Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Proyek Sains Tumbuhan

BI 2204
Pengamatan Perkecambahan, Pertumbuhan, dan Nutrisi Tanaman pada
Kale (Brassica oleracea var.Sabellica)

Oleh:
Mathew Theo Wijaya
10619033
Kelompok 6

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
a. Perkecambahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkecambahan merupakan proses metabolisme biji hingga dapat menghasilkan
pertumbuhan. Presentase perkecambahan adalah presentase kecambah normal yang dapat
dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada
kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan (Purnobasuki,
2012). Faktor yang mempengaruhi perkecambahan ada 2 yaitu faktor dalam berupa gen,
persediaan makanan dalam biji, hormon, ukuran, dan kekerasan biji, dormansi dan faktor luar
yaitu air, temperatur, oksigen, dan medium.
b. Hidroponik dan faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Prihmantoro (2001), hidroponik adalah sebuah teknologi bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah. Media menanam digantikan dengan media tanam lain seperti rockwool,
arang sekam, zeolit, dan berbagai media yang ringan dan steril untuk digunakan. Hal
terpenting pada hidroponik adalah penggunaan air sebagai pengganti tanah untuk
menghantarkan larutan hara ke dalam akar tanaman. Menurut Praskoso (2010), terdapat enam
jenis sistem hidroponik yang saat ini dapat diaplikasikan yaitu sistem wick, sistem rakit
apung, sistem NFT, sistem irigasi tetes, sistem pasang surut, dan aeroponik. Faktor-faktor
yang mempengaruhi hidroponik antara lain air baku, mineral atau nutrisi pupuk, media
tanam, oksigen, pembibitan.
c. Aplikasi percobaan diluar praktikum
Setelah mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi hidroponik, ternyata terdapat
masalah lain yang yang dapat mengganggu pertumbuhan dari tanaman hidroponik ini yaitu
hama. Hama yang biasa mengganggu tanaman hidroponik pada umumnya adalah lalat. Pada
umumnya segala permasalahan yang datang dari faktor eksternal dapat dicegah dengan
dibuatnya green house. Namun pembuatan green house membutuhkan biaya yang cukup
besar hingga jutaan meskipun ukurannya tidak terlalu besar. Sehingga dicari cara lain yang
lebih murah tetapi hama tidak lagi menyerang.
Salah satu cara pencegahan dari serangan hama adalah dengan aplikasi petrogenol.
Petrogenol adalah atraktan lalat yang sangat ampuh. Hama yang paling utama dan paling
sering menyerang tanaman adalah lalat, karena lalat ini yang membawa bibit penyakit, telur –
telur serangga dan sejenisnya, sehingga bisa berkembang biak di sekitar tanaman. Petrogenol
akan menarik minat lalat untuk hinggap di petrogenol, sehingga tanaman akan tetap aman
dari serangan hama.
2.1 Tujuan
a. Menentukan pengaruh cahaya dan kepadatan benih terhadap perkecambahan biji kale
(Brassica oleracea var. Sabellica)
b. Menentukan pengaruh kepadatan benih dan kandungan nutrisi terhadap pertumbuhan
kale (Brassica oleracea var. Sabellica) menggunakan medium hidroponik
3.1 Hipotesis
a. Benih dengan pendapatan cahaya yang cukup terang akan memiliki potensi dan daya
kecambah yang baik dibandingkan dengan benih yang tidak mendapat kondisi
pencahayaan yang baik.
b. Menurut data referensi, perbandingan nutrisi 0.25x merupakan perbandingan yang
paling ideal untuk pertumbuhan fisiologis tumbuhan spesimen.

BAB II. Tinjauan Pustaka


2.1 Klasifikasi dan deskripsi tumbuhan kale (Brassica oleracea var. Sabellica)
Berikut adalah klasifikasi dari tanaman kubis (B. oleraceae) kelompok Sabellica
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea L. (Simpson,2006)
Variasi : Sabellica
Kepala kubis paling tepat digambarkan sebagai tunas akhir tunggal yang besar, yang
terdiri atas daun yang saling tumpang tindih secara ketat, yang 6 menempel dan melengkapi
batang pendek tidak bercabang. Tinggi tanaman umumnya berkisar 40-60 cm. Pertumbuhan daun
memanjang dan tiarap. Daun berikutnya secara progresif lebih pendek, lebih lebar, lebih tegak,
dan mulai menindih daun yang lebih muda. Bersamaan dengan pertumbuhan daun, batang juga
lambat lahun juga akan memanjang dan membesar pertumbuhan kepala bagian dalam yang terus
berlangsung hinnga melewati fase matang (keras) dapat menyebabkan pecahnya kepala. Variabel
komoditas yang penting adalah ukuran kepala, kerapatan, bentuk, warna, dan periode
kematangan. Bentuk kepala berkisar elips meruncing hingga gepeng, dengan bentuk yang paling
disukai adalah bundar atau hampir bundar, warna daun beragam mulai dari hijau muda hinga
hijau-biru tua dan juag ungu kemerahan tekstur daun licin atau kusut (Rubatzky et al.,1998).
2.2 Mekanisme perkecambahan biji
Berikut proses daripada pembentukan perkecambahan biji:
 Kondisi lingkungan mendukung: Agar terjadi perkecambahan, kondisi lingkungan harus
mendukung untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kedalaman tanah, jumlah air, dan suhu
merupakan kondisi kritis yang harus dipenuhi agar proses perkecambahan dapat dimulai.
Pada umumnya, kondisi tanah harus lembab dan hangat.
 Imbibisi air: Ketika kondisi lingkungan optimal, perkecambahan dimulai dengan proses yang
disebut imbibisi air. Benih menyerap air melalui struktur yang disebut mikropil, yang
menyebabkan pembengkakan benih sampai terbuka.
 Pembentukan Akar dan Tunas: Setelah benih pecah, radikula (akar primer) dan bulu kecil
(pucuk) dapat muncul dari benih. Proses ini dimulai oleh enzim spesifik yang menjadi aktif
saat benih terkena air. Akar tumbuh ke bawah, dan tunas tumbuh ke atas menuju permukaan
tanah.
 Pembentukan akhir bibit: Setelah tunas muncul dari permukaan tanah, kotiledon menjadi
terbuka sepenuhnya dan mengembang, akhirnya membentuk daun pertama. Setelah ini
terjadi, tanaman siap untuk memulai fotosintesis dan dianggap sebagai bibit.
2.3 Pengaruh cahaya dan pengaruh kepadatan benih terhadap perkecambahan biji
Cahaya merupakan salah satu faktor luar yang mempengaruhi tumbuhan selama proses
pertumbuhan dan perkembangan, serta merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Tanpa
cahaya, tumbuhan tidak akan mampu berfotosintesis dengan baik dan menyebabkan tumbuhan
terganggu pertumbuhannya. Cahaya bermanfaat bagi pertumbuhan terutama sebagai energi yang
nantinya digunakan untuk proses fotosintesis klorofil. Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai
penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu
difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Sehingga, proses perkecambahan yang
dibedakan di tempat yang gelap akan menyebabkan terjadinya etiolasi.
Menurut Silvikutur (2007) cahaya berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar dan
perluasan atau tidak bergulungnya daun. Daun berusaha mendapatkan lebih banyak cahaya untuk
proses potosintesis . Cahaya akan menghambat pertumbuhan batang sehingga pada bagian batang
yang tidak terkena cahaya menjadi lebih panjang. Cahaya juga mempengaruhi pertumbuhan
xilem sehingga mempengaruhi perkembangan batang. Selain berpengaruh terhadap proses
fotosintesis, cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan.
Keadaan gelap berpengaruhterhadap bentuk luar tumbuhan dan laju perpanjangannya. Tumbuhan
yang diletakkan ditempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang
terkenacahaya. Tumbuhan yang diletakkan ditempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang
diletakkan di tempat yang terkenacahaya. Akan tetapi tumbuhan menjadi pucat karenakekurangan
klorofil, kurus, dan daun tidak berkembang. Tumbuhan dengan keadaan demikian, disebut
dengan etiolasi. Dalam keadaan tidak ada cahaya, auksin merangsang pemanjangan sel-sel
sehingga tumbuh lebih panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak cahaya auksin mengalami
kerusakan sehingga pertumbuhan terhambat. Cahaya menyebabkan auksin rusak terdispersi ke
sisi gelap. Laju tumbuh memanjang pada tumbuhan dengan segera berkurang sehingga batang
lebih pendek, namun tumbuhan lebih kokoh, daun berkembang sempurna, dan berwarna hijau.
Selain berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, cahaya dibutuhkandalam proses fotosintesis.
Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil sehingga daun menjadi
pucat. Akan tetapi, jika intensitas cahaya terlalu tinggi,klorofil akan rusak (Silvikutur, 2007).
2.4 Pertumbuhan dan nutrisi yang diperlukan
Secara umum, pertumbuhan pada tumbuhan didefinisikan sebagai proses pembelahan dan
pemanjangan sel. Pertumbuhan tanaman dalam arti terbatas menunjuk pada pertambahan ukuran
yang tidak dapat balik, mencerminkan pertambahan protoplasma dan bobot kering pada tanaman.
Pertambahan bobot kering umumnya digunakan sebagai penunjuk ciri pertumbuhan karena pada
umumnya hal tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang paling besar. Adapun parameter
lain di antaranya adalah tinggi, volume, dan luas daun juga dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya pertumbuhan pada tanaman.
Tanaman merupakan mahkluk hidup yang membutuhkan unsur hara atau nutrisi tanaman
agar dapat tumbuh dengan baik. Namun, untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
tanaman tidak dapat mensuplai asupan nutrisi di sekitarnya secara langsung, maka tanaman harus
menyerap nutrisi dalam tanah dengan menyerap air melalui salah satu organnya yaitu akar dan
menyerap nutrisi dari udara dengan menyerap karbondioksida melalui daun. Semakin sedikit
jumlah nutrisi dalam media pertumbuhan tanaman tersebut, maka panjang akar akan semakin
melebar atau menyebar. Karena, pada hakikatnya tanaman sangat membutuhkan nutrisi tersebut,
akibatnya jika terjadi kekurangan maka bisa mengalami malnutrisi atau bahkan kematian.
Proses suplai dan absorpsi senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
metabolism disebut nutrisi, sementara senyawa kimia yang dibutuhkan oleh suatu orgnisme atau
tanaman disebut sebagai hara. Mekanisme yang mengubah hara menjadi bahan sel atau
menggunakan hara untuk keperluan yang membutuhkan energy disebut proses metabolisme.
Tanaman an memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk tumbuh, berkembang,
dan bereproduksi. Ketika tanaman mengalami malnutisi, maka ia akan menunjukkan gejala-gejala
yang tidak stabil. Terdapat dua kelompok nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, yaitu unsur
makro dan unsur mikro. Unsur makro merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam
kondisi atau jumlah yang banyak, contohnya adalah Oksigen, Karbon, Hidrogen, Nitrogen,
Kalsium, Kalium, Magnesium, Fosfor, dan Sulfur. Sementara unsur hara mikro di antaranya
adalah Molibdenum, Zink, Mangan, Besi, Boron, dan Klor.
2.5 Metode hidroponik yang digunakan
Microgreen merupakan jenis sayuran yang memiliki kandungan gizi dan vitamin yang
lebih tinggi dibandingkan sayuran yang ditanam biasa. Microgreen adalah tanaman muda, lunak,
serta tanaman yang dapat dimakan yang mana dipanen sebagai bibit. Produksi microgreen
membutuhkan lingkungan yang cukup perlindungan, seperti rumah kaca atau terowongan tinggi.
Dimungkinkan juga untuk memproduksi microgreen didalam ruangan dibawah lampu buatan.
Sejumlah besar sayuran, ramuan, tanaman agronomis dan varietas tanaman dapat digunakan
untuk budidaya microgreen. Pemilihan tanaman seringkali didasarkan pada warna, tekstur, rasa,
dan permintaan pasar. Seberapa cepat dan mudahnya benih berkecambah harus menjadi
pertimbangan lain. Tanaman microgeen memerlukan cahaya matahari tetapi tidak secara
langsung.
Tanaman microgreen juga memerlukan suhu antara 24 – 29 OC setiap saat. Jika suhu
berada diluar rentang tersebut, maka proses pertumbuhan dapat terhenti dan menimbulkan
kerusakan. Kelembaban tanah pada media tanam microgreen juga harus dijaga dengan
kelembaban yang sesuai yaitu 50%. Jika kelembaban tanah terlalu lembab (lebih dari 80%) atau
kering (kurang dari 30%), maka tanaman microgreen tidak tumbuh. Media tanam untuk menanam
perlu disterilkan dari gulma. Gulma dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman microgreen.
Sifat microgreen yang halus membutuhkan perlindungan dari hujan dan lingkungan tekanan
lainnya. Microgreen harus ditanam di rumah kaca, terowongan tinggi, struktur peneduh, atau
didalam ruangan. Microgreen dapat ditanam konvensional maupun hidroponik. Penanam harus
memperhatikan bahwa pupuk tidak diperlukan untuk microgreen yang tumbuh cepat seperti
brassica. Akan tetapi pupuk bisa membantu pertumbuhan tanaman microgreen yang lambat
seperti wortel, serai, dan bawang. Produksi microgreen umumnya menggunakan plastik datar
dengan lubang drainase di bagian bawahnya. Nampan dilapisi dengan serat steril. Microgreen
dengan sistem hidroponik dapat menggunakan agregat dengan rockwool sebagai media tumbuh.
Kepadatan benih yang optimal adalah yang memaksimalkan ruang produksi sambal menghindari
tegakkan yang sangat tebal sehingga batang menjadi memanjang atau masalah penyakit
berkembang. Yang terbaik adalah hanya menyemai satu jenis atau kultivar per media tanam.
Namun, jika lebih dari satu spesies akan diunggulkan di media tanam yang sama, tanaman harus
memiliki tingkat perkecambahan yang sama sehingga seluruh tanaman dapat dipanen pada waktu
yang bersamaan (Kaiser, 2018)

BAB III. Metodologi

3.1 Alat dan Bahan


a. Perkecambahan
Berikut alat dan bahan yang akan digunakan dalam modul ini:

Alat Bahan

Thinwall Biji kale (Braisica oleracea)


Pinset Media tanam: tisu dapur
Botol semprot Air
Gelas ukur  

Tabel 1.1 Alat dan Bahan modul Perkecambahan


b. Nutrisi dan Pertumbuhan
Beriku alat dan bahan yang akan digunakan dalam modul ini:

Alat Bahan

Thinwall Biji kale (Braisica oleracea)


Pinset Media tanam: tisu dapur
Botol semprot ABmix
Penggaris
Leaf Color Chart
Kertas Lakmus
Timbangan

Tabel 1.2 Alat dan Bahan modul Nutrisi dan Pertumbuhan


3.2 Cara Kerja
a. Perkecambahan
Baki pengecambah (thinwall) sebagai media yang akan digunakan disiapkan, masing-
masing praktikan menyediakan 3 baki pengecambah. Biji tanaman yang telah disediakan,
ditebarkan pada baki pengecambah dan ditutup plastik atau media lain. Baki pengecambahan
ditempatkan pada tempat yang teduh didalam ruangan atau sesuai perlakuan. Biji dianggap
telah berkecambah apabila radikula telah muncul. Pertumbuhan kecambah diamati setiap hari
selama 7 hari sejak biji ditaburkan pada medium. Perkecambahan biji dicatat dan
didokumentasikan setiap hari. Pengaruh suhu/cahaya/kepadatan biji terhadap perkecambahan
tanaman diamati.
b. Nutrisi dan Pertumbuhan
Bibit tanaman yang telah dikecambahkan pada bagian Perkecambahan disiapkan.
Media tanam pada bagi perkecambahan disiapkan sesuai dengan perlakuan. Baki
pengecambahan ditempatkan pada tempat yang teduh atau sesuai dengan perlakuan.
Medium dipastikan basah/lembap/sesuai perlakuan. Pengamatan diambil setiap 2 hari
selama 2 minggu. Pertumbuhan tanaman diamati secara kuantitatif dan kualitatif, seperti
tinggi tanaman, diameter batang, panjang internodus, jumlah daun, warna daun, luas
penutupan area, serta berat basah dan taruk akar serta pH tanaman. Pengamatan dicatat
dan didokumentasikan. Pengaruh media tanam dan lain-lain dianalisis.
BAB IV. Hasil pengamatan dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan

Grafik 1.1 Data Kompilasi Potensi Perkecambahan Angkatan beserta Jenis Perlakuan

Grafik 1.2 Data Kompilasi Daya Perkecambahan Angkatan beserta Jenis Perlakuan
Grafik 1.3 Rataan Tinggi Kecambah pada Pertumbuhan (Data Angkatan)

Grafik 1.4 Rataan Jumlah Daun Kecambah pada Pertumbuhan (Data Angkatan)
Grafik 1.5 Rataan pH Kecambah pada Pertumbuhan (Data Angkatan)

Grafik 1.6 Rataan Panjang Internodus Kecambah pada Pertumbuhan (Data Angkatan)
Tabel 2.1 Foto Warna dengan Leaf Color Chart

Kelompo Dokumentasi Daun


Deskripsi
k Gambar Daun Leaf color chart
Sampel daun dari perlakuan
Terang dengan kepadatan benih
1
sebanhyak 100 didapatkan
sampel daun 3

Sampel daun gelap dengan 50


2 benih masa pertumbuhan
didapati warna daun bernilai 3

Sampel daun didapat dari


perkecambahan dengan
3 perlakuan terang dengan 100
benih didapati warna sampel
daun bernilai 4

Sampel daun didapat dari


perkecambahan dengan
4
perlakuan terang, 50 benih.
Warna sampel daun bernilai 3
Sampel daun didapat dari
perkecambahan dengan
5
perlakuan terang, 100 benih.
Warna sampel daun bernilai 3

Sampel daun didapat dari


perkecambahan dengan
6
perlakuan terang 100 benih.
Warna sampel daun bernilai 4

Sampel daun didapat dari


perkecambahan dengan
7
perlakuan gelap, 100 benih.
Warna sampel daun bernilai 3.

Sampel daun didapat dari


perkecambahan pada kondisi
8
terang dan kepadatan 100 biji.
Warna sampel daun bernilai 3.
Sampel daun didapat dari
perlakuan terang dengan
9
kepadatan 100 biji. Warna
sampel daun bernilai 3

Sampel daun didapat dari


perlakuan terang dengan
10
kepadatan 100 biji. Warna
sampel daun bernilai 3

Sampel daun didapatkan dari


11 perlakuan terang kepadatan biji
50, warna daun bernilai 3

Sampel daun didapatkan dari


12 perlakuan terang kepadatan biji
100, warna daun bernilai 4
Sampel daun didapatkan dari
13 perlakuan gelap kepadatan biji
50, warna daun bernilai 3

Sampel daun didapatkan dari


14 perlakuan terang kepadatan biji
50, warna daun bernilai 3

4.2 Pembahasan
Proses pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan
merupakan faktor eksternal yang sangat mengganggu pertumbuhan tanaman apabila kondisi
lingkungan tidak sesuai dengan sifat tumbuh tanaman. Kondisi lingkungan ini meliputi intensitas
sinar matahari, temperatur, dan tekanan udara serta adanya mikroorganisme yang mengganggu
tanaman (Gardner, 1991). Menurut Silvikutur (2007) cahaya berpengaruh hampir dalam segala
aspek fisiologis perkembangan tumbuhan. Daun berusaha mendapatkan lebih banyak cahaya
untuk proses fotosintesis. Cahaya akan menghambat pertumbuhan batang sehingga pada bagian
batang yang tidak terkena cahaya menjadi lebih panjang. Keadaan gelap berpengaruh terhadap
bentuk luar tumbuhan dan laju perpanjangannya. Tumbuhan yang diletakkan ditempat gelap akan
tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya.. Akan tetapi
tumbuhan menjadi pucat karena kekurangan klorofil, kurus, dan daun tidak berkembang.
Tumbuhan dengan keadaan demikian, disebut dengan etiolasi. Dalam keadaan tidak ada cahaya,
auksin merangsang pemanjangan sel-sel sehingga tumbuh lebih panjang. Sebaliknya, dalam
keadaan banyak cahaya auksin mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan terhambat. Cahaya
menyebabkan auksin rusak terdispersi ke sisi gelap. Laju tumbuh memanjang pada tumbuhan
dengan segera berkurang sehingga batang lebih pendek, namun tumbuhan lebih kokoh, daun
berkembang sempurna, dan berwarna hijau. Selain berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,
cahaya dibutuhkandalam proses fotosintesis. Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat
membentuk klorofil sehingga daun menjadi pucat (Silvikutur, 2007). Pada grafik 1.1 dan 1.2,
menunjukan bahwa kecambah dengan perlakuan terang memiliki daya serta potensi kecambah
dengan persentase yang lebih tinggi ketimbang kecambah dengan perlakuan gelap. Hal ini
bersesuai dengan apa yang diungkapkan Silviakutur (2007) bahwa cahaya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan tumbuhan, semakin banyak cahaya yang didapat tumbuhan dengan
intensitas yang optimum maka akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan proses
perkecambahan. Dengan cukupnya sumber cahaya yang ada, kecambah tersebut mampu membuat
energi yang cukup sehingga kecambah akhirnya dapat bertumbuh hingga ke fase pertumbuhan
selanjutnya. Sumber cahaya juga sangat mempengaruhi keadaan sekitar lingkungan
perkecambahan. Dengan intensitas cahaya yang optimum, maka keadaan lingkungan sekitar
kecambah juga akan menjadi lebih optimum sehingga kecambah tersebut untuk bertumbuh.

Pada grafik 1.3; 1.4; dan 1.5, menunjukan bahwa pertumbuhan dengan pemberian nutrisi
sebesar 0.25x memberikan hasil yang lebih tinggi dalam segi parameter tinggi kecambah, jumlah
daun, dan pH pada lingkungan kecambah. Pada literatur lain berdasarkan jurnal Roedy (2018),
dengan spesimen yang hampir sama namun berbeda kelompok varian, ditemukan bahwa
pemberian nutrisi 0.30x merupakan perbandingan yang optimal untuk menghasilkan kecambah
dengan parameter pertumbuhan yang unggul. Hal ini menunjukan bahwa nutrisi perbandingan
yang digunakan yang tepat yaitu berkisar 0.25-0.30x untuk menghasilkan perkecambahan yang
unggu diberbagai parameter.
Gambar 1.1 Perkecambahan Kontrol hari ke-1 hingga hari ke-7

Gambar 1.2 Perkecambahan Perlakuan 2A (Terang dengan benih 50 biji)


Gambar 1.3 Perkecambahan Perlakuan 2B (Terang dengan benih 50 biji)

Selama dalam tahap perkecambahan, tumbuhan tidak mengalami masalah dan tumbuh
sesuai dengan kecambah pada umumnya, namun saat pertama kali memasuki tahap hidroponik
spesimen yang saya miliki tidak sengaja terkena rembesan air hujan dengan volume yang cukup
besar sehingga mengakibatkan spesimen menjadi layu dan mati akibat volume air yang diterima
terhadap spesimen terlalu besar. Air hujan juga memiliki pH yang cukup rendah, sehingga
menjadikan hal tersebut sebagai salah satu faktor yang membuat spesimen menjadi mati dan
pengamatan lebih lanjut tidak dapat dilakukan.

Bab V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
a. Benih dengan pendapatan cahaya yang cukup terang akan memiliki potensi dan daya
kecambah yang baik dibandingkan dengan benih yang tidak mendapat kondisi
pencahayaan yang baik.
b. Menurut data referensi dan percobaan, perbandingan nutrisi 0.25x-0.30x merupakan
perbandingan yang paling ideal untuk pertumbuhan fisiologis tumbuhan spesimen.
5.2 Saran
-
Daftar Pustaka
Gardner, F.P., Pearce R.B, dan Mitchell, R. L. diterjemahkan oleh Susilo, H dan Subiyanto., 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Kaiser, C. and M. Ernst. (2018). Microgreens. CCD-CP-104. Lexington, KY: Center for Crop
Diversification, University of Kentucky College of Agriculture, Food and Environment.

Purnobasuki,H.2012.Perkecambahan.http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/Perkecambahan_Her
yPurnobasuki_237.p df. diakses pada tanggal 23 Maret 2021

Prihmantoro, H. dan Y. H. Indriani. 2001. Hidroponik Sayuran Semusim. Penebar Swadaya. Jakarta.
Prakoso. 2010. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rubatzky, V.E., dan Ma Yamaguchi, 1998, Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan Gizi Jilid II, ITB,
Bandung.

Simpson, M. G., 2006, Plant systematics, Elsevier Academic Press Publivation, London.

Silvikultur. 2007. Sumber Cahaya Matahari. Jakarta: Pakar Raya

Anda mungkin juga menyukai