Anda di halaman 1dari 22

PAPER ILMU TANAH

UNSUR HARA PADA TANAMAN


(ESENSIAL & NON ESENSIAL)
Dosen Pembimbing :
Ir. Mulyono, MP.

Disusun oleh :
Nama: Adi Bowo Laksono
NIM : 20150210072

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

I.

PENDAHULUAN

Tanah merupakan sumber bahan makanan bagi sebagian besar makhluk hidup.
Tidak ada sumber lain yang dapat mengikuti fungsi tanah, bahkan kehidupan laut pun
secara secara tidak langsung bersumber pada tanah. Zat-zat organik yang hanyut di sungai
akhirnya menuju laut dan berguna sebagai makanan tumbuh-tumbuhan yang hidup di
dalam laut, baik yang hidup sebagai plankton maupun ganggang dan tumbuhan yang hidup
di dasar laut ( Harjowigeno, 1987).
Dalam budidaya pertanian, tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya
tanaman dalam suatu sistem pertanaman. Pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro maupun
unsur hara mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai
pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat
beragam sebagai medium tumbuh tanaman.
Tanah sebagai pemasok unsur hara, apabila suatu tanaman kekurangan suatu unsur
hara, maka akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa
disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat
dipenuhi dari dalam tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari luar biasanya dalam
bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah atau tanaman untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat berfungsi untuk memperbaiki
sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Pentingnya kesuburan tanah dalam menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman
telah ditegaskan dalam Al-Quran QS Al-Araaf ayat 58 pada 14 abad yang lalu, artinya :
Dan dari tanah yang baik dihasilkan tetanaman yang baik pula dengan izin Allah,
dan dari tanah yang tidak baik, tidak demikian, kecuali kerdil. Demikianlah Kali (Allah)
menerangkan ayat-ayat bagi kaum yang bersyukur
Tanaman dapat menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman apabila bisa
memanfaatkan hara baik yang didapat dalam tanah atau udara. Fungsi hara tanaman tidak
dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka
kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Di samping itu umumnya
tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada
suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. Kadar unsur-unsur
hara mineral di dalam tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga persentase
kandungannya di dalam tanaman berbeda-beda.

II. PEMBAHASAN
Unsur hara yaitu suatu zat yang dapat memberi pengaruh terhadap pertumbuhan
dan juga perkembangan fisik pada tanaman. Unsur hara tak bisa digantikan dengan unsur
lainnya karena termasuk unsur esensial yang harus ada dalam jumlah tertentu dengan
takaran yang pas bagi masing-masing tanaman. Unsur hara terdiri dari beberapa jenis
unsur yang dapat diperoleh dari udara melalui stomata dan juga lentisel pada tanaman dan
bisa diperoleh dari tanah melalui akar. Apabila tanah berhasil menghasilkan tanaman
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang baik, pasti mempunyai penyediaan yang
cukup dari semua unsur-unsur hara. Tidak hanya harus ada unsur-unsur hara dalam bentukbentuk yang dikehendaki tanaman, tetapi juga harus dalam keadaan yang seimbang sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Jika setiap unsur-unsur ini kurang atau jika
terdapat dalam imbangan yang tidak cukup, pertumbuhan tumbuhan secara normal tidak
akan tercapai dalam arti lain mengalami ke-abnormalan.
Unsur hara tanaman memiliki dua kriteria dalam memantapkan perannya pada
tanaman, antara lain :
1. Keharusan bagi tanaman untuk melengkapi siklus hidupnya, dan;
2. Keterlibatan secara langsung dalam menyediakan makanan bagi tanaman, terpisah
dari pengaruh yang mungkin dalam memperbaiki beberapa kondisi yang tidak
sesuai dalam tanah atau media untuk budidaya.
Pada suatu keadaan, biasanya terjadi defisiensi unsur hara esensial yang

mengakibatkan adanya faktor pembatas, sehingga memunculkan sebuah prinsip yaitu :

Gambar 1. Hukum Liebig


Besarnya produksi tanaman ditentukan oleh unsur yang ketersediaannya paling
rendah (The Law of the Minimum, Liebig).
Sedangkan pada keadaan yang berlebih, pada kondisi tertentu (misalnya lingkungan
tanah yang masam), konsentrasi unsur hara esensial dan unsur hara lain dalam tanah
bersifat toksik (racun) bagi pertumbuhan beberapa tanaman.
Dalam memainkan perannya, unsur hara juga sekaligus berpengaruh terhadap
aktivitas dan produktivitas tanaman di antaranya : 1) memperlancar proses fotosintesis; 2)
pertumbuhan dan perkembangan tanaman lebih cepat; 3) memaksimalkan proses
pemasakan pada buah dan biji; dan 4) menghasilkan dan mempertahankan kualitas baik
buah, bunga maupun bijinya. Unsur hara berdasarkan cara penyerapan tanaman dibedakan
menjadi :
1. Unsur hara Diserap dari Udara dan Air.
Adapun unsur-unsur yang diserap melalui udara yaitu C, O, dan S, yaitu berasal dari
CO2, O2, dan SO2. Sedangkan penyerapan N di udara maupun di dalam tanah melalui

asimilasi dalam proses reduksi dan aminasi. Nitrogen (N) udara diserap dari N 2 bebas
lewat bakteri bintil akar dan NH3 di serap lewat stomata tanaman. Sedangkan H berasal
dari H2O yang diserap dari air.

2. Unsur Hara yang Diserap dari Tanah


Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaman dan diambil dari kompleks jerapan
tanah ataupun dari larutan tanah berupa kation dan anion. Adapula usur hara yang dapat
diserap oleh akar dalam bentuk khelat yaitu ikatan kation logam dengan senyawa organik.
Biasanya unsur hara mikro juga dapat diberikan melalui daun (foliar spray)(Ata ,Naiata.
2013).

Nitrogen (N) diserap dari tanah dalam bentuk anion nitrat (NO2-), nitrit (NO3-) dan

kation ammonium (NH4+).


Phosphorus (P) diserap dari tanah dalam bentuk anion (H2PO4- atau HPO42- ).
Sulfur (S) diserap dari tanah dalam bentuk anion sulfat (SO42-) dalam jumlah sedikit

diserap oleh daun dalma bentuk gas SO2.


Kalium (K) diserap dalam bentuk kation K+
Magnesium (Mg) diserap dalam bentuk kation Mg2+.
Kalsium (Ca) diserap dalam bentuk kation Ca2+.
Besi (Fe) diserap dalam bentuk kation Fe2+ dan Fe3+.
Mangan (Mn) diserap dalam bentuk kation Mn2+
Seng (Zn) diserap dalam bentuk kation Zn2+
Boron (B) diserap dalam bentuk anion borate (BO33- atau B4O72-).
Tembaga (Cu) diserap terutama dalam bentuk kation Cu2+ .
Molibdenum (Mo) diserap dari tanah dlaam bentuk kation molybdate (MoO22+) .
Khlorine (Cl) diserap dalam bentuk anion Cl-.

Sedangkan dalam kebutuhan tanaman, unsur hara digolongkan menjadi unsur hara esensial
dan non esensial, uraiannya sebagai berikut :

1. UNSUR HARA ESENSIAL


Unsur hara merupakan suatu unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
kelangsungan hidupnya. Suatu unsur dikatakan esensial bagi tumbuhan jika:

a. Tumbuhan tidak dapat melengkapi daur hidupnya apabila unsur tersebut tidak
tersedia.
b. Unsur tersebut merupakan penyusun suatu molekul atau bagian tumbuhan yang
esensial bagi kelangsungan hidup tumbuhan tersebut.
c. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme
Terdapat 20 unsur hara esensial, namun terdapat beberapa unsur yang hanya
dibutuhkan oleh beberapa tanaman, antara lain C, H, O, N, P, K, Ca ,Mg ,S ,B ,Fe
,Mn ,Cu ,Zn ,Mo ,Cl ,Cu ,V ,Na,dan Si. Ke 20 golongan tersebut, unsur N, P, K, Ca,
Mg, S dapat ditemukan dalam tanah, sedangkan C, H, O banyak ditemukan di udara
bebas dan air. digolongkan ke dalam golongan tersebut dibagi lagi sesuai jumlah
kebutuhan tanaman.
a. Unsur hara makro
Merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar, biasanya
diserap di atas 500 ppm dalam tanaman. Terdiri dari beberapa unsur hara esensial antara
lain :
1) Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat
disediakan melalui pemupukan. Tanaman menyerap unsur hara ini terutama dalam
bentuk NO3-namun bentuk lain yang dapat diserap adalah NH 4+ dan urea
(CO(N2)2)dalam bentuk NO3-. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat
mempengaruhi pembentukan protein, di samping itu unsur hara ini juga merupakan
bagian yang integral dan klorofil.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan lainya adalah
berasal dari aktivitas kehidupan di dalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N
secara simbiotik , khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminosa dengan
bakteri-bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainya
setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktivitas jasad renik tanah.

Nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Selain itu
nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan auksin. Fungsi
nitrogen :
a. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
b. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman warnanya lebih
c. hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis
d. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman
e. Meningkatkan berkembangbiaknya mikro-organisme di dalam tanah.
Ketersedian unsur N tanah dipengaruhi oleh faktor faktor lingkungan
seperti iklim dan macam vegetasinya yang ke semuanya dipengaruhi oleh keadaan
setempat seperti topografi, batuan induk, kegiatan manusia, dan waktu. Peranan
fisiologi N meliputi reduksi metabolis nitrat menjadi amoniak, yang selanjutnya
terjadi asimilase amonia yang membentuk garam-garam amino yang diaktifkan
oleh berbagai enzim.
Peran N terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa
organik di dalam tanaman pada umunya mengandung N antara lain asam asam
amino, enzim, dan bahan lainya yang menyalurkan energi.
Kekurangan

unsur

dapat

mengganggu

segala

kegiatan

dalam

pembentukan sel-sel baru, karena tergantungnya perkembangan protein serta


bahan-bahan penting lainya. demikian pula dengan kelebihan unsur hara dapat
berpengaruh buruk terhadap tanaman, kecuali ada keseimbangan antara unsur lain
pendukung utama pertumbuhan tanaman. Pemberian zat N terlalu banyak bagi
tanaman penghasil buah akan kurang baik karena :
a. Akan banyak menghasilkan daun dan batang
b. Batang lembek dan mudah rebah
c. Kurang menghasilkan buah

d. Dapat melambatkan masaknya biji atau buah.


Pada tumbuhan yang kekurangan unsur N akan mengalami pertumbuhan
lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun
tua cepat menguning dan mati.
2) Fosfat
Fosfat merupakan unsur hara yang sangat stabil di dalam tanaman,
Sehingga kelarutannya sangat rendah. Secara garis besar P tanah dapat dibedakan
atas P anorganik dan P-organik. Tetapi dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman dapat pula dipisahkan lagi menjadi P larutan tanah. Perhitungan jumlah
unsur P, didasaarkan pada neraca P, yaitu ukuran keseimbangan antara pertambahan
dan kehilangan P dari dalam tanah. Pertambahan dapat diharapkan dapat berasal
dari pupuk fosfat, pelapukan mineral-mineral P dan residu hewan dan tanaman.
Sedangkan kehilangan P dapat terjadi karena terangkut tanaman, tercuci dan
tererosi.
Fosfat merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari
inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan
jaringan meristem, pertumbuhan jaringan muda dan akar, mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah, penyusun protein dan lemak. Terdapat
hubungan erat antara bentuk P tanah dengan pH di mana pada pH rendah
membentuk H2PO4- yang dominan, sedangkan pada pH tinggi membentuk HPO 42yang dominan.
P dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, di antaranya
yaitu : P dapat merangsang perkembangan perakaran tanaman terhadap
pertumbuhan tanaman. Terhadap produksi tanaman P mempertinggi hasil serta
berat bahan kering, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil serta mempercepat masa
kematangan. Sedangkan pengaruhnya terhadap resistensi penyakit dapat dikatakan
bahwa P mempertinggi daya resistensi terhadap serangan penyakit , terutama
cendawan.

Gejala kekurangan fosfor bagi tanaman yaitu pertumbuhan kerdil


(pembelahan sel terhambat), daun-daun menjadi unggu atau coklat mulai dari ujung
daun, pembentukan buah tidak sempurna.
3) Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga yang kadarnya mencapai 2.6 % dari
total berat tanah. Secara umum sumber kalium tanah berasal dari batuan dan
mineral seperti felspat, moskovit, dan biotit.
Di dalam tanah dikenal empat bentuk kalium yaitu K-mineral, Kpertukaran, K-fiksasi, dan K- larutan. Tetapi berdasarkan ketersediaan K
digolongkan K-relatif tidak tersedia, K lambat tersedia K- segera tersedia. K- relatif
tidak tersedia secara gradual dibebaskan menjadi bentuk K- dapat di pertukarkan.
Ketersediaan K diartikan sebagai K yang dapat dipertukarkan. ketersediaan
kalium di dalam tanah dipengaruhi oleh tipe koloid tanah, membeku dan mencair,
pembasahan dan pengeringan, pH dan pelapukan. sama seperti unsur P, pada unsur
K terdapat neraca kalium yang diartikan sebagai keseimbangan antara pertambahan
dan kehilangan kalium tanah. Pertambahan K dapat dari residu tanaman dan
hewan, pupuk perdagangan, air irigasi, dan pelapukan mineral kalium. Kehilangan
K dapat terjadi baik oleh pencucian ataupun terangkut tanaman tererosi tergantung
pada tekstur tanah, kapasitas kation tanah (KTK), tanah organik.
Kalium di dalam tanaman dapat berfungsi untuk menguatkan jerami
sehingga tanaman tidak mudah rebah. Terhadap produksi tanaman dan
memperbaiki kualitas hasil. Selanjutnya kalium akan mempertinggi resitensi
tanaman terhadap penyakit, terutama terhadap penyakit oleh cendawan. Sedangkan
dalam hubungannya terhadap tanaman, menurut penelitian unsur Kalium banyak
terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein.
Kalium berperan baik secara kasat mata maupun secara internal dalam tubuh
tanaman, antara lain :
a. Membantu pembentukan protein dan Karbohidrat
b. Mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman

c. Meningkatkan resisten terhadap penyakit


d. Meningkatkan kualitas biji atau buah.
e. Membuka dan menutup stomata (pengatur tekanan turgol sel)

Sedangkan gejala kekurangan kalium yaitu pada daun mengalami klorosis,


terdapat bercak jaringan mati. Bercak berukuran kecil, biasanya pada bagian ujung,
tepi, dan jaringan antara tulang daun. Bila kekurangan Kalium akan menyebabkan
terkulai dan buahnya lekas jatuh. Tumbuhan yang kekurangan Kalium akan cepat
mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar lengasnya yang lebih rendah.
4) Kalsium (Ca)
Kalsium berasal dari bahan mineral tanah dan banyak dijumpai pada
mineral seperti amfibol, apatit, dolomit, feldspar plagioklas, hornblende, olivine,
dan serpentin. Kalsium dan magnesium diserap tanaman masing-masing sebagai
ion Ca2+ dan Mg2+. Dari bentuk dapat ditukar dan atau bentuk larut air.
Ketersediaan kalsium dan magnesium dipengaruhi oleh: jumlah ion unsur-unsur
tersebut dalam bentuk dapat ditukar, derajat kejenuhan unsur-unsur tersebut pada
kompleks pertukaran, tipa koloid liat tanah, dan sifat ion-ion komplementer yang
terjerap pada koloid liat. Ketersediaan unsur-unsur tersebut rendah di dalam tanahtanah di daerah lembap dan tinggi di dalam tanah daerah kering.
Kalsium mempunyai peranan penting pada pertumbuhan tanaman. Tanaman
yang mengalami defisiensi (kekahatan) kalsium tumbuhnya terhambat, kerdil,
batang lemah dan pertumbuhan titik-titik tumbuh sera pucuk-pucuk akar jelek.
5) Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur yang vital pada proses fotosintesis (mineral
penyusun klorofil) dan penting pada kebanyakan reaksi enzim di dalam tanaman.
Unsur ini juga biasa diserap dalam bentuk ion Mg2+ dan berperan dalam mobilisasi
tanaman. Walaupun Mg banyak terdapat di dalam klorofil dalam jumlah yang

besar, namun juga sering dijumpai pada biji-biji tanaman dalam jumlah yang cukup
banyakFungsi Mg dalam tanaman yaitu : 1) terkait dengan bagian molekul klorofil
fotosintesis (metabolisme P & hasilnya banyak ditemui pada biji); 2) sebagai
aktivator berbagai enzim; 3) komponen dalam sintesis protein pada ribosom.
Tanaman yang mengalami kekahatan magnesium akan terjadi dari bagian
yang tua ke bagian tanaman muda dikarenakan mengalami translokasi (unsur
mobiliasasi) sehingga banyak tanaman memperlihatkan gejala klorosis di antara
tulang-tulang daun bagian bawah, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau.
Selan itu juga terjadi nekrosis yang dimulai dari pinggiran atau pucuk-pucuk daun,
timbul strik putih atau kuning. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu berupa
penghambatan sintesis protein karena jumlah protein yang menurun.
6) Belerang (Sulfur / S)
Belerang diserap tanaman hampir seluruhnya sebagai ion sulfat (SO 42-)
maupun SO2, yang hanya sejumlah kecil SO2 yang diserap langsung dari udara.
Ion-ion sulfat di dalam tanah terdapat sebagai garam-garam larut maupun tak larut,
sebagian terjerap oleh oksidasi-oksidasi hidrous dari besi dan aluminium dan
mineral tipe 1:1. Terdapat dalam jumlah yang kurang lebih sama dengan unsur P
pada tanaman gandum, jagung, kacang-kacangan, kentang dan dalam porsi yang
cukup banyak pada alfalfa, kubis dan turnip.
Peran fisiologisnya menyerupai unsur N, yaitu diperlukan tanaman pada
proses sintesis asam-asam amino metionin, sistein, dan sistin. Unsur ini menyusun
vitamin-vitamin seperti biotin dan tiamin. Fungsi pada tanaman :
a. Penyusun 3 dari 21 asam amino di atas;
b. Berada dalam senyawa organik yang memberikan bau pada bawang putih,
bawang merah, dan mustard.
c. Penting dalam sintesis vitamin, hormon dan metabolit lainnya.
Gejala kekurangan atau defisiensi menyerupai kekurangan unsur N,
sehingga sering menimbulkan kekeliruan dalam penentuan penyebab, seperti

menghambat pertumbuhan tanaman, klorotik, kerdil, dan pertumbuhan batang


terhambat, kecil, dan pendek.
b. Unsur hara mikro
Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh
tanaman, juga dibutuhkan dalam kebutuhan yang sempit pula, sehingga dalam jumlah
yang sedikit berlebihan merupakan toksik bagi tanaman. Secara umum kadar unsur
hara dalam tanah berurutan dari 10 ppm Mo yang terendah, 50 ppm Cl, 7-80 ppm B,
10-80 Cu, 10-300 ppm Zn, 20-300 ppm Mn dan tertinggi 10.000 100.000 ppm Fe.
Sumber unsur ini di dalam tanah terdiri dari litosfer, batuan beku, seperti basalt dan
granit, batuan endapan, batu pasir , batu kapur dan batu liat, bahan organic, pupuk
anorganik buatan dan pupuk organic buatan.
Unsur mikro kecuali Mo akan tersedia paling banyak pada pH rendah dan akan
menurun dengan meningkatnya pH tanah yang berhubungan erat dengan tingginya
kapur dan basa-basa dalam tanah. Di samping itu bahan organik dalam tanah melalui
kalatasi juga berpengaruh terhadap ketersediaan unsur mikro dalam tanah. Perilaku
unsur Mo dalam tanah mirip dengan unsur P, yang dapat dijerap oleh komplek
pertukaran yang bermuatan positif, tersedia rendah pada pH rendah dan tinggi,
optimum pada pH sekitar netral.
Unsur mikro di dalam tanaman umunya berperan dalam reaksi enzimatik di
samping dalam proses metabolisme tanaman. sehingga gejala keracunan tanaman
terutama diakibatkan karena terganggunya fungsi enzim metal dan non metal, karena
adanya antogonisme antara unsur mikro tersebut di dalam metabolisme tanaman.
1) Boron
Boron diserap oleh tanaman dalam bentuk BO3- dan berperan dalam
pembentukan atau pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam
pertumbuhan tepung sari, bunga dan akar. Pada legume berperan dalam
pembentukan bintil-bintil akar. Unsur ini dapat memperbanyak cabang-cabang
nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit.

Kekurangan unsur ini dapat berpengaruh pada kuncup-kuncup dan pucukpucuk yang tumbuh dan akibatnya dapat mematikan. Juga dalam pertumbuhan
meristem akan terganggu, dapat menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam
pembentukan berkas pembuluh. Pengangkutan makanan pun akan terganggu,
pembentukan tepung sari juga jelek.
Gejala yang ditimbulkan jika kekurangan boron yaitu daun muda pada titik
tumbuh menjadi berwarna pucat terang pada bagian pangkalnya, kemudian daun
terpilin.
2) Mangan
Mangan diserap tanaman dalam bentuk Mn2+. Mangan diperlukan oleh
tanaman untuk pembentukan zat protein dan vitamin terutama vitamin C. Selain
itu, Mn penting untuk dapat mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang
tua. Mangan berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim. Mangan juga
menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis. Mangan juga
merupakan komponen struktural dari sistem membran kloroplas.
Gejala yang ditimbulkan jika kekurangan mangan yaitu Pada daun muda
terdapat bercak tersebar merata, tetapi tulang daun terkecil tetap hijau
3) Tembaga (Cu)
Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam bentuk Cu++. Tembaga
sangat diperlukan dalam pembentukan macam-macam enzim seperti berikut:

Ascorbic acid oxydase

Lacosa

Butirid Coenzim A.dehidrosenam


Umumnya tanah jarang sekali yang kekurangan Cu, akan tetapi apabila

terjadi kekurangan Cu, maka pengaruhnya terhadap daun yang dalam hal ini daun
menjadi bercoreng-coreng (belang), ujung daun memutih, daun muda menjadi lay.

Keadaan demikian lazim disebut penyakit reklamasi (reclamation desease). Jika


kekurangan Cu berkelanjutan, tanaman akan menjadi layu dan akhirnya mati.
Tembaga (Cu) mempunyai peranan penting dalam pembentukan hijau daun
(khlorofil), reaksi oksidasi dan reduksi.
4) Seng (Zn)
Seng atau Zincum (Zn) diserap dalam bentuk Zn 2+. Merupakan bagian yang
penting dari asam Carboxylase, Carbonic anhidrosa. Seng Dalam keadaan yang
sangat sedikit Zn telah dapat memberikan dorongan terhadap perkembanganperkembangan, kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan
merupakan racun. Diperkirakan bahwa persenyawaan-persenyawaan Zn berfungsi
pula pada pembentukan hormon (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis.
Zinc atau seng berpartisipasi dalam pembentukan klorofil dan pencegahan
kerusakan molekul klorofil.
Gejala kekurangan seng yaitu bercak pada daun tersebar luas, bercak tidak
hanya pada jaringan antara tulang daun, tetapi juga pada tulang daun primer dan
sekunder.
5) Molibdenum (Mau)
Mo diserap tanaman dalam bentuk MoO4 (ion Molibdat). Mo mempunyai
peranan dasar dalam fiksasi N oleh mikroba pada leguminosa dan Mo sebagai
katalisator dalam mereduksi N, tanpa bantuan Mo legume tidak dapat mereduksi
unsur metal ini. Mo dalam tanah terdapat dalam bentuk MoS2. Mo sebagai bagian
dari enzim nitrat reduktase yang mereduksi ion nitrat menjadi ion nitrit. Kelebihan
sedikit saja dari ketentuan ukuran seharusnya dapat merupakan racun bagi
tanaman.
6) Klor (Cl)
Unsur ini diserap dalam bentuk ion Cl- dan baru dikenal sebagai unsur
esensial. Tanaman-tanaman yang tanggap terhadap unsur ini adalah tembakau,
tomat, selada, kol, wortel, bit gula, jagung, kentang, dan kapas. Fungsinya Cl

dalam unsur hara belum diketahui secara jelas walaupun sebenarnya dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman.
Klor dalam jumlah yang berlebihan dapat merusak tanaman dengan daun
yang menebal dan menggulung, kualitas kentang yang menebal dan menggulung
saat penyimpanan, tembakau dengan asap yang sedikit. Sementara gejala
kekurangannya tanaman menjadi layu, klorotis, nekrotis, dan pada beberapa bagian
daun memperlihatkan warna daun seperti perunggu, serta pertumbuhan akar yang
terhambat

2. UNSUR HARA NON ESENSIAL (PENUNJANG)


Unsur hara penunjang merupakan unsur mikro yang hanya esensial atau
dibutuhkan oleh tanaman tertentu atau tidak berlaku umum, bahkan untuk tanaman lain
dapat menjadi unsur toksik. Unsur-unsur ini kadangkala mempunyai karakter penyediaan
dan penyerapan mirip unsur mikro, yaitu tanpa zona serapan mewah sehingga dalam kadar
sedikit berlebihan sudah menjadi racun (misalnya Al), sedangkan yang lain mirip unsur
makro dengan zona serapan mewah (misal Si). Sumber, ketersediaan, peranan dan
pengelolaan masing-masing unsur hara penunjang atau toksik yaitu meliputi Si, Na, I, F,
Co, Al, dan V.
1) Silika (Si)
Silika merupakan unsur penyusun lithosfer kedua terbesar (27, 61%) setelah oksigen
(46,46%); 60% dari bebatuan basalt dan granit tersusun oleh SiO2 serta 5 dari 7 kelompok
mineral primer (kecuali kelompok fosfat dan karbonat) mengandung Si dan Si merupakan
penyusun lempeng dalam struktur zat silikat. Sumber silikat dalam tanah dapat berasal dari
pupuk-pupuk bersilika, yang dapat meningkatkan ketersediaan P tanah, sehingga
efektivitas pemupukan silika ini dapat ditaksir berdasarkan kenaikan P tersedia tanah,
sebagai hasil pertukaran Si dengan P yang difiksasi sesquioksida. Pupuk silikat dapat
berupa larutan Si, sinterfosfat, dan Ca Silika hasil pembakaran. Pada tanah sawah, pupuk
Si yang sering digunakan adalah silika bakar yang berfungsi menambah Si tersedia dan
sekaligus menaikkan pH tanah.
Tanaman yang dikenal umumnya berkadar tinggi dalam Si, di samping padi adalah
rerumputan, sehingga diperkirakan mempunyai peran esensial yang penting meskipun
belum jelas apa peran tersebut. Untuk beberapa tanaman seperti barley, padi, tomat, dan

gandum yang ditanam pada tanah berkadar Si rendah, pemupukan Si ini tidak saja
meningkatkan produksi tetapi juga kualitasnya.
Penambahan berbagai bentuk silikat ke dalam tanah biasanya diikuti oleh
peningkatan kadar P tanaman secara bervariasi dengan berbedanya karakter tanah.
Peningkatan kadar P ini terkait dengan adanya pertukaran anion silikat yang ditambahkan
dengan anion P yang terfiksasi oleh koloid tanah. Penambahan Slag sebagai sumber Si
pada tanah-tanah Hawaiian yang rendah kadar Si, pH, dan kejenuhan basa tetapi tinggi
kelarutan Al dan ekstrim tinggi daya fiksasi P nya, meningkatkan kadar Si, Ca, Mg, dan
Zn, serta menurunkan kadar Mn tanaman.
2) Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer ke-6 setelah Ca, yaitu 2,75%, yang
berperan penting dalam menentukan karakterristik tanah dan pertumbuhan tanaman
terutama di daerah arid dan semi-arid yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya
kadar Na air laut. Sebagai unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat
dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan. Pada kadar tinggi, gejala toksisitas Na
pada tanaman meliputi :
1) Stres akibat tingginya tekanan osmotik
2) Masing-masing ion yang berlebih mempunyai efek tertentu dalam menekan
pertumbuhan tanaman disebut efek spesifik ion yang pengaruhnya lebih besar
dibanding efek negatif tekanan osmotik tersebut. Tetapi untuk ion Na efek
spesifik kelebihannya masih bersifat tidak uniform, namun efek spesifik ini ada.
Untuk tanaman tertentu (seperti alpukat, dan berbagai jeruk) kadar Na dalam
jumlah sedang telah menimbulkan kerusakan dedaunan tetapi tidak untuk
tanaman lain.
Akumulasi Na / nisbah Na dengan kation-kation lain terlalu tinggi akan menyebabkan
terganggunya adaptasi filogenik tanaman terhadap Na, sehingga pertubuhan tanaman akan
terganggu. Terganggunya pertumbuhan tanaman ini juga terkait dengan pengaruh
tingginya ESP (exchangeable sodium persentage) yang menghambat penyerapan unsur
lain, seperti Ca yang dibutuhkan untuk perkembangan perakaran.
3) Iodin (I)
Di alam sumber iodin meliputi :
a) Air laut dengan kadar 10 25 ppb

b)
c)
d)
e)

Air sumur (10 318 ppb)


Tanah dan bebatuan (0,1 70 ppm)
Tetumbuhan laut (0,001 12.500 ppm), tertinggi pada Lamineriales, dan
Tetumbuhan darat (0,1 20 ppm) yang bervariasi menurut varietas spesies jenis tanah
dan media tumbuh lainnya
Unsur I (diserap dalam bentuk I- ) merupakan unsur imobil sehingga efek toksisitas I

kadar tinggi diawali pada dedaunan tua. Pada tomat, dedaunan tua terlihat klorotik dan
bisulan (absciss) sedangkan dedaunan muda tetap berwarna hijau sangat hijau.
Pertumbuhan menjadi sangat terhambat dan dedaunan terlihat mengering ke belakang,
terjadi nekrosis pada ujung dan tepi-tepinya. Pada beberapa kasus tanaman menjadi mati.
Toksisitas Iodida dijumpai jika kadarnya dalam daun > 8 ppm. Daun tanaman sehat
umunya mengandug 0,1 0,5 ppm I. Kadar Cl - yang tinggi dapat menekan efek toksisitas
I, yang mencerminkan adanya efek kompetisi antara kedua ion ini.
4) Fluorin (F)
Unsur fluorin tersebar secara luas di alam yaitu di dalam tanah, bebatuan, jaringan
tanaman dan binatang, tetapi peranannya bagi tanaman belum jelas, namun pemberian
sedikit F dapat memberikan produksi tanaman yang menguntungkan. Kelebihan unsur ini
dalam tanah baik karena dampaknya sebagai polutan atmosferik, maupun sebagai unsur
pencemar air atau bahan asupan tanah. Sensitifitas tanaman terhadap F umumnya terkait
dengan spesies dan bahkan dengan varietas tanaman. Toksisitas tanaman terjadi sebagai
efek akumulasi, meskipun dalam kadar rendah tanaman dapat keracunan F jika terpapar
dalam unsur ini dalam waktu lama. Pada tanaman peka kadar dalam daun 3 20 ppm telah
menunjukkan adanya gejala toksisitas F yang secara ekonomis cukup merugikan bagi
tanaman ornamental, namun tanaman tertentu toleransi hingga kadar 70 ppm, bahkan
kapas dapat bertahan hingga kadar 4000 ppm sebelum keracunan.
Faktor-faktor yang menurunkan serapan atau mencegah toksisitas F meliputi :
a) Kondisi iklim, seperti suhu dan kecepatan angin yang rendah, tingginya
kelembaban dan tereduksinya transpirasi
b) Naiknya pH substrat
c) Adanya tambahan garam-garam Ca netral atau char-coal pada media tumbuh.
d) Penyemprotan CaSO4 . 2H2O dan eliminasi bahan-bahan asupan tanah berkadar F
tinggi.
5) Kobalt (Co)
Sumber kobalt (Co) dalam tanah berasal dari bebatuan beku dengan kadar 1 hingga
beberapa lapis ppm, yang biasanya selaras dengan agihan Mg dalam mineral

ferromagnesia. Ketersediaan Co dalam tanah tergantung pada hasil pelapukan mineralmineral sumbernya serta sifat tanah. Pada tanah berbahan organik relatif tinggi, bentuk
tersedia hasil pelapukan tersebut bereaksi dengan senyawa-senyawa organik membentuk
Co organo yang juga relatif tersedia bagi tanaman. Faktor-faktor yang menentukan
ketersediaannya dalam tanah antara lain adanya :
a) Kondisi drainase tanah, pelapukan mineral terjadi lebih cepat pada kondisi drainase
buruk, sehingga pada tanah-tanah berdrainase buruk, ketersidaan Co lebih tinggi
dibanding dengan berdrainase baik.
b) Keberadaan partikel MnO2 yang secara kuat dapat mengabsorbsi Co pada
permukaannya.
c) Keberadaan Co dalam tanah umumnya terkait dengan kandungan Mg dalam bebatuan
induk penyusun tanah.
d) Pengapuran dapat menekan penyerapan Co oleh tanaman, sedangkan pemberian
gypsum (CaSO4 . 2H2O) pada tanah berpasir berpengaruh sebaliknya.
e) Pemupukan P menekan penyerapan Co oleh kedelai.
f) Peningkatan ketersediaan Co dapat dilakukan dengan perlakuan pemasaman tanah.
g) Ketersediaan Co menurun dengan makin intensifnya perlindihan
Defisiensi Co dijumpai pada :
a)
b)
c)
d)
e)

Pada tanah berpasir yang telah mengalami perlindihan intensif


Tanah yang terbentuk dari bahan induk masam seperti granit
Tanah calcareous (berkapur tinggi)
Tanah daerah pantai
Tanah gambut.
Tanaman menyerap Co dalam bentuk ion Kobalt dan berperan terutama hanya dalam

fiksasi N2- bebas oleh enzim nitrogenase secara simbiotik oleh rhizobium seperti pada
kedelai.
6) Aluminium (Al)
Aluminium (Al) meru;aka unsur ketiga penyususn lithosfer setelah oksigen dan
silika, yaitu 15%. Dalam struktur liat, Al dan Si merupakan unsur-unsur inti penyusun
lempeng pertama dan keduannya. Kelartan Al dalam larutan tanah terkait sangat erat
dengan pH tanah, disamping dengan kejenuhan Al dan, KTK efektif dan konsentrasi
garam.
Pengaruh keracunan Al terutama embatasi kedalaman maupun percabanagan akar,
sehingga akan menghambat daya serap tanaman terhadap hara lain. Pada beberapa
tanaman, keracunan Al memperlihatkan gejala daun yang mirip defisiensi P, kekerdilan
menyeluruh, dedaunan mengecil berwarna hijau gelap dan ambat matang: batang, daun

dan urat daun berwarna ungu, ujung daun menguning dan mati. Pada tanaman lain
menunjukan gejala defisiensi Ca yang terinduksi atau tertekannya transportasi Ca dalam
tanaman, yaitu dedaunan muda mengeriting atau menggulung dan titik tumbuh atau
tangkai daun tumbang.
Akar terluka yang secara khas terlihat menggemuk dan rapuh. Pucuk akar dan akar
lateral menjadi tebal dan berubah coklat. Sistem perakaran secara keseluruhan tampak
bergerombol, dengan banyak akar lateral yang menggemuk tetapi tanpa cabang/bulu-bulu
akar, sehingga tidak efektif dalam penyerapana hara (Kamprath dan Foy, 1985). Secara
fisiologis dan biokimiawi, keracunan Al menyebabkan:
a.
b.
c.
d.

Terganggunya pembelahan sel pada ucuk akar dan akar lateralnya.


Pengerasan dinding sel akibat terbentuknya jalinan peptin abnormal.
Berkurangnya replikasi DNA akibat meningkatnya kekerasan bhelix ganda DNA.
Terjadinya penyematan (fiksasi) P dalam tanah menjadi tidak tersedia atau pada

e.
f.
g.
h.

permukaan akar.
Menurunnya respirasi akar.
Terganggunya enzim-enzim regulator fosforilassi gula.
Terjadinya penumpukan polisakarida dinding sel.
Terganggunya penyerapan, pengangkutan dan penggunaan beberapa unsur esensial
sperti Ca, Mg, K, P dan Fe (Kamprath dan Foy, 1985).

7) Vanadium (V)
Tanaman mengambil vanadium dalam bentuk ion vanadat, yang merupakan hasil
pelapukan terhadap mineral sum
ber V. Ion ini diketahui penting sebagai penukar sebagian Mo bagi Azoto-bacter
dalam memfiksasi N-atmosferik. Efek toksisitas V bagi tanaman dapat diatasi dengan
penambahan besi.
Vandium (V) merupakan unsur yang tersebar luas di alam meski masing-masing
sumber mengandung sedikit V, air lau hanya mengandung beberapa ppb. Di dalam tanah
terdapat V antara 3-230 ppm tergantung jenis tanah dan mineral penyusunnya. Relatif
tingginya kadar V tanah terkait dengan ada tidaknya mineral-mineral biotit, hornblende,
augit, muskovit, titanit, ilmenit dan magnetit.
3. PENYERAPAN HARA KE TANAMAN
a. Intersepsi dan persinggungan
Pertumbuhan akar tanaman dan terbentuknya bulu akar yang baru
menyebabkan terjadinya persinggungan antara akar dan ion hara tanaman. Terjadi

kontak langsung antara permukaan akar dengan permukaan koloid tanah maka
terjadilah pertukaran kontak dikarenakan tumpang tindih osilasi antara kation pada
akar dan kation permukaan koloid (Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W., 2002)
Seperti masa tanah, akar tanaman dianggap mempunyai Kapasitas Tukar
Kation (KTK) yang nilainya berbeda-beda antara tanaman satu dengan tanaman yang
lainnya. Nilai KTK akar besarnya 10 100 (me/100 g akar. Dengan demikian,
pertukaran ion dalam tanah dan ion di sekitar akar dianggap sebagai pertukaran ion
biasa. Tanaman yang mempunyai KTK akar tinggi ada kecenderungan senang
menyerap kation bervalensi 2, sedangkan pada tanaman ber-KTK rendah cenderung
menyerap ion bervalensi satu. (Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W., 2002)

b. Difusi Ion dalam Larutan Tanah


Pergerakan ion secara difusi terjadi karena adanya gradien difusi atau akibat
adanya

perbedaan pergerakan ion. Hasil gradien dalam pergerakan yang

berkesinambungan akan menambah jumlah ion pada permukaan akar, sehingga dapat
diserap oleh akar tanaman. Pergerakan ion dimulai dari titik konsentrasi tinggi ke
rendah. (Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W., 2002).
c. Aliran Massa (Mass Flow)
Ion ditransportasikan bersama dengan gerakan air ke akar tanaman secara
berkesinambungan, hal tersebut diakibatkan adanya transpirasi (akar ke stomata daun).
Proses pergerakan ion juga dipengaruhi oleh ion komplementer yang pada
kenyataannya, kation bervalensi dua lebih kuat dijerap dibanding kation bervalensi
satu. (Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W., 2002).
III.

PENUTUP

Unsur hara yaitu suatu zat yang dapat memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan
juga perkembangan fisik pada tanaman. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh
unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan
terganggu atau berhenti sama sekali. Di samping itu umumnya tanaman yang kekurangan
atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang
spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. Kadar unsur-unsur hara mineral di dalam
tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga persentase kandungannya di dalam
tanaman berbeda-beda.

Jenis-jenis unsur hara terbagi menjadi unsur hara esensial dan non esensial. Unsur
hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila
unsur tersebut tidak tersedia, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekahatan. Unsur
hara esensial menurut porsi yang dibutuhkan tanaman terdiri dari unsur hara makro dan
mikro. Unsur makro terdiri dari C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg, sedangkan unsur mikro
meliputi Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, dan Cl. Selain itu, terdapat unsur hara non esensial atau
dikatakan unsur hara penunjang, yaitu unsur mikro yang hanya esensial atau dibutuhkan
oleh tanaman tertentu atau tidak berlaku umum, bahkan untuk tanaman lain dapat menjadi
unsur toksik.
Penyerapan unsur hara dari tanah ke tubuh tanaman terdiri dari beberapa mekanisme
antara lain : intersepsi dan persinggungan antar kation, difusi ion dalam larutan tanah, dan
aliran massa (mass flow).
IV.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1991. Kesuburan Tanah. Palembang : Departeen


Pendidikan dan Kebudayaan.
Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah cetakan keempat. Yogyakarta : Gadjahmada
University PRESS. 514 515 hal.
Galih.

2015. Bertani di Rumah Sendiri : Mengenal Unsur Hara.


http://www.kompasiana.com/napi.plur/bertani-di-rumah-sendiri-bagian-3mengenal-unsur-hara_55286ed0f17e61114d8b4591. Diakses pada 8 Mei 2016.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.


Rosmarkam E. dan Yuwono N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta : Kanisius. 38
Hal.

Anda mungkin juga menyukai