Anda di halaman 1dari 9

BAB II HIDROPONIK 6

BAB II

HIDROPONIK NFT

II.1 Hidroponik

Hidroponik merupakan suatu metode bercocok tanam yang tidak menggunakan media

tanah sebagai media tanamnya tetapi menggunakan air, kerikil, pasir, sabut kelapa, zat

silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu dan busa.

II.1.1 Keunggulan Hidroponik

Hidroponik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem penanaman

biasa yang menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Beberapa kelebihannya adalah

sebagai berikut

1. Sistem ini bisa digunakan pada daerah yang tidak sesuai untuk penanaman secara

biasa seperti tanah bertosik, padang pasir dan lain – lain.

2. Sayur – sayuran akan cepat tumbuh dan mengeluarkan hasil yang berkualitas tinggi.

3. Bersih dan bebas dari racun.

4. tidak perlu menyiram dan mencangkul.

5. dan lain - lain


BAB II HIDROPONIK 7

II.2 Nutrient Film Technique (NFT)

II.2.1 Gambaran singkat hidroponik NFT

Di Indonesia, sistem hidroponik biasanya digunakan untuk menanam tanaman

hortikultura (sayur dan buah) yang bernilai ekonomi tinggi, seperti tomat, paprika, timun,

melon, dan cabe merah. Makin meluasnya pemakaian hidroponik, menjadikan hidroponik

tidak hanya identik dengan penanaman menggunakan air sebagai media tumbuh semata.

Lebih luas lagi, hidroponik telah dijadikan sebagai sebuah istilah yang umum digunakan

untuk menyebut metode pembudidayaan tanaman dengan menggunakan larutan nutrisi.

Berdasarkan cara pengairannya, NFT (Nutrient Film Technique) termasuk dalam

hidroponik sistem tertutup. Dalam sistem tertutup, larutan nutrisi bersirkulasi secara terus

menerus selama 24 jam atau diatur hingga jangka waktu tertentu dengan menggunakan

pengatur waktu (timer). Menurut Cooper (1972), NFT adalah sebuah sistem yang

menggunakan ‘film’ larutan nutrisi. Film atau lapisan tipis tersebut berupa larutan nutrisi

setebal 1-3 mm, dipompa dan dialirkan melewati akar tanaman secara terus menerus

dengan kecepatan aliran sekitar 1-2 liter per menit. Kemudian disirkulasi dan digunakan

ulang selama beberapa minggu sesuai kebutuhan tanaman. Sebagian akar tanaman

tumbuh di atas permukaan larutan nutrisi dan sebagian lagi terendam di dalamnya.
BAB II HIDROPONIK 8

Gambar 2.1 Skema sistem hidroponik NFT

Tanaman ditumbuhkan di dalam growing bed berupa talang segi empat yang bagian

permukaan atasnya ditutupi styrofoam (Gambar 2.1). Styrofoam ini berfungsi sebagai

penyangga tanaman sekaligus mencegah tumbuhnya lumut di dasar talang. Agar air dan

larutan nutrisi dari tangki utama dapat mengalir dengan baik, talang ini dimiringkan

sekitar 1-5 %. Komposisi dan kuantitas larutan nutrisi diatur sesuai jenis, umur serta

populasi tanaman di dalam growing bed. Air dan larutan nutrisi yang tidak diserap

tanaman ditampung oleh tangki penampungan (receiving tank) dan dihisap dengan

menggunakan pompa submersible ke tangki utama untuk dialirkan kembali..

II.2.2 Komposisi nutrisi dalam hidroponik NFT

Pada hidroponik NFT, semua macro dan micronutrient yang dibutuhkan tanaman dipasok

secara manual dengan cara melarutkannya di dalam air sebelum dialirkan. Tentunya

nutrisi yang dialirkan ini harus proporsional serta sesuai dengan jenis dan umur tanaman.

Oleh karena itu, pembuat larutan harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik mineral

yang diramu serta manfaatnya bagi tanaman.


BAB II HIDROPONIK 9

Jenis mineral yang dibutuhkan tanaman dan manfaatnya antara lain :

1. Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan mineral yang sangat penting bagi tanaman terutama pada masa

pertumbuhan. Pemberian nitogen dapat memacu pertumbuhan daun dan batang.

Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk NO3- dan NH4+ .

2. Fosfor (P)

Fosfor diserap oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4-. Fungsi utama fosfor adalah

membantu pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhan akar. Di samping itu

mineral ini juga membantu dalam proses pernafasan.

3. Kalium (K)

Kalium memiliki fungsi yang sangat penting dalam asimilasi zat arang. Sehingga

mineral ini sangat dibutuhkan terutama bagi tanaman yang

banyak mengasilkan daun seperti sayuran hijau. Selain itu, ion-ion kalium juga

berperan dalam pembentukan jaringan penguat.

4. Kalsium (Ca)

Kalsium yang diserap tanaman dalam bentuk Ca ini berperan dalam pembentukan sel-

sel dan pengaturan pergerakan air. Ion kalsium akan mengatur daya serap dinding sel,

sedangkan garam kalsium akan mencegah peningkatan derajat keasaman air sel yang

bekerja sebagai penyangga. Peranan lain dari kalsium adalah ikut membantu

pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu-bulu akar.


BAB II HIDROPONIK 10

5. Magnesium (Mg)

Magnesium yang diserap oleh tanaman dalam bentuk Mg terdapat pada bagian hijau

daun dan di dalam air sel. Magnesium berfungsi menyebarkan fosfor ke seluruh

tanaman dan sebagai aktivator beberapa enzim transportasi energi. Tanaman yang

kekurangan magnesium akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

6. Sulfur (S)

Sulfur atau belerang diserap tanaman dalam bentuk SO4. Bersama fosfor, sulfur

membantu meningkatkan daya kerja unsur-unsur lain dan memproduksi energi bagi

tanaman.

7. Besi (Fe)

Besi sangat berperan dalam pembentukan hijau daun. Besi juga merupakan salah satu

mineral yang diperlukan pada pembentukan enzim-enzim pernapasan yang

mengoksidasi hidrat arang menjadi gas asam arang. Tanaman menyerap besi dalam

bentuk Fe.

8. Mangan (Mn)

Tanpa mangan tanaman tidak akan dapat hidup karena mineral ini sangat berperan

dalam pembentukan hijau daun. Mangan membantu tanaman dalam mengatur

pernapasan serta penyerapan nitrogen. Tanaman menyerap mangan dalam bentuk Mn.

9. Boron (B)

Apabila tanaman mengalami kekurangan boron, kuncup dan pucuk yang tumbuh akan

mati. Hal ini disebabkan terganggunya pertumbuhan meristem sehingga terjadi


BAB II HIDROPONIK 11

kelainan dalam pembentukan berkas pembuluh. Oleh karena itu, penyaluran makanan

dari akar akan terganggu pula. Mangan diserap tanaman dalam bentuk BO3.

10. Seng (Zn)

Tanaman menyerap seng dalam bentuk Zn. Persenyawaan Zn dapat membantu

tanaman dalam pembentukan hormon tumbuh (auksin) dan keseimbangan fisologis.

Selain itu, seng juga ikut terlibat dalam proses transfer energi ke seluruh tanaman.

Apabila takarannya sesuai, seng akan memberikan dorongan pada perkembangan

tanaman. Namun jika takarannya sedikit berlebih, akan menjadi racun bagi tanaman.

11. Molibdin (Mo)

Molibdin (Mo) diserap akar dalam bentuk ion molibdat (MoO4). Berperan penting

dalam pengikatan nitrogen terutama pada tanaman buah dan sayur-mayur.

Larutan nutrisi pada hidroponik NFT dapat dibuat dengan menggunakan berbagai

formula komposisi yang ada. Formula-formula ini dirancang berdasarkan pengukuran

jumlah nutrisi yang diserap oleh tanaman. Jumlah nutrisi dan air yang diserap diukur

sehingga didapatkan perbandingan antara nutrisi dan air yang terserap tersebut untuk

masing-masing mineral. Nilai perbandingan inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam

pembuatan komposisi nutrisi. Nilai perbandingan ini akan berubah sesuai dengan masa

perkembangan tanaman.

Pencarian komposisi nutrisi yang paling baik untuk tiap jenis tanaman khususnya tomat

masih terus dilakukan, mengingat tanaman membutuhkan nutrisi dengan komposisi


BAB II HIDROPONIK 12

berbeda sesuai umurnya. Dalam Tabel 2.1 dapat dilihat komposisi nutrisi yang umumnya

dibutuhkan oleh tanaman tomat.

Tabel 2.1. Komposisi Nutrisi untuk Tanaman Tomat

No. Unsur Jumlah Satuan

1. Nitrogen 3 - 4.5 %

2. Fosfor 0.25 – 0.75 %

3. Kalium 3.0 – 5.0 %

4. Kalsium 2.0 – 3.0 %

5. Magnesium 0.4 – 0.6 %

6. Sulfur 0.4 – 1.2 %

7. Besi 100 – 200 ppm

8. Mangan 40 – 250 ppm

9. Seng 20 – 50 ppm

10. Copper 5 – 20 ppm

11. Boron 25 – 100 ppm


BAB II HIDROPONIK 13

Komposisi nutrisi tersebut berbeda pada masa pembibitan, pertumbuhan, dan pembuahan.

Untuk masa pembibitan, nutrisi diberikan setelah tumbuh daun asli dengan frekuensi 3

hari sekali, yaitu TSP 10g/20 l air dan NPK 20 g/20 l air. Sedangkan komposisi nutrisi

untuk masa perkembangan yaitu pertumbuhan dan pembuahan dapat dilihat pada Tabel

2.2.

Tabel 2.2 Komposisi nutrisi tanaman tomat berdasarkan masa

perkembangan

Tahapan Perkembangan
1 2 3 4 5
Transplant – 1st cluster – 2nd cluster 3rd cluster - 4th cluster -
1st cluster 2nd cluster – 3rd 4th cluster termination
cluster
KCl
6 lb 6 lb 6 lb 6 lb 6 lb
MgSO4
10 lb 10 lb 10 lb 12 lb 12 lb
CuSO4
10 gr 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr
MnSO4
35 gr 35 gr 35 gr 35 gr 35 gr
ZnSO4
10 gr 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr
Ca(NO3)2
2.1 gal 2.4 gal 2.7 gal 3.3 gal 3.3 gal
Fe 330
0.7 lb 0.7 lb 0.7 lb 0.7 lb 0.7 lb
BAB II HIDROPONIK 14

Data pada tabel 2.1 dan 2.2 didapatkan dari jurnal Department of

Horticultural Sciences, Florida Cooperative Extension Service, Institue of

Food and Argicultural Science, University of Florida. Jurnal ini

dipublikasikan pada bulan oktober tahun 1990 pada SSVEC44 dan telah

di revisi pada bulan agustus 2001.

Anda mungkin juga menyukai