Anda di halaman 1dari 27

1.

BIOLOGI TANAH

PENGERTIAN BIOLOGI TANAH

Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian. Sifat, ciri dan
tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi oleh sifat kimia,fisika dan
biologi tanah. Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam
tanah.Karena ada bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai
“Living System” contohnya akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.
Biologi tanah adalah sebuah studi mengenai aktivitas mikroba dan fauna serta ekologinya
di dalam tanah. Fauna tanah, biota tanah,atau edafon adalah istilah yang biasanya
digunakan untuk menyebut organisme yang menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya
di dalam tanah atau sedimen organik diatasnya. Fauna tanah mencakup cacing tanah,
nematoda,fungi, bakteri, dan berbagai arthropoda. Dekomposisi materi organik oleh
organisme memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kesuburan dan struktur tanah
sehingga biologi tanah berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah.
Sebagian besar keanekaragaman hayati yang berupa organisme mikro berada di dalam
atau dekat dengan permukaan tanah. Setidaknya dari eukariotik animalia hingga
prokaryota menghuni ekologi tanah. Hubungan antara mikroorganisme tanah dan fungsi
tanah cukup rumit dan telah menjadi subjek di berbagai aktivitas pengamatan. Rantai
makanan di dalamnya berperan penting dalam siklus nutrisi, di mana sumber energi tidak
selalu berupa material organik tetapi juga mineral anorganik yang diawali oleh bakteri
kemosintetik nitrogen oleh bakteri nitrifikasi, dan berperan dalam siklus biogeokimia
tanah.

SIFAT BIOLOGI TANAH

● Total Mikroorganisme Tanah


Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme
sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang
jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang
bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan
Demikian mikroorganisme tanah mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia
tanah(Anas 1989). Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang paling banyak
jumlahnya.Dalam tanah subur yang normal, terdapat 10 – 100 juta bakteri di dalam tanah.
Angka ini meningkat tergantung dari kandungan bahan organik suatu tanah tertentu (Rao
1994).Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang
terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks),
tanpamempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau
energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang
cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


tersebut. Jumlah Mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme
dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil
tanah.

● Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)


Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang
jumlahnya berkisar 103 - 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim
Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat melarutkan fosfat tanah maupun
sumber fosfat yang diberikan(Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2007). Fungsi bakteri
tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam
reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi
karena perkembangan mereka sangat tergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya
jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah
berkisar antara 3 – 4 miliar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim (Soepardi,
1983).

● Jumlah Fungi Tanah


Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka
menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan
dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti
penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam
suasana asam tidak akan terjadi (Soepardi 1983). Menurut penelitian Arianto (2008),
penurunan jumlah fungi tanah yang diakibatkan oleh pembakaran hutan dalam proses
penyiapan lahan telah mematikan fungi tanah dan mengakibatkan menurunnya jumlah
fungi tanah. Selain itu penurunan jumlah fungi tanah juga diakibatkan karena semakin
berkurangnya ketersediaan unsur hara tanah yang membantu perkembangan fungi tanah
akibat diserapnya unsur hara tersebut oleh tanaman kelapa sawit demi mendukung
pertumbuhannya.

● Total Respirasi Tanah


Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme
tanah.Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama kali
digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran
respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan
aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara,
pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme (Anas 1989). Penetapan respirasi tanah
didasarkan pada penetapan :
1. Jumlah CO2 yang dihasilkan, dan
2. Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.

2. MINERAL TANAH
Hubungan Mineral Dengan Tumbuhan Nutrisi mineral merupakan elemen utama yang
diperoleh dalam bentuk anorganik ion dari dalam tanah. Meskipun nutrisi mineral
siklusnya berkelanjutan pada semua organisme, mereka memasuki predominan biosfer ke
seluruh sistem akar pada tumbuhan, jadi dalam aksi tumbuhan sebagai mineral kerak bumi.
Daerah permukaan terluas akar dan kemampuan mereka untuk menyerap ion-ion anorganik
pada konsentrasi rendah dari tanah membuat penyerapan mineral berlangsung sangat
efektif prosesnya pada tumbuhan setelah dilakukan penyerapan oleh akar, elemen mineral
akan ditranslokasikan ke berbagai bagian tumbuhan dimana mereka digunakan dalam
banyak fungsi biologi. Organisme lain seperti mikoriza, fungi, dan Nitrogen pada bakteri
sering bekerja sama dengan akar dalam penyerapan nutrisi. Mineral bagi tumbuhan : a.
Ketersediaan unsur-unsur hara (mineral) makro dan mikro tersebut sangat penting karena
setiap zat mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. b. Hal itu pula yang mengakibatkan
kebutuhan tumbuhan untuk setiap zat berbeda-beda jumlahnya. c. Tumbuhan memerlukan
banyak unsur Nitrogen, Phospor dan Kalium dalam jumlah banyak, sedangkan mineral lain
diperlukan lebih sedikit. A. Unsur Makro

1. Nitrogen (N)
Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4 (amonium)
Protoplasma mengandung nitrogen kira-kira antara 2-2,5%. Dengan adanya pemungutan
hasil tanaman secara besar-besaran maka banyak sekali zat nitrogen yang hilang.

Pemberian N akan menghasilkan banyak bahan hijau berupa daun dan batang tetapi
pemberian N yang banyak dapat memperlambat masaknya biji. Pemberian N yang banyak
mempengaruhi juga perkembangan susunan akar, dimana akar menjadi lebih panjang dan
lebih dalam masuk kedalam tanah. Masuknya susunan akar kedalam tanah yang tidak
sepadan dengan kesuburan pada bagian atas tanah, maka tanaman dalam keadaan demikian
akan lebih lekas kekeringan.

2. Phosphor (P)
Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4- HPO4- sebagian besar fosfor didalam
tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organik dan
hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion-ion phosphat. Beberapa
bagian tanaman sangat banyak mengandung zat ini, yaitu bagian-bagian yang bersangkutan
dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir
tepung sari, daun buah dan bakal biji. Pembentukan bunga dan buah sangat banyak
diperlukan unsur fosfor. Selain itu fosfor berperan juga pada sintesa hijau daun. Fosfor
mendorong pertumbuhan akar-akar muda yang berguna bagi resistensi terhadap
kekeringan.

3. Kalium
Kalium diserap dalam bentuk K+ Sebagai ion dalam cairan sel, Kalium berperan dalam
melaksanakan "turgor" yang disebabkan oleh tekanan osmosis. Ion Kalium mempunyai
fungsi psikologis pada asimilasi karbohidrat. Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel
dan pada sintesis protein.

Fungsi lain dari Kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat. Kalium berpengaruh
baik pada pembentukan serat-serat seperti pada rosela, kapas dan rami.; dinding-dinding
sel lebih baik keadaannya dan lebih baik kandungan airnya, sel-sel ini tumbuh lebih baik,
lebih kuat dan lebih panjang.

4. Kalsium (Ca)
Unsur ini diserap dalam Ca ++ Kalsium terdapat sebagai kalsium pektat pada lamela-
lamela tengah dari dinding-dinding sel Fungsi ion Kalsium yang penting adalah mengatur
permeabilitas dari dinding sel. Telah diketahui bahwa ion-ion Kalium itu mempertinggi
permeabilitas dinding sel dan ion-ion Kalsium adalah sebaliknya. Peranan yang penting
dari kalsium pada pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu-bulu akar. Bila
tumbuhan kekurangan kalsium maka pertumbuhan keduanya akan terhenti dan bagian-
bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat kemerah-merahan.

5. Magnesium
Magnesium diserap dalam bentuk Mg++ dan merupakan bagian dari hijau daun yang tidak
dapat digantikan oleh unsur lain Selain di dalam hijau daun Mg terdapat pula sebagai ion
di dalam protoplasma sel. Kadar Mg di dalam bagian-bagian vegetatif lebih rendah dari
pada kadar Kalsium, tetapi pada bagian generatif adalah sebaliknya.

6.Belerang / Sulfur (S)


Unsur ini diserap oleh tanaman dalam bentuk ion HSO4 dan SO4. Ion SO4 dalam jumlah
banyak air berbalik meracuni tanaman. Unsur S mempunyai dua peranan utama pada
tanaman yaitu:
a) Unsur S berperan sebagai senyawa penyusun dan pembentukan asam amino yang
mengandung S yaitu sistein, sistin dan metionin.
b) Unsur berperan sebagai penyusun Asetil CoA ( koenzim A), bila Asetil CoA tidak
terbentuk, akan menghambat proses respirasi siklus kreb akibatnya ATP tidak ada yang
terbentuk menyebabkan proses fotosintesis, pembelahan sel, pembungaan, absorbsi, trans-
parasi, translokasi menjadi terhambat akibatnya per-tumbuhan terhambat. Bila Asetil CoA
tidak terbentuk, akan menghambat proses respirasi siklus kreb akibatnya ATP tidak ada
yang terbentuk menyebabkan proses fotosintesis, pembelahan sel, pembungaan, absorbsi,
transpirasi, translokasi menjadi terhambat akibatnya pertumbuhan terhambat.

B. Unsur Makro pada Tumbuhan Tertentu

1.Natrium (Na)
Natrium terdapat pada semua abu tanaman, terlebih pada tanaman yang tumbuh pada tanah
yang banyak mengandung garam dapur seperti pada tanah asin atau payau, air laut dsb.
Biasanya pada tanaman demikian (halophyta) terdapat pula ion-ion klor. Natrium yang
terbentuk sebagai ion mempunyai arti biologis karena turut serta memelihara keadaan
turgor. Unsur ini dapat pula menggantikan Kalium dalam hal tersebut dan memang sering
terjadi, bahwa kadar Natriumnya naik bila keadaan unsur Kalium sangat kurang.

2. Klor (Cl)
Cl diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Cl. Ion ini mempunyai fungsi fisiologis yang
sangat penting dalam proses fotosintesis tanaman terutama pada fase terang.

Mendorong pembentukan klorofil, dan pengaruhnya pada kandungan didalam tanaman.


Klor dapat mengurangi transpirasi sehingga daun-daun akan menjadi lebih berair. Banyak
terdapat pada tumbuhan halophyta

3. Boron (B)
Boron diserap oleh tanaman dalam bentuk BO3.Unsur Boron mempunyai dua fungsi
fisiologis utama adalah: a) Membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang
merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat
fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses ini menyebabkan buah melon akan terasa
lebih manis dengan aroma yang khas. b) Boron juga memudahkan pengikatan molekul
glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel sehingga tanaman
akan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Bila tanaman kekurangan unsur
Boron maka: a. Dinding sel yang terbentuk sangat tipis, sel menjadi besar yang diikuti
dengan penebalan suberin atau terbentuk ruang - ruang reksigen karena sel menjadi retak
dan pecah akibat tidak terbentuk selulosa untuk mempertebal dinding sel. Hal ini
menyebabkan rasa buah melon menjadi tidak manis, karena terlalu banyak air didalam
ruang sel. b. Pertumbuhan vegetatif akan terhambat karena akan terhambat karena Boron
berfungsi sebagai aktivator maupun inaktivator hormon auksin dalam pembelahan dan
pembesaran sel. c. Laju proses fotosintesis akan menurun. Hal ini disebabkan karena gula
yang terbentuk dari karbohidrat hasil fotosintesis akan bertumpuk di daun.

3. KIMIA TANAH

Kaitan sifat kimia pada tanah


Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan tanahnya yakni kesuburan
fisik,kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau kesuburan fisik lebih mengutamakan
tentang keadaan fisik tanah yang banyak kaitannya dengan penyediaan air dan udara tanah,
maka kesuburan kimia berperan dalam menentukan dan menjelaskan reaksi-reaksi kimia
yang menyangkut dalam masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan
tanaman.Kegiatan pertanian seringkali dijadikan contoh sebagai penghasil utama NPS,
karena kegiatan ini umumnya menggunakan bahan kimia yakni pupuk dan pestisida.
Penggunaan Agrokimia untuk budidaya pertanian dapat mencapai 30 – 50% dari total input
produksi pertanian. Input pertanian tersebut berubah menjadi bahan pencemar sebagai
akibat penggunaan yang berlebihan atau tingkat kehilangan yang tinggi.Pencemaran bukan
hanya dapat terjadi secara insitu, yakni pada areal dimana budidaya dilakukan, namun
berpeluang besar untuk menyebar ke daerah hilir. Adanya keterkaitan melalui daur
hidrologi menyebabkan adanya pengaruh yang sangat besar dari daerah hulu terhadap
daerah hilir. Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan di daerah aliran sungai bagian
hulu seperti aktivitas pertanian, pertambangan , industri tidak hanya akan berdampak pada
sekitar tempat kegiatan berlangsung, tetapi juga akan berdampak pada daerah hilir
diantaranya dalam bentuk perubahan/fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material
terlarut dalam sistem aliran air.Dalam hubungannya dengan pencemaran, aliran air
mempunyai peranan yang sangat penting karena aliran air baik dalam bentuk aliran
permukaan (surface run off) maupun aliran bawah permukaan (subsurface run off)
merupakan agen utama pengangkutan, pemindahan,dan penyebaran bahan-bahan
pencemar. Oleh karena itu, pencemaran pada suatu agroekosistem selain ditentukan oleh
jumlah bahan pencemar, juga sangat dipengaruhi oleh seberapa besar persen air yang jatuh
dalam agroekosistem yang berubah menjadi aliran permukaan dan berperan sebagai agen
pembawa bahan-bahan pencemar. Tanah atau sedimen yang terbawa oleh aliran
permukaan juga merupakan agen utama pembawa dan penyebar bahan-bahan pencemar
pada agroekosistem.Untuk mencapai maksud tersebut, maka pembahasan mengenai sifat
kimia tanah ini kita batasi pada. hal-hal yang berkaitan erat dengan masalah-masalah
antara lain : Reaksi Tanah (pH), sumber ion H, pengaruh pemberian Al

Reaksi tanah terhadap pH


Tersedianya unsur hara bagi tanaman, meningkatnya aktivitas mikroorganisme dan reaksi-
reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah, yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.Yang dimaksud dengan reaksi tanah
adalah : Sifat keasaman dan kebasaan dari tanah,sehingga kita kenal ada tiga reaksi tanah
yaitu : asam, netral dan basa. Secara fungsi dapat dikatakan bahwa pH tanah adalah
aktivitas konsentrasi ion.Suatu larutan yang bersifat asam mempunyai konsentrasi ion H+
lebih besar dari konsentrasi ion sedangkan suatu larutan basa, jika konsentrasi ion H+ lebih
kecil dari konsentrasi ion, dan jika konsentrasi ion H+ sama dengan ion maka suatu larutan
disebut netral,atau pH nya = 7. Nilai pH berkisar antara 0 - 14, sedangkan untuk tanah
pertanian pH ini berkisar antara 4 - 9. Tanah-tanah di Indonesia pada umumnya bereaksi
masam dengan pH 4.0 - 5. sehingga tanah-tanah yang ber pH 6.0 - 6.5 sudah dapat
dikatakan cukup netral meskipun masih agak masam. Di daerah rawa-rawa seperti pada
tanah gambut pH tanahnya lebih rendah lagi yakni sekitar 3.5 - 4.0 dan ada juga yang ber
pH lebih kecil dari 3.0 seperti tanah sulfat masam. Reaksi Tanah pH yang tinggi dijumpai
pada tanah-tanah daerah iklim kering atau pada tanah-tanah bergaram, dapat mencapai pH
8.5 - 9.0.
Sumber ion H pada tanah
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa kemasaman tanah itu disebabkan oleh
aktivitas ion hidrogen. Untuk itu kita harus mengetahui dari mana sumber ion hidrogen
tersebut.1. Ionisasi asam-asam organik.Pada penguraian bahan organik dihasilkan asam-
asam organik seperti asam karbonat
Ion AI yang terserap :Jika pH tanah masam sekali, maka Al akan sangat larut yang
dijumpai dalam bentuk ion Al dan hidroksida Al. Kedua ion Al tersebut lebih mudah
terjerap pada koloid liat daripada ion H+. Aluminum yang terjerap ini berada dalam
keadaan seimbang dengan Al dalam larutan tanah.Oleh twena itu Al berada dalam larutan
mudah terhidrolisis, maka Al menampakkan penyebab kemasaman atau penyumbang ion
H+.

Pengaruh pemberian Al dan Logam lainnya pada tanah


Kegiatan pertanian seringkali dijadikan contoh sebagai penghasil utama NPS,karena
kegiatan ini umumnya menggunakan bahan kimia yakni pupuk dan pestisida.Penggunaan
agrokimia untuk budi daya pertanian dapat mencapai 30 – 50% dari total input produksi
pertanian. Input pertanian tersebut berubah menjadi bahan pencemar sebagai akibat
penggunaan yang berlebihan atau tingkat kehilangan yang tinggi. Pencemaran bukan hanya
dapat terjadi secara insitu, yakni pada areal dimana budidaya dilakukan, namun berpeluang
besar untuk menyebar ke daerah hilir. Adanya keterkaitan melalui daur hidrologi
menyebabkan adanya pengaruh yang sangat besar dari daerah hulu terhadap daerah
hilir.Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan di daerah aliran sungai bagian hulu
seperti aktivitas pertanian, pertambangan, industri tidak hanya akan berdampak pada
sekitar tempat kegiatan berlangsung, tetapi juga akan berdampak pada daerah hilir
diantaranya dalam bentuk perubahan/fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material
terlarut dalam sistem aliran air.Dalam hubungannya dengan pencemaran, aliran air
mempunyai peranan yang sangat penting karena aliran air baik dalam bentuk aliran
permukaan (surface run off) maupun aliran bawah permukaan (subsurface run off)
merupakan agen utama pengangkutan, pemindahan,dan penyebaran bahan-bahan
pencemar. Oleh karena itu, pencemaran pada suatu agroekosistem selain ditentukan oleh
jumlah bahan pencemar, juga sangat dipengaruhi oleh seberapa besar persen air yang jatuh
dalam agroekosistem yang berubah menjadi aliran permukaan dan berperan sebagai agen
pembawa bahan-bahan pencemar. Tanah atau sedimen yang terbawa oleh aliran
permukaan juga merupakan agen utama pembawa dan penyebar bahan-bahan pencemar
pada agroekosistem.Ada beberapa unsur logam yang termasuk elemen mikro merupakan
logam berat yang tidak mempunyai fungsi biologis sama sekali. Logam tersebut bahkan
sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan pada organisme, yaitu timbal (Pb),
merkuri (Hg), arsen (As),kadmium (Cd) dan aluminium (Al)
Kandungan alami logam pada suatu ekosistem terdampak akan berubah-ubah tergantung
pada kadar pencemaran oleh aktivitas sumber pencemar yang membuang limbahnya ke
suatu sistem drainase, ketidaksempurnaan pengelolaan limbah pertambanganyang masuk
ke ekosistem sungai, erosi, dan di lahan pertanian karena kandungan logam pupuk dan
dalam pestisida pertambangan.Selintas mengingat kembali tentang keracunan logam berat
merkuri, walaupun wilayah terdampak bukanlah wilayah aktivitas pertanian. Keracunan
merkuri (Hg) adalah keracunan logam pertama yang pernah dilaporkan dan merupakan
kasus pertama penyakit keracunan yang masuk dalam daftar undang-undang kesehatan
industri. Dalam perkembangan teknologi industri sejak ratusan tahun yang lalu, logam
merkuri telah ditemukan terkandung dalam limbah dan mengakibatkan pencemaran
lingkungan sungai,danau, dan lautan. Kehidupan organisme perairan yang tercemar Hg
akan mengkonsumsi Hg jauh lebih tinggi dari organisme yang hidup di perairan belum
tercemar. Kasus Minamata Dimana penduduk di sekitar Teluk Minamata banyak
mengkonsumsi ikan yang mengandung sekitar 2.600– 6.600 ug metil-Hg kg, yaitu
kandungan metil-Hg dalam taraf yang meracun, sementara ambang batas yang ditentukan
oleh FAO/WHO yaitu maksimum 30 ug.

4. HUBUNGAN HARA TANAH DAN TANAMAN

Tanah merupakan salah satu unsur penting lingkungan hidup yang


digunakan sebagai tanah atau lahan diperlukan oleh manusia sebagai
penunjang untuk tempat tinggal dan aktifitas kehidupan, seperti bercocok
tanam, beternak, budidaya perikanan, dan lain sebagainya.
kelestariannya. Ditinjau dari tujuan tata guna lahan agar direncanakan,
dimanfaatkan dan dipelihara kegunaannya sesuai dengan kemampuan
dan fungsinya. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus
diperhatikan faktor- faktor fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial, sehingga
kecocokan, kelayakan dan keapsahan menurut hukum dapat dipenuhi.
Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan medium, dimana akar-
akar tanaman dapat berkembang dan mendapatkan bahan-bahan yang
diperlukan dalam proses pertumbuhannya. Medium tersebut dapat berupa
tumbuh-tumbuhan lain, yang dapat dikelompokkan menjadi tanaman
parasit atau sapropit. Sebagai contoh tanaman parasit : benalu, tali putri
dan lain sebagainya, sedangkan untuk sapropit, misalnya : anggrek,
lumut dan lain sebagainya.
Adapun medium tanaman yang umum, dan akan menjadi fokus
pembicaraan disini, adalah tanah sebagai medium tanaman.
Lahan meliputi semua elemen lingkungan fisik yaitu; iklim, bentuk wilayah/
lereng, tanah, hidrologi dan vegetasi, dalam luasan tertentu, dimana
elemen- elemen itu mempunyai pengaruh terhadap tata guna lahan. Oleh
karena itu konsep lahan (land) ternyata tidak hanya tanah saja, tetapi
juga meliputi aspek- aspek geologi, bentuk kontur, iklim, hidrologi,
tanaman penutup tanah, fauna termasuk serangga dan mikro fauna yang
dapat menimbulkan hama dan penyakit. Demikian juga perlakuan
manusia
berupa penggunaan lahan pada masa lampau sampai saat ini.
Oleh karena itu apabila akan menggunakan lahan berarti harus
menilai karakteristik dari elemen tersebut, sehingga dapat
diketahui pengaruh positif dan negatifnya terhadap tata guna
lahan yang akan dikembangkan dan juga disajikan dalam hasil
analisis kesesuaian lahan.

2.1. Tanah (Soil)

Konsepsi tentang soil menurut U.S Dept Agriculture (USDA),


1952 dan R. Dudal, 1959, dikemukakan bahwa : “Soil is the
collection of natural bodies occupying portions of the earth’s
surface that support plants and that have properties due to the
integrated effect of climate and living matter, acting upon parent
material, as conditioned by relief, over periods of time.”
Dari konsepsi tersebut memberikan pengertian bahwa tanah
mampu menunjang aktivitas jasad hidup dan pertumbuhan
tanaman.
Selanjutnya tanah mempunyai property (sifat/corak fisik, kimia
dan biologi) sebagai akibat hasil pengaruh integrasi dari iklim dan
jasad hidup terhadap batuan induk, yang dipengaruhi oleh bentuk
wilayah dan lamanya proses pembentukan.
Dengan demikian jelaslah bahwa dari konsepsi ini bahwa tanah
dapat dikatakan sebagai alat produksi tanaman dan memiliki
sifat fisik, sifat kimia dan biologi yang merupakan pengaruh
gabungan antara iklim, jasad hidup, batuan induk, bentuk wilayah
(relief) dan lamanya pembentukan, sehingga pada akhirnya
terbentuklah morphogenetic yang mempunyai sifat, corak dan
karakteristik tertentu.

2.2. Penyusun Tanah

Tanah atau dengan istilah lain adalah Pedosfera (Pedosphera)


yang berada diatas permukaan bumi ini adalah merupakan
hasil perpaduan dari beberapa bagian penyusun kerak/kulit
bumi, yaitu litosfera (lithosphere), biosfera (Biosphere), Hidrosfera
(Hydrosphere), dan atmosfera (atmosphere).

2.3. Sifat Fisik Tanah

Dalam penjelasan mengenai sifat-sifat fisik tanah maka dibagi


menjadi beberapa bagian dari sifat-sifat fisik tanah yang pokok,
yang satu dengan lainnya saling berkaitan, yaitu tekstur tanah,
struktur tanah.
2.4.1. Tekstur Tanah

Yang dimaksud dengan tekstur tanah ialah perbandingan


kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam suatu masa
tanah. Fraksi ini berkaitan dengan kisaran ukuran partikel tanah,
yaitu partikel penyusun tanah tertentu.
Tanah dalam kenyataannya, misalnya yang berupa bongkahan
tanah terdiri dari bagian-bagian kecil atau yang disebut partikel-
partikel tanah yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok
yaitu pasir, debu, lempung dan bahan- bahan organik.
Sedangkan batu atau batuan induk merupakan bahan yang
mengalami pelapukan dan akan berubah menjadi tanah dalam
jangka waktu yang lama.
5.PUPUK DAN PEMUPUKAN

A. Pemupukan
Ada tiga hal yang harus dipahami dalam pemupukan tanaman budidaya yaitu: (1)
Tanah ; (2) Tanaman; dan (3) Pupuk. Ketiganya saling berkaitan dan menunjang
untuk menghasilkan tanaman yang benar-benar subur dan produktif.

a. Tanah
Tanah mempunyai arti penting bagi tanaman. Dalam mendukung kehidupan
tanaman, tanah memiliki fungsi sebagai berikut;
● Memberikan unsur hara dan sebagai media perakaran
● Menyediakan air dan sebagai tempat penampungan (reservoir) air
● Menyediakan udara untuk respirasi akar
● Sebagai tempat bertumbuhnya tanaman
Tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah yang subur. Tanah yang subur
adalah tanah yang mampu untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam
jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang
sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman. Tanah yang subur memiliki
sifat fisik, kimia dan biologi yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Sifat tersebut
antara lain:

b. Struktur Tanah
Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang dikehendaki
ialah struktur tanah yang remah. Keuntungan struktur tanah demikian ialah udara
dan air tanah berjalan lancer, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat
memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam
proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. 0leh karena itu, untuk
memperbaiki struktur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk
kandang kompos, atau pupuk hijau). Salah satu contoh tanah yang berstruktur
jelek adalah tanah liat. Tanah ini tersusun atas partikel-partikel yang cukup kecil.
Sangat kecil kalau dibandingkan dengan tanah pasir.
Partikel tanah liat kurang lebih sama dengan seperseratus kali partikel tanah pasir.
Kehalusannya membuat tanah liat cenderung menggumpal, terlebih pada musim
hujan, dan amat rakus menghisap air. Jeleknya lagi, tanah liat akan menahan air
dengan ketat sehingga keadaannya menjadi lembab dan udara pun berputar cukup
lambat. Bila nantinya kering, tanah liat akan menggumpal seperti batu dan
sifatnya pun kian kedap terhadap udara. Itu sebabnya kerap kali dijumpai tanah
liat banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat keramik dan batu bata. Tentunya
tanaman kalau ditanam pada tanah tersebut, kehidupannya akan menderita karena
akarnya tak mampu menembus lapisan tanah padat.
Ada pula tanah yang struktur terlalu porous, seperti tanah pasir. Pada tanah
tersebut tanaman juga tidak akan tumbuh subur. Pasalnya, sifat porous tanah
tersebut sangat mudah merembeskan air yang mengangkut zat-zat makanan
hingga jauh ke dalam tanah. Akibatnya, zat—zat makanan yang dibutuhkan
tanaman tersebut tidak bisa terjangkau oleh akar. Lalu, mengapa tanaman yang
ditanam bukan di tanah pasir dan tanah liat masih saja tumbuh kerempeng seperti
kurang makan? Kasus serupa ini memang paling banyak terjadi dan sering
dikeluhkan petani. Ini ada hubungannya dengan kesuburan tanah yang meliputi:
kandungan hara, derajat keasaman (pH), pengolahan tanah, dan segi peralatan
lain.

c. pH Tanah
Ada 3 alasan pH tanah sangat penting untuk diketahui:
a. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman.
Umumnya unsur hara yang diserap oleh akar pada pH 6-7, karena pada pH
tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
b. Derajat keasaman atau pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-
unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah masam, banyak ditemukan
unsur aluminiun yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga
tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah masam unsur-unsur mikro menjadi
mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro, seperti Fe,Zn,Mn,Cu dalam jumlah
yang terlalu besar. Akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman. Pada tanah alkali,
ditemukan juga unsur yang dapat meracuni tanaman, yaitu natrium (Na) dan
molibdenum(Mo).
c. Derarat keasaman atau pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan
mikroorganisme didalam tanah. Pada pH 5,5-7 bakteri dan jamur pengurai bahan
organik dapat berkembang dengan baik

Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman


adalah mendekati netral (6,5-7). Namun, kenyataannya setiap jenis tanaman
memiliki kesesuaian pH yang
Berbeda-beda seperti yang tertera.Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila
pH tanah diluar batas optimum. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu
diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan .Karenanya, pH tanah sangat
penting diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk
tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.

B.Pupuk dan Cara Pemupukan


a. Penggolongan Pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik ialah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan(dekomposisi) oleh bakteri pengurai. contohnya
adalah pupuk kompos dan pupuk kandang .Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa
tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik
mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap
jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan
organik ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik
dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase
kandungan hara yang tinggi.contoh pupuk anorganik adalah Urea,TSP, dan KCl.
Jenis pupuk buatan sangat banyak menurut jenis dan jumlah unsur hara makro
yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara makro yang dikandungnya hanya
satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya
mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara
makro. Penggunaan pupuk majemuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu
kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga
pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk `antara lain diammonium
phosphat yang mengandung unsur nitrogen dan phosphor, serta pupuk NPK
Mutiara yang mengandung unsur nitrogen, phosphor, dan kalium.
C.Jenis-jenis Pupuk

1. Pupuk Sumber Nitrogen


Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat (N03-) atau
ammonium(NH4+) yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat
lebih cepat tersedia bagi tanaman. Ammonium juga akan diubah menjadi nitrat
oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau tidak
dapat mentoleransi jumlah ammonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen
pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (N03-) dengan kandungan
nitrogen minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk
ammonium (NH4+), karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah
menjadi gas N2.Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar
daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
2. Pupuk Sumber Phospor
Mengandung 36% phosphor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari phospat
alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut
di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.
Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar.
3. Pupuk Sumber Kalium
Kalium Klorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak masam, dan bersifat higroskopis.
Namun demikian, Klor bisa berpengaruh negative pada tanaman yang tidak
membutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau

Kalium Sulfat
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%.
Bentuknya berupa tepung putih yang larut di dalam air, sifatnya agak
mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam.
Tanaman yang peka terhadap keraculan Cl, seperti tembakau, disarankan untuk
menggunakan pupuk ini

Kalium Nitrat (KN03)


Mengandung 13% N dan 44% K2O. Berbentuk butiran berwarna putih yang tidak
bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral.
4. Pupuk Sumber Unsur Hara Makro Sekunder
Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan
pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca(30%) dan Mg(19%) yang cukup baik.
Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran.
Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.
Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang
berbentuk bubuk. Warnanya putih dan butirannya halus.
5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil
penelitian melaporkan Bahwa tanaman padi sawah dan teh di Beberapa daerah di
Jawa sudah mulai memerlukan tambahan Zn dari pupuk. Hasil analisis tanah pada
10 provinsi di Indonesia menunjukkan,bahwa pada tanah yang mendapat program
pengapuran terjadi kekurangan unsur Cu dan Zn. Penambahan pupuk CU dan Zn
ternyata meningkatkan hasil panen yang sangat berarti. Pada padi sawah, hasil
panen meningkat 17,5%, padi gogo menunjukkan peningkatan sebesar 15% dan
pada kedelai meningkat sampai 24%.
Pupuk sebagai sumber unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk
garam anorganik dan bentuk organik sintetis. Kedua bentuk ini bersifat mudah
larut di dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam anorganik adalah
Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber
boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai
pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodim dan ammonium
molibdat.

6. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merek, kualitas,
dan analisis telah tersedia di pasaran. Kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk
majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Efisiensi
pemakaian tenaga kerja pada aplikasi pupuk majemuk juga lebih tinggi daripada
aplikasi pada pupuk tunggal yang harus diberikan dengan cara dicampur.
Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besar butiran yang seragam dan tidak
terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal.
Hampir semua pupuk majemuk bereaksi masam, kecuali yang telah mendapatkan
perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk majemuk sangat banyak. meskipun demikian perbedaan
variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK
16.16.16.
6.EVALUASI KESUBURAN TANAH

Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik
fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan
oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang
menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air
dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan
habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan,
dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau
diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim
dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat
diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).

Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan
biologi tanah yang terukur, yang terkorlasikan dengan keragaan (performance)
tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah
dapat juga ditaksir secara langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati
(bioessay). Hanya dengan cara penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-
sebab yang menentukan kesuburan tanah. Dengan cara penaksiran kedua hanya
dapat diungkapkan tanaggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang
dihadapinya.

Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah sebagai
berikut :

a. Kesuburan Fisika

Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah,
drainase dan porositas tanah.

Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan
laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur tanah yang padat.

Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk
diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda
dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan
pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih
rendah. Disamping itu aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah
berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa
air atau menguap.

b. Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan
mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang
dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu
memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditaburkan ke tanah.

Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas
tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman.

c. Kesuburan Biologi

Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah
(khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi
mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan pol

INDIKATOR KESUBURAN TANAH

1. Kapasitas Absorbsi

Kapasitas Absorbsi dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanah


untuk mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel
kolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung mencerminkan
kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk kation.
Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan kesuburannya
semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh unsur K
(Kalium), Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah normal
(berkisar 6,5).

2. Tingkat Kejenuhan Basa

nilainya dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation.


Peningkatan nilai persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya
kandungan basa-basa tanah pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai
kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara
sederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhi
dan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik
di dalam tanah.

3. Kandungan Liat

Kandungan liat, merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel


dengan ukuran ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori
tinggi sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti
kemampuan saling tukar yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan
absorbsi ini bisa untuk air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan
kesuburan tanah. Namun jika kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi
menjadi tidak ideal untuk budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan liat
yang tinggi menyebabkan perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi
lebih rendah sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.

4. Kandungan Bahan Organik

Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi
tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah.
Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik akan
meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Di samping
itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk
dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi
akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus
(lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi,
sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik dapat
meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak yang
berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organik
kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat,
tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan
tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh,
sehingga mudah diolah.

Evaluasi Kesuburan Pupuk

1. Gejala Kekurangan Hara

Pertumbuhan yang abnormal yang ditunjukkan oleh tanaman , kemungkinan


disebabkan kekurangan hara ataupun berberapa faktor yang menunjang
pertumbuhan tanaman. Kelainan pertumbuhan dapat disebabkan kekurangan
maupun kelebihan dari satu atau beberapa unsur hara yang terdapat di dalam
tanah. Gejala- gejala yang tampak itu dapat diaamti secara visual, dan tidak
memerlukan suatu alat khusus dan dapat dilakukan dengan cepat. Gejala- gejala
yang dapat terlihat adalah berupa:

1) Terhambatnya pertumbuhan tanaman

2) Kelainan pada warna yang biasanya nampak pada daun.

3) Nekrosis atau matinya jaringan.


4) Bentuk yang abnormal dari bagian- bagian tanaman.

2. Evaluasi Kesuburan Tanah (Kebutuhan Pupuk)

Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan
analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisis serapan hara makro primer (N, P
dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman.
Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P
dan K) dalam tanah.
7.KLASIFIKASI TANAH

Klasifikasi tanah

Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan


sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10 ordo
tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:

1. Alfisol
2. Aridisol
3. Entisol
4. Histosol
5. Inceptisol
6. Mollisol
7. Oxisol
8. Spodosol
9. Ultisol
10. Vertisol

Alfisol:

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat


penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di
atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem
klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podsolik Merah Kuning.

Aridisol:

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai


kelembaban tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-
kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk Desert Soil.

Entisol:

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat
muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau
baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau
Regosol.

Histosol:

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan


bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%
(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi
tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

Inceptisol:

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum
berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,
Gleihumus, dll.

Mollisol:

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih
dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%,
kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras
bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan
dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m,
Rendzina, dll.

Oxisol:

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas
tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak
mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di
lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &
Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

Spodosol:
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,
dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

Ultisol:

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi


penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan
sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol,
dan Hidromorf Kelabu.

Vertisol:

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi


Tanah USDA 1975 dengan disertai singkatan nama ordo tersebut, adalah sebagai
berikut:

1. Alfisol → disingkat: Alf


2. Aridisol → disingkat: Id
3. Entisol → disingkat: Ent
4. Histosol → disingkat: Ist
5. Inceptisol → disingkat: Ept
6. Mollisol → disingkat: Oll
7. Oxisol → disingkat: Ox
8. Spodosol → disingkat: Od
9. Ultisol → disingkat: Ult
10. Vertisol → disingkat: Ert

Sistem ini bersifat hierarkis. terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama


berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order ("ordo tanah").
Mereka adalah

1. Entisol (membentuk akhiran -ent) merupakan tanah-tanah yang masih


sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan.
2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept) merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol.

3. Alfisol (membentuk akhiran -alf) merupakan tanah-tanah yang terdapat


penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah.

4. Ultisol (membentuk akhiran -ult) merupakan tanah-tanah yang terjadi


penimbunan liat di horison bawah, bersifat asam, kejenuhan basa pada kedalaman
180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.

5. Oxisol (membentuk akhiran -ox) tanah tua sehingga mineral mudah lapuk
tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar
kation (KTK) rendah,

6. Vertisol (membentuk akhiran -vert) merupakan tanah dengan kandungan


liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.

Anda mungkin juga menyukai