Pemupukan
Tioner Purba, Ringkop Situmeang, Hanif Fatur Rohman
Mahyati, Arsi, Refa Firgiyanto, Abdus Salam Junaedi
Tatuk Tojibatus Saadah, Junairiah
Jajuk Herawati, Arum Asriyanti Suhastyo
Penulis:
Tioner Purba, Ringkop Situmeang, Hanif Fatur Rohman
Mahyati, Arsi, Refa Firgiyanto, Abdus Salam Junaedi
Tatuk Tojibatus Saadah, Junairiah
Jajuk Herawati, Arum Asriyanti Suhastyo
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat kasih dan karunia-Nya yang memberikan kemampuan kepada
penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan buku ini dengan baik.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan buku ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa memberkati segala usaha
kita. Amin.
Gambar 1.1: Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman .........................6
Gambar 1.2: Ilustrasi Hukum Minimum Liebig pada Tanaman...................8
Gambar 4.1: Kemasan Pupuk Urea Produksi Pupuk Indonesia....................39
Gambar 4.2: Kemasan Pupuk ZA Produksi Pupuk Indonesia ......................40
Gambar 4.3: Kemasan Pupuk SP 36 Produksi Pupuk Indonesia ..................40
Gambar 4.4: Kemasan Pupuk KCL Produksi Pupuk Indonesia ...................41
Gambar 4.5: Kemasan Pupuk NPK Produksi Pupuk Indonesia ...................42
Gambar 4.6: Kemasan Dolomite Produksi Pupuk Indonesia........................43
Gambar 5.1: Pemupukan Tanaman Padi Dengan Cara Ditabur ...................51
Gambar 5.2: Pemupukan Tanaman Durian Dengan Cara Dibuat Jalur
Melingkar Dan Ditutup Dengan Tanah ...................................53
Gambar 5.3: Pemupukan Tanaman Kopi Dengan Cara Digali.....................54
Gambar 5.4: Pemupukan Tanaman Durian Pada Daun Tanaman................55
Gambar 5.5: Pemupukan Menggunakan Alat Terbang .................................56
Gambar 5.6: Proses Tanaman Yang Di Infus Pada Akar Tanaman .............57
Gambar 6.1: The Law of The Minimum-Justus Von Liebig ........................61
Gambar 6.2: Mineral Fertilizers Replace Nutrients Removed with the Harvest .61
Gambar 6.3: Hubungan Curah Hujan Dengan Pemupukan ..........................68
Gambar 9.1: Struktur Akar...............................................................................99
Daftar Tabel
1.1 Pendahuluan
Kegiatan budidaya tanaman saat ini tidak dapat dipisahkan dengan pupuk.
Tanaman diberi pupuk oleh petani dengan harapan akan meningkatkan hasil
yang diperoleh. Produksi pertanian harus ditingkatkan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk yang pesat. Kebutuhan akan produksi-produksi
pertanian meningkat, sehingga diperlukan teknologi untuk meningkatkan hasil.
Teknologi tersebut salah satunya adalah pemupukan.
Secara umum lahan pertanian lama kelamaan akan mengalami kemunduran
kesuburan tanah akibat penggunaan lahan yang intensif dan kerusakan tanah
akibat erosi. Lahan ini akan mengalami penurunan produktivitasnya dalam
menghasilkan produk pertanian.
Beberapa penyebab penurunan kesuburan menurut Hartatik, Husnain dan
Widowati, (2015):
1. ketidakseimbangan kadar hara dalam tanah;
2. pengurasan dan defisit hara;
3. penurunan kadar bahan organik tanah;
2 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
tanaman dari air dan karbon dioksida di udara, sedangkan unsur-unsur hara
makro dan mikro lainnya diperoleh dari hasil dekomposisi atau pelapukan
batuan mineral yang ada di tanah.
Masing-masing unsur hara tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam
menunjang kelangsungan hidup tanaman. Untuk memperoleh tanaman yang
tumbuh sehat dan menghasilkan produksi maksimum harus memenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman, yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara tersebut pada dasarnya telah tersedia dalam tanah, namun
jumlahnya terbatas.
Di samping jumlah unsur hara yang tersedia terbatas, proses penyediaan unsur
hara secara alami juga membutuhkan waktu yang lama. Laju penyerapan unsur
hara dari dalam tanah lebih tinggi dari pada laju penyediaan unsur hara secara
alami pada lahan- lahan budidaya pertanian. Untuk memperoleh produksi yang
tinggi dan waktu yang lebih cepat karena tuntutan memenuhi kebutuhan, alam
tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman secara alami. Oleh karena itu
pada lahan-lahan budidaya pertanian membutuhkan masukan unsur hara dari
luar berupa pupuk.
Melalui industri-industri pupuk, kebutuhan unsur hara tanaman dapat dipenuhi.
Lahan-lahan budidaya pertanian yang kurang subur dapat menghasilkan
produksi atau panen yang optimal dengan pengaturan unsur hara melalui
pemupukan. Pupuk merupakan sumber nutrisi tambahan dari luar tanah bagi
tanaman.
Dengan semakin tingginya pertambahan jumlah penduduk yang diikuti dengan
tuntutan kebutuhan pangan yang semakin tinggi maka produksi pertanian juga
harus ditingkatkan. Lahan-lahan pertanian semakin intensif dimanfaatkan
untuk budidaya tanaman, sehingga kebutuhan pupuk semakin penting.
3. suhu;
4. udara;
5. air dan;
6. unsur hara.
2. Fosfor (P)
Peran fosfor (P) bagi tanaman:
a. berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar
benih dan tanaman muda;
b. sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein
tertentu;
c. membantu asimilasi dan pernapasan;
d. serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah.
3. Kalium (K)
Unsur Kalium (K) berperan untuk:
a. membantu pembentukan protein dan karbohidrat;
b. memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak
mudah gugur;
c. merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi
kekeringan dan penyakit.
4. Kalsium (Ca)
Peran Kalsium (Ca) bagi tanaman adalah:
a. merangsang pembentukan bulu-bulu akar;
b. mengeraskan batang tanaman;
c. merangsang pembentukan biji;
d. meningkatkan kemampuan tanaman untuk beradaptasi pada
senyawa atau suasana yang tidak menguntungkan pada tanah.
5. Magnesium (Mg)
Unsur Magnesium berperan untuk:
a. pembentukan hijau daun yang sempurna dan terbentuk
karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak;
b. berperan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman
sehingga kandungan fosfat dalam tanaman dapat dinaikkan
dengan penambahan unsur magnesium.
6. Belerang/Sulfur (S)
Peran Belerang (S) bagi tanaman adalah:
a. berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar;
b. berperan penting dalam pembentukan beberapa jenis protein
seperti asam amino;
Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan 11
2.1 Pendahuluan
Di Indonesia dibutuhkan dana miliaran rupiah untuk membeli pupuk yang
diberikan ke lahan pertanian setiap tahun. Pemberian pupuk ini dimaksudkan
untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman agar terutama pangan
tetap tersedia. Pupuk yang diberikan ada pupuk buatan ada pula pupuk alam
Terutama pupuk buatan sudah banyak ragamnya beredar di pasaran. Untuk
mengenal lebih jauh tentang pupuk ini maka uraian di bawah ini menyajikan
tentang klasifikasi pupuk.
Menurut Munawar (2018) Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi,
yaitu berdasarkan:
1. Pembentukannya: pupuk alam dan pupuk buatan
2. Kandungan unsur hara: pupuk tunggal dan pupuk majemuk
3. Bentuk: pupuk padat, cair
4. Reaksi di dalam tanah: masam, basa, dan netral.
5. Susunan kimia: pupuk anorganik dan organik
6. Kadar kandungan haranya: berkadar hara tinggi, sedang dan rendah
7. Kelarutannya: larut dalam air, larut dalam asam sitrat dan larut dalam
asam keras.
14 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak
(unggas/ayam, sapi, kuda, babi, domba), yang tercampur dengan sisa tanaman
dan alas kandang. Kandungan unsur hara dari berbagai kotoran ternak yang
sudah membusuk disajikan pada Tabel 2. 1.
Tabel 2.1: Kandungan Unsur Hara Pada Pupuk Kandang (Hardjowigeno,
2007)
N PO
2 5 KO
2
Ternak
%
Unggas (ayam) 1,70 1,90 1,50
Sapi 0,29 0,17 0,35
Kuda 0,44 0,17 0,35
Babi 0,60 0,41 0,13
Domba 0,55 0,31 0,15
Bab 2 Klasifikasi Pupuk 15
Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa tiap-tiap jenis hewan yang dipelihara
menghasilkan pupuk kandang dengan kandungan hara yang berbeda-beda:
1. Kandungan hara pupuk kandang (unggas) ayam paling tinggi
dibandingkan dengan pupuk kandang yang lainnya.
2. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan oleh jenis
makanan yang diberikan.
Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian lainnya yang masih muda
yang dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud untuk menambah bahan
organik dan unsur-unsur hara, terutama N. Dalam arti sempit pupuk hijau
adalah tanaman yang tergolong ke dalam Leguminosa dan sering ditanam
sebagai tanaman sela atau sebagai tanaman rotasi untuk memanfaatkan waktu
sehingga tanah tidak diberakan.
Syarat-syarat sebagai tanaman pupuk hijau yaitu:
1. Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan hijauan.
2. Tidak banyak mengandung kayu.
3. Banyak mengandung unsur Nitrogen.
4. Tahan kekeringan.
5. Bila sebagai tanaman sela maka dipilih jenis yang tidak merambat.
6. Dapat tumbuh pada tanah yang kurus serta kurang subur.
Kompos
Kompos bahan yang berasal dari sisa-sisa bahan organik apa saja yang
ditumpuk dan mengalami proses dekomposisi. Bahan organik yang dapat
digunakan sebagai kompos adalah serbuk gergaji, jerami, abu sisa
pembakaran.
Alasan pembuatan kompos adalah karena:
1. untuk memperoleh pupuk kandang dalam jumlah yang besar
sangatlah sukar, apalagi yang sudah terdekomposisi;
2. penanaman pupuk hijau tidak selalu berhasil, serta harus
mengorbankan tanah untuk tidak ditanami selama penanaman pupuk
hijau.
Walaupun pupuk buatan sudah sangat sering digunakan, akan tetapi pupuk
alam tidaklah ditinggalkan. Malahan pupuk buatan selalu diikutsertakan
dengan pemberian pupuk alam. Dalam hal ini telah diketahui bahwa pupuk
alam memiliki kelebihan, namun ada juga kelemahannya.
Kebaikan pupuk alam:
1. Menyumbang bahan organik tanah.
2. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih porous (berpori).
3. Meningkatkan kapasitas penahan air (water holding capacity).
4. Meningkatkan kehidupan biologi tanah.
5. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah/KTK (daya pegang hara
pada tanah) terutama pada tanah pasir (meningkatkan sistem koloid
tanah).
6. Mengurangi daya fiksasi hara oleh partikel-partikel liat (menyaingi
fiksasi oleh liat).
Di daerah tropika pupuk buatan lebih populer daripada pupuk alam karena:
1. Pelapukan pupuk organik di daerah-daerah tropika berlangsung
dengan cepat, sedangkan pupuk alam sangat kurang jumlahnya untuk
memenuhi kebutuhan akan pupuk terutama sudah umum digunakan
bibit unggul yang rakus akan unsur hara.
2. Pupuk buatan lebih ekonomis, karena dapat meringankan ongkos
pengangkutan dan tenaga kerja serta dapat memberikan pengaruh
langsung terhadap produksi.
Pupuk Majemuk
Pupuk Majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
tanaman, yaitu gabungan antara N-P, P-K, N-K atau secara lengkap N-P-K.
Misalnya pupuk Rustica Yellow dengan grade 15-15-15, artinya adalah 15%N
+, 15% P O dan 15% K O. Dalam hal ini dinyatakan bahwa dalam 100 kg
2 5 2
2. Pupuk NK:
Pupuk ini jarang digunakan. Misalnya kalium nitrat KNO dengan 3
3. Pupuk PK
Pupuk ini juga jarang digunakan. Misalnya kalium meta fosfat
dengan kadar 60% P 0 + 40 % K 0. Mono kalium fosfat dengan
2 5 2
kadar 52 % P 0 + 34 % K 0
2 5 2
4. Pupuk NPK
Pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK)
disebut pupuk lengkap, contoh dari pupuk ini adalah:
a. Rustica Yellow
• Rumus kimia NH NO - NH4H P0 - KCI
4 3 2 4
2. Pupuk yang berkadar hara sedang yaitu kandungan unsur haranya 20-
30%, misalnya: Amonium Sulfat dengan kandungan haranya
20,5%N, Amonium Klorida (NH4Cl) dengan kandungan hara 25%N.
3. Pupuk yang berkadar hara rendah, yaitu kandungan haranya lebih
kecil dari 20%, misalnya Fused Magnesium Fosfat (FMP) dengan
kandungan P O = 19%
2 5
Bab 2 Klasifikasi Pupuk 25
2. Larut dalam asam sitrat (=): FMP (Fused Magnesium Fosfat) (=)
3. Larut dalam asam keras (HCl 25%) (X) Fosfat Alam (X)
Pilihan dijatuhkan pada SI yang paling rendah, dengan demikian Urea yang
dipilih karena SI Urea =80,7 lebih rendah dari pada SI (NH ) SO =162,7.
4 2 4
Bab 3
Sifat dan Karakteristik Pupuk
Alam
4. Penempatan
Penyiaran batuan fosfat dan menggabungkannya dengan pengolahan
tanah mempercepat reaksi tanah.
5. Jenis
Beberapa spesies tanaman dapat memanfaatkan batuan fosfat dengan
lebih baik karena mereka mengeluarkan asam organik dari akar ke
tanah di sekitarnya.
6. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk melarutkan batuan fosfat memerlukan
penerapannya sebelum kebutuhan tanaman.
Kotoran ternak kurang kaya nitrogen, fosfor, dan kalium dibandingkan pupuk
sintetis dan karenanya harus diterapkan dalam jumlah yang jauh lebih besar
daripada yang terakhir. Satu ton kotoran sapi, babi, atau kuda biasanya hanya
mengandung 10 pon nitrogen, 5 pon fosfor pentoksida, dan 10 pon kalium.
Tetapi pupuk kandang kaya akan bahan organik, atau humus, dan dengan
demikian meningkatkan kapasitas tanah untuk menyerap dan menyimpan air,
sehingga mencegah erosi.
Sebagian besar kalium dan nitrogen dalam pupuk kandang dapat hilang
melalui pencucian jika bahan terkena hujan sebelum diterapkan ke lapang.
Bab 3 Sifat dan Karakteristik Pupuk Alam 31
Pelarut Fosfat
Fosfor adalah salah satu nutrisi tanaman terpenting yang secara langsung atau
tidak langsung memengaruhi semua proses biologis. Misalnya, P adalah kunci
dalam semua proses metabolisme tanaman utama seperti fotosintesis, transfer
energi, transduksi sinyal, biosintesis molekul, dan respirasi. Sejumlah besar P
terdapat di tanah, baik dalam bentuk anorganik maupun organik, tetapi
ketersediaannya merupakan salah satu faktor utama yang membatasi
pertumbuhan tanaman di banyak ekosistem di seluruh dunia.
Hal ini karena sebagian besar P tanah berada dalam bentuk tertutup atau tidak
larut, dan tidak tersedia bagi tanaman, yang dapat menyerap P dari larutan
tanah sebagai ion ortofosfat H PO−4 dan HPO42. Selain itu, diperkirakan
2
bahwa ~80% P yang diberikan melalui pemupukan dengan cepat ter fiksasi
menjadi bentuk yang stabil di dalam tanah, tidak tersedia untuk tanaman.
Mikroba tanah mampu mengubah P tanah yang tidak larut menjadi bentuk
tersedia bagi tanaman melalui berbagai mekanisme solubilisasi dan
mineralisasi pelarut fosfat (PSM) melarutkan P anorganik (misalnya,
trikalsium fosfat, hidroksiapatit, dan fosfat batuan) melalui produksi dan
pelepasan senyawa yang berbeda. Salah satu mekanisme terdiri dari ekskresi
asam organik, ion hidroksil dan CO2, yang melarutkan fosfat yang tidak larut
secara langsung dengan menurunkan pH tanah, kemudian menyebabkan
pertukaran ion PO42− oleh ion asam.
Mikroba juga dapat melepaskan senyawa pengkelat yang menangkap dan
memobilisasi kation dari berbagai fosfat yang tidak larut seperti Ca+2, Al+3,
dan Fe+3, menghasilkan pelepasan fosfat terlarut terkait. Pelarut P yang paling
banyak dipelajari adalah genus Pseudomonas, Bacillus, Rhizobium,
Enterobacter, Penicillium, dan Aspergillus.
Mikoriza
Mikoriza adalah simbiosis antara tumbuhan hijau dan jamur. Tanaman
membuat molekul organik seperti gula melalui fotosintesis dan pemasoknya ke
jamur, dan jamur memasok air dan nutrisi mineral ke tanaman, seperti fosfor,
yang diambil dari tanah. Mikoriza terletak di akar tanaman vaskular, tetapi
asosiasi mirip mikoriza juga terjadi pada lumut dan ada bukti fosil bahwa
tanaman darat awal yang tidak memiliki akar membentuk asosiasi mikoriza
arbuskular.
36 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
4.1 Pendahuluan
Pupuk buatan merupakan pupuk mineral yang dibuat oleh industri berdasarkan
kebutuhan petani sebagai salah satu bahan untuk penyuburan tanaman dan
berasal dari bahan anorganik melalui proses kimia. Pupuk buatan dapat
digolongkan berdasarkan kandungan unsur penyusun dan fungsi pupuk yang
dibuat oleh industri. Salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk
mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen (N), fosfor (P),
dan kalium (K). Sedangkan unsur sulfur (S), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), dan boron (B) dalam jumlah sedikit.
Berdasarkan analisis, setiap tanaman membutuhkan sekitar 50 elemen atau
unsur. Sedangkan yang dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan
dan perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial yang
dapat dibuat menjadi hara makro dan mikro. Unsur hara makro relatif banyak
diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara mikro juga sama pentingnya
dengan unsur hara makro hanya dalam hal ini kebutuhan tanaman terhadap
zat-zat ini hanya sedikit. Menurut analisis kimia ternyata, bahan organik terdiri
38 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
dari Karbon (C) sekitar 47 %, Hidrogen (H) sekitar 7%, Oksigen (O) sekitar 44
%, Nitrogen (N) sekitar 0,2% - 2% (Mulyani, 1999).
Pupuk Urea
Pupuk Urea merupakan pupuk tunggal yang mengandung nitrogen (N) tinggi
sebesar 45-46%. Pupuk ini memiliki rumus kimia CO(NH2)2, sekitar 46 kg
nitrogen terkandung dalam 100 kg pupuk urea. Kandungan yang cukup tinggi
tersebut mampu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
sebab unsur nitrogen akan memudahkan proses fotosintesis, sehingga
menghasilkan lebih banyak klorofil. Pupuk urea memiliki sifat mudah terlarut
sehingga unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dapat cepat tersedia.
Namun, karena sifat ini ada beberapa kerugian jika diaplikasikan di permukaan
dan tidak dimasukkan ke dalam tanah misalnya terdapat kehilangan nitrogen
ke udara yang dapat mencapai 40%. Salah satu strategi efisiensi penggunaan
pupuk untuk efisiensi penggunaan pupuk yaitu mengatur waktu pemberian
pupuk urea. Waktu pemberian pupuk urea dengan hasil baik adalah 2 kali
pemberian pupuk (Ramadhani et al., 2014).
Adapun kemasan pupuk urea yang diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti
pada gambar 4.1.
Pupuk SP-36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar tanaman karena reaksi
kimia yang cukup lambat dan meningkatkan kandungan unsur hara phospor
pada tanaman. Pupuk SP-36 digunakan oleh petani untuk membantu tanaman
menghasilkan buah, memperbaiki kualitas biji, merangsang pembelahan
tanaman, mempercepat pemasakan buah, menguatkan batang tanaman, dan
memperbesar jaringan sel perkebunan dan hortikultura yang lebih banyak
(http://www.pupuk-indonesia.com).
KCl (Kalium Klorida)
Pupuk KCl dibuat dari ekstraksi mineral kalium dan mengandung sekitar 60 %
Kalium dalam bentuk K2O. Bentuknya bubuk atau serbuk merah. Jenis pupuk
yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pupuk ini
dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan ham, penyakit dan
kekeringan.
Unsur klorida yang terkandung bersifat toksik atau racun bagi tanaman
tertentu, seperti wortel dan kentang. Cocok digunakan sebagai pupuk dasar
atau pupuk susulan karena seluruh unsur penyusun pupuk KCL dapat larut
dalam air dan larutan asam sitrat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan ion klorida (Cl -) tidak berapa memberikan pengaruh negatif
terhadap tanah dan tanaman.
Adapun kemasan pupuk KCL yang diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti
pada gambar 4.4
15%, K sebanyak 15%, S sebanyak 10% dan unsur lainnya. Adapun kelebihan
pupuk NPK yaitu mencegah tanaman supaya tidak kerdil, pertumbuhan akar
lebih kuat, banyak, dan panjang, sehingga mudah menyerap zat hara dari
tanah. Pupuk ini bisa diaplikasikan di berbagai jenis tanah, sebab
menimbulkan reaksi kimia yang netral dan dapat digunakan sebagai pupuk
dasar atau pupuk susulan.
Unsur N, P, dan K merupakan faktor penting dan harus tersedia bagi tanaman
karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman.
Nitrogen digunakan sebagai pembangun asam nukleat, protein, bioenzim, dan
klorofil. Fosfor digunakan sebagai pembangun asam nukleat, fosfolipid,
bioenzim, protein, senyawa metabolit yang merupakan bagian dari ATP
penting dalam transfer energi. Kalium digunakan sebagai pengatur
keseimbangan ion-ion sel yang berfungsi dalam mengatur berbagai
mekanisme metabolik seperti fotosintesis, tetapi pemberian dosis pupuk N, P
dan K akan memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman (Firmansyah et al., 2017).
Berikut Gambar 4.5 merupakan kemasan pupuk NPK dan klasifikasi
kandungan di dalamnya.
Unsur N, P, dan K merupakan hara esensial untuk tanaman dan sebagai faktor
batas bagi pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam
tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi
tanaman, namun pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan
tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan
menurunnya kualitas produksi usaha tani (Tuherkih & Sipahutar, 2008).
Dolomite (Kapur Karbonat)
Dolomite atau biasa dikenal dengan kapur pertanian memiliki manfaat sebagai
penyedia unsur hara makro sekunder Ca dan Mg. Reaksi kimia yang
ditimbulkan basa (alkali) sehingga menetralkan pH tanah. Pupuk ini berbentuk
butiran halus berwarna putih keabu-abuan atau putih kebiruan, memiliki sifat
yang mudah diserap air dan mudah dihancurkan, meningkatkan ketersediaan
unsur hara dalam tanah, menghilangkan sifat racun dari senyawa - senyawa
beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi & aktivitas
mikroorganisme tanah.
Adapun kemasan dolomite yang diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti pada
gambar 4.6
Unsur hara nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang
sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya yaitu membentuk
protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Peranan utama
nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun (Lingga & Marsono, 2013).
Unsur Kalium (K)
Kalium berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan
buah tidak mudah gugur. Fungsi utama kalium (K) ialah membantu
pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium merupakan sumber kekuatan
bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan, penyakit dan hama (Lingga &
Marsono, 2013).
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan
memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama
pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul
bercak merah coklat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah
tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan
simpan (Lingga & Marsono, 2013).
46 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 5
Tatalaksana Pemupukan
5.1 Pendahuluan
Pupuk dan pemupukan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman yang di lapangan
memerlukan unsur hara tambahan untuk nutrisi (Mpapa, 2016). Apabila nutrisi
tanaman terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan
optimal. Sehingga hasil produksi tanaman tersebut akan maksimal dan
memiliki nilai jual yang tinggi (Prita et al., 2013).
Pupuk yang seimbang dapat meningkat kesuburan tanaman, akan tetapi pupuk
yang tidak seimbang atau berlebih dapat menimbulkan keracunan terhadap
tanaman tersebut. Tanaman yang mengalami keracunan akan mengalami
kerusakan dan kematian (Wiraatmaja, 2017). Setiap tanaman memiliki
kebutuhan unsur-unsur hara yang berbeda dalam menyerap nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut (Rajiman, 2020).
Pupuk memiliki formulasi yang berbeda-beda adanya yang cair dan padat.
Dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam budidaya
tanaman. Pupuk dapat digolongkan ke dalam pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik dapat terbuat dari bahan-bahan yang alami, seperti
tanaman-tanaman, sisa-sisa bahan organik dan lain-lainya . Pupuk organik
48 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
tersebut, tanah yang diolah, tanaman yang dibudidayakan, tingkat unsur hara
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, kondisi akar tanaman yang
dibudidayakan, keadaan tanah, kandungan unsur hara di dalam tanah dan
kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara (Krisnawati dan Adirianto,
2019). Dalam proses pemberian pupuk ke tanaman yang dibudidayakan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pemupukan Dengan Cara Ditabur Pada Lahan Pertanian
Proses pupuk yang ditabur di areal pertanaman dapat dilakukan pada saat
tanaman belum di tanam di lahan tersebut. Pemupukan ini dilakukan untuk
tanaman padi yang memiliki areal yang luas. Akan tetapi, proses tabur pupuk
pada lahan pertanian dapat dilakukan pada saat tanaman sudah di lahan
pertanian. Proses taburan pupuk pada lahan pertanian dilakukan supaya pupuk
tersebut tersebar ke seluruh bagian lahan.
Pada saat pupuk ditabur pada lahan pertanian diharapkan tanah atau lahan
tersebut tidak tergenang air dan kondisi lahan agak kering. Karena apabila
lahan tersebut tergenang air bisa jadi pupuk yang diberikan akan menyebar
tidak merata. Hal ini bisa dikarenakan kemiringan lahan atau keadaan lahan
pertanian. Pupuk yang ditabur pada lahan pertanian dapat dilakukan dengan
cepat dan tidak membutuhkan jumlah orang yang banyak (Bara, 2019;
Rajiman, 2020) (Gambar 5.1).
yaitu, pupuk yang berbentuk butiran atau cair. Proses ini dapat dilakukan
sebelum tanaman ditanam pada lahan pertanian.
Selain itu, dapat dilakukan pada tanaman yang sudah besar seperti tanaman
karet, kopi, kelapa sawit dan tanaman lainnya. Pembuatan lubang dapat
dilakukan apabila pada lahan yang memiliki kemiringan atau lahan yang tidak
datar. Lahan yang memiliki kemiringan di harus membuat lubang antar
tanaman untuk dilakukan pemupukan. Pertama-tama pembuatan lubang dapat
dilakukan menggunakan alat seperti bor tanah. Kemudian tanah yang ada di
bor tadi dikeluarkan untuk jarak lubang tergantung dari jenis tanaman. Lubang
tadi diberikan pupuk secukupnya tergantung kebutuhan dari tanaman tersebut.
Kemudian lubang tadi ditutup yang sudah diberikan pupuk ditutup dengan
dedaunan.
Tujuan penutupan lubang tersebut apabila hujan deras dan lubang berisi air
pupuk tidak keluar dari lubang tersebut. Selain itu, pupuk akan mencair dan
mudah diserap oleh akar tanaman apabila berada di dalam lubang. Pemupukan
dapat dilakukan dengan membuat lingkaran pada sekeliling tanaman, misalnya
tanaman karet dapat buat lingkaran di sekeliling batang kemudian pupuk
ditaburkan di sana lalu ditutup.
Pupuk juga dapat diaplikasikan menggunakan lubang dari bahan yang tajam
pada bagian ujungnya, untuk tanaman yang cocok seperti dengan pupuk ini
yang bukan tanaman utama (Gambar 5.2).
diberikan pupuk tersebut. Tanaman yang diberikan pupuk memiliki jarak yang
tidak terlalu dekat dan memiliki jarak antar jalur tanaman tidak terlalu jauh.
Pemupukan yang diberikan dengan cara dilubang pada tanah, biasanya
tanaman memiliki unsur hara yang sedikit, tanaman memiliki akar tidak
banyak atau jenis tanaman akar sedikit dan dapat terjadi tanah memiliki unsur
hara banyak (Efendi dan Ramon, 2019; Tarigan et al., 2019) (Gambar 5.4).
dibutuhkan tidak terlalu banyak, sehingga hanya dilakukan pada daun saja.
Pupuk yang akan diberikan ke tanaman memiliki sifat yang kurang bagus.
Pupuk tersebut terlebih dahulu dilakukan pencampuran dengan air, pada
proses ini dosis yang diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan air.
Kemudian campuran tersebut diaplikasikan ke tanaman terutama pada bagian
daun. Daun tanaman dilakukan pemupukan harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut yaitu, harus sesuai dengan aturan dalam produk yang digunakan,
larutan yang dibuat harus lebih cair dan pupuk yang digunakan tidak terlalu
banyak. Daun yang diaplikasikan pupuk jangan daun yang menghadap ke atas,
karena daun memiliki stomata yang ke atas. Daun tanaman yang dilakukan
pemupukan harus dilakukan jangan siang hari karena apabila dilakukan pada
siang hari maka, pupuk tidak bisa terserap oleh tanaman karena terjadi
penguapan. Hujan dapat membuat pupuk tidak bisa diserap oleh tanaman, jadi
jika mau aplikasi pupuk sebaiknya dilakukan pada hari yang cerah (Rajiman,
2020) (Gambar 5.5).
Berbeda dengan kondisi lahan yang tidak bisa dilakukan pemupukan, seperti di
daerah pegunungan, tidak bisa dilalui dengan perjalanan, lahan yang masih
alami dan rumput yang luas (Misrianto et al., 2017; Rajiman, 2020) (Gambar
5.6)
Gambar 5.6: Proses Tanaman Yang Di Infus Pada Akar Tanaman (Agung,
018)
Tanaman yang diberikan pupuk memiliki respons yang berbeda dan begitu
juga dalam cara pemberian di lapangan sangat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk yang diberikan memiliki peranan penting pada
setiap fase tanaman. Begitu juga dengan jumlah pupuk yang diberikan ke
tanaman memiliki respons yang berbeda. Jadi setiap tanaman pemberian
pupuk tidak boleh sama, selain itu tekstur tanah di lapangan juga memengaruhi
bagaimana cara aplikasi pupuk ke lapangan.
Waktu sangat memengaruhi pupuk yang diberikan ke tanaman, kita harus
memperhatikan waktu karena pupuk bisa jadi tidak terserap secara maksimal
pada musim panas dan musim hujan. Pupuk yang diberikan ke tanaman harus
melihat dari fase tanaman tersebut. Tanaman memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda, hal ini dapat kita lihat dari tujuan yang akan dihasilkan atau
produk apa yang harus diambil dalam suatu tanaman.
Daun membutuhkan unsur hara nitrogen dalam pertumbuhannya sehingga
apabila produk yang akan dihasilkan adalah daun kita harus menggunakan
pupuk dengan kandungan N yang tinggi. Tanaman yang baik merupakan
tanaman yang dapat menghasilkan produk secara optimal dan pupuk yang
maksimal (Wahyu et al., 2017; Bubun Alfarisi, 2020; Rajiman, 2020; Pertiwi
et al., 2021).
58 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 6
Faktor Yang Memengaruhi
Pemupukan
6.1 Pendahuluan
Tanaman selama proses hidupnya agar tumbuh dengan sehat dan memiliki
hasil yang optimal, maka harus tersedia unsur hara tanah dalam jumlah,
proporsi dan bentuk yang tepat pada waktu yang tepat. Unsur hara primer
digunakan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif besar dan sering dilengkapi
sebagai pupuk (Nitrogen, Fosfor dan Kalium). Di sisi lain, nutrisi sekunder
seperti Ca, Mg dan S juga digunakan dalam jumlah besar tetapi cukup tersedia
dan biasanya tersedia, sedangkan Mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah
kecil.
Pemupukan baik organik dan anorganik adalah upaya yang dilakukan guna
menutupi kekurangan unsur hara tanah dan penurunan kesuburan tanah akibat
budidaya yang terus menerus oleh petani dan terbawa oleh hasil panen.
Aplikasi pupuk anorganik menghasilkan akumulasi bahan organik tanah yang
lebih tinggi dan aktivitas biologis karena peningkatan produksi biomassa
tanaman dan kembalinya bahan organik ke tanah dalam bentuk akar yang
membusuk, serasah dan sisa tanaman.
60 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Gambar 6.1: The Law of The Minimum-Justus Von Liebig (Manggala, 2020)
Demikian pula, hasil panen sering dibatasi oleh kekurangan nutrisi atau air.
Setelah faktor pembatas (kendala) telah diperbaiki, hasil akan meningkat
sampai faktor pembatas berikutnya ditemukan. Berdasarkan pemikiran
tersebut, Liebig berhasil mengungkapkan bahwa nutrien di tanah yang telah
diambil oleh tumbuhan dapat digantikan dengan pemberian pupuk.
Gambar 6.2: Mineral Fertilizers Replace Nutrients Removed with the Harvest
(Europe, 2018)
62 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
3. Kelarutan
Sifat yang menunjukkan mudah tidaknya pupuk untuk larut dalam air
dan diserap oleh tanaman.
4. Kemasaman
Kemasaman berkaitan dengan pH pupuk. Sifat kemasaman pupuk
ada yang bersifat masam, alkali, dan netral yang dinyatakan dengan
Ekuivalen kemasaman
5. Indeks garam
Sifat pupuk yang dapat meningkatkan kemasaman tanah.
Tepat Dosis
Pengertian tepat dosis yaitu proses pada saat pemupukan dosis yang diberikan
harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tepat dosis ini berarti
bahwa dosis yang diberikan ke tanaman tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit.
Apabila pemberian pupuk sedikit tanaman tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit jika pemberian pupuk sedikit tanaman masih kekurangan unsur yang
dibutuhkan, terlalu banyak tentunya tanaman akan overdosis dan bisa menjadi
toksik.
Tepat Waktu
Adapun arti tepat waktu yaitu pada saat pemberian pupuk yang baik dan benar
sebaiknya disesuaikan waktu terbaik kapan tanaman itu butuh asupan lebih
unsur hara atau waktu yang tepat. Hal ini dimaksudkan supaya tanaman itu
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Pupuk yang bekerja cepat sebaiknya diberikan setelah tanam atau diberikan
sedikit demi sedikit dalam 2 atau 3 kali pemupukan, karena umumnya pupuk
ini mudah tercuci, sedangkan pupuk yang bekerjanya lambat dapat diberikan
sebelum tanam dan pemberiannya sekaligus.
Tepat Tempat
Tepat tempat yang dimaksud pada pemupukan artinya harus memperhatikan
tempat atau lokasi tanaman sehingga dapat mengaplikasikan pemupukan
secara tepat. Contohnya: lokasi pemupukan berada di ketinggian dan
kecepatan angin besar, maka hal ini tidak disarankan menggunakan pupuk cair
dan disemprotkan.
64 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu cara peletakan pupuk pada tanaman. Hal
ini dapat memengaruhi hasil penyerapan tanaman akan asupan pupuk
nantinya.
Tepat Cara
Tepat cara yaitu pada saat pemupukan cara kita harus benar. Cara pemberian
pupuk yang salah akan membuat pupuk terbuang sia-sia ataupun tercuci oleh
air dan ter dinitrifikasi sehingga tidak dapat diserap atau ditangkap langsung
oleh tanaman.
Untuk itu cara pemupukan harus benar dan tepat sasaran. Secara umum, cara
dari pemupukan meliputi:
1. Broadcast (disebar): cara pemberian pupuk dengan disebar secara
merata di permukaan tanah, misalnya pada pemberian pupuk pada
tanaman padi. Pemupukan dengan cara sebar ini berpotensi tinggi
merangsang pertumbuhan tanaman-tanaman pengganggu (gulma).
Cara pemupukan ini dilakukan ketika populasi tanaman cukup tinggi,
sistem perakaran tanaman yang menyebar, volume pupuk berjumlah
banyak, tinggi kelarutan pupuk yang tinggi dan kesuburan tanah yang
baik.
2. Sideband (di samping tanaman): cara pemberian pupuk dengan
diletakkan di salah satu sisi atau kedua sisi tanaman, misalnya pada
pemupukan tanaman cabai. Metode ini terutama digunakan untuk
menerapkan sejumlah kecil pupuk sebagai starter tanaman. Aplikasi
pupuk starter dapat merangsang tanaman awal pertumbuhan dan
meningkatkan hasil. Hal ini sangat penting dalam sistem tanpa
pengolahan tanah di mana sisa tanaman atau penutup musim dingin
pada negara empat musim menghasilkan suhu tanah yang lebih
rendah dan tingkat kelembaban yang lebih tinggi.
3. In the row (dalam larikan): cara pemberian pupuk dengan diberikan
dalam larikan tanaman misalnya diberikan pada pemupukan tanaman
tebu dan jagung.
4. Top atau side dressed: Pemberian pupuk dengan cara sambung
tanaman.
Bab 6 Faktor Yang Memengaruhi Pemupukan 65
Dari kelima tepat tadi jika kita laksanakan dengan benar dan sesuai petunjuk
akan mendapatkan tanaman yang sehat sesuai dengan umur dan hasil yang
diharapkan dan dengan melaksanakan atau menggunakan lima tepat di setiap
sarana pertanian baik teknologi mekanisnya dan teknologi budidayanya akan
mendapat hasil yang optimal dan produksi yang diinginkan. Karena tujuan
budidaya yaitu mendapat produksi yang tinggi agar dapat menambah
pendapatan petani dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
66 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
nantinya akan berpengaruh terhadap kadar gula (nira tebu) dan memengaruhi
besaran produksi gula.
Perubahan iklim yang terjadi dapat menyebabkan pola curah hujan menjadi tak
menentu dan sangat berpengaruh terhadap musim tanaman. Hubungan antara
rendemen tebu dengan pemupukan sebesar 0,056 dan menunjukkan sangat
lemah dan tidak signifikan, akan tetapi arah hubungannya positif dan
ditunjukkan semakin banyak pemupukan maka semakin tinggi rendemen tebu
yang akan dihasilkan (Hartatie, D., Irma Harlianingtyas dan Supriyadi, 2020).
Curah hujan erat kaitannya dengan pencucian, sedangkan radiasi matahari,
suhu, angin dan kelembaban kaitannya dengan vortilisasi. Berikut Gambar 6.3
yang menunjukkan hubungan antara curah hujan dengan pemupukan:
7.1 Pendahuluan
Pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman budidaya, selain meningkatkan
kuantisasi, pupuk juga dapat meningkatkan kualitas produk tanaman yang
dibudidaya. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan pupuk agar efisien
meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan
frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk (Mansyur, 2021).
Pemupukan dilakukan dengan tujuan agar unsur hara yang terkandung di
dalam tanah dapat meningkat sehingga kondisi tanah menjadi subur dan efektif
untuk membantu aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kualitas
pupuk dan takaran dari dosis pupuk yang digunakan juga perlu diperhatikan
agar pertumbuhan tanaman maksimal dan residu dari penggunaan pupuk serta
pestisida kimia tidak menyebabkan terjadinya pencemaran tanah.
Unsur hara penting yang terdapat dalam pupuk mengandung sumber N
sebanyak 45% untuk pertumbuhan tanaman sawi (Sarif et al., 2015).
Pernyataan tersebut didukung oleh Wahyudi (2015) bahwa nitrogen memiliki
fungsi yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman
sehingga daun pada tanaman akan lebih hijau dan besar. Kualitas tanaman
akan lebih baik apabila diberikan pupuk yang berkualitas yang dapat
72 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
d. Air Maks. 5%
2.Asam bebas sebagai
Maks. 5%
H3PO4
3. Zn sebagai ZnO Min. 0,2%
1. Nitrogen total Min. 6%
2. Fosfor larut asam
sitrat 2% sebagai Min. 6%
Pupuk NPK Padat P2O5
4.
No. SNI 02-2803-2000 3. Kalium sebagai K2O Min. 6%
4. Jumlah kadar N,
Min. 30%
P2O5 dan K2O
5. Air Maks. 2%
1. Nitrogen Min. 26%
Pupuk Amonium Klorida 2. Air Maks. 1%
5.
(NH4Cl) 3. Asam bebas sebagai
Maks. 0,08%
HCl
1. Magnesium sebagai
Min. 18%
MgO
2. Kalsium sebagai
Min. 30%
CaO
3. Al2O3 + Fe3O3 Maks. 3%
Pupuk dolomit
4. Air Maks. 5%
6. (CaMg(CO3)2)
5. Silikat sebagai SiO2 Maks. 3%
No. SNI 02-2804-1992
6. Bentuk tepung
a. Lolos saringan
100%
40 mesh
b. Lolos saringan
Maks. 50%
60 mesh
Pupuk Kalium Klorida 1. Kalium sebagai K2O Min. 60%
(Muriate of
7.
Potash/MOP/KCl) No. 2. Air Maks. 0,5%
SNI 02-2805-1992
1. Nitrogen Min. 11%
Pupuk Mono Amonium
8 2. Fosfat sebagai P2O5 Min. 48
Fosfat (MAP/NH4H2PO4)
3. Air Maks. 1%
1. Nitrogen Min. 20%
2. Fosfat sebagai P2O5 Min. 20%
3. Air Maks. 1%
Pupuk Urea Amonium 4. Ukuran butiran:
9. Fosfat a. Lolos ayakan
No. SNI 02-2811-1992 tyler 4 mesh dan
tidak lolos Min. 90%
ayakan tyler 16
mesh
1. Nitrogen Min. 18%
2. Fosfat sebagai P2O5 Min. 46%
Pupuk Diamonium Fosfat 3. Air Maks 1%
10. (DAP/(NH4)2HPO4) 4. Ukuran butiran
No. SNI 02-2855-1992 a. Lolos ayakan
tyler 6 mesh dan Min. 80%
tidak lolos
74 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
ayakan tyler 16
mesh
1. Unsur hara fosfat
sebagai P2O5
a. Total Min. 36%
b. Yang dapat
Pupuk Super Fosfat Min. 34%
diserap
11. (SP36)
c. Yang larut air Min 30%
No. SNI 02-3769-1995
2. Belerang sebagai S Min. 5%
3. Asam bebas sebagai
Maks. 6%
H3PO4
4. Air Maks. 5%
1. Unsur hara fosfor
sebagai P2O5
a. Total Min. 36%
b. Larut dalam
Min. 34%
Pupuk Super Fosfat (SP- asam sitrat 2%
12. 36) Plus Zn No. SNI 02- c. Larut air Min. 30%
4873-1998 2. Belerang sebagai S Min. 5%
3. Asam bebas sebagai
Maks. 6%
H3PO4
4. Zn sebagai ZnO 0,2-0,3%
5. Air Maks. 5%
1. Boron oksida (B2O3) Min. 45%
2. Natrium oksida
Pupuk Borat No. SNI 02- Min. 20%
13. (Na2O)
4959-1999
3. Sulfat (SO4) Maks. 0,02%
4. Kadmium (Cd) Maks. 35 ppm
1. Keadaan:
a. Bentuk Cair
Pupuk cair sisa proses b. Warna Coklat kehitaman
asam ammonium 2. pH 5,5-6,5
14.
(Sipramin) No. SNI 02- 3. Bobot jenis pada
4959-1999 1,10-1,20
25oC
4. Total nitrogen Min. 4%
5. Bahan organik Min. 8%
Kualitas
Uraian
A B C
1. Unsur hara fosfat
sebagai P2O5
Min.
a. Total Min. 28% Min. 24%
18%
b. Larut dalam Min.
Pupuk Fosfat Alam untuk Min. 10% Min. 8%
asam sitrat 2% 6%
15. Pertanian 02-3376-1995
c. Larut dalam
Min.
asam formiat Min. 14% Min. 14%
35%
2%
2. Ca dan Mg setara Min. 40% Min.
Min. 40%
C2O 35%
3. R2O3 (Al2O3 + Maks.
Maks. 3% Maks. 6%
Fe2O3) 15%
Bab 7 Pengawasan Mutu Pupuk 75
Maks.
4. Air Maks. 3% Maks. 3%
3%
5. Kehalusan
a. Lolos ayakan Min.
Min. 50% Min. 50%
tyler 80 mesh 50%
b. Lolos ayakan Min.
Min. 80% Min. 80%
tyler 25 mesh 80%
Tabel 7.3: Hasil Analisis Kandungan Hara Dalam Bahan Organik Dari Sisa
Tanaman dan Beberapa Pupuk Kandang (Suriadikarta et al., 2004)
N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn B
Tanaman
% Mg/kg
Gandum 2,80 0,36 2,26 0,61 0,58 155 28 45 108 23
Jagung 2,97 0,30 2,39 0,41 0,16 132 12 21 117 17
Kacang
4,59 0,25 2,03 1,24 0,37 198 23 27 170 28
tanah
Kedelai 5,55 0,34 2,41 0,88 0,37 190 11 41 143 39
Kentang 3,25 0,20 7,50 0,43 0,20 165 19 65 160 28
Ubi jalar 3,76 0,38 4,01 0,78 0,68 126 26 40 86 53
Jerami
0,66 0,07 0,93 0,29 0,64 427 9 67 365 -
padi
Sekam 0,49 0,05 0,49 0,06 0,04 173 7 36 109 -
Batang
0,81 0,15 1,42 0,24 0,30 186 7 30 38 -
jagung
Batang
0,74 0,10 1,41 0,35 0,28 260 10 34 28 -
gandum
Serbuk
1,33 0,07 0,60 1,44 0,20 999 3 41 259 -
kayu
Bab 7 Pengawasan Mutu Pupuk 77
3. Kinerja mesin yang rusak atau eror saat proses produksi pupuk dapat
berpengaruh pada kadar npk pupuk yang menyebabkan produk tidak
sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan (himawan dan al habtsi,
2019).
8.1 Pendahuluan
Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap unsur hara memiliki peranan
masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila
ketersediaannya kurang. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar
pemupukan efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk,
dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta
pengawasan mutu pupuk. Tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim dan tanaman (Anonim,
2011).
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara.
Ketersediaan unsur hara dapat ditingkatkan dengan jalan pemupukan.
Pertumbuhan tanaman dapat dioptimalkan jika faktor pertumbuhan tersedia
dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Pemeliharaan pertanaman tidak
dapat dilepaskan dari pemberian pupuk. Peranan pupuk sangat penting dalam
usaha peningkatan produksi pertanian, lebih lagi dengan digunakannya
82 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
yang dihasilkan. Tanaman mengambil unsur hara dalam bentuk kation dan
anion dari larutan air tanah atau langsung dari kompleks koloid liat.
Ketersediaan unsur hara adalah konsentrasi unsur hara yang siap tersedia di
dalam larutan tanah bagi tanaman. Tanaman menyerap unsur hara esensial
melalui akar atau daun. Tanah mengandung unsur hara dalam jumlah yang
besar, tetapi hanya sedikit unsur hara yang tersedia untuk tanaman. Misalnya,
besi (Fe) total tanah > 5000 ppm, Fe tanah yang tersedia < 5 ppm (Hodges
2011). Tidak semua hara di dalam tanah berbentuk kation atau anion, tetapi
terikat oleh senyawa organik dan mineral tanah.
Tersedianya unsur hara tanaman di dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya derajat kemasaman tanah (pH tanah), pada derajat
kemasaman netral pH 6.5- 75 unsur hara tersedia dalam jumlah optimal. Pada
pH tinggi (>8) unsur N, Fe, Mn, B, Cu dan Zn tersedia dalam jumlah yang
sedikit, sedang unsur P tidak tersedia karena terikat oleh ion Ca. Unsur P pada
pH tanah masam akan terikat oleh Al dan Fe.
Pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah tidak efektif apabila pH tanah di luar
batas optimal, karena pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap
tanaman dalam jumlah yang diharapkan. Pemilihan jenis pupuk tanpa
mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah. Selain pH
tanah tersedianya unsur hara di dalam tanah dipengaruhi kelembaban tanah,
tersedianya unsur hara akan lebih besar pada tanah yang lembab jika
dibandingkan dengan tanah yang kering. Oleh karena itu pemberian pupuk
sebaiknya pada kondisi tanah lembab (Kementrian Pertanian, 2019).
Sifat - sifat tanah yang berkenaan langsung dengan tanah sebagai media
penyedia unsur hara bagi tanaman atau cadangan unsur hara (nutrient
reservoirs) adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat fisik tanah terdiri
atas struktur tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah, dan lengas tanah. Sifat
kimia terdiri atas Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), pH, kejenuhan basa, dan
kejenuhan aluminium. Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, siklus
N, P, dan S, dan jasad renik tanah (aktivitas dan jumlah populasi). Dua hal lagi
yang menentukan tanah sebagai penyedia unsur hara adalah koloid tanah dan
larutan tanah. Sifat kimia tanah sangat berperan besar untuk menentukan
keberadaan dan ketersediaan hara dalam pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan produksi lahan pertanian (Pardede, 2018).
84 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
negatif yang timbul, pemberian pupuk tertentu baru dilakukan bila status hara
mineral tersebut pada kisaran defisiensi.
Pola tanam secara terus menerus dan meningkatnya intensitas tanam dapat
menyebabkan problem gangguan hara, di antaranya menyebabkan defisiensi
hara tertentu dan dilain pihak menimbulkan toksisitas. Gejala defisiensi atau
kelebihan hara lebih mudah dilihat pada daun, tetapi mungkin juga terjadi pada
bagian lain dari tanaman pada pucuk batang, bagian buah dan akar tanaman.
Gejala defisiensi atau toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu.
Dengan menggunakan gejala penampakan visual untuk mendiagnosis tanaman
yang sakit karena kekurangan atau kelebihan hara tertentu. Gejala visual
defisiensi hara dapat dilihat pada daun tua dan daun dewasa (“old and mature
leaf blades”) atau pada daun muda dan pucuk (“young leaf blades and apex”)
tergantung apakah hara yang didiagnosis sifatnya mobil atau immobil dalam
phloem.
Gejala gangguan hara beragam dan tergantung pada jenis tanaman, keadaan
lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya dengan gangguan lain
seperti infeksi penyakit, kerusakan oleh hama atau karena gangguan gulma
(Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan Duncan, 1990). Apabila
tanaman tidak dapat menerima hara yang cukup seperti yang dibutuhkan,
maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal.
Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman menyerap hara
melebihi untuk kebutuhannya bermetabolisme.
Diagnosis defisiensi dan toksisitas hara pada tanaman dapat dilakukan dengan
2 cara pendekatan yaitu pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis
tanaman (Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan Duncan, 1990).
Tumbuhan menanggapi kurangnya masukan unsur esensial dengan
menunjukkan gejala kekahatan yang khas. Gejala yang terlihat meliputi
terhambatnya pada pertumbuhan akar tanaman, batang atau daun, serta
klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman. Gejala khas sering
membantu untuk mengetahui fungsi suatu unsur hara pada tumbuhan dan
pengetahuan akan gejala tersebut membantu para petani untuk memastikan
bagaimana serta kapan harus memupuk tanamannya.
Lebih lanjut dijelaskan gejala kekahatan suatu unsur hara bergantung pada dua
faktor yaitu fungsi unsur tersebut dan mudah tidaknya unsur tersebut
berpindah dari daun tua ke daun yang lebih muda atau ke organ-organ lainnya
(Epstein, 1972). Contoh yang baik untuk menjelaskan kedua faktor tersebut
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 87
adalah klorosis yang disebabkan oleh Mg. Karena Mg adalah bagian esensial
molekul klorofil, maka klorofil tidak terbentuk jika kekurangan atau tanpa Mg
Klorosis pada daun tua yang terletak lebih rendah terlihat lebih parah dari pada
daun muda. Perbedaan tersebut menggambarkan bahwa bagian yang lebih
muda dari tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mengambil hara yang
mudah bergerak (mobil) dari bagian yang lebih tua (Salibury dan Ross, 1992).
Secara umum gangguan hara yang menghambat pertumbuhan dan hasil dalam
skala yang ringan tidak dapat dilihat karakteristik gejala visualnya secara
spesifik. Gejala menjadi tampak dapat dilihat dengan tegas apabila
defisiensinya atau toksisitasnya berat sehingga laju pertumbuhan dan hasil
sangat tertekan.
Sebagai contoh, gejala defisiensi Mg pada serealia dapat teramati dengan jelas
pada kondisi lapang selama perkembangan batang, tetapi hal itu tidak
berpengaruh merusak bila kahat terjadi pada akhir pengisian biji (Pisarak, 1979
dalam Marschner, 1986). Gejala defisiensi atau kelebihan hara lebih mudah
dilihat pada bagian daun, tetapi mungkin juga terjadi pada bagian lain dari
tanaman seperti pucuk batang tanaman, buah dan akar. Gejala defisiensi atau
toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu.
Oleh karena itu adalah memungkinkan menggunakan penampakan visual
untuk mendiagnosis tanaman sakit karena kekurangan unsur hara atau
kelebihan unsur hara (Grundon, 1987). Agar diagnosis memberikan hasil yang
memuaskan, Marschner (1986).
Ketelitian hasil diagnosis sangat ditentukan oleh akuratnya informasi
tambahan meliputi pH tanah, hasil analisis tanah, status air tanah, kondisi
cuaca, riwayat pemberian pupuk, fungisida atau pestisida dan lain-lain
(Marschner, 1986).
unsur lain yang tidak dipenuhi. Upaya untuk menentukan pemupukan yang
tepat agar produktivitas tanaman tetap optimal dan pemborosan pupuk dapat
dihindari, diperkenalkan konsep pemupukan rasional.
Pemupukan rasional adalah memberikan jenis hara yang kurang melalui
pemupukan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sesuai
dengan kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pemupukan
rasional diartikan memberikan jenis hara melalui pemupukan dalam dosis
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sesuai dengan kemampuan tanah
menyediakan unsur hara bagi tanaman. Hal ini dapat diartikan bahwa
pemberian pupuk tidak harus selalu lengkap, tetapi sesuai dengan kemampuan
tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman.
Oleh karena itu, informasi tentang status hara tanah dan kebutuhan tanaman
akan hara mutlak diperlukan. Pada umumnya kemampuan tanah menyediakan
hara, dapat mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkorelasi positif
dengan hasil tanaman yang diusahakan. Di lain pihak tingkat kesuburan tanah
berkorelasi negatif dengan kebutuhan pupuk atau dapat diartikan makin tinggi
tingkat kesuburan tanah, maka makin rendah penggunaan pupuk buatan.
Pertumbuhan tanaman berkaitan erat dengan penyerapan unsur-unsur hara,
konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Organ yang
berfungsi menyerap unsur hara dari media tanaman adalah akar yaitu bulu-
bulu akar yang terletak beberapa milimeter di belakang ujung akar (root tip).
Diagnosis gejala visual belum cukup untuk dapat merekomendasikan
pemupukan sehingga diperlukan analisis tanaman (Baligar dan Duncan, 1990
dalam Wiraatmaja, 2016).
Dengan melakukan pemupukan yang berimbang menghasilkan keuntungan
yang lebih tinggi pada budidaya pertanian, informasi hasil penelitian terbaru
tentang pengelolaan hara pada tanaman sangat penting diketahui oleh petani
guna meningkatkan produktivitas (Magen 2008). Salah satu strategi efisiensi
dalam budidaya sayuran adalah menekan biaya produksi pada setiap usaha
taninya dengan menggunakan pupuk yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
optimal (Adams 1987).
Dalam program manajemen kesuburan tanah yang baik, lima faktor yang
memengaruhi keberhasilan pemupukan agar tanaman dapat tumbuh dengan
optimal. Dalam istilah pemupukan hal tersebut dinamakan lima tepat
pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 89
cara. Nutrisi utama yang dibutuhkan oleh tanaman adalah nitrogen (N), fosfor
(P), dan kalium (K). Pasokan tidak memadai dari setiap nutrisi selama
pertumbuhan tanaman akan memiliki dampak negatif pada kemampuan
reproduksi, pertumbuhan, dan hasil tanaman (Vine 1953).
Nitrogen, P, dan K merupakan faktor penting dan harus selalu tersedia bagi
tanaman, karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel
tanaman (Nurtika & Sumarni 1992). Nitrogen sebagai pembangun asam
nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil (Sumiati 1989). Fosfor sebagai
pembangun asam nukleat, fosfolipid, bioenzim, protein, senyawa metabolik,
dan merupakan bagian dari ATP yang penting dalam transfer energi (Sumiati
1983).
Kalium mengatur keseimbangan ion-ion dalam sel, yang berfungsi dalam
pengaturan berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis, metabolisme
karbohidrat dan translokasinya, sintetik protein berperan dalam proses respirasi
dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
(Hilman & Noordiyati 1988 dalam Firmansyah dkk, 2017).
Pemupukan sesuai status hara tanah, maka kebutuhan tanaman dan target hasil
bisa tercapai. Adapun penentuan dosis pupuk yang sesuai status hara tanah dan
kebutuhan tanaman ditetapkan dengan uji tanah. Produktivitas tanah dapat
dipertahankan atau ditingkatkan melalui pengelolaan lahan, tanah dan tanaman
secara tepat. Produktivitas lahan ditentukan oleh kondisi atau faktor yang
memiliki keterbatasan paling tinggi.
90 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Produktivitas lahan secara optimal dapat tercapai apabila semua faktor penentu
dalam kondisi seimbang. Peningkatan produktivitas lahan dapat ditempuh
dengan membangun kesuburan tanah serta kesehatan tanah. Kesuburan tanah
dan kesehatan tanah akan tercermin dari berbagai perubahan sifat-sifat tanah
baik fisika tanah, kimia tanah dan biologi tanah.
Penggunaan pupuk kimia dalam budidaya pertanian disarankan untuk
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan ditimbulkan.
Penggunaan pupuk kimia akan berhubungan dengan hasil panen dan dampak
perubahan kualitas lingkungan. Perubahan lingkungan dapat terjadi di dalam
usaha tani maupun di luar usaha tani. Penggunaan pupuk harus memperhatikan
aspek teknik, ekonomi, sosial dan budaya. Secara teknis mudah dan dapat
diaplikasikan, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial dan budaya tidak
bertentangan dengan lingkungan masyarakat.
Masyarakat pertanian Indonesia kurang menyadari pentingnya pelestarian
sumber daya lahan pertanian yang menjadi penyangga kehidupan bangsa
Indonesia. Terhadap sumber daya lahan sawah yang berperan memproduksi
90% bahan pangan pokok nasional. Sumber daya lahan pertanian merupakan
komponen utama dalam industri bahan pangan yang tidak dapat digantikan
oleh peralatan atau mesin modern. Lahan pertanian tetap diperlukan sepanjang
masa, karena lahan bersama-sama dengan air, sinar matahari, gas karbon, dan
tanaman adalah merupakan kompleks mesin industri pangan.
Keberadaan dan mutu lahan (tanah) pertanian dapat menjadi rusak oleh
keteledoran manusia, karena sifat tidak acuh atau kurang memahami. Adalah
menjadi tugas para ilmuwan pertanian untuk memandu dan membimbing
masyarakat guna melestarikan mutu sumber daya lahan pertanian yang luasnya
terbatas dan sangat riskan terhadap kerusakan oleh pengaruh iklim tropis.
Secara umum, hal tersebut mengingatkan kepada bangsa Indonesia untuk lebih
memperhatikan pelestarian sumber daya lahan pertaniannya, agar fungsi lahan
sebagai sumber produksi dapat berkelanjutan (Sumarno, 2012).
Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, terutama di Pulau Jawa
mengakibatkan tekanan terhadap produktivitas tanah meningkat. Sebagai
sumber daya alam yang utama untuk produksi pangan, tanah sawah penting
dijaga produktivitasnya, ketersediaan unsur hara memegang peranan dalam
tingkat produktivitas tanah sawah, khususnya unsur hara makro primer, yaitu
N, P, dan K. Ketersediaan unsur hara ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu
faktor bawaan dan faktor dinamik.
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 91
Faktor bawaan adalah bahan induk tanah, yang berpengaruh terhadap ordo
tanah. Faktor dinamik merupakan faktor yang berubah-ubah, antara lain
pengolahan tanah, pengairan, pemupukan, dan pengembalian serasah tanaman
(Sakti, 2009). Tanah merupakan bagian dari lapisan atmosfer kerak bumi yang
terletak di posisi paling atas dan menjadi bagian dari kehidupan organisme
ataupun mikroorganisme serta tersusun atas berbagai mineral dan material
organik dan anorganik lainnya. Peranan tanah sangatlah vital sebagai
penunjang kehidupan bumi karena mendukung ketersediaan hara bagi
tumbuhan untuk berkembang, dan tumbuhan merupakan dasar dari rantai
makanan. tanah juga berperan sebagai gudangnya unsur hara seperti Nitrogen,
Fosfor, Kalium, Magnesium, Calcium, Besi, Mangan dan lainnya.
Kelak semua unsur hara tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai bahan
untuk melakukan fotosintesis dan akan menghasilkan zat tepung dan oksigen
yang akhirnya digunakan oleh manusia dan hewan sebagai penunjang
kehidupan.Tanah memiliki struktur yang sangat khas dengan membentuk
rongga yang umumnya mengandung udara sehingga memungkinkan bagi
akan tanaman untuk bernafas (Anonim, 2015).
92 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 9
Nasib Pupuk di Dalam Tanah
9.1 Pendahuluan
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pupuk merupakan salah
satu faktor yang penting. Hal ini berhubungan dengan fungsi utama pupuk
sebagai penyedia unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk yang
dibutuhkan oleh tanaman beragam dan dapat dibedakan berdasarkan asalnya,
senyawa penyusunnya, bentuk fisik, kandungan dan cara penggunaannya:
1. Berdasarkan asalnya pupuk dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk
alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang bahannya
berasal dari alam. Pupuk alam ini bisa langsung digunakan atau
memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Contoh pupuk alam adalah
pupuk kandang, seresah, humus, dan kompos. Pupuk buatan adalah
pupuk yang diproduksi oleh pabrik. Pupuk ini diolah dari sumber
daya alam melalui reaksi kimia dan fisika. Contoh pupuk buatan
adalah pupuk urea dan TSP (Triple Super Phosphat).
2. Berdasarkan senyawa penyusunnya, pupuk dibedakan menjadi dua
macam yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah
pupuk yang bahan-bahannya berasal dari bahan organik atau alam.
Contoh pupuk organik pupuk hijau, humus, pupuk kandang, dan
94 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Dalam buku ini akan dibahas nasib pupuk alam dan pupuk buatan di dalam
tanah.
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 95
banyak sehingga proses fisiologis di akar akan lancar. Perbaikan agregat tanah
menjadi lebih remah akan mempermudah penyerapan air ke dalam tanah
sehingga proses erosi dapat dicegah. Kadar bahan organik yang tinggi di dalam
tanah memberikan warna tanah yang lebih gelap (warna humus coklat
96 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
ketergantungan dan memberikan dampak yang kurang baik bagi tanah, yaitu
tanah menjadi keras, air tercemar dan keseimbangan alam akan terganggu
(Lestari dan Muryanto, 2018).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk keberhasilan pemupukan adalah
penempatan pupuk yang tepat pada bagian perakaran. Beberapa metode
pemberian pupuk pada tanaman adalah dengan cara ditabur dan dengan cara
pocket. Penaburan pupuk dilakukan dengan cara menebar pupuk pada piringan
dengan radius 1,5 meter dari titik tanam. Pemberian pupuk dengan cara pocket
yaitu dengan membuat lubang pada piringan yang selanjutnya digunakan
sebagai tempat untuk meletakkan pupuk. Selain itu juga ada penambahan
bahan organik, misalnya tandan buah kosong yang berfungsi untuk membantu
penyerapan pupuk (Kheong et al., 2010).
Perlu diketahui bahwa jumlah hara yang banyak bukan jaminan dapat diserap
oleh akar. Organ yang berfungsi untuk penyerapan unsur hara adalah akar.
Akar merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
produktivitas tanaman. Jika sistem perakaran semakin ekstensif maka semakin
tinggi efisiensi penyerapan hara mineral dan air oleh tanaman. Penyerapan
hara dilakukan oleh bulu-bulu akar, untuk bagian-bagian lain misalnya tudung
akar dan cabang akar menyerap hara dalam jumlah kecil. Penyerapan unsur
hara paling efektif dilakukan oleh akar tersier dan kuarter yang disebut feeding
roots dengan diameter kurang lebih 0,2 – 1,2 mm yang umumnya terdapat di
lapisan atas (top soil).
Faktor-faktor yang memengaruhi lintasan penyerapan adalah faktor genetis
dan lingkungan misalnya keras lunaknya tanah, jumlah air jauh dekatnya air
tanah dan sebagainya. Penyerapan hara mineral oleh bulu akar dipengaruhi
oleh suhu tanah, kelembaban tanah dan aerasi tanah Pergerakan atau distribusi
akar di dalam tanah berhubungan dengan ketersediaan air dan unsur hara
(Tinker, 1976; Riata, 2010).
Sistem Perakaran dibedakan menjadi dua yaitu akar tunggang dan akar
serabut. Akar tunggang merupakan akar lembaga (radicula) yang tumbuh terus
menjadi akar utama dan bercabang-cabang lebih kecil. Akar serabut
(adventitious roots) merupakan akar lembaga yang dalam perkembangan
selanjutnya tidak berkembang, tetapi pada pangkal batang keluar akar yang
banyak dengan ukuran relatif sama.
Kedua sistem perakaran ini akan mengalami percabangan untuk memperluas
penyerapan unsur hara dan memperkuat berdirinya batang. Pada tanaman
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 99
gipsum (CaSO ), dan kapur tohor(CaO). Sebagian besar kalsium dapat terlindi
4
intersepsi akar.
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 101
Ion Mg bergerak menuju ke akar tanaman melalui proses aliran massa dan
2+
perkolasi, diserap oleh organisme hidup, terjerap pada kompleks jerapan oleh
mineral liat, diendapkan kembali sebagai mineral sekunder. Mg dalam mineral
liat akan tersedia secara perlahan dan dibebaskan melalui pelindian. Seperti
halnya Ca, Mg-dd dan Mg larutan berada pada posisi keseimbangan.
Konsentrasi ion Mg dalam larutan sangat beragam sedangkan konsentrasi Mg-
dd tanah umumnya lebih rendah dari Ca-dd.
Faktor-faktor yang memengaruhi ketersediaan Mg adalah jumlah Mg dalam
tanah, kemasaman tanah (pH), kejenuhan Mg, keberadaan kation lain dan tipe
liat. Total Mg pada tanah berpasir (tekstur kasar) dan berliat (tekstur halus)
sangat berbeda. Pada tanah bertekstur kasar di daerah tropika basah memiliki
kandungan Mg yang lebih rendah. Mg kurang tersedia pada pH rendah karena
kehadiran Al dalam larutan menghambat penyerapan Mg . Selain itu
3+ 2+
diperlukan kejenuhan Mg lebih dari 10% agar mencukupi tanaman. Jika kadar
2+
Unsur hara makro esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang
hampir sama banyaknya dengan unsur P. Sumber S di dalam tanah adalah
pelapukan mineral gipsum, unhidrit, epsomit, mirabilit, pirit, markasit, galena,
dan sebagainya. Selain itu juga dari gas S di atmosfer misalnya aktivitas
industri yang menggunakan bahan bakar berbasis S yang akan membebaskan
sulfur dioksida ke udara yang kemudian jatuh ke tanah bersama air hujan.
Sumber yang lain dari bahan organik tanah yaitu sisa hewan dan tanaman.
Bentuk S di dalam tanah berada dalam bentuk anorganik dan organik. Sukfur
anorganik berupa sulfat larut yaitu sebagai ion sulfat, bentuk yang mudah
diserap oleh tanaman. Ion ini bergerak melalui difusi dan aliran massa. Bentuk
ini mudah mengalami pencucian karena tidak dijerap kuat oleh tanah. Pada
sulfat terjerap (terfiksasi) penjerapan ini melalui mekanisme pertukaran kation.
Penyerapan oleh kompleks hidroksi Al dan Fe dan penjerapan oleh garam.
Pada sulfat mengendap (kurang larut) S dapat mengendap sebagai endapan
alam, bentuk ini kurang tersedia bagi tanaman.
Pada sulfur tereduksi, S akan tereduksi menjadi sulfida pada kondisi air
tergenang atau anaerobik dan sebagai S elementer pada lingkungan kondisi
aerobik dan anaerobiknya bergantian. Pada sulfida (H2S), hasil reduksi sulfat
yang dibantu oleh bakteri Desulfovibrio. Pada sulfur elementer (S), akumulasi
terjadi pada tanah di daerah delta sungai. Bentuk ini tidak tersedia bagi
tanaman melalui sistem perakaran karena ia tidak larut dalam air.
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 103
Bentuk S dalam tanah berupa sulfur organik terdiri atas Sulfat S ester, S terikat
langsung atom karbon dan S residual. Pada sulfat S ester, sulfur ini tidak terikat
oleh atom C, namun dalam bentuk ester sulfat dan eter. Contohnya adalah
arilsulfat dan alkilsulfat yang menyusun rata-rata 50% total S organik. Jika S
terikat langsung atom karbon, contohnya asam amino sisteindan metionin yang
menyusun 10-20% total S organik. Pada S residual, kelompok S yang tidak
masuk dua kategori di atas. Kelompok ini menyusun 30-40% total S organik
tanah dan termasuk S yang memilik sifat stabil. Sulfur diserap oleh tanaman
terutama dalam bentuk ion sulfat.
Di dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. S di dalam tanah
mengalami transformasi melalui proses mineralisasi-immobilisasi, adsorpsi-
desorpsi, kehilangan sulfur tanah, erosi tanah, pencucian, penguapan
(volatilisasi). Mineralisasi yaitu konversi S organik menjadi sulfat anorganik.
Imobilisasi adalah kebalikan dari reaksi tersebut. Keseimbangan antara
mineralisasi dan imobilisasi ditentukan oleh nisbah C:S dalam sisa tanaman.
Jika kurang dari 200:1 maka terjadi mineralisasi. Jika nisbahnya 200-400 tidak
ada perubahan. Jika nisbahnya lebih dari 400:1 maka terjadi imobilisasi.
Penggunaan pupuk hara makro diberikan sebagai bahan pembenahan tanah
seperti kapur dan gipsum. Pemenuhan unsur hara tersebut dilakukan
bersamaan dengan pemberian pupuk lain misalnya TSP, ZA dan sebagainya.
Pemberian bahan pembenahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kesuburan
tanah yaitu menurunkan kemasaman tanah), meningkatkan penetrasi air,
memperbaiki struktur tanah, serta memberikan kondisi yang sesuai untuk
mendukung pertumbuhan akar tanaman (Hutapea dan Apriliya, 2020).
104 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 10
Pengaruh Pemupukan
Terhadap Pencemaran
Lingkungan
10.1 Pendahuluan
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau
nutrisi yang diberikan pada tanaman, yang berfungsi untuk mengubah sifat
fisik, kimia, atau biologi tanah untuk melengkapi ketersediaan unsur hara
supaya dapat menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Secara umum pupuk berfungsi sebagai sumber zat hara untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk
pada media tanam dapat meningkatkan kadar hara dan kesuburan. Aktivitas
pertanian yang secara terus menerus dilakukan mengakibatkan tanah
kehilangan unsur hara. Oleh sebab itu untuk mengembalikan ketersediaan hara
pada media tanam diperlukan pemberian pupuk.
Pemupukan adalah metode atau cara memupuk menurut aturan yang benar,
ilmiah, dan efisien, biasanya dengan cara sebar, pita, side dressing seperti
106 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
10.2 Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman
yang jika diberikan ke tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Pupuk menjadi unsur hara penting bagi tanaman. Banyak orang
menggunakan pupuk kimia sebagai penyubur. Pupuk kimia memiliki
kelebihan pada unsur dan senyawa yang mudah larut, serta cepat diserap oleh
tanaman tanpa memerlukan proses penguraian.
Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman
yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau
mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai
hasil/produksi yang tinggi.
Tujuan pemupukan adalah menambahkan persediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur sebagai
konsekuensi terpenuhinya unsur hara yang diperlukannya. Pemupukan yang
dilaksanakan secara tepat atau rasional dan tidak berlebihan dapat menjamin
tercapai hasil produksi yang benar-benar maksimal jika faktor-faktor yang lain
seperti terkendalinya hama dan penyakit maupun sistem pengairan yang
dilakukan ikut mendukung proses produksi.
alat penyemprot biasa seperti hand sprayer. Jika area budidaya lebih luas, dapat
digunakan knapsack sprayer.
Aplikasi dilakukan untuk daun bagian bawah, agar nutrisi dapat mudah diserap
oleh stomata daun. Aplikasi pemupukan pada tanaman semusim dan tahunan
berbeda. Pada tanaman semusim seperti kacang-kacangan, sayuran, padi,
jagung, dan lainnya menggunakan metode pemupukan secara disebar, dalam
lubang, atau larikan. Sedangkan pada tanaman tahunan seperti tanaman buah-
buahan, kopi, teh, kakao, kelapa, dan lainnya menggunakan metode ring
placement.
Pemupukan bertujuan memberikan tambahan nutrisi pada tanah, yang secara
langsung maupun tidak langsung akan diserap oleh tanaman untuk
metabolismenya. Nutrisi yang dibutuhkan terdiri dari makronutrien seperti
nitrogen, fosfor, dan kalium dan mikronutrien seperti unsur sulfur, kalsium,
magnesium, besi, tembaga, seng dan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli bahwa produksi tanaman, masih bisa
ditingkatkan asalkan petani mau menerapkan dengan benar, teknologi yang
dianjurkan oleh pemerintah yang disampaikan melalui PP atau petugas yang
ada di lapangan. Salah satu teknologi yang perlu diterapkan yaitu Pemupukan
Berimbang, artinya pemberian pupuk secara berimbang sesuai anjuran dengan
persyaratan lima tepat yaitu: tepak waktu, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara,
dan tepat lokasi. Apabila lima persyaratan tersebut dapat diikuti sudah pasti
produksi akan meningkat, yang mana tentunya harus diikuti pula dengan
penerapan unsur-unsur teknologi yang lain seperti pengaturan air,
pengendalian hama, penggunaan varietas unggul dan lainnya.
Keuntungan memberi pupuk secara broadcasting yaitu lebih hemat waktu dan
tenaga kerja serta mudah diaplikasikan untuk pemupukan tanaman budidaya,
sedangkan kelemahan pemupukan secara disebar ialah berpotensi terjadinya
penguapan atau volatilisasi ammonium (NH ) menjadi bentuk gas ammonia
4
Ring Placement
Pupuk ditaburkan di antara larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali
dengan tanah. Ring placement umumnya digunakan untuk tanaman tahunan
dengan ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh
(tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dapat dilakukan
apabila jarak tanaman tidak rapat, kesuburan tanah rendah dan perkembangan
akar tanaman yang sedikit.
Keuntungan aplikasi secara larikan atau barisan ialah pengambilan hara pupuk
oleh tanaman lebih mudah dan kehilangan hara pupuk dapat dikurangi,
sedangkan untuk kelemahan aplikasi ini kesuburan tanah rendah jika jumlah
pupuk sedikit dan persebaran pupuk tidak merata.
Spot Placement
Caranya di samping tanaman dibuat lubang sedalam kurang lebih 5-10 cm,
kemudian pupuk dimasukkan ke dalam lubang tersebut, setelah itu ditutup
dengan tanah. Aplikasi pupuk secara spot placement dapat dilakukan apabila
jarak tanam cukup lebar. Pemupukan pada tanaman jagung dapat
menggunakan metode ini.
Keuntungan memberi pupuk secara spot placement yaitu pupuk tidak mudah
menguap dan aplikasi langsung ke dalam tanah dekat dengan akar tanaman.
Kelemahannya ialah waktu yang diperlukan cukup lama, takaran pupuk diatur
agar seragam tiap lubangnya.
baik primer maupun sekunder dan pupuk hara mikro, ke semuanya diperlukan
tanaman dengan tingkat kebutuhan atau takaran penggunaan yang berbeda-
beda tergantung jenis tanah dan jenis tanaman. Pupuk hara makro yang
dibutuhkan tanaman, di antaranya adalah N, P, K, Ca, Mg, selain C, H dan O
yang tersedia melimpah di alam berguna dalam fotosintesis, dan unsur hara
mikro, seperti S, Zn, Co, Fe, Al, dan Si, yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit;
dalam konsentrasi tinggi, unsur-unsur tersebut bisa menyebabkan keracunan
tanaman.
Pupuk nitrogen (N) di dalam tanah berada dalam berbagai bentuk, seperti NH , 4
sawah dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang ditanami bawang merah.
Hasilnya menunjukkan, abu sekam mampu menyerap Pb dan Cd lebih banyak
dibandingkan dengan amelioran lainnya, baik oleh daun maupun umbi.
Untuk menanggulangi pencemaran lahan sawah secara biologi dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis vegetasi atau tanaman yang ditanam pada
tanah yang tercemar. Cara tersebut disebut fitoremediasi (phytoremediation),
yang diharapkan mampu mengurangi atau menyerap logam berat dan B3 dari
dalam tanah. Selain itu, cara lain untuk mengurangi dampak negatif logam
berat dan B3 pada tanah sawah yang tercemar limbah industri adalah dengan
penerapan teknologi bioremediasi (bioremediation).
Salah satu teknologi untuk merehabilitasi tanah yang tercemar limbah adalah
dengan memanfaatkan mikroorganisme, dikenal sebagai bioremediasi.
Bioremediasi adalah pemanfaatan mikroba sebagai perantara dalam reaksi
kimia dan proses fisik secara metabolik di atas permukaan tanah (ex situ) dan
di dalam tanah (in situ). Proses perbaikan kualitas lingkungan dari kontaminasi
bahan-bahan kimia secara biologi dapat mengubah senyawa kimia kompleks
atau sederhana menjadi bentuk yang tidak berbahaya.
Pengendalian pencemaran lingkungan pertanian, ditujukan untuk (1)
pengendalian sumber dan penyebab pencemaran dan (2) pengendalian dampak
yang terjadi pada lahan pertanian, tanah, air, dan tanaman atau produk yang
dihasilkan. Pengendalian sumber dan penyebab pencemaran lebih ditujukan
bagi para pelaku pencemaran, dalam hal ini di antaranya adalah industri, baik
pertanian maupun non pertanian, kegiatan pertambangan baik legal maupun
ilegal.
Upaya pengendalian sumber dan penyebab pencemaran dapat dilakukan
dengan penataan Kembali keberadaan atau kelayakan sumber pencemar
melalui penegakan peraturan dan perundang-undangan serta pengawasan yang
ketat tentang kewajiban pelaku industri mengoptimalkan fungsi instalasi
pengolah air limbah (IPAL), dan optimalisasi fungsi pengawasan dan
pengendalian oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bappedal).
Pengendalian dampak pencemaran pada lahan pertanian difokuskan pada
upaya penanggulangan objek yang terkena dampak, dalam hal ini adalah lahan
pertanian (tanah, air, tanaman dan hasil atau produk pertanian). Fokus utama
pengendalian pencemaran lahan pertanian adalah menyehatkan atau
memperbaiki kualitas lahan yang sudah tercemar, yang meliputi kualitas
118 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
11.1 Pendahuluan
Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan pada media tanam atau tanaman
yang berguna menyediakan unsur hara (Irawan and Rochayati, 2017).
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk dapat lebih dari satu. Unsur
hara yang terkandung dalam pupuk secara langsung maupun tidak langsung
digunakan untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur hara
ini dapat menggantikan unsur hara yang terserap oleh tanaman. Pupuk juga
merupakan kunci dari kesuburan tanah.
Berdasarkan asalnya, pupuk secara umum dibagi dua yaitu pupuk
anorganik/kimia dan pupuk organik. (Pemerintah, 2020) pupuk anorganik
merupakan pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan/atau biologi
dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Sedangkan pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan
dan/atau bagian hewan dan/atau limbah Organik lainnya yang telah melalui
proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
mineral dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan
120 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.
Pada sarana produksi pertanian, pupuk merupakan salah satu bagian yang
penting. Pemupukan ditujukan untuk menambah persediaan unsur hara dalam
tanah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi tanaman.
Tujuan diberikan pupuk adalah:
1. Untuk melengkapi unsur hara yang secara alami sudah ada di dalam
tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman.
2. Untuk mengganti unsur hara yang hilang karena diserap tanaman,
terangkut hasil panen, erosi, aliran permukaan dan lain-lain.
3. Untuk memperbaiki tanah yang kurang baik atau mempertahankan
yang sudah baik sehingga tanaman dapat tumbuh dengan semestinya
(irawan dan rochayati, 2017).
akan berkurang karena terangkut hasil panen, erosi, air limpasan permukaan
dan penguapan. Pupuk diberikan pada tanaman pertanian agar dapat
memberikan hasil yang tinggi. Dan untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian selama ini, petani lebih memilih menggunakan pupuk anorganik
sebagai cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman.
Di Indonesia, petani sebagian sudah mengenal pupuk anorganik sejak adanya
Revolusi Hijau sekitar tahun 1965-an. Pemerintah pada saat itu mendorong
penanaman menggunakan bibit impor, serta penggunaan pupuk dan pestisida
kimia. Revolusi Hijau dianggap sebagai jawaban akan tantangan ketersediaan
pangan yang diperkirakan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Hasil dari program Revolusi Hijau ini yaitu tercapainya
swasembada beras pada tahun 1984 -1989 (Fitriani, 2015).
Pupuk anorganik baik pupuk tunggal maupun pupuk majemuk yang banyak
digunakan petani di Indonesia adalah Urea, SP-36, KCl, ZA, dan NPK.
Penggunaan pupuk anorganik di Indonesia berdasarkan data Asosiasi
Produsen Pupuk Indonesia tahun 2018, yaitu konsumsi urea tumbuh 5 % dari
5,97 juta ton pada 2017 menjadi 6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik
7,88 % dari 2,60 juta ton menjadi 2,80 juta ton. Kenaikan juga terlihat pada
konsumsi pupuk jenis fosfat, ZA, dan pupuk organik (Kementerian
Perindustrian, 2019).
Penggunaan pupuk anorganik pada tanaman pangan terutama padi (BB PADI,
2015), untuk setiap ton gabah yang dihasilkan memerlukan hara N sebanyak
17,5 kg (setara 39 kg Urea), P sebanyak 3 kg (setara 9 kg SP-36) dan K
sebanyak 17 kg (setara 34 kg KCl). Oleh karena itu apabila petani
menginginkan hasil gabah yang tinggi tentu diperlukan pemberian pupuk yang
lebih banyak.
Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik sampai saat ini semakin
tinggi. Santoso (2017) mengemukakan di mana untuk produksi beras nasional
pada saat ini sangat dipengaruhi oleh adanya realisasi bantuan pupuk yaitu
urea, SP36, dan ZA. (Hatta dan Rosmayanti, 2015) juga menyatakan bahwa
sampai saat ini sebagian besar produktivitas tanaman pangan masih didukung
oleh penggunaan pupuk anorganik. Dampak ketergantungan terhadap pupuk
anorganik dalam jangka panjang akan berakibat buruk, baik terhadap
lingkungan maupun ekonomi. Menurut data Pupuk Indonesia sampai bulan
Februari 2021 sudah tersalurkan 576.776 juta ton pupuk urea. 43.189 ton
pupuk SP-36, 100.382 ton pupuk ZA.
122 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Berdasarkan data sensus pertanian Badan Pusat Statistik 2013 baru 13,5%
yang menggunakan pupuk organik. Selebihnya petani masih tergantung pada
penggunaan pupuk anorganik (Aminah, 2019). Akan tetapi berdasarkan riset
Statistik Pertanian Organik Indonesia tahun 2019 ada peningkatan luas lahan
pertanian organik (dari berbagai komoditas) pada tahun 2017 dan 2018 sekitar
17,3%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun
petani di Indonesia sudah ada ketertarikan untuk menggunakan pupuk organik.
Berbagai penelitian telah banyak menunjukkan pengaruh pemberian pupuk
organik terhadap pertumbuhan dan produksi pertanian. Seperti contoh, hasil
penelitian (Kalay dkk., 2021) yaitu pemberian kompos dan pupuk kandang
ayam disertai aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung manis. Pemberian bahan organik S. rostrata 1,75 t ha-1
dengan kombinasi pupuk kandang sapi dosis 7,2 t ha-1 mampu menghasilkan
berat kering gabah padi varietas Inpari 13 pada sistem tanam jajar legowo
sebesar 5,27 t ha-1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan bahan organik
lainnya (Susanti, dkk., 2013).
mengikat tanah seperti lem/semen dan setelah kering, tanah akan lengket satu
dengan yang lainnya, keras dan masam. Tanah yang keras menyebabkan
tanaman kesulitan dalam menyerap unsur hara.
Selain itu aerasi dan drainase di dalam tanah juga akan mengganggu
perkembangan akar sehingga akar tidak dapat berfungsi secara optimal.
Kondisi tanah yang keras, serta masam juga akan menyebabkan organisme
penyubur tanah tidak dapat bertahan hidup atau berkurang populasinya. Oleh
karena itu penggunaan pupuk anorganik selain mengakibatkan penurunan
kesuburan fisik, juga menurunkan kesuburan kimia maupun biologi.
Penggunaan pupuk anorganik berlebihan merupakan penggunaan pupuk yang
melebihi dosis, tidak menyesuaikan kebutuhan tanaman, serta penggunaan
yang secara terus menerus tanpa kontrol yang baik. Apabila hal ini dilakukan
terus menerus akan menyebabkan terjadinya degradasi lahan. Degradasi lahan
dapat diperparah dengan kegiatan pertanian yang terus menerus tanpa adanya
pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Apabila hal ini terjadi, maka
tanah tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri lagi, dan akhirnya akan
tergantung pada pupuk tambahan, khususnya pupuk anorganik.
Lahan kritis atau terdegradasi merupakan proses kerusakan tanah dan
penurunan produktivitas karena tindakan manusia atau penyebab lain yang
ditandai, antara lain, oleh menurunnya kadar C organik dan unsur-unsur hara
tanah serta mendangkalnya bidang olah tanah. Aplikasi pemupukan anorganik
yang tidak dilakukan secara tidak berimbang merupakan penyebab utama
terjadinya kerusakan tanah (Pasaribu dkk., 2015).
Menurut (Badan Pusat Statistik, 2018) di Indonesia terdapat lahan kritis
sebesar 14 juta hektar. Lahan kritis ini disebabkan degradasi lahan berupa
pengurangan status lahan secara fisik, kimia dan atau biologi sehingga
menurunkan kapasitas produksi.
Selain dampak positif ada dampak negatif penggunaan pupuk organik yang
harus diwaspadai yaitu:
1. Penggunaan pupuk organik dengan bahan yang sama secara terus
menerus dapat menimbulkan ketidakseimbangan hara.
2. Penggunaan kompos yang belum matang dapat mengganggu
pertumbuhan dan produksi tanaman.
3. Kemungkinan adanya kandungan logam berat yang melebihi ambang
batas (hartatik dan widowati, 2015).
126 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Selain itu pupuk organik mempunyai komposisi unsur hara yang bervariasi,
manfaat yang tidak secara langsung cepat dapat dilihat, reaksi pada tanaman
yang lambat, serta dibutuhkan dalam dosis tinggi dan jumlah yang banyak.
Penggunaan pupuk organik untuk pemupukan pada tanaman tidak secara cepat
dapat dilihat pengaruhnya. Hal ini disebabkan, pupuk organik memiliki kadar
unsur hara yang rendah, kelarutan rendah, waktu lebih relatif lama
menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, sehingga reaksi
tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak sebaik pupuk anorganik.
Untuk pemupukan, pupuk organik juga dibutuhkan dalam jumlah yang banyak
atau dosis yang relatif tinggi (minimal 2t ha-1 MT1) (Hartatik dan Widowati,
2015). Oleh sebab itu, petani belum banyak menggunakan pupuk organik,
karena dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
tanaman (Musnamar, 2005).
Peningkatan produksi untuk pangan seperti beras, salah satunya akan berkaitan
dengan peningkatan areal pertanian dan atau peningkatan produktivitas lahan
pertanian. Peningkatan dengan melakukan penambahan areal lahan pertanian
dengan irigasi yang memadai akan membutuhkan biaya yang besar serta
waktu yang lama. Sementara itu, dalam peningkatan produktivitas lahan
dibutuhkan adanya kemampuan manajemen pengelolaan dan pengolahan
lahan, pemanfaatan teknologi pengolahan lahan, peningkatan kesuburan
tanaman serta penanganan hama tanaman (Rosadi, 2015).
Pemberian pupuk merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan
kesuburan tanaman. Walaupun secara alami unsur hara dapat disediakan oleh
tanah, akan tetapi pada kondisi tertentu jumlahnya tidak sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Oleh karena itu perlu diberikan pupuk untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman. Kebutuhan unsur hara tersebut dapat dipenuhi
dalam bentuk pupuk tunggal atau pupuk majemuk atau kombinasinya.
Saat ini Kementerian Pertanian tengah fokus meningkatkan produksi pangan
termasuk hortikultura, perkebunan dan lainnya, sehingga kebutuhan pupuk
baik pupuk tunggal seperti urea maupun majemuk NPK di kalangan petani
cukup tinggi.
Bahan Baku Pupuk
Pupuk mempunyai peranan yang cukup besar dalam peningkatan produktivitas
tanaman. Tanaman dan lahan mempunyai kebutuhan pupuk yang berbeda,
sehingga waktu dan dosis pemberian pupuk harus diperhatikan. Selain itu
dalam penggunaan pupuk haruslah secara bijak, terutama untuk pupuk
anorganik. Hal ini disebabkan bahan baku pembuatan pupuk anorganik yang
tidak dapat diperbaharui. Bahan baku pupuk anorganik berasal dari bahan
tambang yang tidak dapat diperbaharui kembali.
Produksi bahan pangan terutama padi, dapat ditingkatkan dengan penambahan
unsur hara (Dobermann dan Fairhurst, 2000) menyebutkan bahwa setiap ton
padi, membutuhkan 14,7 kg N/ha; 2,6 kg P/ha; dan 14,5 kg K/ha yang dapat
diperoleh dari tanah, air irigasi dan pupuk. Unsur hara esensial yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak adalah unsur nitrogen. Unsur ini
mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan di masa
vegetatif tanaman, serta untuk pembentukan protein. Sampai saat ini, pupuk
urea masih mendominasi penggunaan pupuk di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan nitrogen daripada pupuk yang lain.
Bab 11 Tantangan Pemupukan di Masa Depan 129
Pupuk urea tidak hanya digunakan di sektor pertanian tetapi juga di sektor
perkebunan. Menurut data Pupuk Indonesia, sampai bulan Februari 2021
sudah tersalurkan 576.776 juta ton pupuk urea. Semua pabrik pupuk urea di
Indonesia menggunakan gas alam sebagai bahan baku. Padahal ketersediaan
gas alam semakin menipis jumlahnya, sehingga saat ini dikembangkan
teknologi proses yang memungkinkan substitusi bahan baku gas alam. Bahan
baku yang paling memungkinkan untuk menggantikan gas alam adalah
batubara. Batubara sendiri ketersediaannya semakin lama akan berkurang.
Untuk bahan baku pupuk P dan pupuk K, sebagian besar bahan baku juga
masih tergantung dari luar negeri. Potasium sebagai bahan baku unsur KCl
dalam pupuk NPK saat ini impor dari Kanada dan Rusia. Asam fosfat sebagai
bahan baku pupuk NPK juga diimpor dari Yordania. Pasokan batuan fosfat
dan asam fosfat serta potasium di dunia juga semakin terbatas dan harganya
semakin meningkat. Kebutuhan sulfur, asam sulfat, juga masih diimpor.
Walaupun di dalam negeri ada namun kualitasnya tidak bagus dan jumlahnya
sedikit. Bahan baku utama pupuk seperti gas bumi, rock phosphate, sulfur,
KCl, DAP, MOP, ammoniak, asam sulfat, asam fosfat, dan sebagainya yang
70% masih dipenuhi dari luar negeri (Rahayu, 2021).
Bahan baku yang masih impor akan membuat biaya operasional untuk
produksi tinggi. Biaya produksi yang tinggi secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap harga pupuk. Harga pupuk akan lebih mahal. Mahalnya
harga pupuk baik pupuk bantuan atau non bantuan kerap membuat petani
terlambat dalam memproduksi tanaman padinya sehingga hal ini akan
berpengaruh pada produktivitas.
Permasalahan pemupukan sebenarnya dapat diatasi apabila petani melakukan
pemupukan secara rasional. Hal ini dikarenakan pemupukan yang berlebihan
akan berdampak tidak baik pada tanah. Melakukan pemupukan berimbang
merupakan salah satu cara untuk mengatasi tantangan pemupukan di masa
depan. Pemupukan berimbang yaitu menyediakan semua kebutuhan unsur
hara yang cukup, sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan
tanaman untuk mencapai hasil dan kualitas tanaman yang tinggi sebagai upaya
peningkatan produksi secara optimal (BPTPBengkulu, 2016).
Pada pemupukan berimbang tidak semua unsur hara ditambahkan, akan tetapi
hanya unsur hara yang dibutuhkan dan kurang saja yang ditambahkan.
Pemberian pupuk dilakukan dengan dosis yang tepat sesuai status hara dan
130 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Firmansyah, I., Syakir, M., & Lukman, L. (2017). Pengaruh Kombinasi Dosis
Pupuk N, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung
(Solanum melongena L .), 27(1), 69–78.
Firmansyah, M. A. (2011) ‘Peraturan tentang pupuk, klasifikasi pupuk alternatif
dan peranan pupuk organik dalam peningkatan produksi pertanian’,
Makalah disampaikan pada Apresiasi Pengembangan Pupuk Organik, di
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka
Raya, pp. 2–4.
Firmasyah, I., Syakir M., Liferdi L. (2017). Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk
N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung
(Solanum melongena L.). J. Hort. Vol. 27 No. 1, Juni 2017 : 69-78
Gammon, K 2011. Pollution fact/ type of pollution. LiveScience Contributor.
http: www. Livescienc.com. diakses 25 Maret 2014.
Ginting, R.C.B., Saraswati, R., Husen, E. (2006.) Mikroorgaanisme Pelarut
Fosfat. Simanungkalit, R.M.D., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R.,
Setyorini, D., Hartatik, W. (ed.) Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Bogor: Balai Besar l:enelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, hal. 141–158.
Hakim, N. et al. (1986) ‘Dasar-dasar ilmu tanah’, Universitas Lampung.
Lampung, 488.
Hamzah A., Ricky I. Hapsari, and Rossyda P. (2017). The Influence of Rice
Husk and Tobacco Waste Biochars on Soil Quality. Journal of Degraded
and Mining Lands Management (JDMLM) Volume 5, No. 1 (October
2017).
Hanafiah, K. A. (2005) ‘Dasar Dasar Ilmu Tanah’.
Hanafiah, K. A. (2005). Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Hanafiah, K. A. (2010). Dasar-dasar Ilmu Tanah. 4th edn. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Harahap, S. M. and Nurliana, H. (2017) ‘Pemberian Beberapa Dosis Pupuk
Urea dalam Meningkatkan Produksi pada Tanaman Padi di Sumatera
Utara’, Agrica Ekstensia, 11(1), pp. 17–21.
Hardjowigeno, S. (1987). Ilmu Tanah. Jakarta: kademika Pressindo.
Daftar Pustaka 135
Suriadikarta, D. A., Setyorini, D., dan Hartatik, W. (2004). 'Uji Mutu dan
Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik'.
Susanti, R. A., Sumarni, T. dan Widaryanto, E. (2013). Pengaruh Bahan
Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi ( Oryza Sativa
L .) Varietas Inpari 13 Sistem Tanam Jajar Legowo. Jurnal Produksi
Tanaman, 1(5):456–463.
Suwahyono, U. (2017). 'Panduan Penggunaan Pupuk Organik'. Jakarta:
Penerbar Swadaya.
Suyamto (2017) ‘Manfaat Bahan dan Pupuk Organik pada Tanaman Padi di
Lahan Sawah Irigasi’, Iptek Tanaman Pangan, 12(2), pp. 67–74.
Syafruddin, S., Nurhayati, N., dan Wati, R. (2012). 'Pengaruh jenis pupuk
terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis'. Jurnal
Floratek, 107–114.
Syam, N., Suriyanti, S. dan Killian, L. H. (2017). Pengaruh Jenis Pupuk Organik
Dan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Seledri (Apium
graveolus L.). AGROTEK: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian, 1(2),:. 43–53.
doi: 10.33096/agrotek.v1i2.36.
Tan, K. H.( 1993). Environmental Soil Science. New York: Marcel Dekker.
Tarigan, H. S., Kartika, J. G. and Susila, A. D. (2019) ‘Penentuan Dosis
Optimum Pemupukan Nitrogen pada Tanaman Kolesom (Talinum
triangulare (Jacq.) Wild.)’, Buletin Agrohorti, 7(1), p. 108. doi:
10.29244/agrob.7.1.108-114.
Tedjasarwana, R., Nugroho, E. D. and Hilman, Y. (2011) ‘Cara Aplikasi dan
Takaran Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Krisan’, Jurnal
Hortikultura, 21(4), p. 306. doi: 10.21082/jhort.v21n4.2011.p306-314.
Tinker P.B.H. (1975) ” Effects of Vesicular-Arbuscular Mycorrhizas on Higher
Plants, ” Symp. Soc. Expt. Biol. 29. pp.325-349.
Tinker, P.B. (1976) “Soil Requirements of The Oil Palm. in R.H.V. Corley, J. J.
hardon, B.J. Wood (Ed). Oil Palm Research,” Elsevier Scientific
Publishing Company. 165-181.
Togatorop, A. (2017). Modernisasi Pertanian Terhadap Pemakaian Pupuk
dalam Meningkatkan Taraf Hidup Petani di Desa Sirisirisi Kecamatan
Doloksanggul Sumatera Utara. JOM Fisip Vol.4 (2), 1-15.
Daftar Pustaka 143
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Sejak tahun 1988 sampai sekarang
mengabdi sebagai dosen di Fakultas Pertanian Universitas Simalungun,
Pematangsiantar. Saat ini diberi tuas tambahan sebagai Kepala Laboratorium
Ilmu Dasar Universitas Simalungun.
2016 sebagai ketua tim penelitian Hibah Bersaing (HB), dan masuk nominasi
38 finalis produk penelitian unggulan Perguruan Tinggi se-Indonesia tahun
2013. Pada tahun 2015 – 2017 sebagai ketua tim pengabdian masyarakat Iptek
bagi Wilayah (IbW) di Kab. Pacitan serta berhasil mengantarkan desa binaannya
juara 1 tingkat Propinsi Jawa Timur sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) pada tahun 2015, dan tahun 2017 – 2020 sebagai ketua tim Penelitian
Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT), serta di luar kegiatan tersebut
sebagai anggota dalam tim pengabdian masyarakat Iptek bagi Masyarakat/IbM
(2011 – 2016). Di buku ini penulis menulis Bab 10 Pengaruh Pemupukan
Terhadap Pencemaran Lingkungan.