Tanaman yang berbunga akan
mengalami keguguran dan kerontokan. Daun-daun tanaman akan mengalami hangus pada tepian
daun tersebut. Selain itu, daun-daun tanaman akan mengalami mengkerut atau menggulung ke
bagian bawah. Tanaman yang kekurangan unsur hara kalium mudah sekali terserang penyakit.
4. Sulfur (S)
Tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan sangat membutuhkan sulfur untuk
melangsungkan pembentukkan dari asam amino sistin, metionin dan sistein. Asam amino dalam
tanaman banyak dibantu pembentukannya oleh unsur hara sulfur. Unsur hara sulfur di dalam
tanaman membantu dalam proses penyusunan protein. Sulfur membantu protein dalam
pembentukan suatu ikatan disulfida di antara rantai-rantai peptida. Unsur hara sulfur merupakan
bagian dari proses hasil metabolisme suatu senyawa kompleks dari tanaman. Sulfur juga
membantu dalam suatu proses fisiologi serta membantu sebagai aktivator, kofaktor enzim dalam
jaringan tanaman. Tanaman memiliki jumlah kebutuhan sulfur sama dengan jumlah fosfor yang
dibutuhkan oleh tanaman. Defisiensi unsur hara dapat menghambat proses sintesis protein dan
tanaman juga dapat mengalami klorosis. Hal ini juga hampir sama dengan kekurangan nitrogen.
Defisiensi sulfur dapat menyebabkan tanaman mengalami penekan pertumbuhan tunas atau tunas
yang dihasilkan sedikit. Akan tetapi, pertumbuhan akar tidak mengalami gangguan (Selian, 2009;
Jones Jr., 2012).

Gambar 7. Tanaman Kekurangan Unsur Hara Sulfur


Gejala kekurangan unsur hara sulfur dapat membuat tanaman yang terserang pada daun
muda akan mengalami perubahan warna yang berwarna kuning. Karena tanaman akan mengalami
tingkat mobilitas yang rendah sehingga tanaman akan mengalami penurunan kandungan klorofil
pada daun tanaman tersebut. Kekurangan ini akan jelas sekali pada tanaman yang memiliki
defisiensi unsur hara sulfur. Defisiensi unsru hara menyebabkan proses sintesi protein terhambat,
hal ini juga dapat berhubungan dengan akumulasi unsur hara Nitrogen dan nitrat yang organik
dapat terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
Barker, A. V, & Pilbeam, D. J. (2007). Handbook of Plant Nutrition. United States: CRC Press.
https://doi.org/10.1016/bs.afnr.2021.01.003.
Dinas Pangan, P., Perikanan, D. and Pontianak, K. (2018) Unsur Hara Kebutuhan Tanaman,
https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/52- unsur-hara-kebutuhan-tanaman.html.
Heruwanto, K. and Supriono, B. (2016) ‘Simpanan Unsur Hara Makro ( N , P , K , Ca Dan Mg )
Pada Tegakan Sengon ( Paraserianthes falcataria ( L .)) UMUR 5 TAHUN’, Jurnal Nusa
SYlva, 16(1), pp. 41–49.
Hutasuhut, M.A (2020). Ekologi Tumbuhan. Medan : Universitas Negerri Sumatera Utara
Jerz, F. B. (2013). The Development and Regulation of Soybean Nodules. International Soybean
Research-Genetics, Physiology, Agronomy and Nutrient Relationship
Jones Jr., J. B. (2012) Plant Nutrition and Soil Fertility Manual, Plant Nutrition and Soil Fertility
Manual. doi: 10.1201/b11577.
Jones, J. (2012). Plant Nutrition and Soil Fertility Manual. Plant Nutrient and Soil Fertility Manual,
Doi: 10.1201/b11577
Mia, M. A. B. (2015). Nutrition of Crop Plants. New York: Nova Publishers.
Munir, M. S. (2016) ‘Klasifikasi Kekurangan Unsur Hara N,P,K Tanaman Kedelai Berdasarkan
Fitur Daun Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan’, Laporan Thesis-TE 142599. Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, pp. 1–86.
Purba, T., Ningsih, H., Junaedi, P. A., Gunawan, B., Junairiah, Firgiyanto, R., 7 Arsi. (2021).
Tanah dan Nutrisi Tanaman. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Rakesh, S., Pareek, N. K., & Rathore, R. S. (2021). Visual nutrient deficiency symptoms in plants.
Agrospheres: E-Newsletter, 2(4), 42–45.
Stevens, G. et al. (2002) ‘Crop nutrient deficiancies & toxicities’, Extension Publications, p. 18.
Available at: http://ipm.missouri.edu/ipm_pubs/ipm1016.pdf.
Selian, A. R. K. (2009) ‘Analisa Kadar Unsur Hara Kalium (K) Dari Tanah Perkebunan Kelapa
Sawit Bengkalis Riau Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)’, Universitas
Sumatera Utara.
Mustaqim, W. A. (2018). Hukum Minimum Leibig-Sebuah Ulasan dan Aplikasi Dalam Biologi
Kontemporer. Jurnal Bumi Lestari, 18(1): 28-32

Anda mungkin juga menyukai