Anda di halaman 1dari 24

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Organik Cair

2.1.1. Pengertian Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair (POC) merupakan pupuk berbentuk cair hasil

pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran

hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada

umunya pupuk organic cair (POC) tidak merusak tanah dan tanaman sehingga

aman digunakan meskipun sesering mungkin.

Menurut Marpuang (2014) penggunaan pupuk organik alam yang dapat

dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu

pupuk organik cair. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk

yang banyak beredar di pasaran dan kebanyakan diaplikasikan melalui daun

atau disebut sebagai pupuk cair daun yang mengandung hara makro dan mikro

esensial. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat

mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan

bintil akar pada tanaman leguminosae, sehingga meningkatkan kemampuan

fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan

vigor tanaman, sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan

daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca, serangan patogen

penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta

meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, dan mengurangi gugurnya

daun, bunga, dan bakal buah.


7

Kelebihan dari pupuk organik cair adalah dapat secara cepat mengatasi

defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan menyediakan hara

secara cepat. Pupuk organik cair tidak merusak humus tanah walaupun

seringkali digunakan, selain itu pupuk organik cair memiliki zat pengikat

larutan hingga bisa langsung digunakan pada tanah tidak butuh interval waktu

untuk dapat menanam tanaman. Pupuk organik cair dapat memberikan hara

yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya cair,

maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan

sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang

dibutuhkan (Wasis, 2018).

Tabel 2.1 Standar Mutu POC Permentan No. 70/permentan/SR.140/10/2011


No Parameter Standar Mutu

.
1. N total 3-6%
2. P2O5 total 3-6%
3. K2O total 3-6%

Sumber : Peraturan Menteri Pertanian (2011).

2.1.2. Kandungan Pupuk Organik Cair

a. Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan unsur penting dalam pembentukan klorofil,

protoplasma, protein, dan asam-asam nukleat. Unsur ini mempunyai peranan

yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan hidup.

Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4 + atau NO3",

yang dipengaruhi oleh sifat tanah, jenis tanaman dan tahapan dalam
8

pertumbuhan tanaman. Pada tanah dengan pengatusan yang baik N diserap

tanaman dalam bentuk ion nitrat, karena sudah terjadi perubahan bentuk NH4

+menjadiNO3, sebaliknya pada tanah tergenang tanaman cenderung menyerap

NH4 +. N adalah unsur yang mudah menguap, sehingga tanaman seringkali

mengalami defisiensi (Fahmi, 2010).

Atmosfer tersusun oleh 80% gas nitrogen (N2), tetapi nitrogen dalam

bentuk N2 tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh sebagian besar

organisme hidup seperti tanaman. Nitrogen merupakan hara makro yang

paling penting untuk pendukung pertumbuhan tanaman. Nitrogen yang

terkandung di dalam jaringan tanaman cukup tinggi, yaitu sekitar 2% dari

bobot kering total tanaman dan merupakan komponen protein, asam nukleat,

koenzim, dan beberapa senyawa metabolit sekunder (Sabilu, 2015).

Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pangan (2015) peranan utama

nitrogen (N) bagi tanaman yaitu untuk merangsang pertumbuhan secara

keseluruhan , khususnya pada batang, cabang, dan daun. Nitrogen juga

berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam

proses fotosintesi. Fungsi lain dari nitrogen ialah membentuk protein, lemak,

dan berbagai persenyawaan lainnya.

b. Fosfor (P)

Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer

energi (ATP dan nukleoprotein lain), untuk sistem informasi genetik (DNA

dan RNA), untuk membran sel (fosfolipid), dan fosfoprotein. Tanaman

menyerap P dalam bentuk ortofosfat primer (H2PO4) dan sebagian kecil


9

dalam bentuk ortofosfet sekunder (HPO4). Bentuk P dalam tanah dapat dibagi

dalam dua kategori, yaitu organik dan anorganik. Proporsi kedua bentuk P

tersebut sangat bervariasi dengan nilai P-organik antara 5-80% (Fahmi, 2010).

Unsur P merupakan suatu unsur penting bagi semua aspek kehidupan

terutama dalam transformasi energi metabolik. Unsur P juga merupakan

penyusun ikatan pirofosfat dari ATP (Adenosine Tri Phosphat) yang kaya

energi dan merupakan bahan bakar untuk semua kegiatan biokimia di dalam

sel hidup serta merupakan penyusun sel yang penting. Fosfat (P) adalah

bentuk dari fosfor yang bermanfaat bagi tumbuhan (Kushartono, 2009).

Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pangan (2015) unsur fosfor (P)

bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar

benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah

untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan

pernapasan, serta mempercepat pembungaan, permasalan biji, dan buah.

c. Kalium (K)

Kalium diperlukan tanaman untuk berbagai fungsi fisiologis, termasuk

di dalamnya adalah metabolisme karbohidrat, aktivitas enzim, regulasi

osmotik, efisiensi penggunaan air, serapan unsur nitrogen, sintesis protein, dan

translokasi asimilat. Kalium juga mempunyai peranan dalam meningkatkan

ketahanan terhadap penyakit tanaman tertentu dan perbaikan kualitas hasil

tanaman (Gunandi, 2009).

Kalium sangat dibutuhkan oleh tanaman karena kalium mampu

menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu dan meningkatkan


10

sistem perakaran. Selain itu, kalium juga cenderung menghalangi efek rebah

(lodging) tanaman dan melawan efek buruk yang disebabkan oleh kelebihan

nitrogen. Kalium bekerja berlawanan dengan pengaruh kematangan yang

dipercepat oleh fosfor dan memberikan efek keseimbangan baik pada nitrogen

maupun pada fosfor, oleh karena itu kalium sangat dibutuhkan dalam pupuk

campuran (Sabilu, 2015).

Fungsi kalium bagi tanaman yaitu mengaktifkan kerja beberapa enzim

yang berperan untuk mempercepat reaksi-reaksi metabolisme. Kalium juga

dapat berperan penting dalam proses fotosintesis pada tanaman dan memacu

translokasi asimilat dari daun ke organ tanaman lainnya, terutama ke organ

tanaman yang menyimpan cadangan makanan. Kalium juga membantu

memelihara potensial osmotik sel dan beperan dalam proses pengambilan air

oleh tanaman (Mare, 2015).

2.2. Deskripsi Tanaman Gulma Siam

Gulma siam atau dalam bahasa Inggris disebut siam weed (C. odorata

(L) R.M King and H. Robinson) merupakan salah satu gulma padang rumput

yang penting di Indonesia, di samping saliara (Lantana camara). Gulma ini

diperkirakan tersebar di Indonesia sejak tahun 1910-an, namun keberadaannya

kurang mendapat perhatian , kecuali oleh kalangan perkebunan karet, karena

selain merupakan gulma padang rumput, gulma siam juga salah satu gulma

yang merugikan perkebunan karet (Prawiradiputra, 2007).

Menurut Munippan (2000) Gulma siam telah menyebar dari Asia tropik

ke Afrika, Pasifik Barat dan sebagian kecil daerah Australia utara dan tumbuh
11

mencapai tinggi 3 m. Gulma siam merupakan gulma utama pada pertanaman

kelapa sawit, kelapa, kacang mete, karet, dan jeruk. Gulma siam dapat

menghasilkan senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan

tanaman lainnya.

2.2.1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdevision : Spermathopyta
Devision : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Species : Chromolaena odorata (L.) R.M King & H.
Robinson. – Jack in the bush P

2.2.2. Morfologi
Gulma siam termasuk dalam keluarga Asteraceae/Compositae.

Daunnya berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, dan semakin ke ujung

semakin runcing. Panjang daun 6 – 10 cm dan lebarnya 3 – 6 cm. Tepi daun

bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak daun juga berhadap-hadapan.

Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal). Setiap karangan terdiri

atas 20 – 35 bunga. Warna bunga selagi muda kebiru-biruan, semakin tua

menjadi coklat (Prawiradiputra, 2007).

Perkembangan gulma siam sangat cepat dan membentuk komunitas

yang rapat sehingga dapat menghalangi perkembangan tumbuhan lain. Pada

komunitas yang rapat, kepadatan tanaman bisa mencapai 36 tanaman

dewasa/m ditambah dengan sekitar 1.300 kecambah, padahal setiap tanaman

dewasa masih berpotensi untuk menghasilkan. Kemampuannya mendominasi


12

area dengan cepat disebabkan oleh produksi bijinya yang sangat banyak.

Setiap tumbuhan guma siam dewasa mampu memproduksi sekitar 80.000 biji

setiap musim (Thamrin, 2013).

Gambar 2.1.. Bentuk daun dan Bunga Gulma Siam (Data Primer, 2020).

Menurut Thamrin (2013), tinggi gulma siam dewasa bisa mencapai 5 m,

bahkan lebih. Batang muda berwarna hijau dan agak lunak yang kelak akan

berubah menjadi coklat dan keras (berkayu) apabila sudah tua. Letak cabang

biasanya berhadap-hadapan (oposit) dan jumlahnya sangat banyak.

Percabangannya yang rapat menyebabkan berkurangnya cahaya matahari ke

bagian bawah, sehingga menghambat pertumbuhan spesies lain, termasuk

rumput yang tumbuh di bawahnya. Dengan demikian gulma ini dapat tumbuh

sangat cepat dan mampu mendominasi area dengan cepat pula.

Kemampuannya mendominasi area dengan cepat ini juga disebabkan oleh

produksi bijinya yang sangat banyak.


13

2.2.3. Bioekologi

1. Habitat

Gulma siam dapat tumbuh di tempat-tempat terbuka seperti lahan depan

atau belakang rumah, lahan perkebunan, di pinggir jalan, tanah terlantar,

padang rerumputan dan lain sebagainya dan biasanya tanaman ini tumbuh liar

dan dianggap sebagai tanaman pengganggu bagi para petani.

Menurut Prawiradiputra (2007) Gulma siam berasal dari Amerika

Tengah, tetapi kini telah tersebar di daerah-daerah tropis dan subtropis. Gulma

ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan akan tumbuh lebih baik

lagi apabila mendapat cahaya matahari yang cukup. Kondisi yang ideal bagi

gulma ini adalah wilayah dengan curah hujan > 1000 mm/tahun. Dengan

demikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka

seperti padang rumput, tanah terlantar dan pinggir-pinggir jalan yang tidak

terawat. Gulma ini tidak tahan naungan sehingga tidak ditemukan di hutan-

hutan yang tertutup, namun walaupun demikian di Indonesia dan di berbagai

negara lain di Asia, gulma siam banyak ditemukan di perkebunan-perkebunan

seperti karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mente dan sebagainya.

2. Penyebaran

Gulma siam (C. odorata ( L.) RM King & H. Robinson adalah tanaman

asli dari bagian tenggara Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, Amerika

Tengah, dan Amerika Selatan tropis. Spesies ini telah menjadi invasif gulma

penting di seluruh daerah tropis Afrika, Asia dan Oseania. Gulma ini

kemudian menyebar ke daerah tropis Asia, Afrika, dan Pasifik, dan


14

digolongkan sebagai gulma invasif. Gulma siam berupa semak berkayu yang

dapat berkembang dengan cepat dan membentuk kelompok yang dapat

mencegah perkembangan tumbuhan lainnya sehingga sangat merugikan

karena dapat mengurangi daya tampung padang penggembalaan. Gulma ini

merupakan pesaing agresif dan diduga memiliki efek alelopati, menyebabkan

keracunan bahkan kematian pada ternak, serta dapat menimbulkan bahaya

kebakaran (Thamrin, 2013).

Gulma siam menyebar di kepulauan Indonesia sejak Perang Dunia II.

Dengan penyebaran itu kini gulma siam dapat dijumpai di semua pulau-pulau

besar di Indonesia. Di lain pihak memperkirakan gulma siam telah ada di

Indonesia sebelum tahun 1912. Namun demikian, laporan pertama yang

menyangkut kerugiannya terhadap ternak baru dilaporkan pada tahun 1971,

yaitu mengenai keberadaan gulma siam di cagar alam Pananjung, Jawa Barat,

yang merugikan banteng di suaka alam tersebut karena rumput pakannya

berkurang akibat invasi gulma berkayu ini. Gulma siam tidak hanya

ditemukan di Pulau Jawa, tetapi juga ditemukan di seluruh Indonesia seperti di

Sumatera, di Kalimantan, di Lombok, Sumbawa, Flores, Timor, Sulawesi dan

Irian Jaya (Prawiradiputra, 2007).

3. Manfaat dan Kandungan Gulma Siam

Gulma siam atau tumbuhan pengganggu yang merugikan tanaman

budidaya di sekitarnya karena tumbuhan ini merupakan kompetitor dalam

penyerapan air dan unsur hara, sehingga menyebabkan penurunan hasil yang

sangat tinggi pada tanaman perkebunan seperti karet, kelapa, sawit, dan jambu
15

mete. Namun di sisi lain, tumbuhan gulma siam ini ternyata memiliki berbagai

potensi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti pupuk organik,

biopestisida, serta obat, dan uniknya gulma ini dapat membasmi gulma jenis

lain sehingga dapat digunakan sebagai herbisida (Bete, 2018).

Menurut Nugroho (2019) gulma siam merupakan salah satu gulma yang

sangat potensial sebagai bahan pembuatan kompos untuk pengembangan

bawang merah organik di Indonesia. Secara kuantitatif gulma siam mampu

menghasilkan biomas yang sangat tinggi mencapai 80 ton biomas segar ha-1

pada kerapatan mencapai 24-37 individu m-2 dan secara kualitatif gulma siam

mengandung unsur hara yang tinggi yaitu masing- masing 2.56% N, 0.38% P,

dan 2.41% K dengan rasio C/N di bawah titik kritis sehingga mudah dan cepat

termineralisasi.

Salah satu alternatif sebagai sumber bahan organik yang potensial

adalah gulma siam (C. odorata). Gulma siam cukup potensial untuk

dimanfaatkan sebagai sumber bahan organic karena produksi biomassanya

tinggi. Pada umur 6 bulan C. odorata dapat menghasilkan biomassa sebesar

11,2 ton/ha, dan setelah umur 3 tahun mampu menghasilkan biomassa sebesar

27,7 ton/ha. Biomassa gulma siam mempunyai kandungan hara yang cukup

tinggi (2,65 % N, 0,53 % P dan 1,9 % K) sehingga biomassa gulma siam

merupakan sumber bahan organik yang potensial (Kastono, 2005).

2.3. Deskripsi Tanaman Terong Ungu

Terong ungu (S. melongena) merupakan salah satu jenis terong yang

popular di Indonesia khususnya di Gorontalo dibandingkan dengan jenis


16

terong yang lainnya. Pembudidayaan terong ungu di Gorontalo belum terlalu

intensif padahal saat ini permintaan pasar terhadap terong ungu sangat tinggi.

Menurut Setiawan (2019) terong ungu (S. melongena) adalah salah satu

jenis sayuran yang banyak disukai masyarakat Indonesia dan merupakan

tanaman tropis. Terong ungu memiliki potensi yang besar untuk

dikembangkan karena kebutuhan pasar yang tinggi. Konsumsi terung pada

tahun 2016 dan 2017 yaitu 2.5 kg per kapita per tahun. Produksi terong

Indonesia dengan penanaman di lahan terbuka yaitu 545 646 ton, sedangkan

produktivitasnya sebesar 10.8 ton ha.

Menurut Huruna (2015) terung ungu merupakan salah satu jenis

tanaman sayuran yang digemari oleh masyarakat karena selain memiliki rasa

yang enak, juga banyak mengandung vitamin dan gizi seperti; vitamin A,

vitamin B, vitamin C, kalium, fosfor, zat besi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Selain itu, terung juga mempunyai khasiat sebagai obat karena mengandung

alkaloid, solanin, dan solasodin yang berfungsi sebagai bahan baku

kontrasepsi oral. Buah terung juga diekspor dalam bentuk awetan, terutama

jenis terung ungu.

2.3.1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnolipsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
17

2.3.2. Morfologi Terong Ungu


a. Akar

Akar tanaman terong ungu termasuk dalam akar tunggal. Akar tanaman

ini bercabang-cabang dan memiliki bentuk seperti rambut ikal serta setiap

akar memiliki ukuran yang bervariasi. Warna akar dari tanaman ini berwarna

putih kecoklatan.

Gambar 2.2. Akar Terong Ungu (Data Primer, 2020).

Menurut Rukmana (2002) tanaman terong ungu memiliki akar tunggal

dan bercabang-cabang, akar yang dapat menembus ke dalam tanah sekitar 80-

100 cm. Akar-akar yang tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius 40-80

cm dari pangkal batang tergantung dari umu tanaman dan kesuburan tanah

b. Batang

Terong ungu memiliki batang berkayu dan bercabang-cabang. Bentuk

batang terong ungu umumnya bulat dan memiliki warna ungu kehijauan.

Pada permukaan kulit batang ataupun cabang terong ungu tertutup oleh buku-
18

buku halus. Tanaman terong ungu memiliki tinggi antara 78 – 90 cm dengan

diameter 1 – 2 cm.

Gambar 2.3. Batang Terong Ungu (Data Primer, 2020).

Batang terong ungu pada umumnya rendah (pendek), berkayu dan

bercabang dengan tinggi batang tanaman bervariasi antara 50-150 cm

tergantung pada jenis varietasnya. Permukaan kulit batang, cabang, ataupun

dau tertutup oleh bulu-bulu halus. Tinggi tanaman terong ungu bisa mencapai

40-150 cm dan memiliki daun berukuran panjang 10-20 cm dan lebar 5-10

cm. bunga berwarna putih hingga berwarna ungu serta memiliki lima

mahkota bunga. Berbagai varietas tanaman terong ungu tersebar luas di

dunia, perbedaanya terletak pada bentuk, ukuran dan warna (Rukmana,

2002).

c. Daun

Daun terong ungu termasuk dalam jenis daun menyirip dengan bentuk

semi bulat, ujung daun meruncing, dan tepi daun bergelombang. Daun terong

ungu berwarna hijau dan pada permukaan kulit daun tertutupi oleh buku-
19

buku halus. Daun terong ungu memiliki ukuran panjang ± 24 cm dan lebar ±

17 cm.

Gambar 2.4. Daun Terong Ungu (Data Primer, 2020).

Menurut Rukmana (2002) bentuk daun terong terdiri dari atas tangkai

daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun seperti ini lazim dikenal

dengan nama daun bertangkai. Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi

agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya berkisar antara 5 –8

cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun, tulang cabang, dan urat-urat

daun. Ibu tulang daun merupakan perpanjangan dari tangkai daun yang makin

mengecil kearah pucuk daun. Lebar helaian daun 7 –9 cm atau lebih sesuai

varietasnya. Panjang daun antara 12 -20 cm. Bagun daun berupa belah

ketupat hingga oval, bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan

sisi bertoreh.

d. Buah
20

Terong ungu memiliki bentuk buah silindris dan ujung tumpul dengan

warna ungu mengkilap dan daging buah berwarna hijau muda. Ukuran dari

bauh terong ungu bervariasi berkisaran antara panjang ± 24 cm dan diameter

±3,6 cm dengan jumlah buah pertandan mencapai 4 – 5 buah.

Menurut Samadi (2001) buah terong memiliki bentuk, ukuran dan

warna kulit yang beragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk buah terung ada

yang bulat, bulat panjang, dan setengah bulat. Ukuran buahnya antara kecil,

sedang sampai besar. Sedangkan warna kulit buah umumnya ungu tua, ungu

muda, hijau, hijau keputihan, putih 9 dan putih keunguan. Buah terung

merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak dan berair. Daun

kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan. Buah

menggantung pada bagian tangkai. Dalam satu tangkai

Gambar 2.5. Buah terong ungu (Weese, 2010).

e. Bunga
21

Terong ungu memiliki bunga dengan jenis bunga banci dengan bentuk

persegi enam berwarna ungu pada mahkota bunganya dan ditengahnya

(benang sari) berwarna kuning.

Terong merupakan salah satu tanaman yang memiliki bunga berkelamin

dua, dalam satu bunga terdapat kelamin jantan (benang sari) dan betina

(putik), bunga ini sering disebut juga bunga sempurna. Bunga terong

berwarna ungu ada pula yang berwarna putih. Pada saat bunga mekar, bunga

mempunyai diameter rata-rata 2-3 cm dan letaknya menggantung. Mahkota

bunga berwarna ungu cerah, jumlahnya 5-8 buah, dan tersusun rapi

membentuk bangun bintang. Bunga terong bentuknya mirip bintang berwarna

ungu atau lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung

tidak mekar secara serempak dan penyerbukan bunga dapat berlangsung

secara silang ataupun menyerbuk sendiri (Soetasad, 2003).

Gambar 2.6. Bunga terong ungu (Weese, 2010).


22

f. Biji
Terong ungu memiliki biji di dalam buah. Dalam satu buah terong dapat

mengahsilkan biji yang sangat banyak dan memiliki ukuran kecil berbentuk

pipih serta berwarna coklat muda.

Gambar 2.7. Biji Terong Ungu (Data Primer, 2020).

Menurut Rukmana (2002) buah terong ungu menghasilkan biji yang

berukuran kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna coklat muda. Biji

merupakan alat reproduksi atau perbanyakan secara generatif.

2.3.3. Bioekologi

1. Persebaran

Terong ungu (S. melongena) adalah tanaman yang agronomis untuk

ditanam memiliki buah berbentuk oval besar. Terong adalah tanaman asli dari

India dan China. Tanaman ini diperkenalkan ke Eropa oleh pedagang Arab

dan kemudian dibawa ke Amerika Utara oleh pemukim Eropa awal (Magioli,

2005).Menurut Rukmana (2002) pengembangan budidaya terong ungu paling

pesat di Asia Tenggara. Indonesia mulai mengembangkan terong ungu

diperkirakan sekitar tahun 1960-an. Pada periode tahun 1961-1970 meningkat

pesat menjadi 46.791 hektar. Pengembangan budidaya terong ungu sangat

baik di dataran rendah. Hampir semua provinsi di Indonesia pada tahun 1991
23

membudidayakan terong ungu. Sentral pertanaman terong ungu masih terpusat

di pulau Jawa dan Sumatera. Lima provinsi yang paling luas areal pertanaman

terong ungu adalah provinsi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Bengkulu, Jawa

Timur dan Jawa Tengah.

2. Habitat dan Syarat tumbuh

Terong ungu dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran tinggi

maupun di dataran rendah ±1.000 meter dari permukaan laut. Jenis tanah yang

dikehendaki oleh terong ungu yaitu tanah lempung berpasir, subur, kaya akan

bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta pada pH antara 6,8- 7,3.

Berikut adalah syarat tumbuh dari terong ungu :

a. Cuaca atau iklim

Tanaman terong ungu dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran

rendah sampai dataran lebih kurang 1.000 meter dari permukaan laut (mdpl)

dan menghendaki keadaan suhu udara antara 22ºC-30ºC. terong ungu cock

ditanam pada cuaca panas dan iklimnya kering atau pada saat musim kemarau.

Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat proses

pembungaan ataupun pembuahan, namun bila suhu udara tinggi (diatas 32ºC)

pembungaan dan pembuahan terung akan terganggu yakni bunga dan buah

akan berguguran. Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman dan pencapaian fase vegetatif tanaman pada terung.

Lingkungan tumbuh yang memiliki rata-rata temperatur yang tinggi dapat

mempercepat pembungaan dan umur panen menjadi lebih pendek (Samadi,

2001).
24

b. Keadaan tanah
Tanaman terong ungu dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah

dengan keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terong ungu yaitu jenis

tanah lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organic, aerasi dan drainase

baik, serta pH Antara 6,8-7,3. Pada tanah yang asam pH kurang dari 5 perlu

dilakukan pengapuran. Bahan kapur untuk pertanian pada umunya berupa

kalsir (CaCO3), dolomite atau kapur (CaO) dengan jumlah kapur yang

dibutuhkan dalam menaikkan pH tanah tergantung pada jenis dan derajat

keasaman tanah itu sendiri. Pengapuran biasanya dilakukan sekitar dua

minggu sebelum tanam (Rukmana, 2002).

3. Kandungan Terong Ungu

Menurut Kowalski (2005), S. melongena merupakan salah satu sumber

antioksidan alami yang mengandung senyawa golongan asam phenolat yaitu

caffeic, P-coumaric, ferulic, gallic, protocatechnic dan asam p-

hydroxybenzoic. Selanjutnya dikatakan dalam 100 gram terong ungu

mengandung 1,4 % protein, 0,3% lemak, > 4,32% KH, 30 % bahan kering,

220mg K. Kandungan K dalam terong ungu cukup untuk memenuhi 10 %

kebutuhan harian manusia untuk potasium. Senyawa yang ada dalam terong

ungu adalah campesterol, sitosterol, stigmasterol dan sejumlah kecil kolesterol

serta antosianin.

2.4. Effective microorganism-4 (EM-4)

Effective microorganism-4 (EM-4) merupakan kultur campuran dari

mikrooganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM-4


25

diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keanekaragaman

mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat

meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi

tanaman. Pencampuran bahan organik seperti pupuk kkandang atau limbah

rumah tangga dan limbah pertanian dengan EM-4, merupakan pupuk organic

yang sangan efektif untuk meningkatkan produksi pertanian. Campuran ini

disamping digunakan sebagai stater mikroorganisme yang menguntungkan

yang ada didalam tanah juga dapat memberikan respon posistif terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Siswati, 2009).

Penggunaan effective microorganisme 4 (EM4) bagi tanaman tidak

akan berefek secara langsung. EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu

ditambahkan bahan organik yang berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4

akan mempercepat fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang

terkandung akan terserap dan tersedia bagi tanaman. EM4 juga sangat efektif

digunakan sebagai pestisida hayati yang bermanfaat untuk meningkatkan

kesehatan tanaman EM4 dan juga bermanfaat untuk sektor perikanan maupun

peternakan (Meriatna, 2018).

Menurut Siswati (2008) EM-4 diformulasikan dalam bentuk cairan

berwarna coklat kekuningan, berbau asam karena memiliki pH 3,5 dan

menggandung beberapa bakteri seperti 90% bakteri Lactobascillu sp, bakteri

fotosintetik, Streptomyces sp, dan yeast yang bekerja secara sinergi untuk

menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Selain itu, EM-

4 memiliki sifat yang cukup unik kaena dapat menetralkan bahan organic atau
26

tanah yang bersifat asam maupun basa. Mikrooganisme tersebut dalam fase

istirahat dan apabila diaplikasikan dapat dengan cepat menjadi aktif

merombak bahan organik dalam tanah dan hasil rombakan bahan organik

tersebut berupa senyawa organik, antibiotik (alkohol dan asam laktat), vitamin

(A dan C), serta polisakarida.

Menurut Meriatna (2018) kelebihan dari EM4 ini adalah mampu

mempercepat proses pembentukan pupuk organik dan meningkatkan

kualitasnya, mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik serta

menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Adapun manfaatnya tidak

lepas dari masing-masing mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 di

dalam tanah adalah sebagai berikut :

a. Bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp)

b. Bakteri asam laktat (Lactobacillus)

c. Streptomycetes s.p

d. Actinomicetes

e. Ragi/yeast

2.5. Implementasi Penelitian dalam Pendidikan

Penelitian pertumbuhan tanaman terong ungu (S. melongena) dengan

pemberian pupuk organik cair daun gulma siam (C. odorata) dapat

diimplementasikan sebagai Buku Praktis yang akan disosialisasikan dan dapat

digunakan oleh petani maupun masyarakat. Hasil penelitian yang akan

dicantumkan dalam buku praktis berupa kajian pembuatan pupuk organik cair
27

dari gulma siam, tumbuhan terong ungu, tahap persiapan penelitian dan

pengukuran dalam pengambilan data.

2.6. Kerangka Berfikir

Penggunaan pupuk saat ini sangat dibutuhkan oleh tanaman karena bisa

menambah unsur hara NPK selain dari tanah dan membantu pertumbuhan

tanaman budidaya. Pupuk yang beredar saat ini terdiri dari dua jenis yaitu

pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik terbuat dari bahan-

bahan kimia yang terdiri dari pupuk NPK, Urea, ZA, SP36, KCL dan ZK,

sedangkan pupuk organik biasanya terbuat dari bahan-bahan alam seperti sisa

kotoran makhluk hidup, sampah rumah tangga, ataupun tumbuhan dan

dedanuan seperti daun gulma siam baik dalam bentuk padat maupun cair.

Pupuk berbahan dasar daun gulma siam yang sudah selesai difermentasi

mengandung unsur hara NPK yang dibutuhkan tanaman, kemudian akan

diaplikasikan pada tanaman terong ungu dengan konsentrasi yang berbeda lalu

mengukur parameter tanaman berupa tinggi tanaman, jumlah daun, panjang

daun, lebar daun, jumlah buah per tanaman, panjang buah per tanaman, dan

berat buah per tanaman. Setelah itu akan dilakuakan uji statistik untuk melihat

konsentrasi pupuk cair daun gulma siam yang memberikan hasil pertumbuhan

paling baik.
28

Pupuk

Anorganik Organik

NPK Daun Gulma Siam


Urea (C. odorata)
ZA Biomassa 11,2
ton/ha sampai
SP36 27,7 ton/ha,
KCL Fermentasi menjadi 2,81% N, 0,236%
pupuk cair P serta 1,92% K
ZK (Kastono, 2005)

Unsur Nitrogen, Fosfor,


Kalium
Konsentrasi yang
tepat
Terong Ungu

Output Penelitian

Parameter pengukuran
Buku Panduan (Tinggi tanaman, Jumlah
daun, Panjang daun, Lebar
daun, Jumlah buah, Panjang
buah, dan Berat buah

Tidak Diteliti
Ket :

Diteliti
29

Gambar 2.8. Kerangka Berfikir

2.7. Hipotesis

Anda mungkin juga menyukai