Anda di halaman 1dari 30

Praktikum Fisiologi dan Perkembangan Tumbuhan BA-2104

Nutrisi Tumbuhan Ipomea reptans dan Lactuva sativa

Bima Fitra Aulia | 11418018


Asisten
Rizky Dhimas Akbarezha | 11416009

Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1 / Jalan Raya Jatinangor KM 20.75, Desa Sayang,
Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat – Indonesia, 45363.

ABSTRAK
Hidroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman yang cukup mudah dan dapat
mempercepat pertumbuhan tanaman. Tanaman dengan budidaya hidroponik dapat dengan
mudah tumbuh karena larutan sebagai media hidroponik sudah bercampur dengan nutrisi
yang dibutuhkan tumbuhan untuk berkembang. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk
berkembang juga bisa mengalami pengurangan atau kekosongan nutrisi atau defisiensi
nutrisi. Defisiensi nutrisi merupakan kasus dimana nutrisi dalam suatu media atau tanaman
tidak tercukupi akibatnya tanaman tersebut menjadi mengalami gejala kualitatif dari
defisiensi unsur yang kurangnya. Unsur yang sangat dibutuhkan tanaman adalah N, P dan K.
Unsur lain yang dibutuhkan tanaman namun dalam jumlah yang relatif sedikit adalah Mau,
Fe, Cu, Zn dan Mn. Unsur ini sering disebut sebagai unsur mikro, unsur ini dibutuhkan hanya
sedikit oleh tumbuhan karena jika berlebih akan menajadi racun bagi tumbuhan karena unsur
mikro didominasi oleh logam berat.

Kata Kunci: Hidroponik, Makro, Mikro.

PENDAHULUAN untuk mendapatkan nutrisi. Sistem irigrasi


Hidroponik merupakan metode tetes adalah dengan meneteskan air secara
budidaya tanaman dengan menggunakan berkala dari sistem untuk tanaman. Sistem
media air sebagai sumber utama tanaman aeroponik adalah sistem dengan
mendapatkan nutrisi bukan tanah. menggunakan mist atau kabut untuk
Hidroponik memiliki banyak jenis, jenis pmeberian nutrisi pada tanaman. Sistem
jenis hidroponik adalah sistem sumbu rakit apung adalah dengan membiarkan
yang menggunakan akar bantuan seperti tanaman terapung diatas larutan berisi
sumbu untuk mengalirkan air ke tanaman nutrisi. Sistem ebb and flow bekerja
dengan cara memompakan larutan nutrisi protein, lemak dan karbohidrat (Hidayati
kedalam media tanam dan sistem nutrient et al., 2017). Sama seperti kangkung,
film technique adalah sistem yang mirip tanaman selada juga memerlukan nutrisi
dengan sisten ebb and flow karena yang sama untuk dapat tumbuh. Unsur N,
tanaman akan diberikan asupan nutrisi P dan K berperan penting dalam
secara terus menerus yang akan mengalir pertumbuhan selada (Siregar et al.,2015)
dari atas ke bawah(Halim, 2016).
Percobaan kali ini menggunakan sistem METODOLOGI
hidroponik sumbu atau wick system, Alat-alat yang digunakan dalam
Kangkung darat (Ipomea reptans) percobaan ini adalah baki, batang
merupakan salah satu sayuran yang pengaduk, cutter, gelas kimia 500 ml,
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. gelas ukur 10 ml dan 50 ml, netpot, pH
Kangkung biasanya memiliki warna hijau meter, pipet tetes, spidol.
tua dan memiliki daun berujung runcing. Bahan-bahan yang digunakan
Kangkung termasuk tanaman dikotil dan dalam percobaan ini adalah aquades, kain
memiliki akar tunggang, kangkung sangat flanel, larutan FeEDTA(5,57 g
mudah beradaptasi dengan lingkungannya FeSO4.&H2O, 7,45 g Na2EDTA), larutan
(Haryoto, 2009). Selada (Lactuca sativa) makronutrien: Cu(NO3)2, KH2PO4,
merupakan tanaman sayuran yang KNO3, MgSO4.7H2O), larutan
mengandung gizi yang cukup tinggi dan mikronutrien + aquades 1l : CaCl2.2H2O
sangat tepat untuk dibudidayakan 0,5 g, H3PO3 2,86 g, MnCl2.4H2O 1,8 g,
menggunakan teknik pembudidaya NaMoO4.2H2O 0,015 g,, ZnCl2 0,11 g,
hidroponik. Ciri ciri tanaman selada rockwool, styrofoam, tanaman Ipomea
adalah batangnya pendek, daunnya reptans, tanaman Lactuva sativa.
berbentuk bulat panjang dan memiliki Percobaan ini akan menentukan
akar tunggang. Salada tidak terlalu tahan pengaruh perbedaan pemberian nutrisi
dengan hujan dan dan sinar matahari yang terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
terlalu menyengat (Rahayu et al., 2018) selada (Lactuca sativa) dan tanaman
Larutan hoagland merupakan jenis kangkung (Ipomoea reptans), pengaruh
larutan yang dibuat oleh Dennis R. perbedaan pemberian nutrisi terhadap
Hoagland yang mana larutan ini bertujuan jumlah daun tanaman selada (Lactuca
untuk memberikan semua nutrisi yang sativa) dan tanaman kangkung (Ipomoea
dibutuhkan untuk tanaman dalam proses reptans), serta pengaruh perbedaan
budidaya hidroponik. Semua elemen yang pemberian nutrisi terhadap gejala pada
dibutuhkan oleh tanaman selama daun tanaman selada (Lactuca sativa) dan
pertumbuhannya sudah tersedia dalam tanaman kangkung (Ipomoea reptans).
larutan Hoagland, oleh karena itu tanaman Cara kerja pembuatan larutan
akan lebih cepat tumbuh daripada dengan nutrisi memiliki cara kerja, pertama adalah
media tanah (Lincoln et al., 2015). Semua larutan nutrisi disiapkan untuk 10 L,
elemen larutan Hoagland terlampir. masing-masing 5 L untuk 1 baki kemudian
Kebutuhan nutrisi utama untuk diaduk samoai merata. Kedua diberi
kangkung adalah unsur N, P, dan K. larutan medium dan ditandai tinggi air.
Ketiga unsur ini sangat diperlukan untuk Ketiga diukur pH larutan (6,0-6,5)
kangkung karena ketiga unsur ini kemudian dipindahkan styrofoam tanaman
membantu pertumbuhan kangkung dari dengan hati hati dan dipastikan agar kain
flanel terendam larutan. Keempat dan daun menjadi kering jika kelebihan K
dilakukan pengamatan secara berkala maka akan berikatan dengan unsur N dan
selama 14 hari per 2 hari. Terakhir dicatat akan mempengaruhi pertumbuhan
dan diperhatikan pertumbuhan tanaman (Subandi, 2013). Tanaman yang
dan gejala tanaman. Diplot hasil kekurangan unsur Mg akan mengalami
pengukuran tinggi dan jumlah daun dan klorosis diantara tulang daun dan jika
dibuat kurva pertumbuhan. kelebihan tidak akan berpengaruh besar
pada pertumbuhan (Wibowo & Sitawati,
HASIL DAN PEMBAHASAN 2017). Kekurangan Ca dapat ditandai
Tanaman bisa mendapatkan dengan mengeringnya daun daun muda
nutrisi dari tanah atau media tempat dan daun tua menjadi keriput sedangkan
tanaman tumbuh karena tanaman kelebihannya tidak mempengaruhi
mengambil nutrisi dalam bentuk kation pertumbuhan tanaman (Suryaningsih et
kation dan anion. Pengambilan kation dan al.,2018). Kekurangan unsur P akan
anion nutrisi untuk tanaman didukung mempengaruhi warna daun menjadi hijau
dengan kapasitas tukar kation media dan tua dan daun tua akan mempigmentasi
tanaman itu sendiri. Pertukaran kation menjadi ungu sedangkan jika kelebihan
merupakan proses penting untuk meilhat maka akan menghambat perkembangan
kesuburan tanah atau media. KTK dikarenakan akan berikatan dengan unsur
merupakan jumlah kation yang dapat N (Herwibowo & S., 2014). Kekurangan
bertukar dalam tanah atau media, proses unsur S akan membuat daun berubah
pertukaran kation ini adalah ketika kation warna menjadi hijau pucat sedangkan
atau nutrisi yang dibutuhkan tanaman kelebihan belerang akan meningkatkan
terjerat pada media akan sukar untuk tingkat keasamaan tanah (Duaja, 2012).
dilepaskan, oleh karena itu akan ada Tanaman kangkung juga
pertukaran atom H+ dari air dan kation memerlukan nutrisi mikro. Nutrisi mikro
yang dibutuhkan oleh tanaman akar yang dibutuhkan kangkung adalah Zn,
bertukar dan masuk ke dalam tanaman. Mn, Co, dan Fe (Djukri, 2005). Menurut
(Aragno & Michael, 2005) Siregar (2015) tanaman selada
Kangkung darat (Ipomea reptans) membutuhkan nutrisi mikro Mn, Mo, Zn
merupakan tanam yang bernilai ekonomi dan Fe.
tinggi. Tanaman Ipomea reptans Tanaman yang kekurangan unsur
memerlukan makronutrien Kalium, Zn akan mengalami daun yang berwarna
Kalsium, Magnesium, Sulfur, Nitrogen kemerahan dan akhirnya mati. Kelebihan
dan Fosfor. (Fikri et al., 2015). Tanaman unsur Zn tidak terlalu berpengaruh pada
selada membutuhkan nutrisi makro dalam kondisi tanaman (Suryaningsih et al.,
bentuk senyawa Ca(NO3)2, KNO3, 2018). Kekurangan unsur Mn akan
MgSO4, Fe-EDTA (Sembodo et al., 2018) menyebabkan daun menjadi kuning dan
Unsur N merupakan unsur yang memutih, sedangkan kelebihan Mn pada
mobil, mudah. Jika kekurangan unsur N tanaman tidak terlalu berpengaruh pada
maka daun tanaman akan mengering dan pertumbuhan (Sembodo et al., 2018).
menguning, jika kelebihan maka tanaman Kekurangan unsur Mo akan membuat
akan mudah membeku (Havlin et al., daun tanaman sayuran mengerut dan
2005) Kekurangan unsur K pada tanaman akhirnya mati sedangkan kelebihan unsur
akan mengganggu pembukaan stomata Mo akan mengganggu pertumbuhan
tanaman karena teralalu banyak mengikat Tanaman dengan perlakuan
N (Siregar et al., 2015). Tanaman yang kontrol mengalami jarang sekali gejala
kekurangan unsur Fe daun mudanya akan kualitatif akibat kekurangan nutrisi makro
mengalami perubahwan warna menjadi dan mikro. Hal ini dapat terjadi karena
kekuningan dan klorosis sedangkan bila semua kebutuhan nutrisi makro dan mikro
kelebihan akan terjadi nerkrosis (Zuhaida tanaman dengan perlakuan kontrol sudah
et al.,2010) terpenuhi oleh medianya. Menurut Satria
Pertumbuhan tinggi tanaman (2015) pertumbuhan tinggi tanaman
perlakuan kontrol terlihat mengalami dipengaruhi oleh unsur P. Perlakuan
pertumbuhan yang terus tumbuh. Menurut kontrol memiliki nutrisi unsur P yang
Satria (2015) pertumbuhan tanaman mencukupi sehingga membuat tinggi
sangat dipengaruhi oleh unsur P karena tanaman tidak mengalami gejala kualitatif
unsur P berperan dalam metabolis penurunan dan tetap segar. Menurut
tanaman. Sebagai perlakuan kontrol Subandi (2013) unsur K berperan penting
dengan unsur P yang mencukupi maka dalam menjaga tanaman agar tetap segar
data percobaan dengan literatur sudah dan terhindar dari defisiensi. Perlakuan
benar. Pertumbuhan tinggi tanaman yang kontrol dengan unsur K yang mencukupi
mengalami defisiensi P terlihat sedikit membuat tanaman tidak menunjukkan
sekali mengalami perubahan karena gejala kualitatif yang berarti. Menurut
menurut Satria (2015) unsur yang Pramitasari (2016) pertumbuhan daun
berperan dalam pertumbuhan tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur N
tanaman adalah P, oleh karena itu dan P. Kedua unsur ini saling mendukung
pertumbuhan tinggi tanaman kelompok untuk membuat tanaman menjadi sehat.
defisiensi P akan sangat kecil. Perlakuan kontrol menyebabkan tanaman
Pertumbuhaan jumlah daun menjadi minim mengalami gejala
tanaman perlakuan kontrol terlihat bahwa kualitatif. Tanaman kelompok yang
selalu mengalami peningkatan jumlah mengalami defisiensi salah satu unsur
daun. Menurut Satria (2015) unsur P juga makro dan mikro akan mengalami gejala
membantu pertumbuhan daun karena kualitatif seperti yang sudah disebutkan,
unsur P berperan dalam metabolisme terlihat pada lampiran kelompok yang
tanaman dan menurut Pramitasari (2016) mengalami defisiensi akan mengalami
unsur N juga berperan dalam pertumbuhan gejala yang sama dengan tanaman yang
daun karena unsur N akan bekerja dalam kekurangan unsur tersebut.
fotosintesis yang menyebabkan daun Nutrisi pada tumbuhan dapat
menjadi lebih lebar. Perlakuan kontrol saling mendukung satu sama lain atau
tanaman dengan unsur N dan P yang bahkan dapat saling berkompetisi dalam
mencukupi membuat data percobaan penyerapannya dalam akar, hal ini dapat
dengan literatur sudah sama. Rata rata terjadi jika nutrisi dalam media tidak
jumlah daun tanaman kelompok defisiensi seimbang atau berlebih. Tanaman
N terlihat sangat jelas tidak mengalami kelebihan fosfor akan membuat
pertumbuhan yang signifikat karena penyerapan unsur Fe, Cu, dan Zn
kurangnya unsur N dalam media terganggu.  Tanaman yang kelebihan
menyebabkan daun tanaman sulit tumbuh unsur K akan menyebabkan penyerapan
dan tidak bisa melakukan fotosintesis Mg dan Ca. Kelebihan unsur Mo akan
(Pramitasari et al., 2016) mengikat unsur N sehingga tanaman sulit
tumbuh. Unsur yang saling
berkomplementer antara lain adalah unsur
N dengan unsur P karena kerja unsur
tersebut sangat berbeda, unsur N adalah
pembentuk protein sedangkan unsur P
adalah pembentuk fosfolipid yang saling
mendukung dan melengkapi (Fahmi et
al.,2010)

KESIMPULAN
Pemberian nutrisi terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman Ipomea
reptans dan Lactuva sativa mendapatkan
hasil tanaman dengan perlakuan kontrol
memiliki pertumbuhan tinggi yang terus
meningkat.
Pemberian nutrisi terhadap
pertumbuhan daun tanaman Ipomea
reptans dan Lactuva sativa mendapatkan
hasil tanaman dengan perlakuan kontrol
memiliki jumlah daun yang terus
meningkat dan besar.
Pemberian nutrisi terhadap gejala
kualitatif tanaman Ipomea reptans dan
Lactuva sativa mendapatkan hasil
tanaman dengan perlakuan kontrol minim
mengalami gejala kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA
Aragno, M., & Michael, J. (2005). The Living Soil. New Jersey: Science Publishers.

Djukri. (2005). Pertumbuhan clan Produksi Ka'1gkung pada Berbagal Dosls Hara Malao clan
Mikro. Enviro, 5(1), 34-37.

Duaja, M. D. (2012). PENGARUH BAHAN DAN DOSIS KOMPOS CAIR TERHADAP


PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa sp.). Jurnal Pertanian Universitas Jambi,
1(1), 10-18.

Fahmi, A., Syamsudin, Utami, S. N., & Radjagukguk, B. (2010). PENGARUH INTERAKSI HARA
NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea Mays
L) PADA TANAH REGOSOL DAN LATOSOL. Berita Biologi, 1(3), 291-304.

Fikri, S. M., Indradewa, D., & Putra, E. T. (2015). PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH
MEDIA TANAM JAMUR PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KANGKUNG DARAT
(Ipomoea reptans Poir.). Vegetalika, 4(2), 79-89.

Halim, J. (2016). 6 Teknik Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Haryoto. (2009). Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarang Rumah. Yogyakarta: Kanisius.

Havlin, L. J., Beaton, J. D., Tisdale, S. L., & Nelson, W. L. (2005). Soil Fertility and Fertilizers.
An introduction to nutrient management. Seventh Edition. New Jersey: Pearson
Education.

Herwibowo, K., & S., B. N. (2014). Hidroponik Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hidayati, N., Rosawanti, P., Yusuf, F., & Hanafi, N. (2017). Kajian Penggunaan Nutrisi
Anorganik Terhadap Pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Hidroponik
Sistem Wick. Jurnal Daun, 4(2), 75-81.

Lincoln, T., Eduardo, Z., Moller, I. M., & Murphy, A. (2015). Plant Physiology and
Development. Massachusetts: Sinauer Associates.

Neil, A. C., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., & Jackson,
R. B. (2015). Biology. United States: Pearson Education.

Pramitasari, H. E., Wardiyati, T., & Nawawi, M. (2016). PENGARUH DOSIS PUPUK NITROGEN
DAN TINGKAT KEPADATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae L.). Jurnal Produksi Tanaman, 4(1), 49-56.

Rahayu, W. S., Mukarlina, & Linda, R. (2018). Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa
L. var. New Grand Rapids) menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung
(THST) Tanpa Sirkulasi dengan Penambahan Giberelin (GA3). Protobiont, 7(3), 62-67.

Satria, N., Wardati, & Khoril, M. A. (2015). PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccencis). JOM Faperta, 2(1), 1-13.
Sembodo, S. A., N., E. E., & W., K. P. (2018). Respon Tanaman Selada Merah (Lactusa sativa
sar. Lollorosa) terhadap Media Tanam dan Konsentrasi Nutrisi pada Hidroponik
Sistem Sumbu. Jurnal Produksi Tanaman, 6(9), 2391-2397.

Siregar, J., Triyono, S., & Suhandy, D. (2015). PENGUJIAN BEBERAPA NUTRISI HIDROPONIK
PADA SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM
TERAPUNG (THST) TERMODIFIKASI. Jurnal Teknik Pertanian Lmapung, 4(1), 65-72.

Subandi. (2013). PERAN DAN PENGELOLAAN HARA KALIUM UNTUK PRODUKSI PANGAN
INDONESIA. Pengembangan Inovasi Pertanian, 6(1), 1-10.

Suryaningsih, Said, I., & Rahman, N. (2018). ANALISIS KADAR KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe)
DALAM KANGKUNG AIR (Ipomeae Aquatica Forsk) DAN KANGKUNG DARAT
(Ipomeae Reptan Forsk) ASAL PALU. Jurnal Akademika Kimia, 7(3), 135-135.

Wibowo, Y. H., & Sitawati. (2017). RESPON TANAMAN KANGKUNG DARA (Ipomea reptans)
DENGAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA PIPA VERTIKAL. Plantropica Journal of
Agricultural Science , 2(2), 148-154.

Zuhaida, L., Ambawari, E., & Sulistyaningsih, E. (2010). PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA
(Lactuca sativa L.) HIDROPONIK DIPERKAYA Fe. Jurnal Alumni Gajah Mada, 2(1), 1-
10.
Tabel 1. Komposisi Media Untuk Percobaan Nutrisi

Tabel 2. Data kompilasi rata-rata pertumbuhan tinggi dan jumlah daun

Tanggal Nutrisi Rata-rata Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun


Pengamatan Tinggi (cm) (daun)
Selada Kangkung Selada Kangkung
Keriting Darat Keriting Darat
(Lactuca (Ipomea (Lactuca (Ipomea
sativa) reptans) sativa) reptans)

23 Kontrol 0 0 5 17.4
September
2019 Defisiensi 0 0 5.5 20.4 
Nitrogen (N)

Defisiensi 0   0           5.2 23.2


Fosfor (P)

Defisiensi 0 0 2.8  25.2


Kalium (K)

Defisiensi 0 0 4.8 18.2


Kalsium (Ca)

Defisiensi 0 0 5 26.4 
Sulfur (S)

Defisiensi 0 0 5 23,4 
Magnesium
(Mg)

Defisiensi 0 0 5.2 17
Mikronutrien

Kelebihan 0 0 5  13,4
Nitrogen (N)

Kelebihan Zat 0 0  5 18.8


Besi (Fe)

25 Kontrol 0.8 2.96 5 20


September
2019 Defisiensi -0.5 -10.04 0 -16.8
Nitrogen (N)

Defisiensi 0.66 3.04  5.2 32.8


Fosfor (P)

Defisiensi   0.36  0  5.2  0 


Kalium (K)

Defisiensi 0.62 2.08 5.4 31.2


Kalsium (Ca)

Defisiensi 0.54 -0.78 5 30


Sulfur (S)

 
Defisiensi 0.17 0.66 6 28.4
Magnesium
(Mg)

Defisiensi 0.06 0 6  0 
Mikronutrien

Kelebihan 0.4 0.2  5.6 13.8


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat 0.16 0.5 4.2 23.2 


Besi (Fe)

27 Kontrol 1.92 1.04 5 19.8


September
2019 Defisiensi 0.04 6.94 0 10.6
Nitrogen (N)

Defisiensi 0.18 1.66 5.6 33.2


Fosfor (P)

Defisiensi 0   0  4 10.2


Kalium (K)
Defisiensi 0.16 1.88 5.4 29.2
Kalsium (Ca)

Defisiensi 0.44 1 5 26.2


Sulfur (S)

Defisiensi 0.38 0.92 5.6 22.28 


Magnesium
(Mg)

Defisiensi 1.42 -1.22 5.4 12.6 


Mikronutrien

Kelebihan 0.2 -5.5 .        6.2 11.2


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat 0.16  0.5  4.2  25 


Besi (Fe)

28 Kontrol -0.16 0.62 5.8 22.2


September
2019 Defisiensi 0.38 0.4 0.4 1.8
Nitrogen (N)

Defisiensi 0.06 0.88 5.6  33.2 


Fosfor (P)

Defisiensi 0  0 0   0 
Kalium (K)

Defisiensi 0.78 0.78 4  32.6 


Kalsium (Ca)

Defisiensi 0.94 0.92 5.4 27.2


Sulfur (S)

Defisiensi 0.12 0.56 5.8  28.2 


Magnesium
(Mg)

Defisiensi 1.4 0.56 5.6 14 


Mikronutrien

Kelebihan 1.3 0.5 6.4 12.8


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat        
Besi (Fe)

1 Oktober Kontrol 0,6 0,84 5.8 23.4 


2019
Defisiensi 2.08  -1.8 0 3
Nitrogen (N)

Defisiensi 1.3 1.9 6.6 39.4


Fosfor (P)

Defisiensi 3.74  1.64  5.6   20.4  


Kalium (K)

Defisiensi 1.88 1.62 5 33.6


Kalsium (Ca)

Defisiensi 1.9 1.66 5.4 33.6


Sulfur (S)

Defisiensi 2.1  1.58 5.8  31 


Magnesium
(Mg)

Defisiensi 1.02 1.46 5.6 17.2


Mikronutrien

Kelebihan 1.9 0 6.4 15


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat     7.8 25.8 


Besi (Fe)

3 Oktober Kontrol 0.74 1.5 6.4 25.8


2019
Defisiensi 0.62  3.8 -0.2 -2 
Nitrogen (N)

Defisiensi 1.82  1.6 4.8  37.6


Fosfor (P)

Defisiensi   0.96  1.1 6.6 27.8  


Kalium (K)

Defisiensi 0.12 1.64 5.2 40 


Kalsium (Ca)

Defisiensi 0.66 0.54 5.8 36.8


Sulfur (S)

Defisiensi 0.88 0.06 5.8  32.6 


Magnesium
(Mg)

Defisiensi 2.4 1.74 6.8 20


Mikronutrien

Kelebihan 0.76  0.2 7.8 19.6


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat 0.88  2.44  6.6  32.4


Besi (Fe)

5 Oktober Kontrol 3.26 4.14 6.6 32.4 


2019
Defisiensi 1.18 1.68 0.2 8
Nitrogen (N)

Defisiensi 1.48 3.36  6.4 42.5 


Fosfor (P)

Defisiensi   0.84 1.66   6.8 28.6  


Kalium (K)

Defisiensi 1.14 0.36  5.8 40 


Kalsium (Ca)

Defisiensi 1.9 3.12 7 41.8


Sulfur (S)

Defisiensi 0.32 2.12 6.8  36.6 


Magnesium
(Mg)

Defisiensi 1.3 1.56 7  23.4


Mikronutrien

Kelebihan 0.66  0.8 8 20.6


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat        
Besi (Fe)

  Kontrol 0.84 2.46 7.2  33.6

7 Oktober
2019 Defisiensi 2.62 0.36  0.4 0
Nitrogen (N)

Defisiensi 1.86 1.6 7.4 43.2


Fosfor (P)

Defisiensi 2. 62   3.3   7  28.4 


Kalium (K)
Defisiensi 1.6  1.46 6.4 42 
Kalsium (Ca)

Defisiensi 0.6 1.72 7.4  45


Sulfur (S)

Defisiensi 1.38 1.68 7.2 38.2 


Magnesium
(Mg)

Defisiensi 1.3 3.4 7.8 22


Mikronutrien

Kelebihan 1.52 2.4 8.6 24.2


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat     7.4 39.8 


Besi (Fe)

Tabel 3. Data Kompilasi Awal dan Akhir Tinggi Tumbuhan dan Jumlah Daun Tanaman
Kangkung Darat (Ipomea reptans).

Nutrisi Tinggi Tumbuhan Tinggi Tumbuhan Jumlah Daun Jumlah Daun


Awal (Rata-rata) Akhir (Rata-rata) Awal (Rata- Akhir (Rata-
rata) rata)

Kontrol 11.64 25.2 17,4 33,6

Defisiensi 12.9  14.24 20.4 25 


Nitrogen (N)

Defisiensi Fosfor 16.1 28.8  23.2 43.2 


(P)

Defisiensi Kalium 13.84  16.5  25.2 28.4 


(K)
Defisiensi 14.3 24.12  18.2 42
Kalsium (Ca)

Defisiensi Sulfur 13.84 22.02  26.4 45 


(S)

Defisiensi 13.86 18.28 23.4  38.2 


Magnesium (Mg)

Defisiensi 13.5 21  12.6 22 


Mikronutrien

Kelebihan 16.1 14.7 13.4 24.2


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat 13.26  28.7  18.8  39,8 


Besi (Fe)

Tabel 4. Data Kompilasi Awal dan Akhir Tinggi Tumbuhan dan Jumlah Daun Tanaman
Selada Keriting (Lactuca sativa).

Nutrisi Tinggi Tumbuhan Tinggi Tumbuhan Jumlah Daun Jumlah Daun


Awal (Rata-rata) Akhir (Rata-rata) Awal (Rata- Akhir (Rata-
rata) rata)

Kontrol 5  13  5  7.2

Defisiensi 5.5  9.9 4.2 5 


Nitrogen (N)

Defisiensi Fosfor 6.08 10.3  5.2 7.4 


(P)

Defisiensi Kalium 6 15.02 2.8 7


(K)
Defisiensi 6.1 12.4 4.8 6.4 
Kalsium (Ca)

Defisiensi Sulfur 5.32 12.3 5 7.4 


(S)

Defisiensi 5.67  10.38 5 7.2 


Magnesium (Mg)

Defisiensi 5.8 14.7 5.2 7.8


Mikronutrien

Kelebihan 6.3  13.04 5 8.6 


Nitrogen (N)

Kelebihan Zat 6.04 15.98  5  7.4 


Besi (Fe)

Grafik 1. Grafik Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kangkung (Ipomea reptans)


dengan Semua Perlakuan

 
Grafik 2. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kangkung (Ipomea reptans) dengan
Semua Perlakuan

Grafik 3. Grafik Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa)
dengan Semua Perlakuan

Grafik 4. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Selada Keriting (Lactuca sativa) dengan Semua
Perlakuan
 

Tabel 5. Data Rata-rata Penambahan Tinggi dan Jumlah Daun Secara Keseluruhan
Kangkung Darat (Ipomea reptans)

Nutrisi Hasil Pengamatan

Rata-rata Pertambahan Tinggi Rata-rata Jumlah Daun


(cm) (Lembar)

Kontrol 1.937 24.26

Defisiensi Nitrogen (N) 0.168 17.53

Defisiensi Fosfor (P) 1.52 35.64

Defisiensi Kalium (K) 1.935 20.6

Defisiensi Kalsium (Ca) 1.403 33.35 

Defisiensi Sulfur (S) 1.168 33.38

Defisiensi Magnesium 1.080 30.15


(Mg)

Defisiensi Mikronutrien 1.071 18.2

Kelebihan Nitrogen (N) -0.175 16.325

Kelebihan Zat Besi (Fe) 2.337 24.875

Tabel 6. Data Rata-rata Penambahan Tinggi dan Jumlah Daun Secara Keseluruhan Selada
Keriting (Lactuca sativa)

Nutrisi Hasil Pengamatan

Rata-rata Pertambahan Tinggi Rata-rata Jumlah Daun


(cm) (Lembar)

Kontrol 1.143 5,85

Defisiensi Nitrogen (N) 0.629 3.95

Defisiensi Fosfor (P) 1.155 5.75

Defisiensi Kalium (K) 1.503 5.25

Defisiensi Kalsium (Ca) 0.9 5.25

Defisiensi Sulfur (S) 0.997 5.75

Defisiensi Magnesium 0.71 5.11


(Mg)

Defisiensi Mikronutrien 1.271 6.175

Kelebihan Nitrogen (N) 0.8425 6.75

Kelebihan Zat Besi (Fe) 2.282 6.05


 

Tabel 7. Hasil Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans) Semua Perlakuan.

No. Kondisi Tanaman Kangkung Keterangan

Kondisi Awal Gejala

Kontrol Daun
kangkung
pada
pengamatan
Gambar 1.1 Hidroponik 0 dalam
Tanaman Kangkung keadaan
Kontrol Pengamatan 0 Gambar 1.2 Hidroponik hijau namun
Tanaman Kangkung Kontrol pada
Sumber: (Dokumentasi Pengamatan 7 pengamatan
Kelompok 01, 2019)
Sumber: (Dokumentasi -
  Kelompok 01, 2019) pengamatan
sempat
  menjadi
kuning dan
ada bercak
kuning pada
salah satu
sampel di
pengamatan
ke 7 
Defisiensi Daun
Nitrogen (N) kangkung
kekuningan
(klorosis) 

Gambar 2.2 Hidroponik


Tanaman Kangkung dengan
Perlakuan Defisiensi
Nitrogen Pengamatan 7

Sumber: (Dokumentasi
Gambar 2.1 Hidroponik Kelompok 02, 2019)
Tanaman Kangkung
dengan Perlakuan
Defisiensi Nitogen
Pengamatan 0

Sumber: (Dokumentasi
Kelompok 02, 2019)

Defisiensi Daun
Fosfor (P) kangkung
cenderung
kerdil dan
berwarna
hijau gelap.
Gambar 3.1 Hidroponik Gambar 3.2 Gejala akibat
Tanaman Kangkung dengan Difisiensi Fosfor
dengan Difisiensi Fosfor Sumber: (Dokumentasi
Sumber: (Dokumentasi Kelompok 03, 2019)
Kelompok 03, 2019)
Defisiensi Daun
Kalium (K) kangkung
menguning
dan sebagian
mati karena
kering. 

Gambar 4.2 
Gambar 4.1 Hidroponik Gejala Defisiensi Kalium
Tanaman Kangkung pada Tanaman Kangkung
dengan Perlakuan
Defisiensi Kalium

Sumber: (Dokumentasi Sumber: (Dokumentasi


Kelompok 4) Kelompok 4)

Defisiensi Setelah
Kalsium (Ca) diberi
perlakuan
defisiensi
kalsium,
beberapa
Gambar 5.1 Hidroponik
daun
Tanaman Kangkung
tanaman
dengan Perlakuan
Gambar 5.2  kangkung
Defisiensi Kalsium
menguning
(Dokumentasi Kelompok Gejala Defisiensi Kalsium dan ada
05, 2019)  pada Tanaman Kangkung beberapa
daun yang
kering
(Dokumentasi Kelompok 05,
2019)
Defisiensi Setelah
Sulfur (S) diberi
perlakuan
defisiensi
sulfur,
beberapa
daun
Gambar 6.2 Hidroponik
tanaman
Tanaman Kangkung akibat
kangkung
Defisiensi Sulfur
menguning
Gambar 6.1 Hidroponik dan sedikit
(Dokumentasi Kelompok 06,
Tanaman Kangkung pucat
2019) 
dengan Difisiensi Sulfur

(Dokumentasi Kelompok
06, 2019) 

Defisiensi
Magnesium
Setelah
(Mg)
diberi
perlakuan
defisiensi
Gambar 7.1 Hidroponik  Gambar 7.2  magnesium,
Tanaman Kangkung Gejala Tanaman Kangkung daun pada 3
dengan Difisiensi Akibat Difisiensi Magnesium sampel
Magnesium tanaman
(Dokumentasi Kelompok 07, kangkung
(Dokumentasi Kelompok 2019) menguning
07, 2019) pucat dan
terdapat
beberapa
bercak dekat
tulang daun 

Defisiensi Gejala daun


Mikronutrie hijau layu
n dan
Gambar 8.1 Hidroponik tanaman
Tanaman Kangkung mati karena
dengan Difisiensi nutrisi tidak
Gambar 8.2 Tanaman naik pada
Mikronutrien Kangkung mati (sebelum sumbu.
penyulaman)
(Dokumentasi Kelompok
08, 2019) (Dokumentasi Kelompok 08,
2019)

Gejala daun
kangkung
setelah
disulam
semuanya
Gambar 8.3 
hijau segar,
Gejala Tanaman Kangkung
hanya satu
Akibat Difisiensi
tanaman
Mikronutrien
layu dan
(Dokumentasi Kelompok 08, terdapat
2019)  klorosis.

Kelebihan Gejala pada


Nitrogen (N) daun yaitu
semua daun
berwarna
hijau tua
segar
Gambar 9.1 Hidroponik dengan 4
Gambar 9.2 
Tanaman Kangkung sampel
Gejala Tanaman Kangkung
dengan Kelebihan memiliki
Akibat Kelebihan Nitrogen
Nitrogen bercak
(Dokumentasi Kelompok 09, coklat.
(Dokumentasi Kelompok
2019)
09, 2019) 

Kelebihan   Daun
Zat Besi (Fe) tanaman
memiliki
bintik-bintik
pada bagian
belakang
Gambar 10.2 daun.
Gejala Tanaman Kangkung
Akibat Kelebihan Fe
(Dokumentasi Kelompok 10,
2019) 

Tabel 7. Hasil Pertumbuhan Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa) Semua Perlakuan.

No. Kondisi Tanaman Selada Keterangan

Kondisi Awal Kondisi Akhir

Kontrol Tanaman
selada pada
awalnya dalam
kondisi hijau
Gambar 11.1 Hidroponik segar. seiring
Tanaman Selada dengan berjalannya
Perlakuan Kontrol Gambar 11.2 Gejala waktu  layu di
Selada Akibat dengan bagian ujung
(Dokumentasi Kelompok 01, Perlakuan Kontrol namun pada
2019)
(Dokumentasi akhirnya
Kelompok 01, 2019)  tanaman
kembali hijau.

Defisiensi Selada
Nitrogen (N) berwarna
kekuningan,
daun muda
memutih
sebelum
akhirnya mati.

Gambar 12.2 Gejala


Selada Akibat dengan
Gambar 12.1 Hidroponik Perlakuan Defisiensi
Tanaman Selada dengan Nitrogen Pengamatan
Perlakuan Defisiensi 7
Nitrogen Pengamatan 0 (Dokumentasi
Sumber: (Dokumentasi Kelompok 02, 2019) 
Kelompok 02, 2019)
Defisiensi Daun tanaman
Fosfor (P) selada kerdil
dan berwarna
gelap
disebabkan
karena
Gambar 13.1 Hidroponik Gambar 3.2 Gejala kurangnya
Tanaman Selada dengan Selada Akibat dengan fosfor untuk
Difisiensi Fosfor  Difisiensi Fosfor  pertumbuhan 
(Dokumentasi Kelompok 03, (Dokumentasi
2019) Kelompok 03, 2019)

Defisiensi Daun selada


Kalium (K) warnanya
memudar
menjadi
kekuningan dan
layu.  

 
Gambar 14.1 Hidroponik Gambar 14.1 Gejala
Tanaman Selada dengan Selada Akibat dengan
Perlakuan Difisiensi Kalium Perlakuan Difisiensi
(Dokumentasi Kelompok 04, Kalium
2019) (Dokumentasi
Kelompok 04, 2019)

Defisiensi Daun tanaman


Kalsium (Ca) selada menjadi
hijau pucat
setelah diberi
perlakuan
Gambar 15.1 defisiensi
kalsium 
Hidroponik Tanaman Selada
Gambar 15.2
dengan Perlakuan Defisiensi
Kalsium  Gejala pada Tanaman
Selada Akibat
Perlakuan Defisiensi
(Dokumentasi Kelompok 05, Kalsium
2019) 

(Dokumentasi
Kelompok 05, 2019)

Defisiensi Daun tanaman


Sulfur (S) selada menjadi
pucat dan agak
menguning
setelah diberi
perlakuan
Gambar 16.1 Hidroponik Gambar 16.2 defisiensi
Tanaman Selada dengan Hidroponik Tanaman sulfur 
Difisiensi Sulfur  Selada akibat Difisiensi
Sulfur 
(Dokumentasi Kelompok 06,
2019) (Dokumentasi
Kelompok 06, 2019)

Defisiensi  
Magnesium
Daun tanaman
(Mg)
selada menjadi
putih pucat di
  sekitar tulang
daun
Gambar 17.2
Gejala Tanaman
Selada Akibat
  Difisiensi Magnesium
Gambar 17.1 Hidroponik (Dokumentasi
Tanaman Selada dengan Kelompok 07, 2019)
Difisiensi Magnesium

(Dokumentasi Kelompok 07,


2019)
Defisiensi Daun selada
Mikronutrien berwarna hijau
tetapi batang
tidak kokoh
Gambar 18.1 Hidroponik (layu) setelah
Tanaman Selada dengan diberi
Defisiensi mikronutrien Gambar 18.2 
perlakuan
(Dokumentasi Kelompok 08, Hidroponik Tanaman defisiensi
2019) Selada akibat mikronutrien
Defisiensi
mikronutrien

(Dokumentasi
Kelompok 08, 2019)

Kelebihan Daun tanaman


Nitrogen (N) selada menjadi
berwarna hijau
muda segar dan
terdapat
bolong pada
daun 

Gambar 19.1 Hidroponik Gambar 19.2


Tanaman Selada dengan Hidroponik Tanaman
Kelebihan Nitrogen Selada akibat
Kelebihan Nitrogen
(Dokumentasi Kelompok 09,
2019)  (Dokumentasi
Kelompok 09, 2019) 

Kelebihan    
Zat Besi (Fe)
Gambar 20.1 Hidroponik Gambar 20.2 Gejala
Tanaman Selada dengan Selada Akibat dengan
Kelebihan Zat Besi Perlakuan Kelebihan
Zat Besi
(Dokumentasi Kelompok 10,
2019) (Dokumentasi
Kelompok 10, 2019)

Anda mungkin juga menyukai