DISUSUN OLEH :
IRAYANTI ISMAIL
91911407133033
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur tak terlupa saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kepada saya, sehingga saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan laporan
saya dengan judul “ Identifikasi Kekurangan Unsur Hara Tanaman Leguminosae “
Dalam laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kepada Ibu Dr.Ir. Ita
Mowidu MP untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan saya .
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gejala kekurangan unsur hara pada tanaman
leguminosae ( Tanaman Kacang Tanah ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Manusia dan hewan membutuhkan makanan agar
dapat bertahan hidup dan berkembang biak, tanaman pun membutuhkan makanan agar tetap
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Tanaman “memasak” makanannya dengan cara
berfotosintesis. Namun selain air, karbon dioksida dan cahaya matahari, tanaman juga
memerlukan berbagai nutrisi atau unsur hara sebagai “makanan” untuk menunjang
kehidupannya.
Unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman ada 16 unsur, yang terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara makro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar.
Unsur hara makro antara lain: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P),
Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Sulfur (S).
Unsur hara mikro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit.
Meskipun hanya sedikit, namun unsur hara ini sangat penting dalam menunjang proses-proses
fisiologis dan pertumbuhan tanaman. Unsur hara mikro tersebut antara lain: Molibdenum (Mo),
Boron (B), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Silikon (Si).
Selain unsur C, H, dan O, tanaman memperoleh sebagian besar nutrisi yang ia perlukan dari
dalam tanah tempat ia tumbuh. Unsur C, H, dan O diperoleh tanaman dari air dan karbon
dioksida di udara, sedangkan unsur-unsur hara makro dan mikro lainnya diperoleh dari hasil
dekomposisi atau pelapukan batuan mineral yang ada di tanah. Masing-masing unsur hara
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam menunjang kelangsungan hidup tanaman.
Oleh karena itu, jika kita menginginkan tanaman yang tumbuh sehat dan berproduksi dengan
optimum, maka sangat penting untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara makro dan mikro
tersebut.
Pada dasarnya, tanah telah memiliki seluruh unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
dapat tumbuh. Namun demikian jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah jumlahnya
terbatas, dan membutuhkan waktu yang cukup lama agar unsur hara tersebut dapat tersedia
kembali secara alami. Pada lahan-lahan budidaya pertanian dan perkebunan khususnya, laju
penyerapan unsur hara dari tanah lebih tinggi daripada laju penyediaan unsur hara tersebut secara
alami. Sehingga pada realitanya, alam tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan tanaman akan
unsur hara tersebut dengan sendirinya. Oleh karena itu, kita memerlukan input berupa pupuk.
Dengan pemberian pupuk yang cukup, kita tetap dapat memenuhi kebutuhan tanaman sesuai
dengan jumlah unsur hara yang dibutuhkan. Meskipun, katakanlah, tanah yang kita tanami
kurang subur, dengan mengaplikasikan pupuk, kebutuhan hara tanaman tetap akan terpenuhi
sehingga dapat tumbuh dan berproduksi optimum.
Dengan semakin intensifnya lahan-lahan pertanian dan perkebunan untuk budidaya tanaman,
maka kebutuhan akan pupuk sebagai sumber nutrisi tanaman menjadi semakin penting. Karena
semakin cepat dan banyaknya hara yang diserap tanaman dan “hilang” dari tanah, maka butuh
masukan hara yang cepat pula untuk dapat mengimbangi kebutuhan tanaman, terutama di siklus
tanam selanjutnya. Di sini lah mengapa peran pemupukan sangat penting, yaitu untuk
memberikan unsur hara yang lebih cepat dan pada saat yang tepat bagi tanaman, sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berproduksi sesuai yang diharapkan.
1. NITROGEN (N)
Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting untuk
melakukan proses fotosintesis.
4. Daun yang sudah tua berwarna hijau muda, kemudian berubah kuning dan layu.
5. Bila sempat berbuah, buahnya akan kerdil, cepat masak lalu rontok.
2. PHOSFOR (P)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman
muda.
1. Seluruh warna daun berubah menjadi lebih tua dan sering tampak mengkilap kemerahan.
2. Tepi daun, cabang dan batang akan berwarna merah keunguan yang lambat laun akan
berubah menjadi kuning dan kemudian layu.
3. Jika tanaman berbuah, buahnya akan kecil, mutunya jelek, dan cepat masak.
3. KALIUM (K)
Memperkuat tanaman sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah rontok/gugur.
Salah satu sumber daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.
3. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya sedikit dan tidak tahan
simpan.
4. CALSIUM (Ca)
Calsium pada batang dan daun bermanfaat untuk menetralkan senyawa atau keadaan
yang tidak menguntungkan pada tanah.
1. Tepi daun muda akan berubah menjadi kuning karena chlorosis, yang kemudian menjalar
ke tulang daun.
2. Kuncup muda akan mati karena perakaran kurang sempurna. Jika ada daun yang tumbuh,
warnanya akan berubaah dan baberapa jaringan pada daun akan mati.
5. MAGNESIUM (Mg)
Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil), karbohidrat, lemak dan senyawa
minyak yang dibutuhkan tanaman.
1. Daun tua mengalami kerusakan dan gagal membentuk klorofil sehingga tampak bercak
cokelat, daun yang semula hijau akan berubah kuning dan pucat.
3. Daya tumbuh biji menjadi berkurang. Bila biji tumbuh, kualitas akan kurang baik.
6. SULFUR/BELERANG (S)
Berperan dalam pembentukan bintil akar
1. Warna daun muda berubah menjadi hijau muda, tidak merata, sedikit mengkilap agak
keputihan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan.
7. KLOR (Cl)
Berfungsi untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil kering tanaman seperti tembakau,
kapas, kentang dan sayuran.
8. BESI (Fe)
Berfungsi dalam proses pernapasan tanaman dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).
2. Pertumbuhan tanaman seolah berhenti, sehingga dun berguguran dan akhirnya tanaman
mati.
9. MANGAN (Mn)
Berfungsi dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) dan merupakan bahan pembentuk
beberapa jenis enzim.
1. Ujung daun tidak merata, layu dan mengalami kerusakan dan layu.
2. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, terutama pada jenis tanaman jeruk dan
tanaman sayur.
3. Tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting)
dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
1. Gejala klorosis dari tepi daun, daun menjadi layu, kering dan mati
Menurut Simpson (2006), kedudukan kacang tanah (Arachis hypogaeaL.) dalam sistematika
tumbuhan adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Arachis
Daun
Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun dengan tangkai
daun agak panjang. Menurut Suprapto (2004) helaian anak daun ini bertugas mendapatkan
cahaya matahari sebanyak-banyaknya.
Batang
Pitojo (2005) melaporkan bahwa batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus,
ada yang tumbuh Menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada
yang mencapai 80 cm. Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus ke dalam tanah hingga
kedalaman 40 cm. Pada akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti oleh akar
serabut. Akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat penyerap air dan
zat-zat hara serta mineral dari dalam tanah
Bunga
Bunga kacang tanah tersusun dalam bentuk bulir yang muncul di ketiak daun, dan termasuk
bunga sempurna yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu bunga. Mahkota bunga
kacang tanah berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang bentukn ya berlainan satu dengan yang
lain (Trustinah, 1993).
Polong
Berdasarkan hasil laporan AAK (1989) kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk
setelah terjadi pembuahan, dimana bakal buah tumbuh memanjang dan disebut ginofor. Setelah
tumbuh memanjang, ginofor tadi mengarah ke bawah dan terus masuk ke dalam tanah. Apabila
polong telah terbentuk maka proses pertumbuhan ginofor yang memanjang terhenti. Menurut
Suprapto (2004) ginofor yang terbentuk di cabang bagian atas tidak masuk ke dalam tanah
sehingga tidak akan membentuk polong.
Biji
Biji kacang tanah terdapat di dalam polong. Contoh biji kacang tanah dapat dilihat pada. Kulit
luar (testa) bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji
berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan
butir biji yang lain selagi di dalam polong (Pitojo, 2005). Warna biji kacang pun bermacam-
macam: putih, merah kesumba, dan ungu. Perbedaan-perbedaan itu tergantung pada varietas-
varietasnya (AAK, 1989).
BAB III
METODE PELAKSANA
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa,7 Desember 2021. Bertempat di kelurahan
Tegalrejo,Kecamatan Poso Kota Utara.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tanaman legum(Arachis
hypogaea L), handphone , kertas kunci determinasi kekurangan unsur hara tanaman legume dan
pulpen.
C. Cara Pelaksanaan
2. Setelah di dapatkan tanaman legum tersebut kemudian diamati apakah ada kekurangan unsur
hara pada tanaman tersebut
A. Hasil
Hasil yang didapatkan pada saat praktikum yaitu daun bagian bawah kacang tanah berwarna
kuning dan berbecak kuning disekeliling tepi daun. Tepi daun chlorotis membentuk batas tegas
bersambungan tak terputus berawrna kuning disekeliling ujung dan sepanjang tepi daun.
B. Pembahasan
Pada saat melakukan pengamatan dikebun kacang tanah , saya menemukan adanya daun bagian
bawah kacang tanah berwarna kuning dan berbecak kuning disekeliling tepi daun. Tepi daun
chlorotis membentuk batas tegas bersambungan tak terputus berwarna kuning disekeliling ujung
dan sepanjang tepi daun. Hal ini dikarenakan kekurangan unsur hara Kalium. Adapun penyebab
dari kekurangan unsur hara di lahan itu tanahnya cenderung tanah berpasir dan kurangnya bahan
organik serta tidak adanya irigasi di lahan tersebut.
BAB V