Anda di halaman 1dari 13

KETERSEDIAAN HARA TANAMAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PERTUMBUHAN TANAMAN

OLEH :
RINALDY ALEXANDER.S(D1A015098)

MAILAN K G SIHOTANG (D1A015128)

DOSEN PENGAMPU

Dr.Ir.Made Deviani Duaja,M,S

Ir.Suryanto,M.S

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI
BAB 1

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara


tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanamana
menggunakan bahan anorganik unruk mendapatkan energi dan pertumbuhannya.
Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang
kadarnya sangat rendah, ditambah air yang diubah menjadi bahan organik oleh
klorofil dengan bantuan sinarmatahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan
dan metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme perubahan unsur
hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolsime.
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya.
Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak
terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau
berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau
ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu orrgan tertentu
yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.
Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden
(Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si).
Unsur Na, Si, dan Co dianggap bukan unsur hara essensial, tetapi
hampir selalu terdapat dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman di tanah
garaman yang kadarnya relatif tinggi dan sering melebihi kadar P (Fosfor).
Silikon (Si) pada tanaman padi dianggap penting walaupun tidak di perlukan
dalam proses metabolsime tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang
cukup, maka tanaman tersebut lebih segar dan tidak mudah roboh diterpa angin
sehingga seakan akan Si meningkatkan produksi tanaman.
Berdasarkan jumlah yang di perlukan tanaman, Unsur hara di bagi
menjadi dua golongan, yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara
makro dibutuhkan tanaman dan terdapat dalam jumlah yang lebih besar, di
bandingkan dengan unsur hara mikro. Davidescu (1988) mengusulkan bahwa
batas perbedaan unsur hara makro dan mikro adalah 0,02 % dan bila kurang
disebut unsur hara mikro. Ada juga unsur hara yang tidak mempunyai fungsi pada
tanaman, tetapi kadarnya cukup tinggi dalam tanaman dan tanaman yang hidup
pada suatu tanah tertentu selalu mengandung unsur hara tersebut misalnya unsur
hara Al (Almunium), Ni (Nikel) dan Fe (Besi).
Berdasarkan sumber penyerapannya, unsur hara di pilahkan menjadi dua,
yakni unsur hara yang di serap dari udara dan unsur hara yang diserap dari tanah.
 Diserap dari Udara
Unsur hara yang di serap dari udara adalah C, O, dan S, yaitu
berasal dari CO2, O2, dan SO2, Penyerapan N baik dari udara maupun dari tanah
diasimilasikan dalam proses reduksi dan aminasi. Nitrogen (N) udara diserap dari
N2 bebas lewat bakteri bintil akar dan NH3 di serap lewat stomata tanaman
 Diserap dari tanah
Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaman dan diambil
dari kompleks jerapan tanah ataupun dari larutan tanah berupa kation dan anion.
Adapula yang dapat diserap dalam bentuk khelat yaitu ikatan kation logam dengan
senyawa organik. Dewasa ini kebanyakan unsur hara mikro diberikan lewat daun.
BAB II

ISI

Ketersediaan hara tanaman dan hubungannya dengan pertumbuhan


tanaman

Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi
secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam
tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman,
maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut.
Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki fungsi,
kelebihandan kekurangannya masing-masing. Dalam memberikan unsur hara pada
tanaman tentunya sangat penting dijaga keseimbangan dan pengaturan kadar
pemberian unsure hara tersebut, sebab jika kelebihan dalam pemberiannya akan
tidak baik dampaknya, demikian pula halnya jika yang diberikan tersebut kurang
dari takaran yang semestinya diberikan (Acehpedia, 2010).

Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen


(H),Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium
(Ca),Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu),
Molibden(Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si).
Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial.

Unsur Na, Si, dan Co dianggap bukan unsur hara essensial, tetapi hampir
selalu terdapat dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman di tanah garam
yang kadarnya relatif tinggi dan sering melebihi kadar P (Fosfor). Silikon (Si)
pada tanaman padi dianggap penting walaupun tidak di perlukan dalam proses
metabolsime tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang cukup, maka
tanaman tersebut lebih segar dan tidak mudah roboh diterpa angin sehingga
seakan akan Simeningkatkan produksi tanaman.

Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang


mempengaruhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang
disediakan. Dalam menyarankan suatu prosedur untuk mengukur ketersediaan
unsur hara atau menginterpretasikan hasil-hasil pengukurannya, pengetahuan
tentang berbagai reaksi yang berlangsung dan dialami oleh unsur hara dalam
tanah sangat penting. Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini akan dipusatkan
pada faktor-faktor yang terlibat dengan suplai hara pada permukaan akar tanaman

Dalam manajemen produksi pertanian modern, kedepan rekomendas


pemberian nutrisi harus didahului dengan diagnosis hara mineral pada tanaman,
misalnya melalui diagnosis berdasarkan gejala visual (visible symptoms) dan
analisis tanaman (plant analysis). Untuk mencegah dampak negatif yang timbul,
pemberian pupuk tertentu baru dilakukan bila status hara mineral tersebut pada
kisaran defisiensi (“deficiency range”) (Grundon,1987)

Zone Defisiensi, Peralihan, Kecukupan dan Lewat Cukup

Hubungan antara pertumbuhan (yang dicerminkan dengan produksi berat


kering tanaman) dengan ketersediaan dan konsentrasi hara mineral dalam jaringan
tanaman secara umum digambarkan seperti pada Gambar 1 berikut. Pada
prinsipnya hubungan tersebut dibedakan menjadi 4 zone yang berbeda yaitu zone
defisiensi, peralihan, kecukupan dan lewat cukup. Artinya adalah status nutrisi
tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil adalah berbeda antara zone
defisiensi, peralihan, kecukupan dan lewat cukup. Namun status nutrisi seperti
pada gambar tersebut tidak selalu dapat berlaku umum, karena sangat tergantung
dari jenis hara mineral dan tanamannya
Gambar 1 menjelaskan bahwa pada zone defisiensi penambahan hara dalam tanah
(melalui pemupukan) hanya berakibat meningkatkan produksi berat kering, tetapi
konsentrasi hara dalam jaringan tanaman tetap, sedangkan pada zone peralihan
penambahan hara melalui pemupukan disamping berakibat meningkatkan
konsentrasi hara dalam jaringan tanaman, juga meningkatkan produksi berat
kering. Pada zone cukup penambahan hara melalui pemupukan berakibat
meningkatkan kandungan hara dalam jaringan tanaman, tetapi tidak meningkatkan
berat kering atau hasil panen. Kurva respon pada bagian ini disebut “luxury
consumption”(konsumsi berlebihan). Sedangkan pada zone lewat cukup
penambahanhara melalui pemupukan berakibat kandungan hara dalam jaringan
tanaman bertambah, tetapi hasil panen atau produksi tanaman menurun.
Konsentrasi kritis (critical value) adalah konsentrasi tepat dibawah konsentrasi
yang membrikan pertumbuhan optimum. Karena konsentrasi kritis hanya satu titik
(bukan kisaran), maka sangat sulit menginterprestasikan hasil analisis bila
nilainya berada di atas atau di bawah nilai tersebut. Para ahli lalu mengajukan
istilah “CNR” (Critical Nutrient Range) yaitu kisaran konsentrasi hara dalam
jaringan tanaman yang menyebabkan penurunan berat kering atau hasil sebesar 0
– 10%. Konentrasi hara yang menyebabkan berat kering atau hasil menurun
sebesar 10% disebut CDL (critical defisiensi level), sedangkan CTL (critical toxic
level) adalah konsentrasi yang menyebabkan terjadinya toksisitas.

Pengaruh Gangguan Unsur Hara Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh defisiensi unsur hara yang nyata adalah menghambat


pertumbuhan tanaman sehingga ukuran tanaman menjadi relative lebih kecil. Efek
lebih jauh adalah menurunkan asimilat (hasil fotosintesis) bersih tanaman.
Defisiensi unsur hara dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel secara
tiba-tiba. Akan tetapi respon sel berbeda-beda menurut jaringan dan organ
tanaman. Respon sel akar (root) dan tajuk (shoot) terhadap defisiensi unsur hara
menghasilkan root/shoot rasio yang makin besar. Artinya pada kondisi defisiensi,
akar memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih baik dari pada tajuk. Keadaan ini
terjadi disebabkan oleh distribusi asimilat lebih besar ditujukan pada akar dengan
harapan akar akan tumbuh lebih cepat, lebih panjang, lebih dalam dan kelak akan
mampu memasok nutrisi untuk pertumbuhan tajuk lebih baik. Pengaruh defisiensi
berbagai unsure hara dan jaringan/organ yang dipengaruhi seperti Tabel 4,
sedangkan gejala-gejala umum defisiensi dan toksisitas unsur hara seperti pada
Tabel 5 dan Tabel 6.
Kurva ketersediaan hara dengan pertumbuhan tanaman

Gambar 3-4 memperlihatkan gambaran ideal laju pertumbuhan sebagai


fungsi dari konsentrasi suatu unsur dalam tumbuhan. Pada rentang konsentrasi
rendah yang dinamakan daerah kahat, pertumbuhan naik sangat tajam bila unsur
diberikan lebih banyak dan konsentrasinya dalam tumbuhan meningkat. Di atas
konsentrasi kritis (konsentrasi jaringan minimum yang menghasilkan
pertumbuhan hampir maksimum, sekitar 90%), kenaikan konsentrasi akibat
pemupukan tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan (daerah berkecukupan).
Daerah berkecukupan menunjukkan adanya pemakai-an unsur secara berlebihan,
akibat adanya penimbunan di vacuola. Daerah tersebut cukup lebar untuk hara
makro, tetapi lebih sempit untuk hara mikro. Kenaikan lebih lanjut dari unsur itu
akan menyebabkan keracunan dan pertumbuhan yang menurun (daerah beracun)
(Epstein 1972; Baligar dan Duncan, 1990). Karena penyediaan hara dari tanah
sangat bervariasi, tidaklah mengherankan bila menemukan perbedaan dalam
jumlah hara pada tanaman dilapang. Sebagai contoh, Fitter dan Hay (1981)
menyebutkan herba cenderung mempunyai nitrogen tinggi karena hasil dari
adanya peningkatan nitrogen secara simbiotik. Secara fisiologis tanaman dapat
menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi lingkungan melalui sinyal yang
timbul dalam tanaman tersebut. Misalnya, tanaman yang tumbuh pada tanah
miskin P akan memiliki kadar P yang rendah. Kadar P tanaman yang rendah
tersebut merupakan sinyal bagi tanaman/akar untuk meningkatkan daya
penyerapan P.

Hubungan Antara Ketersediaan Hara dengan Pertumbuhan Tanaman

Ketersediaan hara mineral secara langsung atau tidak langsung


mempengaruhi aktivitas fotosintesis tanaman. Apabila ketersediaan hara mineral
suboptimal maka pertumbuhan daun terhambat, dan ini membatasi besarnya luas
daun tanaman. Luas daun yang rendah akan membatasi hasil fotosintesis bersih
yang dihasilkan. Bila hal tersebut terjadi pada fase reproduktif, maka hasil per
luasan areal yang didapatkan akan menurun. Hara mineral berpengaruh terhadap
perkembangan bunga dan biji. Pada beberapa tanaman seperti kedelai, gugurnya
bunga dan polong yang sedang tumbuh merupakan faktor utama yang membatasi
hasil. Kekurangan K selama periode pengisian biji pada gandum memperpendek
periode pengisian biji dan mengurangi berat biji. Pada tanaman Buah Naga Merah,
kandungan hara N, P, dan K jaringan pucuk yang rendah menyebabkan
pertumbuhan tanaman tersebut lambat. Hasil penelitian Rai dan Sukewijaya
(2007) menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas Buah Naga Merah di dataran
rendah lebih baik dibandingkan dengan di dataran tinggi, ditunjukkan oleh rata-
rata pertambahan panjang dan keliling tunas di dataran rendah jauh lebih besar
serta berat segar dan berat kering oven tunas nyata lebih berat, dimana hal itu
antara lain berhubungan dengan kemampuan tanaman di dataran rendah mampu
menyerap hara lebih baik.

Pertumbuhan tunas yang lebih baik pada tanaman buah naga merah di
dataran rendah (di Desa Antap, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan) didukung
oleh lingkungan tumbuh yang sesuai dengan syarat tumbuh yang dikehendaki.
Suhu udara yang ideal bagi tanaman buah naga merah adalahnantara 26 – 36°C
dan kelembaban udara 70 – 90% (Kristanto, 2003). Dari pengamatan suhu dan
kelembaban udara harian pada masing-masing lokasi penelitian (Gambar 5 dan 6)
diketahui bahwa kisaran suhu dan kelembaban udara harian di dataran rendah
lebih sesuai dengan kondisi optimal yang dibutuhkan tanaman buah naga merah
yaitu suhu udara berkisar antara 28 – 31°C dan kelembaban antara 67 – 74%,
sedangkan di dataran tinggi kisaran suhu harian 16 – 26°C dan kelembaban udara
harian 86 – 97%. Kisaran suhu antara 16 – 26 0C tergolong terlalu rendah bagi
pertumbuhan buah naga merah. Intensitas cahaya matahari di dataran rendah
(79,35%) lebih tinggi dibandingkan di dataran rendah (53,57%), sementera
intensitas cahaya matahari untuk pertumbuhan tanaman buah naga merah yang
baik70 – 80%.
BAB III

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Ketersediaan hara mineral secara langsung atau tidak langsung


mempengaruhi aktivitas fotosintesis tanaman. Apabila ketersediaan hara mineral
suboptimal maka pertumbuhan daun terhambat, dan ini membatasi besarnya luas
daun tanaman. Luas daun yang rendah akan membatasi hasil fotosintesis bersih
yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai