Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN FIELD TRIP TANAH

Oleh,
Bagus Arrasyid (20120210091)
Agroteknologi C

LABOLATORIUM ILMU TANAH DAN NUTRISI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Dari segi praktis, ilmu tanah menyangkut banyak gatra dalam khasanah
kegiatan pertanian yang dimulai dari tata cara mengolah tanah untuk memperbaiki
situasi penghawaan dan kelengasan, sampai pada upaya-upaya meningkatkan
produktifitas tanah sebagai medium tumbuh tanaman. Keterlibatan ilmu tanah
dalam kegiatan pertanian dan produktivitas tanaman dihubungkan dalam ragaan
sebagai berikut:
TANAH + TANAMAN

PRODUKSI TANAMAN.

Dari segi sifat fisik, sebagai medium tumbuh, tanah berfungsi sebagai
penyedia air dan udara bagi kehidupan tanaman. Air berperan dalam proses
serapan unsur hara, pengimbangan transpirasi, penyusun bahan tanaman dan peran
fisiologi lainnya. Sedangkan udara dalam tanah disamping digunakan dalam
proses respirasi akar, juga menopang kegiatan jasad mikro dalam tanah.
Dari sifat kimia, sebagai medium tumbuh tanaman, tanah berfungsi sebagai
kompleks penyedia sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman maupun
serangkaian reaksi kimia yang menopang kehidupan di dalam dan permukaan
tanah.
Dari segi sifat biologi, sebagai medium tumbuh tanaman, tanah merupakan
lingkupan hayati bagi flora dan fauna tanah. Kondisi hayati di dalam tanah telah
banyak diketahui memberikan peran besar terhadap proses pendauran di dalam
tanah, serta dalam batas-batas tertentu merupakan penopang situasi fisik dan
kimia dalam tanah.
Tanah juga mengalami perkembangan di bawah tiga rezim iklim yaitu :
Daerah basah (Humida), dicirikan oleh bulan basah sepanjang tahun, dengan
curah hujan tinggi, sehingga presipitasi lebih besar evaporasi, dan berakibat pada
proses pencucian yang sangat intensif. Dengan dukungan temperatur rendah,
maka daerah ini mempunyai sebaran vegetasi yang lebat. Proses perkembangan
tanah yang terjadi adalah Podzolisasi atau Silifikasi dengan ciri : (a) semua unsur

yang telah tercuci (Fe dan Al), serta meninggalkan Si sebagai kuarsa yang
merupakan mineral paling tahan terhadap pencucian. (b) sering menghasilkan
tanah atas berwarna kepucatan dengan pH tanah yang masam.
Daerah tropika basah, dicirikan dengan banyaknya bulan basah yang diiringi
bulan kering dengan curah hujan cukup tinggi, menyebabkan pencucian. Dengan
temperatur yang tinggi, menyebabkan timbilnya keragaman vegetasi yang
biasanya cukup lebat. Proses perkembangan tanah yang terjadi adalah
Latosolisasi, Laterisasi dan Feralitisasi, dengan ciri : (a) semua unsur basa, silikat,
dan bahan organik telah tercuci dari lapisan atas. (b) meninggalkan beberapa
oksidasi seperti FeO, Fe2O3, unsur Al dan Mn dilapisan atas, sehingga lapisan ini
berwarna kemerahan dengan pH tanah masam.
Daerah tropika kering, dicirikan dengan bulan kering yang mendiminasi
sepanjang tahun, sehingga dengan dukungan temperatur tinggi proses evaporasi
jauh lebih besasr dibanding presipitasi, dan ini berakibat adanya gerakan air ke
atas yang membawa bahan-bahan tertentu yang diendapkan serta diakumulasikan
dilapisan atas. Bebrapa proses yang mungkin terjadi adalah Kalsifikasi, Salinisasi,
Alkalisasi.

BAB II
FISIOGRAFI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Secara umum, Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi menjadi 9 bagian
kenampakan fisik bentuk permukaan bumi (fisiografi), yaitu:
1. Batuan kuarter di kompleks Gunung Merapi
Terdiri atas bagian merapi tua dan kerucut vulkan merapi muda yang masih
aktif. Penyusun batuan vulkanik ini adalah batuan andesit. Proses erupsi merapi
dan bahan-bahan yang dikeluarkan merupakan sumber mineral dan kesuburan
tanah-tanah dilereng dan kaki gunung. Meterial ini lebih banyak disebarkan
oleh proses pengangkutan air dan sebagian lewat aktivitas angin. Ketinggian
daerah ini rata-rata lebih dari 100 meter.
2. Dataran Aluvial Bantul
Seluruh daratan aluvial Bantul berasal dari proses sedimentasi materi merapi.
Wilayah Bantul yang merupakan perpanjangan kaki gunung Merapi secara
sepintas dibagi menjadi lahan pertanian yang subur dan lahan pasir pantai yang
dipengaruhi oleh aktifitas pasang surut lautan. Ketinggian berkisar 2 meter di
sebelah selatan dan mendekati 100 meter disebelah utara.
3. Perbukitan Sentolo
Kompleks Perbukitan Sentolo dihampari oleh batuan napal jaman Pleosin.
Batuan ini terhampar dari bagian selatan Merapi antara dataran alluvial Bantul
dan Menoreh. Ketinggian lebih kurang 100 meter.
4. Daratan Pantai Laut Selatan
Terdiri meterial alluvial yang diangkut air ataupun secara deflasif dibawa angin
pada masa erupsi gunung Merapi. Diendapkan disepanjang pantai mulai dari
selatan perbukitan sentolo sampai daratan selatan Bantul.
5. Kompleks Perbukitan Lipatan Kulon Progo dan Menoreh
Disebelah barat dan barat daya terdiri batuan sedimen Miosin, yang berupa
sedimen andesit tua. Ketinggian berkisar antara 150 meter disebelah selatan
dan 900 meter disebelah utara.
6. Perbukitan Batur Agung
Terdiri batuan Oligisin dan batuan sedimen vulkanik. Komposisi batuan yang
dapat dijumpai adalah Andesit, Konglomerat, Tuffa dan Breksi.
7. Cekungan Wonosari

Terdiri atas batuan kapur Pleiosin dan bahan napal yang selang-seling.
Cekungan ini dikelilingi oleh perbukitan Batur Agung dan kompleks
pegunungan karst serta pegunungan Sewu. Ketinggian cekungan ini kurang
dari 100 meter.
8. Pegunungan Sewu
Merupakan pegunungan karst yang berumur Pleiosin. Bagian selatan
berbatasan dengan lautan Hindia. Pegunungan ini merupakan sisa-sisa plato
karst tua yang mengalami pengangkatan, dicirikan dengan pembentukan kubah
kapur, dan sungai bawah permukaan. Ketinggian pegunungan Sewu berkisar
200 meter sampai 400 meter.
9. Perbukitan Jiwo
Terdapat diantara Merapi dan Perbukitan Batur Agung, yang merupakan bukit
terisolir. Terletak pada ketinggian 50 meter sampai 80 meter.

BAB III
METODOLOGI
1. Tempat dan Waktu
a. Lokasi/Stop-Site Amatan
:
1. Tepi Timur Sungai Kuning, Ring-road Maguwaharjo, Sleman, DIY
2. Argodumilah, Piyungan-Patuk, Gunung Kidul, DIY
3. Nglipar, Patuk Gunung Kidul, DIY
4. Hutan Konservasi, Bunder, Gunung Kidul, DIY
5. Desa Donggubah, Mulo, Gunung Kidul, DIY
b. Waktu
Dilaksanakan pada tanggal 27 April 2013, Pukul 6.30 17.00 WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. pH indikator
: untuk mengetahui tingkatkemasaman suatu tanah

2. Buku catatan
:untuk mencatat hasil pengamatan
3. Alat tulis
:untuk mencatat hasil pengamatan
4. Pisau/Skop
: untuk memotong/mengambil lapisan sampel tanah
5. Hue, Value, dan Chroma : untuk mengetahui warna tanah
b. Bahan
1. Sampel tanah
: sebagai objek pengamatan pada setiap Stop-Site
2. Larutan H2O2
: untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah
3. Larutan HCl
: untuk mengetahui kandungan kapur tanah

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1. Tepi Timur Sungai Kuning, Ring Road Maguwoharjo Sleman, DIY
Fisiografi
: Daratan kaki vulkan
Ketinggian
: Daratan kaki vulkan Sekitar 120 m dpl
Iklim
: C2, dengan sekitar 2000 mm/th
Geomorfologi
: Daratan
Bahan Induk
: Sedimentasi (pengendapan ) material vulkanik gunung
Merapi (Kuarter).
Jenis tanah
: Regosol (LPT), Psamment (soil tax) kasar berpasir
Potensi Lahan
:
2. Agrodumilah, Piyungan-Patuk Gunung Kidul, DIY
Fisiografi
: Perbukitan (Batur Agung )
Ketinggian
: 200-300 m dpl
Iklim
: C3, dengan CH sekitar 1500-1800 mm/th
Geomorfologi
: Berbukit, dari sini terlihat fisiografi Yogyakarta yang
berasal dari endapan vulkanik gunung merapi, dan formasi geologi yang lebih
tua (isolated hill) terutama pada arah utara dan barat. Diperkirakan formasi
geologi tersebut sama tuanya.
Bahan Induk
: Endapan tuffa, beberapa tempat terdapat hamparan tidak
merata breksi dan konglomerat.

Jenis tanah
Potensi Lahan

: Latosol (LPT) sebagian besar.


: Bahan organik pada tanah latosol ini sedang, merupakan

hasil erupsi gunung Wonosari karena batu yang terlihat tidak seragam ada yang
besar dan kecil. Topografi dengan posisi tanahnya miring perbukitan dan
berlereng . Tanah latosol didominasi dengan warna merah kekuningan dengan
adanya kandungan Fe. pH netral, warna merah reddris brown coklat
kemerahan. Bisa ditanami tanaman keras dan tanaman pangan (jagung dan
singkong). Macam Vegetasi dan Aspek Budidaya, ditanami tanaman jagung
dan singkong. Aspeknya budidaya ancamanya erosi sehingga polanya
konservasi yaitu mengolah lahan dengan melakukan perbaikan, membuat
terasering dan menanam tanaman keras serta tanaman penutup tanah.
3. Nglipar, Patuk Gunung Kidul, DIY
Fisiografi
: Perbukitan (Batur Agung )
Ketinggian
: 200-300 m dpl
Iklim
: C3, dengan CH sekitar 1500-1800 mm/th
Geomorfologi
: Berbukit, berombak
Bahan Induk
: Endapan material vulkanik tuffa, konglomerat, breksi,
andesit
Jenis tanah
Potensi Lahan

: Latosol (LPT)
: Daerahnya miring mudah terjadi erosi, yang tumbuh

adalah tanaman tahunan, tetapi pada daerah rendah dapat ditanamai tanaman
palawija contohnya singkong dan kacang tanah. Tanahnya memiliki 3 lapisan,
lapisan pertama berwarna hitam karena banyak mengandung humus, pHnya 6
tidak ada kapur, Bahan Organiknya ++. Lapisan kedua tanahnya berwarna
kekuningan karena Fe, Al dan Mn, pHnya 6,5 terdapat kapur dan bahan
organiknya +. Lapisan ketiga tanahnya berwarna coklat terang karena sifat abu
Vulkanik, pHnya 6,5, kandungan kapur dan Bahan Organik tidak ada. Macam
Vegetasi dan Aspek Budidaya, dilakukan pola tanam konservasi, ditanami
tanaman semusim (singkong dan kacang tanah), tanah ini dapat menyimpan air
lama karena memiliki partikel lempung. Lahan ini juga terbentuk karena
Formasi Karst dibuktikan dengan adanya lubang yang ada dipermukaan tanah
dan ditutupi abu karena ledakan gunung.
4. Hutan Konservasi, Bunder, Gunung Kidul, DIY
Fisiografi
: Perbukitan
Ketinggian
: 200-300 m dpl

Iklim
Geomorfologi
Bahan Induk
Jenis tanah

: C3, dengan CH sekitar 1500-1800 mm/th


: Berbukit, berombak
: Endapan bahan gampingan dengan kadar CaCO3 <60%
: Litosol (solum tanah <20 cm), Rendzina (LPT), Rendoll

(soil tax) pada lereng dengan kemiringan besar dan kandungan bahan organik
cukup besar.
Potensi Lahan

: Banyak mengandung Bahan Organik ++++, merupakan

lahan konservasi. Bahan organik pada lahan ini mempengaruhi sifat kapur atau
kandungan kapur pada tanah. Konsep tanamannya adalah tanaman pangan
yang tahan kering yang ditanam pada seela-sela tanaman tahunan. pH tanah 7,
dan warna tanahnya Dark Brown. Macam Vegetasinya tanaman keras dan
tanaman

tahunan,

sedangkan

Aspek

Budidayanya

Konservasi

yang

dikombinasi yaitu 75 % tanaman tahunan dan 25 % tanaman pangan tahan


kering.
5. Hutan Konservasi, Bunder, Gunung Kidul, DIY
Fisiografi
: Cekungan Wonosari, dibeberapa tempat tersebar daratan
Ketinggian
: 200 m dpl
Iklim
: D3, dengan CH sekitar 3000 mm/th
Geomorfologi
: Daratan sedikit bergelombang
Bahan Induk
: Batuan gamping (CaCO3>60 % ) dan Marl
Jenis tanah
: Grumosol Pelliic (LPT), Vertisol (FAO)
Potensi Lahan
: Lahan ini memilikiBahan Organik sangat tinggi +++++
tetapi kandungan kapurnya tidak ada karena dinetralkan oleh bahan organik
sehingga pH tanah ini juga netral yaitu 7. Tanahnya ditanami tanaman pangan
tahan kering. Tanah ini mudah mengembang dan mengerut, perlu diberi pasir
untuk mengatasi hal tersebut. Selain itu tanahnya juga perlu diberi Bahan
Organik untuk memperbaiki kondisi tanah karena tanahnya mudah kering.
Lahan ini tidak bisa menjadi lahan gambut karena tidak ada genangan airnya.
Macam Vegetasinya tanaman tahunan dan tanaman semusim yang tahan
kering, sedangkan Aspek Budidayanya dengan konservasi yaitu memasukan
Bahan Organik sebanyak mungkin.
6. Desa Mulo, Kecamatan Mulo, Gunung Kidul, DIY
Fisiografi
: Topografi Karst (Plato Karst ) terangkat
Ketinggian
: 200 - 300 m dpl
Iklim
: D3, dengan CH 3000 mm/th
Geomorfologi
: Berbukit bergelombang
Bahan Induk
: Batuan gamping

Jenis tanah
Potensi Lahan

: Mirip mediteran (LPT), Luvisol (FAO)


: Lahan ini didominasi Fe karena warnanya merah dan

bahan organiknya kebawah semua. Ditanami tanaman tahunan contohnya kayu


putih. Macam Vegetasi dan Aspek budidaya, penuh tanaman tahunan untuk
konservasi.

KESIMPULAN

1. Dari hasil pengamatan dilapangan, bahwa disetiap daerah memiliki jenis tanah
yang berbeda dan faktor pembentuknya juga berbeda, ada yang dari kandungan
bahan organi dan kandungan Fe, Mn, Al dan lainnya.
2. Bahan organik merupakan bagian tanah yang sangat penting untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan kemampuanya juga bisa mengikat air.
3. Potensi lahan pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung jenis tanahnya.
4. Macam Vegetasinya sebagian besar adalah ditanami tanaman tahunan dan
tanaman pangan tahan kering, sedangkan Aspek Budidayanya sebagian besar
adalah konservasi.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Gunawan. Panduan Field Trip Ilmu Tanah dan Kesuburan Tanah.

LAMPIRAN

Gambar: di tempat tepi sungai kuning ring road


manguwoharjo

Gambar : Pengijian warna pada batuan regosol

Gambar : Pengujian ph tanah Dengan


menggunakan pH stik

Gambar : bebatuan pada tanah regosol

Gambar : Tanaman pada cekungan Wonosari

Gambar : Tanaman pada cekungan Wonosari

Gambar : Kondisi tanah di desa Mulo

Gambar : Tanaman yang ada pada Hutan Blunder

Gambar : Cekungan Wonosari

Anda mungkin juga menyukai