Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1 / Jalan Raya Jatinangor KM 20.75, Desa Sayang,
Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat – Indonesia, 45363.
ABSTRAK
Hidroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman yang cukup mudah dan dapat
mempercepat pertumbuhan tanaman. Tanaman dengan budidaya hidroponik dapat dengan
mudah tumbuh karena larutan sebagai media hidroponik sudah bercampur dengan nutrisi
yang dibutuhkan tumbuhan untuk berkembang. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk
berkembang juga bisa mengalami pengurangan atau kekosongan nutrisi atau defisiensi
nutrisi. Defisiensi nutrisi merupakan kasus dimana nutrisi dalam suatu media atau tanaman
tidak tercukupi akibatnya tanaman tersebut menjadi mengalami gejala kualitatif dari
defisiensi unsur yang kurangnya. Unsur yang sangat dibutuhkan tanaman adalah N, P dan K.
Unsur lain yang dibutuhkan tanaman namun dalam jumlah yang relatif sedikit adalah Mau,
Fe, Cu, Zn dan Mn. Unsur ini sering disebut sebagai unsur mikro, unsur ini dibutuhkan hanya
sedikit oleh tumbuhan karena jika berlebih akan menajadi racun bagi tumbuhan karena unsur
mikro didominasi oleh logam berat.
KESIMPULAN
Pemberian nutrisi terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman Ipomea
reptans dan Lactuva sativa mendapatkan
hasil tanaman dengan perlakuan kontrol
memiliki pertumbuhan tinggi yang terus
meningkat.
Pemberian nutrisi terhadap
pertumbuhan daun tanaman Ipomea
reptans dan Lactuva sativa mendapatkan
hasil tanaman dengan perlakuan kontrol
memiliki jumlah daun yang terus
meningkat dan besar.
Pemberian nutrisi terhadap gejala
kualitatif tanaman Ipomea reptans dan
Lactuva sativa mendapatkan hasil
tanaman dengan perlakuan kontrol minim
mengalami gejala kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Aragno, M., & Michael, J. (2005). The Living Soil. New Jersey: Science Publishers.
Djukri. (2005). Pertumbuhan clan Produksi Ka'1gkung pada Berbagal Dosls Hara Malao clan
Mikro. Enviro, 5(1), 34-37.
Fahmi, A., Syamsudin, Utami, S. N., & Radjagukguk, B. (2010). PENGARUH INTERAKSI HARA
NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea Mays
L) PADA TANAH REGOSOL DAN LATOSOL. Berita Biologi, 1(3), 291-304.
Fikri, S. M., Indradewa, D., & Putra, E. T. (2015). PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH
MEDIA TANAM JAMUR PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KANGKUNG DARAT
(Ipomoea reptans Poir.). Vegetalika, 4(2), 79-89.
Havlin, L. J., Beaton, J. D., Tisdale, S. L., & Nelson, W. L. (2005). Soil Fertility and Fertilizers.
An introduction to nutrient management. Seventh Edition. New Jersey: Pearson
Education.
Herwibowo, K., & S., B. N. (2014). Hidroponik Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hidayati, N., Rosawanti, P., Yusuf, F., & Hanafi, N. (2017). Kajian Penggunaan Nutrisi
Anorganik Terhadap Pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Hidroponik
Sistem Wick. Jurnal Daun, 4(2), 75-81.
Lincoln, T., Eduardo, Z., Moller, I. M., & Murphy, A. (2015). Plant Physiology and
Development. Massachusetts: Sinauer Associates.
Neil, A. C., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., & Jackson,
R. B. (2015). Biology. United States: Pearson Education.
Pramitasari, H. E., Wardiyati, T., & Nawawi, M. (2016). PENGARUH DOSIS PUPUK NITROGEN
DAN TINGKAT KEPADATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae L.). Jurnal Produksi Tanaman, 4(1), 49-56.
Rahayu, W. S., Mukarlina, & Linda, R. (2018). Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa
L. var. New Grand Rapids) menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung
(THST) Tanpa Sirkulasi dengan Penambahan Giberelin (GA3). Protobiont, 7(3), 62-67.
Satria, N., Wardati, & Khoril, M. A. (2015). PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccencis). JOM Faperta, 2(1), 1-13.
Sembodo, S. A., N., E. E., & W., K. P. (2018). Respon Tanaman Selada Merah (Lactusa sativa
sar. Lollorosa) terhadap Media Tanam dan Konsentrasi Nutrisi pada Hidroponik
Sistem Sumbu. Jurnal Produksi Tanaman, 6(9), 2391-2397.
Siregar, J., Triyono, S., & Suhandy, D. (2015). PENGUJIAN BEBERAPA NUTRISI HIDROPONIK
PADA SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM
TERAPUNG (THST) TERMODIFIKASI. Jurnal Teknik Pertanian Lmapung, 4(1), 65-72.
Subandi. (2013). PERAN DAN PENGELOLAAN HARA KALIUM UNTUK PRODUKSI PANGAN
INDONESIA. Pengembangan Inovasi Pertanian, 6(1), 1-10.
Suryaningsih, Said, I., & Rahman, N. (2018). ANALISIS KADAR KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe)
DALAM KANGKUNG AIR (Ipomeae Aquatica Forsk) DAN KANGKUNG DARAT
(Ipomeae Reptan Forsk) ASAL PALU. Jurnal Akademika Kimia, 7(3), 135-135.
Wibowo, Y. H., & Sitawati. (2017). RESPON TANAMAN KANGKUNG DARA (Ipomea reptans)
DENGAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA PIPA VERTIKAL. Plantropica Journal of
Agricultural Science , 2(2), 148-154.
Zuhaida, L., Ambawari, E., & Sulistyaningsih, E. (2010). PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA
(Lactuca sativa L.) HIDROPONIK DIPERKAYA Fe. Jurnal Alumni Gajah Mada, 2(1), 1-
10.
Tabel 1. Komposisi Media Untuk Percobaan Nutrisi
23 Kontrol 0 0 5 17.4
September
2019 Defisiensi 0 0 5.5 20.4
Nitrogen (N)
Defisiensi 0 0 5 26.4
Sulfur (S)
Defisiensi 0 0 5 23,4
Magnesium
(Mg)
Defisiensi 0 0 5.2 17
Mikronutrien
Kelebihan 0 0 5 13,4
Nitrogen (N)
Defisiensi 0.17 0.66 6 28.4
Magnesium
(Mg)
Defisiensi 0.06 0 6 0
Mikronutrien
Defisiensi 0 0 0 0
Kalium (K)
Kelebihan Zat
Besi (Fe)
Kelebihan Zat
Besi (Fe)
7 Oktober
2019 Defisiensi 2.62 0.36 0.4 0
Nitrogen (N)
Tabel 3. Data Kompilasi Awal dan Akhir Tinggi Tumbuhan dan Jumlah Daun Tanaman
Kangkung Darat (Ipomea reptans).
Tabel 4. Data Kompilasi Awal dan Akhir Tinggi Tumbuhan dan Jumlah Daun Tanaman
Selada Keriting (Lactuca sativa).
Grafik 2. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kangkung (Ipomea reptans) dengan
Semua Perlakuan
Grafik 3. Grafik Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa)
dengan Semua Perlakuan
Grafik 4. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Selada Keriting (Lactuca sativa) dengan Semua
Perlakuan
Tabel 5. Data Rata-rata Penambahan Tinggi dan Jumlah Daun Secara Keseluruhan
Kangkung Darat (Ipomea reptans)
Tabel 6. Data Rata-rata Penambahan Tinggi dan Jumlah Daun Secara Keseluruhan Selada
Keriting (Lactuca sativa)
Tabel 7. Hasil Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans) Semua Perlakuan.
Kontrol Daun
kangkung
pada
pengamatan
Gambar 1.1 Hidroponik 0 dalam
Tanaman Kangkung keadaan
Kontrol Pengamatan 0 Gambar 1.2 Hidroponik hijau namun
Tanaman Kangkung Kontrol pada
Sumber: (Dokumentasi Pengamatan 7 pengamatan
Kelompok 01, 2019)
Sumber: (Dokumentasi -
Kelompok 01, 2019) pengamatan
sempat
menjadi
kuning dan
ada bercak
kuning pada
salah satu
sampel di
pengamatan
ke 7
Defisiensi Daun
Nitrogen (N) kangkung
kekuningan
(klorosis)
Sumber: (Dokumentasi
Gambar 2.1 Hidroponik Kelompok 02, 2019)
Tanaman Kangkung
dengan Perlakuan
Defisiensi Nitogen
Pengamatan 0
Sumber: (Dokumentasi
Kelompok 02, 2019)
Defisiensi Daun
Fosfor (P) kangkung
cenderung
kerdil dan
berwarna
hijau gelap.
Gambar 3.1 Hidroponik Gambar 3.2 Gejala akibat
Tanaman Kangkung dengan Difisiensi Fosfor
dengan Difisiensi Fosfor Sumber: (Dokumentasi
Sumber: (Dokumentasi Kelompok 03, 2019)
Kelompok 03, 2019)
Defisiensi Daun
Kalium (K) kangkung
menguning
dan sebagian
mati karena
kering.
Gambar 4.2
Gambar 4.1 Hidroponik Gejala Defisiensi Kalium
Tanaman Kangkung pada Tanaman Kangkung
dengan Perlakuan
Defisiensi Kalium
Defisiensi Setelah
Kalsium (Ca) diberi
perlakuan
defisiensi
kalsium,
beberapa
Gambar 5.1 Hidroponik
daun
Tanaman Kangkung
tanaman
dengan Perlakuan
Gambar 5.2 kangkung
Defisiensi Kalsium
menguning
(Dokumentasi Kelompok Gejala Defisiensi Kalsium dan ada
05, 2019) pada Tanaman Kangkung beberapa
daun yang
kering
(Dokumentasi Kelompok 05,
2019)
Defisiensi Setelah
Sulfur (S) diberi
perlakuan
defisiensi
sulfur,
beberapa
daun
Gambar 6.2 Hidroponik
tanaman
Tanaman Kangkung akibat
kangkung
Defisiensi Sulfur
menguning
Gambar 6.1 Hidroponik dan sedikit
(Dokumentasi Kelompok 06,
Tanaman Kangkung pucat
2019)
dengan Difisiensi Sulfur
(Dokumentasi Kelompok
06, 2019)
Defisiensi
Magnesium
Setelah
(Mg)
diberi
perlakuan
defisiensi
Gambar 7.1 Hidroponik Gambar 7.2 magnesium,
Tanaman Kangkung Gejala Tanaman Kangkung daun pada 3
dengan Difisiensi Akibat Difisiensi Magnesium sampel
Magnesium tanaman
(Dokumentasi Kelompok 07, kangkung
(Dokumentasi Kelompok 2019) menguning
07, 2019) pucat dan
terdapat
beberapa
bercak dekat
tulang daun
Gejala daun
kangkung
setelah
disulam
semuanya
Gambar 8.3
hijau segar,
Gejala Tanaman Kangkung
hanya satu
Akibat Difisiensi
tanaman
Mikronutrien
layu dan
(Dokumentasi Kelompok 08, terdapat
2019) klorosis.
Kelebihan Daun
Zat Besi (Fe) tanaman
memiliki
bintik-bintik
pada bagian
belakang
Gambar 10.2 daun.
Gejala Tanaman Kangkung
Akibat Kelebihan Fe
(Dokumentasi Kelompok 10,
2019)
Tabel 7. Hasil Pertumbuhan Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa) Semua Perlakuan.
Kontrol Tanaman
selada pada
awalnya dalam
kondisi hijau
Gambar 11.1 Hidroponik segar. seiring
Tanaman Selada dengan berjalannya
Perlakuan Kontrol Gambar 11.2 Gejala waktu layu di
Selada Akibat dengan bagian ujung
(Dokumentasi Kelompok 01, Perlakuan Kontrol namun pada
2019)
(Dokumentasi akhirnya
Kelompok 01, 2019) tanaman
kembali hijau.
Defisiensi Selada
Nitrogen (N) berwarna
kekuningan,
daun muda
memutih
sebelum
akhirnya mati.
Gambar 14.1 Hidroponik Gambar 14.1 Gejala
Tanaman Selada dengan Selada Akibat dengan
Perlakuan Difisiensi Kalium Perlakuan Difisiensi
(Dokumentasi Kelompok 04, Kalium
2019) (Dokumentasi
Kelompok 04, 2019)
(Dokumentasi
Kelompok 05, 2019)
Defisiensi
Magnesium
Daun tanaman
(Mg)
selada menjadi
putih pucat di
sekitar tulang
daun
Gambar 17.2
Gejala Tanaman
Selada Akibat
Difisiensi Magnesium
Gambar 17.1 Hidroponik (Dokumentasi
Tanaman Selada dengan Kelompok 07, 2019)
Difisiensi Magnesium
(Dokumentasi
Kelompok 08, 2019)
Kelebihan
Zat Besi (Fe)
Gambar 20.1 Hidroponik Gambar 20.2 Gejala
Tanaman Selada dengan Selada Akibat dengan
Kelebihan Zat Besi Perlakuan Kelebihan
Zat Besi
(Dokumentasi Kelompok 10,
2019) (Dokumentasi
Kelompok 10, 2019)