MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Fisiologi Tumbuhan
yang dibina oleh Dr. Hj. Dahlia, M.S
Oleh
Kelompok 3
Melati Putri Pertiwi
Monika N. Kuruwop
Olivia Yunita
Rofiqoh Lailatul Fitriyah
(140342604503)
(140342602548)
(140342600097)
(140342600944)
1.2 TUJUAN
1. Membedakan macam dan fungsi nutrisi yang diperlukan tumbuhan ( esensial dan benefisial).
2. Menjelaskan tanda-tanda defisiensi dan toksisitas suatu nutrien.
BAB II
PEMBAHASAN
merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak memenuhi kaidah unsur
hara essensial karena jika unsur ini tidak ada, pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu. Unsur
benefisial suatu tumbuhan meliputi Sodium, Rubidium, Aluminium, Selenium, dan Titanium.
tinggi (Salibury, dkk. 1995: 143). Di bawah ini merupakan gambar gejala kekurangan
fosfor pada daun jagung
E. Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan pertumbuhan kuncup yang terhenti dan mati,
pertumbuhan tanaman lemah dan merana, tepi daun muda mengalami klorosis, buah
muda banyak yang rontok dan masak sebelum waktunya, warna buah kurang sempurna.
Cara penanganan kekurangan unsur kalsium adalah dengan menambahkan kapur
dolomite (Ca=38%), kalsium karbonat (Ca=90%), serta pupuk kalsium kandungan Ca 8099% (Salibury, dkk. 1995: 145). Di bawah ini merupakan gambar gejala kekurangan
kalsium
F. Gejala kekurangan magnesium ditandai dengan daun tua yang semula hijau segar
berubah menjadi kekuningan dan tampak pucat. Diantara tulang-tulang daun terjadi
klorosis, warna berubah menguning dan terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan,
sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Cara penanganan kekurangan unsur
magnesium adalah dengan menambahkan pupuk kimia kieserite, kapur dolomite
(Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg. Gejala defisiensi bergantung
sebagian pada fungsi dan mobilitas mineral sebagai nutrien. Jika mineral yang bersifat
esensial dihilangkan maka pertumbuhan suatu tanaman akan terhambat, misalnya daun
yang kehilangan warna (Campbell, dkk. 2008: 374). Di bawah ini merupakan gambar
gejala kekurangan magnesium
H. Salah satu gejala paling awal kekurangan boron adalah gagalnya ujung akar untuk
memanjang secara normal, disertai dengan terhambatnya sintesis DNA dan RNA.
Pembelahan sel pada apeks pucuk dan pada daun muda juga terhambat. Bororn berperan
penting dalam pemanjangan tabung serbuk sari (Salibury, dkk. 1995: 147). Di bawah ini
terdapat contoh gambar defisiensi seng pada daun jagung
I. Gangguan akibat kekurangan seng meliputi daun kerdil dan terbentuknya roseta karena
terhambatnya pertumbuhan daun muda dan ruas batang. Tepi daun sering tampak
mengerut dan berubah bentuk. Klorosis diantara urat daun sering terjadi pada daun
jagung, kacang polong, dan pohon buah, yang menandakan bahwa seng ikut serta dalam
pembentukan klorofil atau mencegah perusakan klorofil. Lambatnya pertumbuhan batang
karena kekurangan seng disebablkan karena seng diperlukan untuk membuat hormon
auksin (Salibury, dkk. 1995: 148). Di bawah ini terdapat contoh gambar defisiensi seng
pada tanaman padi
J. Gejala kekurangan mangan adalah klorosis diantara urat daun muda atau daun tua diikuti
dengan bercak nekrosis (bercak jaringan yang sudah mati) (Salibury, dkk. 1995: 147).
K. Gejala kekurangan molibdenum meliputi klorosis diantara urat daun, yang terjadi mulamula pada daun tua kemudian meluas ke daun muda (Salibury, dkk. 1995: 148).
L. Gejala kekurangan klorin meliputi menurunnya pertumbuhan, pelayuan, dan munculnya
bercak klorosis dan nekrosis. Akhirnya daun sering berwarna coklat tembaga. Akar
menjadi pendek tapi tebal (Salibury, dkk. 1995: 147).
M. Gejala kekurangan tembaga yaitu munculnya bercak nekrosis, menimbulkan penyakit
mati pucuk atau daun mudanya mati. Tembaga hanya dibutuhkan sedikit oleh tanaman,
sehingga apabila terlalu banyak maka mudah menjadi racun (Salibury, dkk. 1995: 148).
2.3 MENGHUBUNGKAN PROSES PLASMOLISIS, KELAYUAN DAN PEMUPUKAN TANAH
YANG BERLEBIHAN
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di
larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan
turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah.Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini
disebut layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis, yaitu
tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding
sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya runtuhnya seluruh
dinding sel dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis
dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik (Suyitno. 2003: 14).
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya
terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau
larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel
epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik,turgor sel akan meningkat..Bila berada
dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan konsentrasi isi sel,maka
sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel tidak.Keadaan ini dapat dipakai untuk
menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan pada larutan yang ditentukan molaritas
larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang terplasmolisis (Suyitno.
2003: 15).
Akibat jika pemupukan pada tumbuhan berlebihan tidak sesuai dosis akan menyebabkan
keracunan pada tanaman yang dicirikan dengan ciri-ciri tertentu sesuai dengan keracunan unsur
atau senyawa tertentu. Pada kasus ini tanaman mengalami ketidakseimbangan tekanan
(hipertonis) larutan dari proses osmosis. Akibat dari kondisi hipertonis inilah sel-sel tanaman
dapat mengalami kematian.
Penggunaan pupuk yang benar adalah disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang
bersangkutan. Penggunaan pupuk yang berlebihan, cenderung tidak efektif dan merugikan dari
sisi pegneluaran biaya. Selain itu untuk zat hara yang tidak diserap tanaman akan terbawa oleh
air tanah dan terbuang ke sistem perairan misal ke selokan, sungai, waduk atau danau. Zat hara
ini justru akan dimanfaatkan oleh gulma di selokan dan sungai seperti rumput liar, gulma,
tanaman air seperti kiambang, eceng gondok dan lain-lain. Akibatnya sistem perairan akan
tertutup dengan tanaman liar ini dan produksi perikanan mungkin terganggu, keseimbangan
ekosistem perairan juga akan terganggu.
DAFTAR RUJUKAN
Campbell, dkk. 2008. Biologi (Edisi Kedelapan Jilid 3). Terjemahan Damaring. 2010. Jakarta:
Erlangga.
Hopkins, W.G. 2009. Intoduction to Plant Physiology. 4th. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Purnomo, D., Sakya, A.T., & Rahayu, M. 2010. Fisiologi Tumbuhan Dasar Ilmu Pertanian.
Surakarta: UNS Press.
Salibury, F. B., dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB.
Suyitno. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Negeri Yogyakarta.