Nutrisi Tanaman
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
No Unsur Fungsi
Nutrisi A
1 Nitrogen (N) Membentuk DNA dan RNA
2 Fosfat (P) Merangsang pertumbuhan akar tanaman
3 Kalium (K) Sintesa protein
4 Kalsium (Ca) Membentuk dinding sel (tahan penyakit)
5 Sulfur (S) Penyusun asam amino
6 Magnesium (Mg) Inti klorofil
Nutrisi B
7 Molibdenum (Mo) Pembelahan dan pembentukan sel
8 Seng (Zn) Katalisator dalam pembentukan dan pembelahan sel
9 Boron (Bo) Membentuk selulosa
10 Mangan (Mn) Membentuk energi
11 Tembaga (Cu) Stabilisator klorofil
12 Khlor (Cl) Membentuk fisik tanaman
13 Besi (Fe) Proses pembentukan klorofil
Sumber: Data olahan Umar, Akhmadi, & Sanyoto (2016).
Menurut Umar, Akhmadi, & Sanyoto (2016), nutrisi AB Mix yang siap
digunakan pada sistem hidroponik yaitu sudah berbentuk cair dalam kemasan
terpisah antara A dan B. Ada pun untuk penerapannya cukup menyesuaikan
dengan kebutuhan nutrisi setiap tanaman hidroponik karena nilainya berbeda –
beda, pada tomat ceri sebesar 1400 – 3500 ppm. Proses membuat larutan nutrisi
untuk hidroponik adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan wadah penampung nutrisi sesuai jenis sistem hidroponik yang
dibuat.
2. Membuat larutan awal dengan perbandingan 1:3:3, yaitu campurkan 1 liter air
yang sudah dituangkan ke dalam wadah penampung nutrisi pada sistem dengan
3 ml larutan nutrisi A dan 3 ml larutan nutrisi B. Dengan komposisi tersebut,
maka didapatkan larutan dengan kepekatan 500 ppm.
3. Menaikkan ppm larutan nutrisi dengan cara menambahkan 1 ml larutan nutrisi
A dan 1 ml marutan nutrisi B. Penambahan larutan nutrisi ini akan menaikkan
kepekatan sebesar 130 ppm.
2.4.2 Vitamin C
Pada tumbuhan, mineral-mineral dari larutan tanah menumbuhkan akar
tanaman melalui jalur apoplastik dan atau simbolis ke stele. Pada beberapa spesies
tanaman, beberapa mineral sitotoksik seperti Ca, Mo, Na, Cd, dan Al
dipertahankan di akar atau diangkut dalam bentuk chelated (kelat). Mineral
organik yang disebut mineral chelated atau mineralisasi terbentuk ketika mineral
bergabung dengan ligan organik seperti protein atau asam amino tertentu. Mineral
organik ini mendukung pergerakan mineral dari akar ke tunas, yang dihambat oleh
kemampuan pertukaran sel xilem. Sebagai yang paling mewakili antioksidan,
vitamin C adalah oksida larut air yang paling melimpah di sel tumbuhan. Hal ini
terakumulasi dalam kloroplas dan memainkan peran penting dalam keseimbangan
antara radikal bebas yang berlebihan dan tidak ada dalam sel tanaman. Selain itu,
karena vitamin C memiliki gugus -OH yang dapat berikatan dengan mineral,
diharapkan bahwa dua molekul dan ion mineral akan memiliki kemampuan untuk
kelasi melalui koordinasi ikatan kovalen. Di Korea, telah dilaporkan bahwa
penggunaan vitamin C-substrat zinc sebagai aditif pakan meningkatkan
kandungan lemak intramuskular dari bovines, dan selenium dengan chitosan dan
asam lemak sebagai substrat menginduksi peningkatan hasil dan pemicu
pertumbuhan pada tomat (Chae et al., 2018).
Salah satu upaya untuk meningkatkan toleransi terhadap stres oksidatif
adalah dengan aplikasi asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat adalah molekul
yang berukuran kecil, larut dalam air, merupakan anti-oksidan yang bertindak
sebagai substrat utama dalam jalur siklik detoksifikasi enzimatik hidrogen
peroksida. Asam askorbat adalah zat pertama dalam detoksifikasi dan menetralkan
radikal superoksida). Asam askorbat juga berperan penting dalam fotoproteksi,
regulasi fotosintesis, serta proses pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel
dan ekspansi dinding sel (Sitanggang et al., 2014).
Asam askorbat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam proses
selular termasuk pembelahan dan pembesaran sel serta dalam mengaktifkan
aktivitas metabolisme ketika proses perkecambahan dimulai. Asam askorbat juga
berfungsi menetralisir racun, melindungi sel dari senyawa oksigen reaktif dan
radikal bebas serta mencegah kematian sel (Sitanggang et al., 2014).
Dehghan et al. (2011) melaporkan aplikasi asam askorbat eksogenous
dengan dosis 400 ppm pada kondisi cekaman salinitas dapat meningkatkan
persentase perkecambahan kedelai, bobot kering akar dan tajuk. Ejaz et al. (2012)
juga menyatakan bahwa aplikasi asam askorbat pada tebu dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan vegetatif, aktifitas enzim antioksidan (POD dan
SOD), dan kandungan prolin pada cekaman salinitas. Aplikasi asam askorbat pada
kacang hijau yang mengalami stres salinitas juga dapat meningkatkan aktivitas
enzim antioksidan dan mencegah aktivitas senyawa reaktif oksigen. Selain itu
asam askrobat juga meningkatkan kandungan klorofil pada kacang hijau
(Dolatabadian dan Jouneghani, 2009).
2.4.3 Sukrosa
Salah satu upaya untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang
masa kesegaran bunga selama pemasaran atau pajangan adalah dengan pemberian
larutan perendam. Umumnya larutan perendam terdiri dari air, gula (sukrosa),
bakterisida, dan antibiotik. Karakteristik air mempengaruhi fisiologi bunga,
misalnya air sadah dan air tanah yang dapat merusak bunga dalam pajangan,
karena kandungan ion Ca, ion Mg, dan ion Fe tinggi). Gula merupakan sumber
nutrisi utama dan energi bunga potong untuk kelangsungan proses metabolisme.
Beberapa hasil penelitian telah direkomendasikan bahwa pemberian larutan
perendam dapat meningktakan pemekaran dan memperpanjang masa kesegaran
bunga potong krisan (Arisanti dkk, 2013).
Menurut Latifah, dkk, (2012), karbohidrat akan mengalami proses
hidrolisis oleh mikroba selulotik dengan bantuan enzim selulose yang dapat
mengubah selulosa menjadi selubiosa. Selanjutnya selubiosa ini dihidrolisis lagi
menjadi D-glukosa dan akhirnya difermentasi menjadi asam laktat, etanol, CO2
dan H2O. Mikroba amilotik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan
mengubah karbohidrat menjadi glukosa. Air pada proses fermentasi berfungsi
sebagai media untuk pertumbuhan bakteri selain berfungsi sebagai pelarut.
Saraswati & Sumarno (2008) mengungkapkan bahwa mikroba berguna (effective
microorganism) sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi
penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui
berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa
organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi.
BAB III
METODOLOGI
Dehghan, A., Kianersi, F., Moazam, E., Ghanbari, H. Causes and Anatomical Site
of Blindness and Severe Visual Loss in Isfahan, Islamic Republic of
Iran. Eastern Mediteranean Health Journal. 2010; 16 (2). Retrived
from:http://applications.emro.who.int/emhj/V16/02/16_2_2010_0228_0
232.pdf, Downloaded on September 19th 2018.
Sugara, Kosmas. 2012. Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, Dan
Selada Romaine Secara Aeroponik di Amazing Farm, Lembang,
Bandung. IPB Press
Umar, U. F., Akhmadi, Y. N., & Sanyoto. (2016). Mengenal, Membuat, &
Menggunakan Larutan Nutrisi. In Jago Bertanam Hidroponik Untuk
Pemula. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Wardhana, Hudaini Hasbi dan Insan Wijaya. 2016. Respons Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Dosis
Pupuk Kandang Kambing Dan Interval Waktu Aplikasi Pupuk Cair
Super Bionik. Universitas Muhammadiyah Jember.