Anda di halaman 1dari 8

Mina Padi, Mewujudkan Kedaulatan Pangan

dan Menekan Perubahan Iklim. Seperti


Apakah?
February 14, 2015 Tommy Apriando, Yogyakarta

379

288

Hamparan tanaman padi di pesawahan di Dusun Kabunan, Desa Widodomartani, Kecamatan


Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, terlihat indah dan hijau menyejukkan mata.
Tetapi ada yang berbeda dari pesawahan di Dusun Kabunan ini, sawah tidak hanya ditanami
padi, tetapi juga ikan nila dan lele dalam satu lokasi yang sama dengan padi.
Ya, inilah model pertanian mina padi yang dilakukan oleh kelompok tani Mina Tunas Baru yang
didirikan oleh Toto Wiharto. Mina padi itu ya bertani sambil beternak ikan di lahan yang sama,
kata Toto, ketika ditemui Mongabay pada Senin (10/02/ 2015) di pinggiran sawah miliknya.

Sistem pertanian mina padi, memberi keuntungan berupa padi dan ikan bagi petani di Bantul,
Yogyakarta. Foto : Tommy Apriando
Ia pun bercerita bagaimana sampai kelompok taninya memilih bertani secara mina padi. Berawal
dari keputusannya pindah dari Kendari, Sulawesi Tenggara ke Yogyakarta pada 2009, untuk
menjadi petani. Pada 2013, ia dikenalkan sistem mina padi oleh Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) Perikanan Ngemplak, Muh Hillal.

Awalnya Toto dan beberapa rekannya tidak yakin mina padi efektif dan memberikan keuntungan
bagi petani. Setelah melakukan pertimbangan matang akhirnya mengambil keputusan untuk
mencoba menerapkannya.
Enam dari 16 anggota kelompok Mina Tunas Baru menjadi penggarap proyek percontohan dari
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka melakukan mina padi
pada lahan 4000 meter persegi, dengan menanam padi jenis Ciherang dan ikan nila merah
berukuran 12 gram atau usia 45 hari.
Tidak berbeda dengan proses menanam padi konvensional, proses mina padi dimulai dengan
membajak sawah, lalu membuat kolam berukuran 41 meter dengan jalur ikan ditengahnya.
Kemudian pupuk kompos dan padi ditanam padi. Setelah satu atau dua minggu penanaman padi,
sawah diairi dan bibit ikan dimasukkan. Per 1000 meter perseginya memerlukan 200 kilogram
pupuk kompos dan 8 kilogram pupuk urea, kata Toto.
Ternyata Toto dan lima rekannya merasakan keuntungan sistem mina padi, yaitu padi jadi lebih
subur, penggunaan pupuk kimia yang berkurang dan pendapatan petani bertambah dari ternak
ikan.
Dengan cara konvensional, 10-15 tunas padi yang ditanam menghasilkan 160-170 bulir padi.
Sedangkan dengan sistem mina padi, 40-an tunas padi menghasilkan 215 bulir padi. Tanaman
padi juga tidak terserang hama tikus dan wereng (serangga) karena tanaman terendam air.
Namun serangan burung masih tetap jadi ancaman bagi petani. Sedangkan ikan tidak
memerlukan banyak pakan, namun perlu didukung pengairan yang bersih.
Setiap 1000 meter dengan mina padi bisa menghasilkan besar sampai 10 kuintal lebih, kata
Toto sembari tersenyum.

Toto Wiharto di sawahnya yang menggunakan sistem mina padi. Foto : Tommy Apriando
Ia pernah mengikuti pelatihan teknik bertani yang dilakukan Thailand. Ia terpukau akan hasil
pertanian yang melimpah disana. Setiap 1000 meter persegi memperoleh hasil 14 hingga 16
kuintal padi, sedangkan di Indonesia rata-rata 6-7 kuintal. Ia yakin bahwa mina padi jika
diterapkan, swasembada pangan pada sektor padi dan ikan air tawar bisa tercapai.
Sedangkan dari ikan, bisa diperoleh 9000 ekor dari 4000 meter persegi. Ia bisa memanen ikan
ukuran 4 -7 ekor/kilogram setiap 2,5 bulan, dengan harga jual Rp. 18.000,-. Harga ikan nila pun

stabil dan cenderung naik, berbeda dengan ikan lele dan gurame. Ikan hasil panen dipasarkan di
daerah Sleman dan Kota Yogyakarta. Pendapatan dari penjualan ikan bisa menutupi biaya
pupuk, katanya.
Pada akhir 2014, dia berhasil memanen 8000 ikan dari 9000 bibit ikan yang ditebar. Setiap tahun,
Toto dua kali menggunakan sistem mina padi di musim hujan, tapi tidak dilakukan pada musim
kemarau.
Dikenalkan Sejak 2010
Kepala Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Perikanan Kecamatan Ngemplak, Sleman, Muh Hillal
mengatakan, ada empat kelompok tani/mina padi yang dijadilan pilot proyek mina padi di
wilayahnya dengan hasil yang menggembirakan. Ia mengawali program dari pemerintah pusat
tersebut dengan memberikan sosialisasi kepada kelompok tani, termasuk bantuan dana teknis,
pakan, bibit dan peralatan penunjang. Saat ini dihentikan sementara, namun akan dilanjutkan
lagi dimusim tanam berikutnya, kata HIllal.
Kepala Bidang Perikanan, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman
Suparmono kepada Mongabay mengatakan, sudah dari tahun 2010 mengenalkan sistem mina
padi kepada petani di Sleman. Anggaran diambil dari dana APBD Kabupaten dan Propinsi serta
pemerintah pusat.
Semua kecamatan di Sleman sudah mencoba penerapan mina padi. Dari semua penerapan yang
dilakukan memberikan peningkatan pendapatan lebih untuk petani, kata Suparmono.
Ia menambahkan keuntungan dari mina padi yakni tenaga kerja minim, hasil tani melimpah dan
hasil panen ikan sebagai nilai keuntungan lebih. Mina padi miningkatkan swasembada beras dan
ikan di Sleman. Ia optimis sistem ini akan mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia di
Yogyakarta, dimana sekitar 45 persen kebutuhan ikan di produksi dari Kabupaten Sleman.
Sekitar 30 ribu ton pertahun produksi ikan di Sleman, katanya.

Ikan nila dalam sistem pertanian mina padi di sawah milik Toto. Foto : Tommy Apriando
Ikan nila dipilih dalam sistem mina padi, karena tidak mudah terserang penyakit, harga yang
terus naik dan permintaan yang meningkat. Menurutnya, untuk 1500 ekor bibit bisa
menghasilkan 3 kuintal ikan. Namun, sistem padi yang menguntunkan bagi petani, padi dan ikan
ini memerlukaan lahan pertanian yang banyak air.
Nenek moyang kita sudah mengajarkan kita sistem ini, tinggal kita mengimplementasikannya,
kata Suparmono.

Menekan Perubahan Anomali Iklim


Dari banyak teknologi yang sudah diuji di lahan pertanian untuk memperbaiki kualitas
lingkungan hidup sebagai antisipasi anomali iklim, salah satu teknologi yang baik adalah mina
padi. Bahkan mina padi telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad lalu.
Dari penelitian Dirjen Perikanan Budidaya KKP tahun 2011, mina padi sebagai budidaya terpadu
yang dapat meningkatkan pendapatan petani berupa peningkatan produksi hingga 10 persen,
meningkatkan keragaman hasil pertanian berupa ikan, meningkatkan kesuburan tanah dan air
dengan penggunaan pupuk yang berkurang 30% dan mengurangi hama penyakit berupa wereng.
Mina padi dinilai sebagai salah satu solusi dalam menangani rendahnya produktivitas akibat
cuaca ekstrim.
Dari publikasi Dirjen Perikanan Budidaya berjudul Peran Mina Padi: Mereduksi Emisi Gas
Metan (CH4) di Udara sebagai Antisipasi Anomali Iklim disebutkan mina padi dapat
menyuburkan lahan dari kotoran ikan yang membantu percepatan perbaikan lingkungan. Pola
mina padi juga dapat mengurangi gas metan yang dibuang dari sisa pemupukan.
Laporan tersebut menyebutkan perubahan iklim sebagai fenomena global dipicu oleh kegiatan
manusia terutama berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil, proses alami dan kegiatan
alih fungsi lahan termasuk aktivitas pertanian dan peternakan. Pertanian dan peternakan
menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8,05% gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.
Dampak pemanasan global bagi sektor pertanian dan pertanian yaitu pergeseran musim dan
perubahan pola curah hujan sehingga berdampak pada keterlambatan musim tanam atau panen,
kegagalan penanaman atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan.
Budidaya padi menghasilkan gas metan terbanyak yaitu 2,57 ton/tahun. Secara geografis gas
metan tersebut 21,2% disumbangkan oleh lahan budidaya padi dari Jawa Barat, 20,9%, dari Jawa
Timur dan 15,9% dari Jawa Tengah.
Melalui mina padi kesuburan tanah di sawah dapat ditingkatkan karena kotoran ikan dan sisa
makanan yang berfungsi sebagai pupuk. Kotoran ikan mengandung berbagai unsur hara,
sehingga mengurangi 30% penggunaan pupuk anorganik.
Ikan juga mengurangi tumbuhnya tanaman lain yang bersifat kompetitor dengan padi dalam
pemanfaatan unsur hara, sehingga mengurangi biaya penyiangan tanaman liar. Oleh karena itu,
mina padi harus didukung dengan pemilihan varietas padi. Penggunaan varietas unggul dan
adaptif terhadap praktik pertanian terpadu akan mengurangi input pupuk kimia. Laporan itu juga
menyebutkan sistem mina padi meningkatkan oksigen di air sehingga berdampak positif
terhadap pertumbuhan ikan.
Pengembangan sistem mina padi dapat mendatangkan beberapa keuntungan yaitu
menyelamatkan lingkungan dari emisi gas rumah kaca (GRK) dan proses pemenuhan kebutuhan
pupuk organik yang ramah lingkungan serta mendukung pencapaian sasaran produksi perikanan
hingga 35,5%.

Oleh karena itu, sistem mina padi perlu dukungan program pemerintah dalam upaya
penyelamatan lingkungan khususnya isu pemanasan global.
http://www.mongabay.co.id/2015/02/14/mina-padi-mewujudkan-kedaulatan-pangandan-menekan-perubahan-iklim-seperti-apakah/

Anda mungkin juga menyukai