Anda di halaman 1dari 9

PAPER

SISTEM PERTANIAN TERPADU : EFEKTIF MIKROORGANISME


Penggunaan Plant Growth Promoting Rhizobacteri (PGPR) pada Lahan
Pertanian Padi di Desa Bugel

Dosen Pembimbing : Lis Noer Aini, SP, M.Si.


Mata Kuliah : Agroekologi

Disusun Oleh :
1. Setyana Yulianingsih
2. Widi Nurul Nurhartati
3. Eko Ardiansyah

(20150210065)
(20150210089)
(20150210103)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

I.

PENDAHULUAN

Sistem pertanian terpadu merupakan pilar utama kebangkitan pertanian


karena akan mampu menyediakan pangan yang aktual secara berkelanjutan.
Suatu sistem yang menggunakan daur ulang menggunakan tanaman dan hewan
sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang tailor-made atau meniru cara
alam bekerja. Suatu praktek budidaya aneka tanaman atau kultur dimana micro
output dari satu kultur menjadi input kultur lainnya, sehingga meningkatkan
kesuburan tanah dengan tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara
organik yang pada akhirnya membuka jalan untuk pertanian ramah lingkungan
dan berkelanjutan. Pada hakikatnya sistem pertanian terpadu ini memanfaatkan
seluruh energi yang berpotensi, agar dapat dipanen dengan seimbang.
Model dari sistem pertanian terpadu ini meliputi sistem pertanian terpadu
konvensional, sistem pertanian terpadu teknologi Efektif Mikroorganisme (EM),
dan sistem pertanian terpadu Manajemen Limbah Terpadu (MLT).
Pada paper ini akan dibahas mengenai sistem pertanian terpadu teknologi
EM. Model sistem pertanian terpadu teknologi EM memadukan budidaya
tanaman, peternakan, perikanan, perkebunan, pengolahan daur limbah secara
selaras, serasi, dan berkesinambungan. Model pertanian terpadu dengan teknologi
EM ini mengurangi atau menekan penggunaan pupuk sintesis.
Sistem pertanian terpadu teknologi EM atau efektif mikroorganisme ini
contohnya adalah fermentasi dari sisa-sisa tanaman, kotoran ternak dan limbah
organik lainnya. Pada paper ini kami mengambil obyek sistem pertanian terpadu
teknolgi EM yaitu penggunaan PGPR (Plant Growth Promoting Rizhobacteri)
pada tanaman padi di daerah Bugel, Panjatan, Kulon Progo.

II.

PEMBAHASAN

Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman (RPTT) atau populer disebut plant


growth promoting rhizobacteria (PGPR) adalah kelompok bakteri menguntungkan
yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (lapisan tanah tipis antara 1-2
mm di sekitar zona perakaran). Aktivitas PGPR memberi keuntungan bagi
pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Pengaruh langsung PGPR didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan
memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah
serta mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai fitohormon pemacu
tumbuh. Sedangkan pengaruh tidak langsung berkaitkan dengan kemampuan
PGPR menekan aktivitas patogen dengan cara menghasilkan berbagai senyawa
atau metabolit seperti antibiotik dan siderophore (Kloepper et al., 1991;
Kloepper,1993; Glick, 1995).
Berbagai jenis bakteri telah diidentifikasi sebagai PGPR. Sebagian besar
berasal dari kelompok gram-negatif dengan jumlah strain paling banyak dari
genus Pseudomonas dan beberapa dari genus Serratia (Kloepper, 1993). Selain
kedua genus tersebut, dilaporkan antara lain dari genus Azotobacter, Azospirillum,
Acetobacter, Burkholderia, dan Bacillus (Glick, 1995). Meskipun sebagian besar
Bacillus (gram-positif) tidak tergolong pengkoloni akar, beberapa strain tertentu
dari genus ini ada yang mampu melakukannya, sehingga bisa digolongkan sebagai
PGPR.
Secara umum, fungsi PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
a. Sebagai pemacu atau perangsang pertumbuhan (biostimulants) dengan
mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh
(fitohormon) seperti asam indol asetat (IAA), giberellin, sitokinin, dan etilen
dalam lingkungan akar.
b. Sebagai penyedia hara (biofertilizers) dengan menambat N2 dari udara secara
asimbiosis dan melarutkan hara P yang terikat di dalam tanah.
c. Sebagai pengendali patogen berasal dari tanah (bioprotectants) dengan cara
menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti patogen seperti

siderophore, -1,3- glukanase, kitinase, antibiotik, dan sianida (Tenuta, 2006;


Cattelan et al., 1999; Kloepper, 1993).
Pengaruh PGPR secara langsung dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman terjadi melalui bermacam-macam mekanisme, diantaranya fiksasi
nitrogen bebas sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman, produksi siderofor
yang mengkhelat besi (Fe) dan membuatnya tersedia bagi akar tanaman,
melarutkan mineral seperti fosfor dan sintesis fitohormon (Dewi, 2007).
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh PGPR secara tidak langsung dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman terjadi melalui penekanan terhadap patogen
yang dilakukan melalui mekanisme yang berbeda. Ini termasuk kemampuan
dalam memproduksi siderofor yang mengkhelat Fe, menjadikannya tidak tersedia
bagi patogen, kemampuan dalam mensintesis metabolit anti jamur seperti
antibiotik, hidrogen sianida (HCN), yang menekan pertumbuhan patogen jamur,
dan kemampuan untuk bersaing secara sukses. Sumbangan lain yang tidak kalah
penting dari PGPR adalah mampu menekan pertumbuhan rizobakteri patogen
tanaman. Ada dua mekanisme dalam menekannya yaitu memacu pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman lebih sehat sehingga tidak mudah diserang oleh
patogen dan menghasilkan metabolit tertentu seperti antibiotik, siderofor dan
HCN yang dapat membunuh patogen (Kloepper et al., 1988).
PGPR biasa dibuat dengan bahan utama rimpang akar bambu sebanyak
250 gram yang direndam selama 3 hari kemudian hasil rendaman akar bambu
direbus bersama 20 liter air, 0,5 kg dedak, terasi dan 1 sdm kapur sirih. Hasil
rebusan bahan-bahan tersebut selanjutnya ditutup rapat dan difermentasi selama
kurang lebih 2 minggu. Penggunaan akar bambu disebabkan karena Rhizobacteri
banyak terdapat pada perakaran bambu. Sedangkan bahan-bahan lain yang
digunakan dalam pembuatan PGPR yang akan terfermentasi pada proses
pembuatan PGPR difungsikan sebagai sumber makanan dari Rhizobacteri
sehingga Rhizobacteri mampu berkembang secara optimal.
PGPR dapat diaplikasikan pada berbagai tingkatan umur tanaman, mulai
dari benih hingga tanaman dewasa. Pada perlakuan benih tanaman, benih yang
dibeli dari toko pertanian dicuci untuk menghilangkan pestisida, kemudian benih

direndam dalam PGPR hingga 8 jam. Untuk perlakuan bibit tanaman, bibit atau
bagian stek tanaman direndam dalam PGPR 10 ml/liter air. Sedangkan untuk
perlakuan tanaman dewasa, PGPR disemprotkan pada tanaman atau dengan
menuangkan 5 ml/liter air pada daerah dekat perakaran.
Penerapan PGPR pada lahan pertanian tanaman padi di Desa Bugel
dimulai pada tahun 2013. Penerapan PGPR pada awalnya hanya diterapkan oleh
beberapa petani, namun adanya penyuluhan dan bukti nyata peningkatan hasil
panen membuat kebanyakan petani menggunakan PGPR tersebut bahkan pada
tahun 2015 seluruh petani di Desa Bugel menggunakan PGPR untuk memperkuat
daya tahan tanaman padi dan perakaran tanaman padi. PGPR yang digunakan
untuk penyemprotan bibit dan fase pertumbuhan merupakan PGPR yang dibeli
dari kelompok tani lain dengan bahan dasar isolat bakteri pada akar bambu atau
tanah bawah bambu yang dibuat sendiri oleh kelompok tani tersebut.
Petani di Desa Bugel menggunakan PGPR dengan cara disemprotkan pada
tanaman padi pada masa pertumbuhan dengan dosis 4 cc/liter air. Biasanya
penyemprotan dilakukan secara massal bersamaan dengan pengendalian hama
padi dengan pestisida organik yaitu Beuveria bassiana dan dikoordinir oleh
kelompok tani yang ada di Desa Bugel, Panjatan, Kulon Progo yang bekerja sama
dengan BP3K Panjatan serta Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo. Sebelum
pelaksanaan kegiatan ini dipasang pengumuman adanya gerakan semprot 3 atau 2
hari sebelumnya. Adapun pelaksanaan kegiatan semprot dilaksanakan pada sore
hari dimulai sekitar pukul 15.00 WIB agar bakteri yang ada dalam PGPR tidak
mati karena temperatur yang tinggi yang disebakan oleh tingginya intensitas
matahari. Para petani datang dengan membawa tangki semprot kemudian
pengurus mengisi tangki dengan campuran PGPR dan gula yang digunakan
sebagai perekat larutan, namun sebelumnya tangki semprot dianjurkan untuk
dicuci dalamnya terlebih dahulu supaya bebas dari pestisida kimia yang dapat
mematikan bakteri yang terkandung dalam cairan PGPR.
Sebelum menggunakan PGPR, tanaman padi di Desa Bugel, Panjatan
sangat mudah terserang hama penyakit serta pertumbuhannya kurang serempak.
Namun, penggunaan PGPR membuat tanaman tumbuh lebih baik dan tidak

mudah terserang hama penyakit sehingga hal ini menyebabkan produksi padi di
Desa Bugel meningkat.
Berikut adalah data hasil ubinan padi Desa Bugel :
No.

Tahun

Rata-rata Hasil Ubinan

1.

2011

8,06 ton/ha

2.

2012

8,38 ton/ha

3.

2013

8,95 ton/ha

4.

2014

9,07 ton/ha

5.
2015
10,84 ton/ha
Sumber : Data Ubinan Desa Bugel dari BP3K Panjatan.
Dari hasil rata-rata ubinan tersebut dapat ditunjukkan peningkatan hasil
produksi padi seperti pada grafik berikut :

Hasil Ubinan
15
Hasil Ubinan

10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015

Grafik

peningkatan

hasil

ubinan

tersebut

menunjukkan

adanya

peningkatan hasil panen padi yang cukup meningkat pada tahun 2013 karena
pada tahun tersebut mulai dilakukan penerapan PGPR. Hasil ubinan yang
merupakan estimasi produksi padi pada Desa Bugel yang tertinggi ditunjukkan
pada tahun 2015, hal ini disebabkan oleh seluruh petani di Desa Bugel
mengaplikasikan PGPR pada lahan mereka sehingga hasil panen padi di Desa
Bugel meningkat secara signifikan. Peningkatan secara signifikan tersebut juga
disebabkan oleh penerapan sistem jajar legowo oleh seluruh petani Desa Bugel
yang pada umumnya sistem jajar legowo tersebut juga mampu meningkatkan hasil
panen.

III.

KESIMPULAN

Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman (RPTT) atau populer disebut plant


growth promoting rhizobacteria (PGPR) adalah kelompok bakteri menguntungkan
yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (lapisan tanah tipis antara 1-2
mm di sekitar zona perakaran). Aktivitas RPTT memberi keuntungan bagi
pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Adanya penggunaan PGPR ini mengakibatkan tanaman padi kelompok
tani di Desa Bugel menjadi tahan oleh serangan hama dan memiliki perakaran
yang kuat sehingga pertumbuhan tanaman padi menjadi optimal. Hal ini
berpengaruh pada peningkatan hasil panen padi kelompok tani di Desa Bugel.

LAMPIRAN

Gambar 1. Persiapan penyemprotan


bibit padi menggunakan PGPR.

Gambar 2. Pengaplikasian PGPR pada


bibit padi dengan cara penyemprotan.

Gambar 3. Persiapan penyemprotan


tanaman padi muda menggunakan
PGPR.

Gambar 4. Tanaman padi muda yang


akan disemprot PGPR.

Gambar 5. Pembagian PGPR pada


petani untuk diterapkan di lahan.

Gambar 6. Tanaman padi umur 25 hari


yang telah disemprot PGPR.

DAFTAR PUSTAKA
Foto koleksi BP3K Panjatan.
Data Ubinan Panen Padi Desa Bugel, Panjatan, Kulon Progo oleh BP3K Panjatan.
Husein et al. 2003. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Maspary. 2010. http://www.gerbangpertanian.com/2010/04/membuat-pgpr-plantgrow-promoting.html. Membuat
PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) dengan mudah. Diakses pada 6 April 2016.
Indonesia Bertanam. 2015. Fungsi PGPR dan Cara Membuat PGPR serta aplikasi
ke tanaman. https://indonesiabertanam.com/2015/01/05/fungsi-pgpr-dancara-membuat-pgpr-serta-aplikasi-ke-tanaman/. Diakses pada 07 April
2016.

Anda mungkin juga menyukai