Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA PRAKTIKUM KE 5

PERANAN HARA MAKRO DAN MIKRO SERTA

GEJALA DEFISIENSI

Nama : M. Ilham Jasir

NIM : 24020118120028

Kelompok : 2

Hari, Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Asisten : Ahmad Arfi S

LABORATORIUM BIOLOGI STRUKTUR DAN


FUNGSI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Semarang, 12 November 2019

Asisten Praktikan

Ahmad Arfi Setiadi Muhammad Ilham Jasir


NIM. 24020115120042 NIM. 24020118120028
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses metabolism tubuh mahluk hidup, terdapat berbagai senyawa kimia yang
berkerja dan berinteraksi satu sama lain. Tanpa adanya interaksi senyawa kimia tersebut, maka
aktivitas dalam tubuh akan terhambat dan tidak akan berjalan dengan baik.salah satu senyawa
kimia tersebut yakni unsur hara. Unsur hara merupakan unsur vital yang penting bagi
tumbuhan.unsur hara yang dibutuhkan dalam tanaman memiliki unsur yang bervariasi. Dalam
variasi tersebut, unsur hara terbagi ,rmenjadi 2 jenis, yakni unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah
besar. Contoh dari unsur hara makro yakni Nitrogen, ( N ), Phospor ( P ), dan Kalium ( K ) .
Sementara itu, unsur hara mikro merupakan unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman dalam
jumlah kecil. Contoh dari unsur hara mikro sendri yakni besi ( Fe ) , mangan ( Mn ) , tembaga
( Cu ), dan Zink ( Zn ). Apabila tanaman memiliki defisiensi terhadap zat hara, maka akan
timbul suatu gejala sebagai tanda kurangnya zat pada tumbuhan. Tiap unsur hara akan
menampilkan gejala defisiensi yang bervariasi. Apabila tanaman yang mengalami defisiensi
unsur hara mineral terus di biarkan begitu saja, maka tanaman tersebut mengalami kematian.
Pada umumnya, tanaman memperoleh unsur hara mineral yang terdapat di tanah. Unsur mineral
yang ada di dalam tanah yang subur memiliki variasi unsur hara mineral yang beragam yang
merupakan komponen penting bagi tanaman. Sebaliknya, tanah yang tak subur akan cenderung
memiliki unsur hara mineral yang jarang ataupun adanya suplai mineral yang tak seimbang yang
membuat tanaman sukar untuk tumbuh dalam kondisi tanah yang seperti itu ( Jovita, 2018 )

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, makan dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut :
1) Apa peran unsur hara bagi tanaman ?
2) Apa gejala defisiensi unsur hara bagi tanaman ?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui peran unsur hara bagi tanaman
2) Mengetahui gejala defisiensi unsur hara bagi tanaman
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian unsur hara


Unsur hara merupakan suatu komponen yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
yang tidak sedikit untuk membantu mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal. Tumbuhan
memerlukan asupan unsur hara baik yang tersedia dialam (tanah) maupun yang diaplikasikan
atau diberikan oleh manusia untuk hidup, tumbuh dan menyelesaikan siklus hidupnya, sama
dengan manusia memerlukan makan untuk hidup. Unsur hara harus diberikan secara seimbang
untuk mendapatkan suatu hasil produksi tanaman yang optimal. Pemupukan seimbang yaitu
pupuk yang diberikan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada tanaman itu sendiri. Jumlah
kebutuhan akan unsur hara untuk jenis tanaman memiliki perbedaan. Unsur hara esensial
merupakan suatu kebutuhan tanaman yang sangat penting dan yang tidak bisa digantikan oleh
apapun dari semua jenis unsur hara.tanaman memerlukan nutrisi lengkap dalam kelangsungan
pertumbuhannya. Apabila tanaman tidak mendapatkan unsur tersebut tidak dapat menyelesaikan
siklus hidup secara penuh, Unsur yang bersangkutan terlibat langsung dalam proses
metabolisme, fungsi fisiologisnya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Unsur hara esiensial
adalah suatu yang mutlak dibutuhkan tanaman dan tidak dapat digantikan dengan apa pun
ataupun dengan cara apapun. Unsur hara dibedakan menjadi dua, yaitu unsur mikro dan makro.
Unsur hara mikro adalah Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah kecil sedangkan
unsur hara makro adalah Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar. Unsur hara
mikro dan makro tersebut termasuk unsur hara esensial diantaranya Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang
(S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl) ( Suharjo,
2011 ) .
2.1.1 Unsur hara makro

Unsur hara makro merupakan unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman dalam jumlah
besar. Unsur hara dari kelompok ini memiliki beberapa macam zat. Zat yang tergolong unsur
hara makro contohnya yakni nitrogen, fosfat, kalium, magnesium dan sulfur. Nitrogen
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Zat ini merupakan bagian dari sel ( organ
) tanaman itu sendiri. Zat ini berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
serta merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun Tanaman yang kekurangan
unsur N gejalanya seperti pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit,
pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati. Fosfat merupakan zat yang
Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, Merangsang
pembungaan dan pembuahan. Merangsang pertumbuhan akar, Merangsang pembentukan biji,
Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel tanaman yang kekurangan
unsur P memiliki gejalanya seperti pembentukan buah dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan. Kalium adalah zat yang berfungsi dalam proses fotosintesa,
pengangkutan hasil asimilasi, enzim mineral termasuk air. Zat ini juga dapat meningkatkan daya
tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K memiliki gejala
seperti batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau
segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun. ( Liu
et al, 2014 ) .

2.1.2 Unsur hara mikro


Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang di butuhkan dalam jumlah kecil bagi tubuh
tanaman. Unsur hara dari kelompok ini memiliki beberapa macam zat. Zat yang tergolong ke
dalam unsur hara mikro contohnya yakni besi, mangan, dan seng. Besi merupakan zat yang
diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk
khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Fungsi zat besi ialah sebagai pelaksana
pemindahan electron dalam proses metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2,
reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan zat besi  menyebabkan terhambatnya
pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna.
Defisiensi zat besi menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan
jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh
kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim. Mangan
merupakan zat yang diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mangan
dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mangan sering
disemprotkan lewat daun. Mangan dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat
dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangan terdapat dalam tanah
berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit
(MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mangan umumnya terdapat
dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mangan dilepaskan dari
batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder
terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Seng merupakan zat yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk
monovalen Zn(OH)+.  Ketersediaan seng menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang
berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan seng menurun. Tanah yang mempunyai pH
tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi seng, terytama pada tanah berkapur.
Adapun gejala defisiensi seng antara lain seperti tanaman kerdil, ruas-ruas batang
memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda
dan intermedier serta adanya nekrosis ( Liu et al, 2014 )

2.2 Peranan unsur hara bagi tanaman


Unsur hara di butuhkan oleh tanaman karena sifatnya yang mampu menunjang aktivitas
dari tanaman tersebut. Unsur hara tersebut berguna agar tanaman tersebut dapat menjaga
kestabilan dalam hidupnya sehingga dapat bertahan hidup lebih lama. Unsur yang berbeda
mampu membawa efek yang berbeda terhadap tanaman. Peranan utama nitrogen (N) bagi
tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya
batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam
pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi
lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik
lainnya. Unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan
akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi
sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu; membantu
asimilasi dan pernapasan; serta mempercepat pembungaan, pemasalan biji, dan
buah. Fungsi utama Kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium

pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur.
Yang tidak bisa dilupakan ialah Kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam
menghadapi kekeringan dan penyakit. Magnesium (Mg) pun memegang peranan penting dalam
transportasi fosfat dalam tanaman. Dengan demikian, kandungan fosfat dalam tanama dapat
dinaikkan dengan jalan menambah unsur magnesium. Belerang (S) berperan dalam pembentukan
bintil-bintil akar. Sulfur ini merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti
asam amino. Unsur ini pun membantu pertumbuhan anakan. Selain itu, sulfur merupakan bagian
penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis, dan lain-lain
( Liu et al, 2011 ) .

2.3 Defisiensi unsur hara


Jumlah kebutuhan tumbuhan untuk masing-masing unsur hara dikaitkan dengan
kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Jika unsur hara kurang tersedia, maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat. Batas konsentrasi unsur hara dalam jaringan tumbuhan
yamg menyebabkan pertumbuhan tertekan sebesar 10 % dari pertumbuhan maksimum disebut
sebagai batas kritis. Bagi unsur hara tersebut suatu tumbuhan dikatakan kekurangan suatu unsur
hara tertentu jika pertumbuhan terhambat, yakni hanya mencapai 80 % dari pertumbuhan
maksimum, walaupun semua unsur hara esensial lainnya tersedia berkecukupan. Jika jaringan
tumbuhan mengandunng unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka pada kondisi ini dikatakan
tumbuhan dalam kondisi konsumsi mewah (luxury consumstion).Pada konsentrasi yang terlalu
tinggi, unsur hara esensial dapat juga menyebabkan keracuanan bagi tumbuhan. Jika ketersediaan
unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan terganggu
metabolismenya yang secara visual dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan pada
pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang, atau daun
yang terhambat (kerdil) dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman. Kekurangan
unsur hara bagi tanaman akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda tergantung zat yang
mengalami defisiensi ( Liu et al, 2014 ) .
BAB III

METODE

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Buku panduan praktikum
3.1.2 Buku laporan praktikum sementara
3.1.3 Alat tulis
3.1.4 Jar
3.1.5 Kapas
3.1.6 Duplex
3.1.7 Tanaman kacang hijau ( Vigna radiata )
3.1.8 Aquades
3.1.9 Pupuk cair
3.1.10 Larutan sample hara makro
3.1.11 Larutan sample hara mikro

3.2 Cara kerja


3.2.1 Alat dan bahan disiapkan
3.2.2 Tanaman kacang hijau di ambil dan di bersihkan bagian akarnya dari tanah dan kotoran
3.2.3 Tanaman kacang hijau di masukan ke dalam jar yang telah diisi larutan sample uji berupa
pupuk cair, aquades, larutan sample hara makro, dan larutan sample hara mikro di jar
yang berbeda
3.2.4 Tanaman kacang hijau kemudian di lapisi dengan kapas pada bagian batang dan di
pasangkan dengan duplex sehingga jar tertutup
3.2.5 Jar dibawa di tempat terang dan di amati perubahannya
3.2.6 Pengamatan dilakukan sebanyak 2 minggu dan di media di siram secara rutin
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

P1 P2 P3 P4
Hari ke-
1 2 1 2 1 2 1 2
2 daun
2 daun 2 daun
2 daun hijau,
0 0 hijau, 0 hijau, 0 0
hijau, tegak batang
tegak tegak
segar

2 daun
2 daun 2 daun
2 daun hijau ,
2 0 hijau, 0 hijau, 0 0
hijau, tegak batang
tegak tegak
segar

2 daun
2 daun 2 daun
2 daun hijau ,
4 0 hijau, 0 hijau, 0 0
hijau, tegak batang
tegak tegak
segar

2 daun
2 daun 2 daun
2 daun hijau ,
6 0 hijau, 0 hijau, 0 0
hijau, tegak batang
tegak tegak
segar

2 daun
2 daun 2 daun
2 daun 2 daun 2 daun 2 daun hijau,
hijau, 2 daun hijau,
8 hijau, hijau, hijau, hijau, batang
batang hijau, tegak tegak,
tegak merunduk tegak merunduk segar
tegak segar
tegak

10 2 daun 2 daun 2 daun 2 daun 2 daun 2 daun, 2 daun 2 daun


hijau, hijau, hijau, hijau, hijau, batang hijau, hijau,
batang tegak merunduk tegak merunduk menguning, batang tegak,
mulai segar
merunduk daun layu tegak segar

2 daun, 2 daun
2 daun 2 daun
2 daun 2 daun 2 daun 2 daun daun hijau,
hijau, hijau,
12 hijau, hijau, hijau, hijau, kering, batang
batang tegak,
tegak merunduk tegak merunduk batang segar
merunduk segar
menguning tegak

Daun
kering, 2 daun
2 daun 2 daun
4 daun 2 daun 2 daun 2 daun batang layu hijau,
hijau, hijau,
14 hijau, hijau, hijau, hijau, dan batang
batang tegak,
tegak merunduk tegak merunduk menguning, segar
merunduk segar
batang tegak
patah

Keterangan :

P1 : Kontrol

P2 : Makro

P3 : Mikro

P4 : lengkap

Praktikum fisiologi tumbuhan acara V yang mengambil judul “ peran hara makro dan
mikro serta gejala defisiensi “ di laksanakan pada hari kamis, 17 Oktober 2019 di lab ekologi
departemen biologi fakultas sains dan matematika universitas diponegoro semarang. Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui peran unsur hara bagi tanaman, serta mengetahui gejala
defisiensi unsur hara bagi tanaman. Pada praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan yakni
berupa alat tulis, buku panduan praktikum, buku laporan praktikum sementara, jar, kapas,
duplex, tanaman kacang hijau, aquades, pupuk cair, larutan sample hara makro,serta larutan
sample hara mikro. Jar di gunakan sebagai tempat menampung media tanaman. Hal tersebut
sependapat dengan Aksa dkk ( 2016 ) dimana jar menampung media yang mengandung sample
perlakuan. Duplex berperan dalam menutup jar agar terhindar dari kontak luar serta menegakan
tanaman. Hal tersebut sependapat dengan Aksa dkk ( 2016 ) dimana tanaman perlu di posisikan
berdiri agar dapat tumbuh dengan baik. Kapas di gunakan untuk melindungi batang dari duplex.
Hal tersebut sependapat dengan Aksa dkk ( 2016 ) dimana gesekan duplex saat pemasangan
dengan tanaman dapat merusak struktur batang. Kacang hijau merupakan tanaman yang
dijadikan sample yang di beri pengaruh. Hal tersebut sepedapat dengan Luqmantoro dkk ( 2017 )
dimana kacang hijau merupakan tanaman yang cocok di jadikan sample uji coba karena sifatnya
yang mudah tumbuh dan mudah di temukan. Pupuk cair, aquades, larutan sample hara makro,
larutan sample hara mikro di gunakan sebagai pembeda perlakuan. Hal tersebut sependapat
dengan Tasgin ( 2017 ) dimana perlakuan yang berbeda akan menghasilkan perbedaan hasil
yang dapat dipengaruhi oleh jenis perlakuan. Praktikum di lakukan dengan disiapkannya alat dan
bahan. Lalu, Tanaman kacang hijau di ambil dan di bersihkan bagian akarnya dari tanah dan
kotoran. Tanaman kacang hijau di masukan ke dalam jar yang telah diisi larutan sample uji
berupa pupuk cair, aquades, larutan sample hara makro, dan larutan sample hara mikro di jar
yang berbeda. Tanaman kacang hijau kemudian di lapisi dengan kapas pada bagian batang dan di
pasangkan dengan duplex sehingga jar tertutup. Penutupan dengan duplex dilakukan agar
tanaman tetap tegak dan agar media tak terkontaminasi dengan mikroba udara bebas, sementara
pemberian kapas dilakukan agar tanaman dapat melindungi batang saat pemasangan duplex. Hal
tersebut sepedapat dengan Aksa dkk ( 2016 ) dimana duplex membantu agar tanaman dapat
tumbuh stabil, dan kapas melindungi batang dari gesekan duplex. Jar dibawa di tempat terang
dan di amati perubahannya. perlakuan ini dilakukan agar tanaman mendapat suplai cahaya untuk
fotosintesis. Hal tersebut sependapat dengan Luqmantoro dkk ( 2017 ) dimana cahaya
merupakan faktor yang berperan penting dalam kelangsungan hidup tanaman Pengamatan
dilakukan sebanyak 2 minggu dan di media di siram secara rutin.

4.1 Larutan hara mikro


Bedasarkan pengamatan, pada hari ke-0 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara
pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. Lalu, , pada hari ke-2 , pada
sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan
batang tegak. , pada hari ke-4 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun
warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. , pada hari ke-6 , pada sample 1 tak ada
perubahan, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. Lalu, ,
pada hari ke-8 , pada sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk,
sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. pada hari ke-10 ,
pada sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk, sementara pada
sample 2 daun mulai menguning, batang mulai layu dan menguning. pada hari ke-12 , pada
sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk, sementara pada
sample 2 daun warna kuning, berjumlah 2, daun mengering, batang menguning. pada hari ke-14,
pada sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk, sementara pada
sample 2 daun warna kuning, berjumlah 2, daun mengering, batang menguning dan patah. Hal
tersebut sesuai dengan kutipan Tasgin ( 2017 ) dimana gejala defisiensi mulai tampak pada hari
ke-8 setelah percobaan dimulai dimana di tandai dengan mulai merunduknya tanaman. Gejala
mulai lebih terlihat di hari ke-10 dan seterusnya. Pada hari ke 10, daun mengalami penguningan
dan batang mengalami penguningan dan pelayuan. Pada hari ke 12 daun mulai mengalami
pengeringan dan batang semakin kuning. Lalu, pada hari ke 14, batang patah karena efek
pelayuan batang tanaman.

4.2 Larutan hara makro


Bedasarkan pengamatan, pada hari ke-0 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara
pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. Lalu, , pada hari ke-2 , pada
sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan
batang tegak. , pada hari ke-4 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun
warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. , pada hari ke-6 , pada sample 1 tak ada
perubahan, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. Lalu,
pada hari ke- 8 , pada sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk,
sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. pada hari ke-10 ,
pada sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk, sementara pada
sample 2 daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, dan batang tegak.. kemudian, . pada hari ke-
12 , pada sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk, sementara
pada sample 2 daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, dan batang tegak.. dan . pada hari ke-14 ,
pada sample 1 daun berjumlah 2, berwarna hijau, serta batang mulai merunduk, sementara pada
sample 2 daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, dan batang tegak.. Hal tersebut sesuai dengan
kutipan Tasgin ( 2017 ) dimana gejala defisiensi mulai tampak pada hari ke-8 setelah percobaan
dimulai dimana di tandai dengan mulai merunduknya tanaman. Namun, untuk hari hari
berikutnya tidak ada gejala defisiensi signifikan yang muncul pada tanaman.

4.3 Larutan hara lengkap


Bedasarkan pengamatan, pada hari ke-0 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara
pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang terlihat segar. Kemudian, pada hari
ke 2, pada sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2,
segar, dan batang terlihat segar. Lalu, pada hari ke-4, pada sample 1 tak ada perubahan,
sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang terlihat segar.
Kemudian, pada hari ke-6 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun
warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang terlihat segar. Lalu, pada hari ke-8 , pada sample 1 daun
berjumlah 2, daun berwarna hijau, memiliki batang segar dan tegak, sementara pada sample 2
daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang terlihat segar. Kemudian, pada hari ke-10 , pada
sample 1 daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, memiliki batang segar dan tegak, sementara
pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang terlihat segar. Lalu, pada hari ke-12
, pada sample 1 daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, memiliki batang segar dan tegak,
sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang terlihat segar. Dan, pada
hari ke-14 , pada sample 1 daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, memiliki batang segar dan
tegak, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang terlihat segar. Hal
tersebut sependapat dengan Tayyem et al ( 2015 ) dimana pada percobaan ini, tidak di temukan
gejala defisiensi selama pengamatan 2 minggu. Hal tersebut di karenakan pada sample ini,
nutrient di penuhi secara seimbang baik micronutrient dan makronutrient. Dengan seimbangnya
kebutuhan nutrisi tersebut, tumbuhan tesebut dapat tumbuh dengan normal.

4.4 Aquades
Bedasarkan pengamatan, pada hari ke-0 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara
pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. Lalu, , pada hari ke-2 , pada
sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan
batang tegak. , pada hari ke-4 , pada sample 1 tak ada perubahan, sementara pada sample 2 daun
warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. , pada hari ke-6 , pada sample 1 tak ada
perubahan, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. Lalu,
pada hari ke- 8, pada sample 1 terdapat daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, dan memiliki
batang tegak, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak.
Kemudian, pada hari ke- 10, pada sample 1 terdapat daun berjumlah 2, daun berwarna hijau, dan
memiliki batang mulai merunduk, sementara pada sample 2 daun warna hijau, jumlah 2, segar,
dan batang tegak. Kemudian, , pada hari ke- 12, pada sample 1 terdapat daun berjumlah 2, daun
berwarna hijau, dan memiliki batang merunduk, sementara pada sample 2 daun warna hijau,
jumlah 2, segar, dan batang tegak. Dan, , pada hari ke- 14, pada sample 1 terdapat daun
berjumlah 2, daun berwarna hijau, dan memiliki batang mulai merunduk, sementara pada sample
2 daun warna hijau, jumlah 2, segar, dan batang tegak. Hal tersebut sependapatt dengan Tasgin
( 2017 ) dimana gejala defiensi tampak pada pertumbuhan tanaman di media ini. Defisiensi
mulai tampak pada hari ke 10 dimana batang mulai merunduk. Untuk hari hari berikutnya,
tanaman tidak menunjukan perubahan signifikan serta tidak tampak adanya gejala defisiensi baru
yang muncul dari tanaman.

Bedasarkan pengamatan yang di lakukan sebelumnya, perlakuan sample kacang hijau


terhadap pemberian media yang berbeda menunjukan hasil yang cukup signifikan. Terjadinya
defisiensi tercepat di alami oleh tanaman dengan media unsur hara mikro, sementara defisiensi
terlambat dipegang oleh tanaman dengan unsur hara lengkap. Hal tersebut sependapat dengan
Tayyem et al ( 2015 ) dimana terjadinya perbedaan defisiensi di sebabkan oleh kandungan yang
ada pada media. Pada perlakuan media makro dan control aquades, terjadi gejala defisiensi pada
hari ke – 8 untuk media unsur hara makro, dan pada hari ke 10 untuk media aquades. Setelah
muncul gejala defisiensi tersebut, tidak ada gejala defisiensi lain yang muncul. Hal tersebut di
karenakan pada kedua media tersebut telah memiliki nutrient yang di butuhkan dalam jumlah
besar. Pada media unsur hara mikro, terjadi gejala defisiensi yang mucul secara terus menerus
mulai hari ke- 8. Gejala defisiensi tersebut di sebabkan oleh kurangnya nutrient makro yang ada
pada tumbuhan. Selain itu, pada konsentrasi tinggi, tanaman dapat mengalami keracunan di
karenakan tingginya kandungan micronutrient secara berlebih yang menyebabkan munculny
gejala defisiensi. Lain halnya dengan media yang berisi unsur hara lengkap yang tak menunjukan
satupun gejala defisiensi. Keadaan tersebut disebabkan karena kebutuhan nutrient makro dan
mikro yang di perlukan tanaman telah terpenuhi. Dengan demikian. Pertumbuhan dapat terjadi
secara lancer tanpa adanya hambatan signifikan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bedasarkan praktikum yang telah di lakukan, dapat di simpulkan bahwa unsur hara
merupakan suatu komponen yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang tidak sedikit
untuk membantu mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal. Tumbuhan memerlukan
asupan unsur hara baik yang tersedia dialam (tanah) maupun yang diaplikasikan atau diberikan
oleh manusia untuk hidup, tumbuh dan menyelesaikan siklus hidupnya. Dalam peranannya,
Unsur hara di butuhkan oleh tanaman karena sifatnya yang mampu menunjang aktivitas dari
tanaman tersebut. Unsur hara tersebut berguna agar tanaman tersebut dapat menjaga kestabilan
dalam hidupnya sehingga dapat bertahan hidup lebih lama. Unsur yang berbeda mampu
membawa efek yang berbeda terhadap tanaman.

Kekurangan unsur hara pada tanaman dapat menyebabkan defisiensi. Defisiensi tersebut
disebabkan oleh terganggunya aktivitas metabolisme tubuh tanamanan yang membuat perubahan
pada struktur tanaman tersebut. Gejala defisiensi memiliki berbagai macam bentuk. Tanaman
mengalami perundukan dapat menjadi suatu tanda dimulainya pelayuan tanaman. Kemudian,
defisiensi dapat di tandai dengan mulai layunya batang yang disertai dengan penguningan.
Pelayuan berkelanjutan dapat membuat batang menjadi patah. Lalu, bila defisiensi terus berjalan,
maka dapat timbul gejala defisiesi lain seperti mengeringnya daun pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Aksa, M dkk. 2016. Rekayasa Media Tanam Pada Sistem Penanaman Hidroponik Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Sayuran. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian.
Vol. 2 : 163-168.

Jovita, Deborah. 2018. Analisis Unsur Makro (K, Ca, Mg) Mikro (Fe, Zn,Cu) Pada Lahan
Pertanian Dengan Metode Inductively Coupled Plasma Optical Emission
Spectrofotometry (ICP-OES). Lampung : Universitas Lampung.

Liu, Changcheng et al. 2014. Concentrations and Resorption Patterns of 13 Nutrients in


Different Plant Functional Types in The Karst Region of South-western China. Beijing
: Annals of Bottany. Vol.113 : 873 - 884.

Luqmantoro, Cahyo dkk. 2017. Pengaruh Bahan Tanaman dan Pemberian Kombinasi
Fitohormon Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Nanas ( Ananas comosus ( L. ) Merr.
Cv Smooth Cayenne ) Klon GP 3. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 5 : 1053 – 1061.

Suharjo, Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Universitas
Bengkulu: Bengkulu.

Tasgin, Esen. 2017. Macronutrients and Micronutrients in Nutrition. International Journal of


Innovative Research and Reviews. Vol 1 : 1 – 15 .

Tayeem, Reema F. et al. 2015. Macro- and Micronutrients Consumption and the Risk for
Colorectal Cancer among Jordanians. Nutrients. Vol. 7 : 1769 – 1786.

Anda mungkin juga menyukai