Anda di halaman 1dari 23

unsur hara

A. Unsur Hara Mobile dan Immobile


Unsur hara yang mobil diantaranya N, P, K, Mg . unsur hara yang immobil diantaranya Ca, S, Fe, Zn, Cu, B, Mo. Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna (Anomim 2004). Pengelompokan unsur hara makro dan mikro tersebut dilihat dari jumlah (kualitas) yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak sebesar 1000 g-1 berat kereing tanaman, sedangkan unsur hara mikro sebesar 100 g-1 berat kering tanaman ( Oertli 1979). Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. Menurut (ARNON dan STOUT 1988) ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial: yang pertama Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal yang kedua unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan olehunsurlain. Serta yang ketiga, peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman dibutuhkan secara langsung. Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH. N pada pH 5.5 - 8.5, P pada pH 5.5 - 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 - 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Kenapa unsur hara tersebut dianggap penting menurut Arnon dan Stout (1939) karena unsur tersebut: Apabila tanaman tidak mendapatkan unsur tersebut tidak dapat menyelesaikan siklus hidup secara penuh, Unsur yang bersangkutan terlibat langsung dalam proses metabolisme, fungsi fisiologisnya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Unsur hara esiensial adalah suatu yang mutlak dibutuhkan tanaman dan tidak dapat digantikan dengan apa pun ataupun dengan cara apapun. Unsur hara esiensial dibagi menjadi 2

golongan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terdiri dari 9 unsur hara makro seperti nitrogen, fosfat, kalium, karbon, hidrogen, kalsium, magnesium, sulfur, ogsigen serta 7 unsur hara mikro meliputi tembaga, besi, zinc, boron, molibden, klor, mangan. Menurut tempat dan lokasi tersedianya unsur-unsur ini di bagi 3 golongan yang pertama berasal dari udara dan air tanah: karbon, hidrogen, dan oksigen. Yang kedua seperti: nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, kalsium dan magnesium tersedia pada tanah. Yang ketiga mencangkup besi, tembaga, mangan, seng, molibdenum, boron dan klor, unsur ini hanya sedikit dibutuhkan oleh tanaman namun sangat diperlukan. Dengan semakin meningkatnya teknologi pada alat-alat labolarotorium maka akan ada perubahan yang akan terjadi pada unsur-unsur diatas (Tjitrosomo S S 1983).

Unsur hara Mobile Nitrogen (N) Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Sumber N tidak diperoleh dari batuan dan mineral tapi berasal dari hasil pelapukan bahan organik, dari udara dari fiksasi N oleh mikroorganisme baik yang bersimbiosa dengan akar tanaman leguminosa seperti rhizobium atau tidak seperti bakteri Azotobacter dan Clostridium. Sumber lain nitrogen di dalam tanah adalah melalui air hujan dan melalui penambahan pupuk buatan seperti Urea atau ZA (Hasibuan, 2006). unsur N mudah bergerak (mobile) dan berubah bentuk menjadi gas dan unsur lain serta hilang melalui penguapan (volatilisasi) dan pencucian (leaching). Oleh karena itu, dalam aplikasinya di lapangan, efisiensi pupuk N hanya sekitar 3040% dari jumlah pupuk yang diberikan. Zat lemas diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+, protoplasma yang hidup terdiri dari kira-kira 25% bahan kering dengan komposisi 50-50% zat-zat putih telur dan 510% lipoiden dan persenyawaan lainnyayang mengandung N. Kadar zat lemas dari protoplasma kira-kira antara 2-2,5%.Dengan adanya pemungutan hasil tanaman secara besar-besaran maka banyak sekali zat lemas yang hilang(Anonimous, 2005). Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunandan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen ditinjau dari berbagai sudut, mempunyai pengaruh positif sebagai berikut : a. Besar pengaruhnya dalam menaikkan potensi pembentukan daun-daun dan ranting.

b. Mempunyai pengaruh positif terhadap kadar protein pada rumput dan tanaman makanan ternak danlainnya. c. Pada berbagai tanaman gandum menaikkan kadar protein pada butir gandum. (Rinsema, 1993). Gejala kekurangan unsur N dapat dilihat dimulai dari daunnya, warnanya yang hijau agak kekuninganselanjutnya berubah menjadi kuning. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadikering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruhterhadap pembuahan sehingga buahnya tidak sempurna, umumnya kecil dan cepat matang (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987). Bila terjadi kelebihan N, tanaman akan tampak terlalu subur, ukuran daun akan menjadi lebih besar, batangmenjadi lunak dan berair (sekulensi) sehingga mudah rebah dan mudah diserang penyakit. Kelebihan juga dapatmenyebabkan penundaan pembentukan bunga, bahkan mudah lebih mudah rontok dan pemasakan buah cenderungterlambat (Novizan, 2004).

Biarpun ada hubungan yang erat antara pemberian N dengan sejumlah bahan kering yang dihasilkan, tidak berarti bahwa pemberian zat N itu harus sebanyak-banyaknya sebab pemberian zat N yang berlebih akan dapatmembahayakan. Memang benar pemberian N akan menghasilkan banyak bahan hijau berupa daun dan batang tetapi pemberian N yang banyak dapat memperlambat masaknya biji.Pemberian N yang banyak mempengaruhi juga perkembangan susunan akar, tetapi tidak sebagai Phosphorus dimanaakar menjadi lebih panjang dan lebih dalam masuk kedalam tanah. Oleh karena dalamnya masuknya susunan akar kedalam tanah yang tidak sepadan dengan kesuburan pada bagian atas tanah, maka tanaman dalam keadaan demikian akan lebih lekas kekeringan (Anonimous, 2005).

Posfor (P) Sumber pupuk P yang diberikan perlu diperhatikan sebelum diberikan kedalam tanah. Apabila bentuk mono-kalsium posfat yang diberikan kedalam tanah, maka air didalam tanah disekitar pupuk yang kemudian melarutkan P- pupuk (Hasibuan, 2004). Posfat yang diserap tanaman dalam bentuk H2PO4- , HPO42- dan PO42- atau tergantung kepada nilai pH tanah.Posfor sebagian besar berasal dari pelapukan bahan organik. Fosfor di dalam tanah tidak mudah bergerak (immobile) dan sebagian besar terikat atau terfiksasi oleh oksida, mineral liat, dan bahan organik. Walaupun sumber posfor didalam tanah mineral

cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan posfor. Pasalnya sebagian posfor terikat secara kimia olehunsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut dalam air (Novizan, 2004). Tanaman yang kekurangan posfor warna daunnya akan tampak tua dan sering tampak mengkilap kemerahan.Tepi daun bercabang, dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Kalautanaman berbuah, buahnya kecil, tamapk jelek dan lekas matang (Lingga dan Marsono, 2001). Bila tanaman kahat unsur P, maka berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman seperti, tumbuhan yangkerdil, hal ini terjadi karena pembelahan sel terganggu. Warna daun berubah menjadi ungu atau coklat mulai dariujung-ujung daun. Hal yang semacam ini terlihat pada tanaman yang masih muda. Gejala kahat P pada tanaman jagung, terlihat dimana tongkolnya kecil-kecil dan biji jagung yang terbentuk pada tongkol yang tidak sempurna (Hasibuan, 2006).

Kalium (K) Kalium diserap dalam bentuk K+. kalium banyak terkandung pada abu. Abu daun teh yang mudamengandung sampai 50% K2O. Kalium K merupakan komponen dari bahan organik yang membentuk tanaman (Rinsema, 1993). Ion K tergolong unsur yang mudah bergerak (mobile) sehingga mudah sekali hilang dari tanah melalui pencucian, karena K tidak ditahan dengan kuat di permukaan koloid tanah. Gejala kekurangan unsur K dapat ditunjukkan dengan daun terlihat lebih tua, batang dan cabang lemah danmudah rebah, muncul warna kuning ditepi daun yang sudah tua yang akhirnya mengering dan rontok, daun keritingdimulai daun yang paling tua, kematangan buah terhambat, ukuran buah menjadi lebih kecil, buah mudah rontok (Novizan, 2004). Tanaman yang kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar lengasnyayang lebih rendah. Menurut penyelidikan mikro, kalium berpengaruh baik pada pembentukan serat-serat seperti pada rosela, kapas dan rami, dinding-dinding sel lebih baik keadaannya dan lebih baik kandungan airnya, sel-sel initumbuh lebih baik, lebih kuat dan lebih panjang (Anonimous, 2005). Kalium tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsure ini tetap sebagai ion didalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai activator dari berbagai enzim

yang esensial dari reaksi-reaksi fotosintesisdan respirasi, serta untuk enzim yang berperan dalam sintesa protein (Lakitan, 1995). Kalium terdapat didalam sel-sel yaitu sebagai ion-ion didalam cairan sel dan sebagai persenyawaan adsorptif didalam zat putih telur dari sitoplasma. Inti sel tidak mengandung kalium. Sebagai ion didalam cairan sel, Kalium berperan dalam melaksanakan "turgor" yang disebabkan oleh tekanan osmotis.Ion Kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Bila tanaman sama sekali tidak diberi Kalium,maka asimilasi akan terhenti. Oleh sebab itu pada tanaman yang banyak menghasilkan hasil asimilasi sepertikentang, ubi kayu, tebu, nanas, akan banyak memerlukan Kalium (K2O) didalam tanah.Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel dan pada sintesa putih telur. Pada saat terjadi pembentukan bunga atau buah maka Kalium akan cepat ditarik oleh sebab itu Kalium mudah bergerak (mobil).Fungsi lain dari Kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat. Perkembangan jaringan penguat pada tangkaidaun dan buah yang kurang baik sering menyebabkan lekas jatuhnya daun dan buah itu. Daun-daun pada teh dantangkai buah kelapa bila kekurangan Kalium akan terkulai dan buahnya lekas jatuh (Anonimous, 2005).

Magnesium (Mg) Magnesium diserap dalam bentuk Mg++ dan merupakan bagian dari hijau daun yang tidak dapat digantikanoleh unsur lain, kecuali didalam hijau daum Mg terdapat pula sebagai ion didalam air-sel.Kadarnya didalam bagian-bagian vegetatif lebih rendah dari pada kadar Kalsium, tetapi pada bagian generatif adalahsebaliknya (Anonimous, 2005). Magnesium adalah unsur yang mobile di dalam tanaman, maka kekahatan magnesium selalu terlihat padadaun-daun tua. Daun berwarna kuning, hal terjadi karena pembentukan klorofil terganggu. Pada tanaman jagungkekahatan Mg terlihat pada daun adanya garis-garis kuning yang agak menonjol sedangkan pada daun-daun mudakeluar lender terutama bila kekahatan sudah berlanjut (Hasibuan, 2006). Ketersediaan magnesium hampir sama dengan kalsium karena pemgikatnya juga sama. Disamping itu dapat juga menjadi tersedia melalui hancurnya mineral yang mengandung magnesium. Magnesium merupakan satu-satunya unsur anorganik yang terdapat pada molekul klorofil (Hakim dkk, 1991).

Gejala yang pertama kelihatan pada tanaman yang kekurangan magnesium adalah daun mengalami klorosisdan tampak ada bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warnakekuningan inipun timbul diantara tulang-tulang daun. Daun mengering dan kerap kali langsung mati. Pada tanaman berbiji, sangat jelek pengaruhnya terhadap bila kekurangan magnesium. Daya tumbuh tidak mantap alias lemah.Malahan kalau tetap tetap tumbuh, bijinya akan sangat lemah (Lingga dan Marsono, 2001).

Unsur Hara Immobile Pengapuran juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn. Besi (Fe) Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2-). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanamansekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antaralain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas (Ginta,2005). Sifat mineral Fe relatif stabil dalam bentuk oksida, karbonat, sislikat dan sulfide. Mineral Fe dalamtanah ataupun dalam batuan antara lain olivine, pyrite, sideride, hematite. Konsentrasi Fe dalam tanahcukup tinggi yakni dapat mencapai 50.000 ppm dan kebanyakan sebagai penyusun fraksi tanah. Denganpengolahan tertentu bahan tersebut dapat dipakai sebagai bahan baku untuk membuat pupuk mikro Fe (Rosmarkam, 2002). Gejala defisiensi yang tampak adalah pada daun muda, mula-mula secara bertempat-tempat daun berwarna hijau pucat dan hijau kekuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringannya tidak mati. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis yang tadinya

berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang menjadi warna putih (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987). Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme. Prosestersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe menyebabakanterhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosomsecara drastis. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim (Ginta, 2005).

Seng (Zn) Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalam bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalamtanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat dekarboksilase,lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel danruas batang (Ginta, 2005). Selain itu,seng juga dibutuhkan untuk pembentukan tripopan sebagai prekusor IAA, metabolismtriptamin. Terutama sebagai kofaktor enzim dehidrogenase, alcohol, glukosa-6-P dan trease. Merangsangsintesa sitokinin C (Agustina, 1990). Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daunmengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanyanekrosis(Ginta,2005). Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkanketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan adanya gejaladefisiensi Zn, terutama pada tanah berkapur (Ginta, 2005).

Tembaga (Cu) Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyaewakompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu

diethilentriamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cumembentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99%dalam bentuk kompleks.Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3dan SiO4. misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS),kalkopirit (CuFeS2), borini (Cu5FeS4), luvigit (Cu3ASS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SOS3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO)3)], brosanit [Cu4(OH)2SO4] (Ginta,2005). Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa inimempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Haramikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin (Ginta,2005). Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase,asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperanterhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis danpenyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahanterganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah (Ginta, 2005).

Molibdenum (Mo) Molibdenum diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yangmemakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo seringsekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat didalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3. 8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutansebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejaladefisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yangmelindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Modalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II)oksida hidrat (Ginta, 2005). Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantineoksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Modapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bungaterlambat. Gejala

defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi keringkelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanyaterbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominant (Ginta, 2005).

Boron (B) Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm.Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanamanhanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik, dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2 Si4O2) O20 yang mengandung 3% - 4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalahkernit (Na2B4O7. 4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Borondiikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2 O3). (Ginta, 2005). Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit (Anonimous, 2005).

B. Ketersedian Unsur Hara Oleh KTP, pH dan Solubilitas Unsur Hara


Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang disediakan. KTP (Kapasitas Tukar Kation) Pengertian Kapasitas Tukar Kation Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK, makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. KTK tanah juga mempengaruhi kapan dan berapa banyak pupuk nitrogen dan kalium harus ditambahkan ke dalam tanah Pada KTK tanah yang rendah, misalnya kurang dari 5 cmol(+)/kg, pencucian beberapa kation dapat terjadi. Penambahan ammonium dan kalium pada tanah ini akan menyebabkan sebagian ammonium dan kalium itu mengalami pencucian di bawah zona akar, khususnya pada tanah pasiran dengan KTK tanah bawah (subsoil) yang rendah. Pada KTK tanah yang lebih tinggi, misalnya lebih besar dari 10 cmol(+)/kg, hanya sedikit pencucian kation akan terjadi. Oleh karena itu, penambahan nitrogen dan kalium pada tanah ini memungkinkan untuk dilaksanakan. Menurut Mengel (1993) kation tanah yang paling umum adalah: kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), kalium (K+), ammonium (NH4+),

hydrogen (H+) dan sodium (Na+). Sedangkan anion tanah yang umum meliputi: khlorin (Cl-), nitrat (NO3-), sulfat (S04=) dan fosfat (PO43-). Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif, KTK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. KTK Koloid Anorganik atau KTK Liat KTK liat adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif. Nilai KTK liat tergantung dari jenis liat, sebagai contoh:

a. Liat Kaolinit memiliki nilai KTK = 3 s/d 5 me/100 g.

b. Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.

c. Liat Montmorillonit, memiliki nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.

d. Liat Vermikullit, memiliki nilai KTK = 100 s/d 150 me/100 g.

2. KTK Koloid Organik

KTK koloid organik sering disebut juga KTK bahan organik tanah adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid organik yang bermuatan negatif. Nilai KTK koloid organik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KTK koloid anorganik. Nilai KTK koloid organik berkisar antara 200 me/100 g sampai dengan 300 me/100 g.

3. KTK Total atau KTK Tanah

KTK total merupakan nilai KTK dari suatu tanah adalah jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari suatu tanah, baik kation-kation pada permukaan koloid organik (humus) maupun kation-kation pada permukaan koloid anorganik(liat).

Perbedaan

KTK

Tanah

Berdasarkan

Sumber

Muatan

Negatif

Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. KTK Muatan Permanen

KTK muatan permanen adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif berasal dari mekanisme substitusi isomorf. Substitusi isomorf adalah mekanisme pergantian posisi antar kation dengan ukuran atau diameter kation hampir sama tetapi muatan berbeda. Substitusi isomorf ini terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan kation bervalensi rendah di dalam struktur lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron maupun Al-oktahedron.

Contoh peristiwa terjadinya muatan negatif diatas adalah: (a). terjadi substitusi isomorf dari posisi Si dengan muatan 4+ pada struktur lempeng liat Si-tetrahedron oleh Al yang bermuatan 3+, sehingga terjadi kelebihan muatan negatif satu, (b). terjadinya substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ pada struktur liat Al-oktahedron oleh Mg yang bermuatan 2+, juga terjadi muatan negatif satu, dan (c). terjadi substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ dari hasil substitusi isomorf terdahulu pada lempeng liat Si-tetrahedron yang telah bermuatan neatif satu, digantikan oleh Mg yang bermuatan 2+, maka terjadi lagi penambahan muatan negatif satu, sehingga terbentuk muatan negatif dua pada lempeng liat Si-tetrahedron tersebut. Muatan negatif yang terbentuk ini tidak dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pH tanah. KTK tanah yang terukur adalah KTK muatan permanen.

b. KTK Muatan Tidak Permanen

KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif liat bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanisme patahan atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar H+ dan OH- dari larutan tanah. Hasil Pengukuran KTK Tanah

Berdasarkan teknik pengukuran dan perhitungan KTK tanah di laboratorium, maka nilai KTK dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

1. KTK Efektif, dan

2. KTK Total.

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh : 1.Reaksi tanah 2.Tekstur atau jumlah liat 3.Jenis mineral liat 4.Bahan organik dan, 5.Pengapuran serta pemupukan.

Sedangkan Menurut Hakim,et al. (1986) besar KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang antara lain: reaksi tanah atau pH; tekstur tanah atau jumlah liat; jenis mineral liat; bahan organik; pengapuran dan pemupukan. Pada pH tanah yang rendah, KTK tanah akan relatif rendah, karena misel liat dan bahan organik banyak menjerap ion-ion H+ atau Al3+. Kationkation yang terjerap dalam tanah akan dapat dilepaskan dari tanah dan ditukar tempatnya oleh ion-ion H+ yang dilepaskan oleh akar tanaman. Kation-kation yang berupa unsur hara itu kemudian larut dalam air tanah dan diisap oleh tanaman.

Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.

Nilai

KTK

tanah

(me/100g)

dikelompokkan

dalam

lima

kategori

berikut:

(1) sangat rendah untuk nilai KTK (me/100 g) < 5,

(2) rendah untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 5 s/d 16, (3) sedang untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 17 s/d 24, (4) tinggi untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 25 s/d 40, dan (5) sangat tinggi untuk nilai KTK (me/100g) > 40.

Sumber: http://www.terragis.bees.unsw.edu.au/terraGIS_soil/sp_exchangeable_sodium_percentage.html KTK tanah merupakan ukuran banyaknya titik-titik pada permukaan partikel tanah yang dapat menahan kation dnegan ikatan elektrostatika. Kation-kation yang ditahan secara

elektrostatika ini dapat dengan mudah ditukar oleh kation lain yang ada dalam larutan tanah, sehingga mudah dapat diserap oleh akar tanam.

pH pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14.

pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5. Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut. Jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida, herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air tanah serta air-air pada aliran permukaan.

Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah tipe vegetasi, drainase tanah internal, dan aktivitas manusia. Nilai pH suatu tanah juga dipengaruhi oleh jenis bahan induk tanah yang dibentuk. Tanah berkembang dari batuan dasar umumnya memiliki nilai pH lebih tinggi daripada yang terbentuk dari batuan asam. Curah hujan juga mempengaruhi pH tanah. Air melewati tanah dasar mencuci kalsium dan magnesium dari tanah dan digantikan oleh unsur-unsur asam seperti aluminium dan besi. Tanah yang terbentuk di bawah kondisi curah hujan tinggi lebih asam daripada yang dibentuk di bawah gersang (kering) kondisi.

Proses yang menghasilkan keasaman tanah

a. karbon dioksida hasil dari dekomposisi seresah akan terlarut dalam air akan bereaksi dengan molekul air menghasilkan asam karbonat CO2 (aq)CO2(gas) K1 = 10-1,41 CO2 (aq) + H2O H2CO3 K2 = 10-2,62

b. asam-asam organik hasil dekomposisi

c. H+ yang dilepas oleh akar tanaman dan organisme yang lain pada waktu pengambilan hara. Prinsip elektroneutrality adalah pengambilan kation oleh akar harus diimbangi dengan pengambilan anion atau dengan pelepasan ion hidrogen atau kation lain

d. Oksidasi dari substansi tereduksi sepeti mineral sulfida, bahan organik, fertilizer yang mengandung ammonium

Proses yang menghasilkan kebasaan tanah

1. Reduksi dari Ferri, mangan, dan oxidized substances membutuhkan H+ atau melepas OH- dan meningkatkan pH (terjadi pada tanah yang aerasinya jelek) Fe(OH)2 (amorf) + OH-Misal : Fe(OH)3 (amorf) + e-

2. Pengambilan kation oleh akar tanaman, kemudian setelah tanaman mati maka akan terdeposisi di permukaan tanah

PH tanah dikontrol oleh berbagai mekanisme. Sebagian mekanisme adalah sumber langsung H+ dan atau OH- dan sebagian bekerja dengan bereaksi dengan H+ dan atau OH- untuk buffer pada larutan tanah. Mekanisme tersebut adalah : (1) oksidasi dan reduksi besi, mangan dan senyawa sulfur (2) dissolution dan presipitasi mineral tanah (3) Reaksi gas misal CO2 dengan larutan tanah (4) dissosiasi grup asam lemah pada tepi lempung silikat, hidrous oksida, atau substansi humus (5) reaksi ion-exchange Pengelompokan kemasaman tanah adalah sebagai berikut:

a. Sangat masam untuk pH tanah < 4,5

b. Masam untuk pH tanah berkisar antara 4,5 s/d 5,5

c. Agak masam untuk pH tanah berkisar antara 5,6 s/d 6,5

d. Netral untuk pH tanah berkisar antara 6,6 s/d 7,5

e. Agak alkalis untuk pH tanah berkisar antara 7,6 s/d 8,5

f. Alkalis untuk pH tanah > 8,5.

Sumber: http://extension.missouri.edu/p/G9102

Pengaruh kemasaman terhadap beberapa reaksi yang berlangsung dalam tanah

No. Gugusan yang ter-

Reaksi-reaksi umum

pengaruhi 1. Hidroksida dan xAl3+ + 3xOH- === AlxOH(3x-y)y+ + yOH- === xAl(OH)3

Oksida

xFe3++ 3xOH- === FexOH(3x-y)y+ + yOH- ==== xFe(OH)3 === 0.5xFe2O3 + 3x H2O

2. 3. 4.

Karbonat Kompleks*) Fosfat

CaCO3 + 2H+ === Ca++ + CO2 + H2O CuCh + 2H+ === Cu++ + H2Ch Fe(OH) 2H2PO4 + OH- === Fe(OH) 3 + H2PO4Al(OH) 2H2 PO4 + OH- === Al(OH) 3 + H2PO4Ca10(PO4)6(OH) 2H2O
2

+14H+ === 10Ca++ + 6H2PO4- +

5.

Silikat

Mg2SiO4 + 4 H+ === 2Mg++ + Si(OH)4 SiO2 +H2O +OH- === OSi(OH) 3M+X- + H+ === M+ + HX (**)

6.

KTK (tergantung pH)

7.

Muatan pada patahan silikat

Si

Si O 0.5- + H+ === OH 0.5+

Al Al-OH0.5- + H+ 8. Sistem redoks

Al ==== Al-OH2 0.5+

Mn2+ + H2O + O2 === 2 H+ + MnO2 2Fe2+ + 5 H2O + O2 === 4H+ + 2Fe(OH) 3 H2S + 2O2 === 2H+ + SO4= NH4+ + 2O2 === 2 H+ + NO3- + H2O

9.

Ion dalam larutan

HPO4= + H+ === H2PO4H2CO3 === HCO3- + H+ === CO3= + 2 H+ Cu++ + OH- ==== CuOH+

Keterangan: *) Ch adalah khelat, mencerminkan elektron donor. (**) X merupakan tapak muatan yang tergantung pH, terutama karboksilat dan fenolat, M+ merupakan kation tukar. (a). denitrifikasi nitrat, kombinasi reaksi 1 dan 4

(b). reduksi MnO2 menjadi Mn++, reaksi no. 5 (c). reduksi Cu++ menjadi Cu+, reaksi no. 7 (d). reduksi oksida hidrous Fe+++ menjadi Fe++, no. 8 (e). reduksi SO4= menjadi H2S, reaksi no. 9 (f). produksi CH4, reaksi no. 10 (g). produksi H2, reaksi no. 12

Solubilitas Unsur Hara P-Bray Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineralmineral didalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno2003). Siklus Fosfor sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineralmineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dankehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik danfosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kayaakan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalamtanaman yaitu 0,2 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikansuplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005). Menurut Foth(1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannyakerdil.

C. Hidden dan Hunger pada Tanaman


Hara yang dibutuhkan tanaman Unsur hara esensial ada 17 macam . Hara makro diantaranya C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Hara mikro diantaranya Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl, dan Ni. Unsur hara yang mobil diantaranya N, P, K, Mg . unsur hara yang immobil diantaranya Ca, S, Fe, Zn, Cu, B, Mo. 1. Nitrogen Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk : NO3- dan NH4+. Pemberian N yang banyak dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N ini dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K dan S. Kekurangan N dapat menyebabkan daun tua menjadi kuning, karena N ini sangat mobil, maka gejala kuning dimulai dari daun tua menuju daun muda. 2. Fosfor Fosfat yang diserap oleh tanaman dalam bentuk HPO4- dan H2PO4-. Fosfat mempengaruhi fase generatif tanaman. Beberapa peranan fosfat yang penting diantaranya proses fotosintesa, perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup. 3. Kalium Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+. Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi. Terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian yang muda. Peranan kalium dalam peristiwa fisiologis seperti : metabolisme karbohidrat, metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, netralisasi asam-asam organik yang penting bagi proses fisiologik, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan

meristematik dan mengatur pergerakan stoma dn hal-hal lain yang berhubungan dengan air. Kekurangan kalium menyebabkan daun-daun menjadi kuning, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian, mengakibatkan mudah rebah, produksi tanaman berkurang dan mengurangi resistensi terhadap penyakit. Walaupun produksi berkurang sekali, tetapi gejala kekurangan tidak timbul, peristiwa ini dikenal dengan kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger). 4. Kalsium Kalsium diserap tanaman dalam bentuk Ca2+. Kalsium ini banyak dijumpai di dalam daun. Kekurangan Ca menyebabkan terganggunya pembentukan pucuk dan ujung akar. Ca memegang peranan dalam pembentukan lamela tengah. 5. Magnesium Magnesium diserap tanaman dalam bentuk Mg2+. Sebagian besar Mg dijumpai dalam klorofil dan cukup banyak dijumpai dalam biji. Mg berperan dalam sintesa protein. Kekurangan Mg yaitu klorosis diantara tulang-tulang daun sedangkan tulang daun sendiri berwarna hijau. Pada tingkat yang lebih lanjut seluruh jaringan daun menjadi kuning kemudian coklat dan akhirnya nekrotik. Mg dibutuhkan dalam sinteas minyak dalam tanaman. 6. Sulfur Sulfur diserap tanaman dalam bentuk SO22- dan SO42-. Kekurangan S mirip dengan N, penumpukan N-non protein akan berbahaya bagi ternak, klorosis seluruh tanaman, tanaman kerdil, batangnya kecil dan kurus. Sulfur sulit ditranslokasikan dari bagian yang tua ke bagian yang muda apabila terjadi kekurangan unsur ini. Peranan S dalam pertumbuhan : sintesa asamasam amino yang mengandung S, mengaktifkan enzim-enzim protolytic, bagian dari vitaminvitamin tertentu, serta menaikkan kadar minyak tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina L. 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. ( WWW.unsur-unsur tanaman) pada hari selasa, 27/03/2012 Anonimous, 2005.( http://mineral bagi tanaman.com.) pada hari selasa, 27/03/2012 http://imaliahutami.blogspot.com/2009/05/peranan-berbagai-unsur-hara-tanaman.html http://hellybe.blogspot.com/ http://dsafriansyah.blogspot.com/2010/04/sifat-kimia-tanah.html http://www.scribd.com/doc/67819082/Sifat-Tanah

Diposkan oleh silvi chacha di 19.13

Anda mungkin juga menyukai