USULAN PENELITIAN
Oleh :
WIDI RAHMAWATI
NPM : 24031116037
NPM : 24031116037
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Syarah Maesyaroh, S.P., M.P. Dr. Tintin Febrianti, S.P., M.P.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Usulan Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan
memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis
3. Siti Syarah Maesyaroh, S.P., M.P. Sebagai Ketua Prodi Agroteknologi Fakultas
5. Dr. Tintin Febrianti, S.P., M.P. Sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Garut.
7. Ibunda Aisyah, Ayahanda Ayi Mahmur, dan Keluarga tercinta yang telah
i
Usulan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khusus bagi penulis
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iii
I. PENDAHULUAN.............................................................................................1
I.1. Latar Belakang..................................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah............................................................................................3
I.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
I.4. Manfaat Penelitian............................................................................................4
I.5. Kerangka Pemikiran..........................................................................................5
I.6. Hipotesis............................................................................................................6
iii
III.5.4. Identifikasi...........................................................................................18
III.6.........................................................................................Variabel Pengamatan
.........................................................................................................................18
III.6.1. Pengamatan Utama...............................................................................19
III.6.2. Pengamatan Penunjang.........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
LAMPIRAN...........................................................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Tata Letak Pemasanagan Pitfall trap Pada Permukaan Tanah Yang Ditanami
iv
I. PENDAHULUAN
jagung manis sangat digemari masyarakat karena kadar gula yang lebih tinggi
gram jagung manis yaitu 22,80 gram; protein 1,92 gram; vitamin C 12,00 mg;
vitamin B1 0,39 mg; kadar gula 3,2 gram; serta kandungan lemak yaitu 1,00
gram (Abdullah dan Irwan, 2001). Masa produksi (umur panen) jagung manis
pangan jagung manis dapat diolah dalam bentuk olahan seperti jagung rebus,
perkedel, emping jagung, puding jagung, dadar jagung dan produk olahan
6-8 ton/ha. Produksi jagung manis di Indonesia pada tahun 2013 mengalami
manis pada tahun 2012 adalah 19.377.030 ton sedangkan produksi jagung
manis pada tahun 2013 adalah 18.506.287 ton (Diakses, 2014). Kebutuhan
Menurut Sari dkk, (2013) pada tahun 2008 – 2010, impor jagung manis
ditingkatkan.
satunya adalah kendala abiotik dan biotik. Kendala abiotik disebabkan oleh
lingkungan seperti faktor fisika dan kimia tanah akan berpengaruh terhadap
merugikan yaitu hama. Masalah hama inilah yang membuat petani selalu
kesulitan dan memilih pestisida sebagai jalan keluarnya. Pestisida kimia selalu
berapa cara (1) pengendalian secara fisik (2) pengendalian secara mekanik (3)
menggunakan Pitfall trap. Pitfall trap merupakan metode yang paling baik
sehingga arthropoda yang aktif di atas permukaan tanah akan terjabak dan
manfaatnya dalam PHT. Komposisi spesies arthropoda dan susunan rantai makanan
dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan prinsip – prinsip PHT, oleh
karena itu dilakukan penelitian mengenai perangkap pitfall trap untuk mengetahui
manis (Zea mays saccharata L.) di Kampung Sanding Lebak Kecamatan Garut Kota.
I.2.Identifikasi Masalah
1. Apakah pada lahan budidaya tanaman jagung manis (Zea mays saccharata L.) di
2. Apa saja jenis dan peran arthropoda yang mendominasi pada tanaman jagung
manis (Zea mays saccharata L.) di Kampung Muara Sanding Kecamatan Garut
Kota?
berikut :
tanaman jagung manis (Zea mays saccharata L.) di Kampung Muara Sanding
manis (Zea mays saccharata L.) di Kampung Muara Sanding Kecamatan Garut
Kota.
tanah yang ditanami jagung manis (Zea mays saccharata L.) di Kampung Muara
pada lahan yang ditanamani jagung manis (Zea mays saccharata L.) yang
Arthropoda tanah terbagi menjadi dua kelompok yaitu mikro arthropoda dan
makro arthropoda (Coleman dkk, 2004). Kelompok mikro arthropoda yang banyak
ditemukan yaitu rayap dan semut. Struktur komunitas mikro arthropoda akan
aktivitas manusia. Selain itu ditemukan juga makro arthropoda seperti laba – laba
dan serangga besar yang berperan dalam membantu merombak bahan organik
memiliki peran yang sangat penting dalam rantai makanan khususnya sebagai
dekomposer dan sebagai pendaur ulang unsur hara (Ardilah dkk, 2014). Menurut
Dindal (1990), arthropoda permukaan tanah berperan dalam proses penghumusan dan
perubahan penggunaan lahan dari ekosistem yang masih alami menjadi lahan
jagung transgenik menunjukan bahwa jumlah total individu arthropoda yang terjebak
pitfall trap diperoleh 9 ordo yang terdiri dari 23 famili Arthropoda permukaan tanah,
dimana jumlah individu yang terbanyak yaitu pada spesies Formicidae dan
adanya hubungan sumber makanan di suatu habibat yang memiliki bahan organik
tinggi diduga salah satu faktor melimpahnya populasi semut. Berdasarkan peranan
bahwa arthropoda yang paling dominan dijumpai pada permukaan tanah adalah
jenis lainnya karena collembola menyukai habitat permukaan tanah yang banyak
mengandung seresah dari jatuhan daun, ranting serta bagian tumbuhan lainnya
(Takeda, 1991).
dan dominansi arthropoda permukaan tanah pada tanaman jagung manis di Kampung
Sanding Lebak Kecamatan Garut Kota maka dilakukan dengan memasang 51 jebakan
pitfall trap pada lahan yang ditanami jagung manis (Zea mays saccharata L.).
I.6. Hipotesis
Jagung manis merupakan salah satu jenis tanaman biji – bijian dari keluarga
tanaman jagung berasal dari amerika dan menyebar ke daerah subtropis dan tropis
termasuk Indonesia (Wariso, 1998). Termasuk tanaman semusim dari jenis gramidae
yang memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini terdiri dari
sacccharata L.)
Klasifikasi botani tanaman jagung (Zea mays saccharata L.) adalah sebagai
berikut :
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Graminaceae
Genus : Zea
Tanaman jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari akar –
akar seminal, akar adventif dan akar udara yang tumbuh dari ruas – ruas permukaan
tanah . Batang jagung terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas, berbentuk silinder dan
tidak bercabang. Daun jagung memanjang dan muncul dari buku – buku batang.
Setiap daun terdiri dari kelopak daun, ligula dan helaina daun. Tongkol lengkap
jagung terdiri dari kelobot, tongkol jagung, biji jagung dan rambut. Tongkol jagung
merupakan simpanan makanan untuk pertumbuhan biji jagung selama melekat pada
tongkol. Panjang tongkol bervariasi anatara 8-12 cm (Effendi dan Sulistiati, 1991).
2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata L.)
Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada
lahan sawah atau tegalan. Curah hujan ideal 85 – 200 mm/bulan dan harus merata,
sinar matahari cukup dan tidak ternaungi, suhu 21 – 23oC optimum 23 – 27oC.
Tanaman jagung memerlukan air sekitar 100 – 140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu
dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Jagung menghendaki tanah
yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Tanah bertekstur lempung atau liat
berdebu, pH 5,6 – 7,5. Kemiringan < 8%, tinggi tempat 1.000 – 1800 mdpl, optimum
0 – 600 mdpl.
dipermukaan tanah dan di dalam tanah. Arthropoda tanah berperan penting dalam
peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran seresah serta sisa – sisa bahan
organik. Pada permukaan tanah terdapat berbagai komponen biotik ekosistem yang
– ruas. Arthropoda ini dibagi menjadi 4 kelas yaitu : kelas Crustacea (Golongan
udang), kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba – laba ), kelas Myriapoda
(Golongan Luwing) dan kelas Insekta (Golongan Serangga). Salah satu kelas dari
filum Arthropoda adalah Serangga. Serangga (Insekta) merupakan salah satu kelas
dari filum Arthropoda yang tubuhnya terbungkus kitin, rangka tubuh terdapat di luar,
adaptasi yang besar terhadap lingkungan. Hampir 90% dari semua arthropoda terdiri
dari serangga. Baik itu serangga tanah maupun seranga lainnya (Ali, 2004).
satunya adalah serangga permukaan tanah. Serangga tanah adalah serangga yang
hidup di tanah, baik itu hidup dipermukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah
yang hidup, tetapi juga memakan tumbuh – tumbuhan yang sudah mati. Serangga
tanah tidak akan berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan serangga
2009).
arthropoda tanah di setiap tempat cenderung akan rendah bila berada pada lingkungan
Chelicerata. Sub filum Mandibulata trebagi menjadi 6 kelas, salah satu diantaranya
adalah kelas insecta (Hexapoda). Sub filum Trilobita telah putah. Kelas Hexapoda
atau insecta terbagi menjadi sub kelas Apterigota dan pterygota. Sub kelas
Apterygota terbagi menjadi 4 ordo dan sub kelas Pterygota masih terbagi menjadi 2
klasifikasinya :
1. Ordo Orthoptera
telur, nimfa (serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasa).
Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit, imago dewasa ialah fase
yang ditandai dengan berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat
2. Ordo Coleoptera
adalah luar menjadi larva menjadi pupa dan pupa menjadi imago (Hansanmuhito,
2006).
3. Ordo Diptera
pemakan tumbuhan, penghisap darah, predator, dan parasitoid. Pada kepala serangga
ini dijumpai adanya antena dan mata facet. Tipe mulut bervariasai, tergantung sub
4. Ordo Hymenoptera
Ciri-ciri dari ordo ini yaitu pada bagian kepala dijumpai adanya antene, mata
facet, mata oceli, tipe mulut penggigit-penghisap yang dilengkapi flabellum sebagai
alat penghisapan. Beberapa contoh anggotanya antara lain parasit telur penggerek
5. Ordo Thysanura
memanjang dan agak gepeng, mempunyai embelan – embelan seperti ekor pada
ujung postarior abdomen. Tubuh hampir tertutupi oleh sisik – sisik. Tipe mulut
mandibula, Mata majemuk kecil dan sangat lebar tepisah. Abdomen 11 ruas, tetapi
ruas terakhir seringkali sangat menyusut. Anggota ordo thisanura terbagi atas tiga
6. Ordo Diplura
Ciri – ciri ordo ini yaitu mempunyai 2 filamen ekor dan embelan – embelan.
Tubu tidak tertutup dengan sisik, tidak terdapat mata majemuk dan mata tunggal, tarsi
1 ruas, tipe mulut mandibula dan tertarik ke dalam kepala. Terdapat stili pada ruas –
ruas abdomen 1 – 7 atau 2 – 7. Panjang kurang dari 7 mm, warna pucat dan hidup
ditempat lembab. Serangga – serangga anggota ordo diplura terdiri atas beberapa
7. Ordo Protura
Tubuh kecil berwarna keputih – putihan, panjang 1,6 – 1,5 mm. Kepala agak
bentuk konis, tidak memiliki mata maupun sungut. Bagian – bagian mulut tidak
kemudian dicampur dengan air liur dan dihisap masuk kedalam mulut. Serangga –
8. Ordo Collembola
Ciri – ciri ordo collembolla yaitu abdomen mempunyai 6 segmen, tubuh kecil
dengan panjang 2-5 mm, tidak bersayap, antena beruas 4 dan kaki dengan tarsus
beruas tunggal. Pada bagian trnagn abdomen terdapat alat tambahan untuk meloncat
yang disebut furcula. Mempunyai alat untuk mengunyah dan mata majemuk.
Pembagian famili berdasarkan pada jumlah ruas abdomen, mata dan furcula.
dan Neelidae.
9. Ordo Isoptera
Ciri – ciri ordo isopter yaitu kepala yang sangat berskleretisasi, memanjang,
hitam dan besar yang sesar untuk pertahanan. Mandibula berukuran sangat panjang,
Ciri – ciri ordo plecoptera yaitu ukuran medium agak gepeng, bertubuh lunak
dan berwarna agak kelabu yang terdapat di dekat aliran – aliran air yeng berbatu.
Sayap depan memanjang, agak sempit dan biasanya memiliki rangka – rangka sayap
yang menyilang. Sngut panjang, ramping dan banyak ruas. Bagian mulut bawah
pengunyah.
Mecoptera berasala dari kata meco yang berarti opanjang dan ptera yang
berarti sayap. Tubuh ramping dengan ukuran bervariasi. Kepala panjang, alat mulut
pengigit dan memanjang kearah bawah berbentuk paruh. Sayap panjang, sempit
seperti selaput dengan bentuk, ukuran dan susunan yang sama. Perbedaan antar famili
yaitu tungkai dan sayap. Serangga – serangga ordo mecoptera terbagi atas beberapa
hama yang merusak budiday tanaman. Bagian – bagian mulut serupa dengan
mempunyai sifat yang seragam seluruhnya, baik berselaput tipis atau agak tebal dan
sayap belakang berselaput tipis. Sungut sangat pendek seperti rambut duri pada
beberapa homoptera. Mata majemuk dan biasanya berkembang bagus. Serangga yang
secara langsung maupun tidak langsung. Peran arthropoda permukaan tanah dalam
dalam perombakan bahan organik sebagai daur ulang unsur hara tanah. Pada
ekosistem yang alami tidak bergantung pada manusia, dalam proses dekomposisi
pada tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang biasa disebut sebagai hama dan
merugikan juga dapat menyeran manusia berperan sebagai vektor penyakit misalnya
nyamuk Aedes aegypty sebagai vektor penyakit demam berdarah, menyerang pada
manusia atau hewan lainnya dengan cara gigitan atau sengatan dan juga dapat
pihak lain (Oka, 1994). Konsep PHT merupakan alternatif yang tepat untuk
pestisida sedikit mungkin, tetapi sasaran kualitas dan kuantitas produksi masih dapat
dicapai. Seraca global prinsip PHT sangat didorong oleh semakin meningkatnya
Pitfall Trap adalah alat atau jebakan berbentuk tabung yang dipendam ke
dalam tanah sampai bibir tabung rata dengan permukaan tanah. Salah satu manfaat
Pitfall Trap adalah dapat mengetahui dan menjebak arthropoda permukaan tanah
yang aktif di mala hari. Selain itu, kemudahan dalam pemasangan dan ekonomis
Pitfall Trap adalah perangkap jebakan yang berisi cairan yang dirancang
Kelurahan Muara Sanding Kecamatan Garut Kota pada bulan Januari sampai
Februari 2020. Kebun yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu kebun yang
ditanami jagung manis dengan ketinggian tempat 700 m dpl, Luas lahan 100m2 dan
Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sendok, pitfall trap,
saringan, ember, gayung, plastik kecil, junting, alat tulis dan seng.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan deterjen dan air.
III.4.1.Observasi
Lebak Kelurahan Muara Sanding Kecamatan Garut Kota yang nantinya dapat dipakai
Pitfaal Trap bertujuan untuk merangkap arthropoda yang berjalan di atas permukaan
tanah dan hewan aktif pada malam hari. Pitfaal Trap terbuat dari gelas plastik
diameter 10 cm yang berisi air deterjen. Pemasangan alat ini dimasukan ke dalam
tanah dengan permukaan perangkap Pitfall Trap rata dengan permukaan tanah.
pada 17 bedengan. Pemasangan perangkap Pitfall Trap pada lahan yang ditanami
III.4.4.Identifikasi Arthropoda
Garut. Buku kunci tersebut buku borror (1992), untuk menentukan arthropoda yang
tanah yang tertangkap oleh perangkap jebak (pitfall trap) dan yang ditemukan secara
visual dilahan penelitian. Analisis data dilakukan berdasarkan indeks
dengan menggunakan indeks Shannon Wiener (H’) (Soegianto, 1994 dalam Hidayanti.
Keterangan:
Hasil nilai keanekaragaman yang telah didapatkan, bisa dilihat sesuai dengan
Hꞌ > 3,322 : Keanekaragaman Indeks dominansi pada suatu lahan tanaman jagung
manis dihitung menggunakan rumus Simpson (Ludwid dan Reynold, 1988 dalam
C=∑ ¿ ¿
Keterangan :
C = Indeks dominansi
III.5.1.Pengamatan Utama
1. Keanekaragaman
penelitian tanaman jagung manis yang dilihat dari arthropoda yang terjebak pada
Shannon Wiener.
2. Dominasi
pada lahan penelitian tanaman jagung, setelah itu dihitung dengan indeks
dominan.
3. Peran Arthropoda
pitfall trap atau arthropoda permukaan tanah yang ditemukan secara visual
kemudian digolongkan sesuai jenis dan ordonya serta peran serangga tersebut
III.5.2.Pengamatan Penunjang
mengetahui kondisi lingkungan pada lokasi penelitian tanaman jagung manis seperti
Ardilah JS, Leksono AS, Hakim I,. 2014. Diversitas Arthropoda Tanah Di Area
Restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang. Jurnal Biotrop. 2(4):208-
213.
Borror, D.J., Triplehorn, C. A., dan Jonshon, N.F. 1992. Pengenalan Pelajran
Serangga Edisi keenam. Penerjemah dan Penyunting: Partosoedjono, S.,
danDrotowidjojo,M.D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1083
hlm.
Coleman DC, Crossley DA, Hendrix PF. 2004. Fundamental of soil Ecology.
Athens :ElsevierAcademik Press.
Dindal DI. 1990. Soil Biology Guide. New York (US): John Wiley Inc.
Effendi, S dan Sulistiati,. 1991. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna, Jakarta.
Farista B. Rohyani I. 2013. Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah Di Hutan
Lindung Dan Tama Wisata Alam Kerandangan Lombok Barat. J Biol
Trip.13(1): 39-44.
Abdullah dan Irwan. 2001. Kajian Peningkatan Produksi dan Pemasaran Jagung di
Sumatra Barat. Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) Provinsi
Sumatra Barat. 53 hal.
Said, E. G. 2008. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Trubus Agri
Widaya. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tata Letak Pemasangan Perangkap jebak (pitfall trap) pada tanaman
jagung manis di Lahan Percobaan.
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7
P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1
P2 P2 P2 P2 P2 P2 P2
P3 P3 P3 P3 P3 P3 P3
B14 B13 B12 B11 B10 B9 B8
P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1
P2 P2 P2 P2 P2 P2 P2
P3 P3 P3 P3 P3 P3 P3
B15 B16 B17
P1 P1 P1
P2 P2 P2
P3 P3 P3
Ukuran tongkol : panjang 19,7 – 23,5 cm, diameter 4,5 – 5,4 cm.