Anda di halaman 1dari 21

BAB I

BIOLOGI TANAH

2.1 Peranan Fauna Tanah
Menurut Purwowidodo (1992) fauna tanah berperan penting dalammenghancurkan dan meng
uraikan bahan organik sehingga fauna tanah memiliki artidalam memperbaiki sifat-sifat tanah
, yaitu :
1 Sifat Fisik
Salah satu kegiatan makrofauna tanah ialahterbentuknya krotovina dalamprofil tanah. Krotovi
na ialah kantong atau terowongan yang dibuat oleh hewanpenggali di dalam profil tanah yang 
berisi bahan tanah atau bahan lain yangdiangkut dari tempat lain (Notohadiprawiro, 1998). Fa
una tanah memilikipengaruhyang besar terhadap kondisi tanah. Misalnya makrofauna seperti 
cacing tanah,rayap dan semut memiliki pengaruh penting terhadap struktur tanah, aerasi,drain
ase dan pori-pori tanah yaitu melalui pergerakantubuhnya pada saat mencarimakanan, menga
ngkut bahan organik ke bagian tanah yang lebih dalam denganmenggali lubang serta membua
t terowongan dalam tanah (Pankhurst, 1999b).
2 Sifat Kimia
Masuknya cacing tanah ke dalam tanah mengakibatkan perubahan beberapasifat kimiatanah 
meliputi (1) meningkatkan kandungan bahan organik, (2)kandungan unsur hara tersedia, dan 
(3) kapasitas tukar kation. Hal ini disebabkankotoran cacing tanah mengandung lebih banyak 
unsur ha ra dan C-organik daripada
tanah aslinya (Ma’shumet al.,2003). Umumnya rayap mengakumulasi bahanorganik dalam gu
ndukan tanah, sehingga pada tempat tersebut terkandung kation-kation basa serta hara tanama
n yang lebih tinggi jika dibandingkan denga n tanahsekitarnya. Oleh karena itu gundukan tan
ah yang dibangun oleh rayap ini banyakdigunakan sebagai sumber kapur bagi tanaman, sebag
aimana yang dilaporkan diTanzania dan Thailand (Ma’shumet al.,2003)
3. Sifat Biologi
Mikroflora terlibat secara erat dalam pelapukan bahan organik yang berasosiasidengan fauna. 
Sebagai tambahan mikroflora itu aktif dalam saluran pencernaan dariberbagaibinatang (Soepa
rdi, 1983). Kotoran cacing berpengaruh terhadapkeragaman populasi mikroorganisme. Umu
mnya tanah yang dihuni cacing tanah,populasi bakteri lebih besar jumlahnya daripada fungi. 
Bakteribakteri tersebutumumnya berdomisili di sekitar liang-liang yang dibuat oleh cacing ter
sebut (Ma’shum et al.,2003).

Pengaruh fauna tanah terhadap sifat tanah dalam ekosistem dapat dilihat padaTabel 2
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fauna Tanah
Aktivitas cacing tanah pada umumnya dipengaruhi oleh pH, kelembabandan suhu tanah yang 
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolisme,kandungan bahan organik sebagai 
makanan (Wallwork, 1970) dan kehadiranpesaing, pemangsa dan struktur tanah (Purwowido
do, 2005). Populasi cacing tanah
dan kumbang sangat dipengaruhi oleh pengolahan tanah baik berupa pengapuran,pemupukan 
maupun penggunaan pestisida (Siswati, 2001).
Menurut Suin (1997), pengukuran pH tanah sangat penting dalam ekologifauna tanah karena 
keberadaan dan kepadatan fauna tanah yang sangat tergantungpada pH tanah. Fauna tanah ad
a yang dapat hidup pada tanah dengan pH masamdan ada pula yang senang pada tanah yang p
H nya basa. Suin (1997) jugamenambahkan kadar air tanah sangat menentukan kehidupan fau
na tanah. Padatanah yang kadar air nya rendah, jenis hewan tanah yang hidup padanya sangat
berbeda dengan hewan tanah yang hidup pada tanah yang kadar airnya tinggi.Selain itu juga 
kepadatan fauna tanah juga sangat bergantung pada kadar air tanah.Umumnya tanah yang me
miliki kadar air tanah yang rendah,memiliki kepadatanfauna tanah yang rendah.
Menurut Rahmawaty (2004), pada permukaan tanah di lahan hutan, terdapatcukup banyak ser
asah yang berasal dari vegetasi sekitarnya, mesofauna tanah akanmelakukan kegiatan dalam 
mendekomposisi serasah menjadi lebih sederhanasehingga terjadi penambahan akumulasi ba
han organik di dalam tanah. Akumulasibahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah, sera
ngga dan hewanhewan tanahlainnya, membentuk unsur hara yang menjadi nutrisi bagi tanam
an yang terdapat dihutan.
Keadaan lingkungan, vegetasi bawah dan jenis tanah hutan merupakan suatukombinasi yang 
mempengaruhi kelembaban, suhu dan makanan (Burges and Raw,1967).

2.3 Pengukuran Aktivitas Fauna Tanah
Notohadiprawiro (1998) menyatakan bahwa keseluruhan komponenorganik tanah, baik hidup 
maupun mati, disebut bahan organik tanah. Komponenorganik hidup terdiri atas flora, fauna 
dan akar tumbuhan. Komponen organik matiberupa flora, fauna dan akar tumbuhan mati yan
g terdekomposisi sebagian atauseluruhnya, dan zat-zat organik baru yang berasal dari sisa jari
ngan tumbuhan danhewan. Dekomposisi adalah perombakan bahan organik menjadi senyawa 
organikyang lebih sederhana (Notohadiprawiro, 1998)
BAB II
MINERAL TANAH

Pengertian Mineral Tanah


Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu
bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisik dan kimia
dari batuan yang merupakan bahan induk tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil
pelapukan lainnya atau pelapukan (alterasi) dari mineral primer dan sekunder yang ada.

Mineral mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu tanah, antara lain sebagai
indikator cadangan sumber hara dalam tanah dan indikator muatan tanah beserta lingkungan
pembentukannya. Jenis mineral tanah secara garis besar dapat dibedakan atas mineral primer
dan mineral sekunder. 
Klasifikasi mineral Tanah.
1. Mineral Primer
 Mineral primer adalah mineral tanah yang umumnya mempunyai ukuran butir fraksi
pasir (2 – 0,05 mm). Analisis jenis dan jumlah mineral primer dilakukan di laboratorium
mineral dengan bantuan alat mikroskop polarisasi. Pekerjaan analisis mineral primer
dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu pemisahan fraksi pasir dan identifikasi jenis
mineral.
a.    Pemisahan Fraksi Pasir 
Prinsip dasar pemisahan fraksi pasir adalah menghilangkan material penyemen yang
menyelimuti atau menyemen butir-butir pasir dan memisahkan butir mineral berukuran
fraksi pasir dari fraksi debu dan liat. Material yang menyeliputi butir pasir dalam tanah
umumnya berupa bahan organik. Namun pada beberapa jenis tanah, material penyeliput
tersebut selain oleh bahan organik, juga oleh besi (pada tanah merah) dan oleh karbonat
(pada tanah kapur). Bahan organik dihilangkan dengan hidrogen peroksida (H2O2) besi
dengan sodium dithionit (Na2S2O4) dan karbonat dengan Chlorida (HCl). 
Setelah butir mineral terlepas dilakukan pemisahan fraksi pasir dengan menggunakan
ayakan yang berukuran 1-0,05 mm. Jenis analisis mineral primer yang biasa
dilaksanakan adalah fraksi berat, fraksi ringan, dan fraksi total. Untuk analisis mineral
pasir fraksi berat, terlebih dahulu harus dipisahkan antara pasir fraksi berat dengan fraksi
ringan. Yang tergolong dalam mineral pasir fraksi berat adalah mineral pasir yang
tenggelam dalam larutan bromoform dengan BJ 2,87. Untuk analisis mineral pasir fraksi
total, hasil pengayakan bisa langsung diperiksa. Indentifikasi mineral pasir Untuk
keperluan identifikasi jenis mineral pasir, diperlukan lempeng kaca berukuran 2,5 cm x 5
cm, cairan nitro bensol, dan mikroskop polarisasi. Butir pasir ditebarkan di atas lempeng
kaca hingga merata kemudian ditetesi nitro bensol dan diaduk sampai tidak ada pasir
yang mengambang. Lempeng kaca di taruh di mikroskop dan mulai diamati. Dengan
mikroskop polarisasi Pengamatan dilakukan mengikuti metode ”line counting” artinya
hanya mineral pasir yang terletak pada garis horizontal pada bidang pandang mikroskop
yang dihitung. Untuk analisis rutin penghitungan dilakukan hingga 100 butir, tapi untuk
keperluan penelitian yang lebih detail, penghitungan dapat dilakukan hingga 300 butir.
2. Mineral Sekunder
 Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari hasil pelarutan mineral primer
yang telah mengkristal kembali. Dan juga berasal dari pelarutan sisa – sisa organisme seperti
kerangka binatang kapur,bangkai dan kotoran burung layang layang yang kemudian
mengkristal kembali bersama unsur unsur lainnya.

a.         Pemisahan Fraksi Liat 


Prinsip dasar pemisahan fraksi liat adalah menghilangkan bahan penyeliput dan
penyemen, serta memisahkan fraksi liat dari fraksi debu dan pasir. Dalam proses pemisahan
fraksi ini dapat digunakan contoh yang sama dengan contoh yang digunakan untuk analisis
fraksi pasir, sehingga proses destruksi bahan organik, besi, dan karbonat bisa dilakukan
sekaligus.Pemisahan fraksi liat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemisahan fraksi
untuk tekstur yaitu dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke. 

b.        Identifikasi Mineral Liat 


Identifikasi mineral liat dilakukan dengan bantuan alat difraktometer sinar X (XRD).
Terlebih dahulu dibuat preparatnya dengan mengendapkan fraksi liat pada lempeng kramik,
setelah siap, preparat tersebut dijenuhkan dengan Mg2+, Mg2+ + glycerol, K+ dan K+
dipanaskan pada suhu 550oC selama 1 jam. Prinsip analisis dengan XRD adalah merekam
dan memvisualisasikan pantulan sinar X dari kisikisi kristal dalam bentuk grafik. Grafik
tersebut kemudian dianalisis, terdiri atas mineral liat apa saja dan relatif
komposisinya.Analisis mineral liat juga dapat dilakukan dengan contoh berupa serbuk halus
(powder). Analisis ini biasanya dilakukan untuk menganalisis pupuk, mineral standar, atau
mineral primer yang sulit diidentifikasi dengan mikroskop. 

c.         Klasifikasi Endapan Mineral


Endapan Mineral biasanya diperkenalkan klasifikasi endapan mineral menurut Lindgren
(1933), yang terdiri atas epitermal, mesotermal, dan hipotermal. Pembagian ini didasarkan
atas kontras suhu dan kedalaman pembentukan endapan ini. Namun, pada perkembangan
selanjutnya dua dari tiga istilah tersebut sangat jarang digunakan, bahkan istilah hipotermal
yang dulu diperuntukkan pada endapan yang terbentuk pada lingkungan yang dalam (3-15
km) dengan suhu ~300-600oC tidak pernah lagi digunakan. Orang lebih mudah memahami
istilah sistem porfiri dibandingkan hipotermal. Hal ini didasarkan atas karakteristik tekstur
dan proses pembentukannya. 
3. Mineral Liat Tanah
 Mineral liat tanah merupakan mineral sekunder yang sangat berperan dalam
membentuk kesubuan tanah.tipe dan struktur Kristal mineral liat tersebut sangat menentukan
sifatnya dalam mempengaruhi sifat da ciri tanah.
a.    Tipe Mineral Liat
Pada dasarnya mineral liat dapat di bedakan atas dua kelompok senyawa,yaitu liat selikat dan
liat bukan selikat.liat selikat kemudian di bedakan dengan tiga tipe, 1 : 1, 2 : 1 dan tipe 2 : 2 .
tipe dalam hal ini menunjukan perbandingan antara Si-tetraeder Al-oktaeder. Dengan
mengetahui tipe mineral liat dan juga  dapat menentukan tingkat kehancuran suatu tanah.
Tanah  yang mengandung liat 1 : 1 menunjukan suatu tanah yang lebih tua dari pada tanah
yang bertipe  2 : 1 karena Si telah habis tercuci.
b.    Struktur Kimia dan Kristal Mineral Liat
Melalui analisa kuantitatif ahli kimia telah dapat menentukan rumus kimia dari berbagai
mineral.melihat rumus kimia yang terkandung di dalam mineral liat,ternyata liat hanya
mengandung K,Mg, dan Na.sedangkan kita mengetahui bahwa didalam liat tersimpan
sejumlah besar hara yang di butuhkan tanaman. Akan tetapi dengan mengingat sifat mineral
liat bermuatan negative pada umumnya bermuatan positif, maka pengadaan hara dari mineral
liat lebih mudah di pahami. Adanya kation-kation dan anion-anion yang dapat di jerap dan di
pertukarkan oleh mineral liat adalah faktor penentu penyediaan hara bagi tanaman.
c.    Sumber Muatan Negatif
Sumber muatan negative liat yang utama adalah subsitusi isomorfik.di samping itu juga
akibat patahnya pinggiran lempeng Kristal liat, Dan juga berasal  dari permukaan koloid  liat
yang mempunyai gugus oksigen dan hidroksil yang tersembul,sehingga menimbulkan titik –
titik bermuatan negative.
BAB III
KIMIA TANAH

Pengertian Kimia Tanah

Kimia tanah merupakan sarana untuk mempelajari mengenai beragam ilmu mengenai kimia
tanah. Sehingga pada nantinya mendapatkan bekal pengetahuan dan wawasan mengenai
kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu pengetahuan dan wawasan mengenai kimia
tanah dalam bidang pertanian, baik itu mengenai unsure, fase reaksi, atau beragam hal yang
erat kaitan dengan kimia tanah yang menopang untuk usaha pertanian kedepannya. Definisi
Tanah Secara Mendasar Dikelompokkan Dalam Tiga Definisi, Yaitu:
1. Berdasarkan Pandangan Ahli Geologi Tanah Didefiniskan Sebagai Lapisan Permukaan
Bumi Yang Berasal Dari Bebatuan Yang Telah Mengalami Serangkaian Pelapukan Oleh
Gaya-Gaya Alam, Sehingga Membentuk Regolit (Lapisan Partikel Halus).
2. Berdasarkan Pandangan Ahli Ilmu Alam Murni. Tanah Didefinisikan Sebagai Bahan Padat
(Baik Berupa Mineral Maupun Organik) Yang Terletak Dipermukaan Bumi, Yang Telah Dan
Sedang Serta Terus Mengalami Perubahan Yang Dipengaruhi Oleh Faktor-Faktor: Bahan
Induk, Iklim, Organisme, Topografi, Dan Waktu.
3. Berdasarkan Pandangan Ilmu Pertanian. Tanah Didefinisikan Sebagai Media Tempat
Tumbuh Tanaman.
Selain Ketiga Definisi Diatas, Definisi Tanah Yang Lebih Rinci Diungkapkan Ahli Ilmu
Tanah Sebagai Berikut: " Tanah Adalah Lapisan Permukaan Bumi Yang Secara Fisik
Berfungsi Sebagai Tempat Tumbuh Dan Berkembangnya Perakaran Sebagai Penopang
Tumbuh Tegaknya Tanaman Dan Menyuplai Kebutuhan Air Dan Hara Ke Akar Tanaman;
Secara Kimiawi Berfungsi Sebagai Gudang Dan Penyuplai Hara Atau Nutrisi (Baik Berupa
Senyawa Organik Maupun Anorganik Sederhana Dan Unsur-Unsur Esensial, Seperti: N, P,
K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); Dan Secara Biologis Berfungsi Sebagai Habitat Dari
Organisme Tanah Yang Turut Berpartisipasi Aktif Dalam Penyediaan Hara Tersebut Dan
Zat-Zat Aditif Bagi Tanaman; Yang Ketiganya (Fisik, Kimiawi, Dan Biologi) Secara Integral
Mampu Menunjang Produktivitas Tanah Untuk Menghasilkan Biomass Dan Produksi Baik
Tanaman Pangan, Tanaman Sayur-Sayuran, Tanaman Hortikultura, Tanaman Obat-Obatan,
Tanaman Perkebunan, Dan Tanaman Kehutanan. Tanah Merupakan Tubuh Alam Yang
Bebas Yang Tersusun Oleh Komponen Organik Maupun Anorganik.

Diseluruh Permukaan Bumi Terdapat Beraneka Macam Tanah Mulai Dari Yang Paling
Gersang Sampai Yang Paling Subur. Mulai Dari Warna Yang Paling Gelap Himgga Yang
Warna Cerah. Keanekaragaman Tanah Itu Memiliki Sifat Dan Kandungan Yang Berbeda
Dalam Komponennya. Antara Lain Sifat Kimia Yang Merupakan Komponen Inti Dalam
Tanah. Tanah Satu Dengan Yang Lain Memiliki Perbedaan Sifat Kimia Yang Tentunya
Mempengaruhi Tingkat Kesuburan Dalam Tanah Tersebut. Kesuburan Itu Sendiri Pada
Akhirnya Erat Kaitannya Dengan Pertumbuhan Suatu Tanaman. Untuk Mempermudah
Mengkaji Dan Menganalisisa Keadaan Itu Maka Diperlukan Kemampuan Untuk Mengenal
Beragam Komponen Kimia Dalam Masing-Masing Jenis Tanah. Semenjak Pertanian
Berkembang, Konsep Tanah Yang Paling Penting Adalah Konsep Sebagai Media Alami Bagi
Pertumbuhan Tanaman. Sebagai Konsep Itu, Tanah Sendiri Memiliki Jenis Dan Sifat Yang
Berbeda. Adapun Jenis Tanah Itu Antara Lain : Regosol, Andisol, Vertisol, Latosol, Dan
Masih Banyak Lagi. Disetiap Tanah Itu Terkandung Unsur Kimia Tertentu Dan Fase-Fase
Reaksi Kimia Tertentu. Hal Ini Berpengaruh Untuk Kesuburan Tanah, Kembali Pada Konsep
Bahwa Tanah Sebagai Media Alami Pertumbuhan Tanaman. Kenyataan Pada Saat Ini,
Kadang Pertanian Belum Mampu Mengkaji Hal-Hal Yang Erat Kaitannya Dengan Kimia
Tanah. Hal Ini Disebabkan Kurangnya Pengetahuan Dan Wawasan Mengenai Kimia Dalam
Pertanian. Padahal Ini Cukup Berperan Penting Dalam Menopang Produksi Pertanian. Maka
Dari Itu, Pengetahuan Mengenai Kimia Tanah Sangat Diperlukan Dalam Bidang Pertanian,
Khususnya Ditujukan Kepada Para Petani Yang Memegang Peranan Langsung Di Lapangan.

Unsur- Unsur Kimia Tanah Tanah adalah lapisan teratas sebelum atmosfer yang melapis dan
melindungi bumi yang tersusun dari komponen organik maupun anorganik, lapisan teratas ini
juga menyediakan kebutuhan bagi organisme yang hidup diatasnya, yang disertai unsur-unsur
kimia dengan fungsinya yang berbeda-beda yang dimiliki setiap unsurnya.

Unsur-unsur kimia dalam tanah memiliki perananya masing-masing dalam kehidupan


ekosistem alami. Yaitu sebagai penyedia kebutuhan hara bagi tanaman. Unsur kimia yang
diserap oleh tumbuhan berupa ion jadi tidak semua unsur dalam tanah dapat diserap oleh
tanah. Unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan agar tumbuh dengan baik ada 16 unsur.
Tetapi hanya enam unsur yang diperlukan dalam jumlah besar, unsur hara ini disebut juga
dengan unsur hara essensial (unsur makro) dan unsur sepuluh lainnya disebut unsur hara non-
essensial (unsur mikro).Unsur hara essensial (unsure makro) diantanya adalah nirogen,fosfor,
kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur.

Unsur makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif
besar ,seperti :

Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan
berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).Menurut Hardjowigeno
(2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus dan
bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari nitrogen udara, pupuk, dan air
hujan. Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya
terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas
jasad renik tanah. Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada
lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut
(Hardjowigeno 2003).

Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi (Fe),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B) dan Klor(Cl).

a. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero
(Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral
Fe antara lain olivin, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe
O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe
dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan
khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau
sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan
lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian
pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain
sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas.
Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase
digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
∙Catalase : H2O + H2O → O2 + 2 H2O

∙Peroksidase : AH2 + H2O → A + H2O

Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme.
Proses tersebut misalnya reduksi N2 , reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe
menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein
menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kadar asam amino pada daun
dan penurunan jumlah ribosom secara drastik. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat
disebabkan oleh kekurangan Fe dan juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua
enzim.

b. Mangan (Mn)
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn2+ seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat
diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun.
Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ
lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat
dan silikat dengan nama pirolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan
rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan
ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil
pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit
(MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm.
BAB IV
HUBUNGAN HARA TANAH DAN TANAMAN
BAB V
PUPUK DAN PEMUPUKAN

2.1 Pupuk
2.1.1. Pengertian Pupuk
Pupuk adalah kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih
unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk
berarti menambah unsur hara kedalam tanah dan tanaman. Pupuk merupakan
meterial yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mecukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik (Dwicaksono,2013).
Menurut Handiuwito (2008) pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam tanah untuk menyediakan unsur-unur esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Tindakan mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan
penambahan dan penggembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar
produki tanaman tetap normal atau meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara
tersebut memungkinkan tercapainya keseimbangan antara unsur-unsur hara yang
hilang baik yang terangkut oleh panen, erosi, dan pencucian lainnya. Tindakan
pengembalian/penambahan zat-zat hara ke dalam tanah ini disebut pemupukan.
Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga diperlukan metode
diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang dibutuhkan
oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah (Sugiyanta, 2011).
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2001 tentang “Pupuk Budidaya
Tanaman” mencantumkan 3 butir pertimbangan:
a. Bahwa pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai
peranan penting dalam peningkatan produksi dan mutu hasil
budidayatanaman;
b. Bahwa untuk memenuhi standar mutu dan menjamin efektivitas
pupuk,maka pupuk yang diproduksi harus berasal dari formula hasil
rekayasa yang telah diuji mutu dan efektivitasnya;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas dan sebagai pelaksanaan dari
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang “Sistem
Budidaya Tanaman”, perlu mengatur pupuk budidaya tanaman dengan
eraturan pemerintah (Firmansyah.2010).

Secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan


asalnya, yaitu:
1. Pupuk organik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCL
(pupuk K).
2. Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau
(Lingga & Marsono, 2013).

2.1.2 Golongan Pupuk


2.1.2.1 Pupuk organik
Pupuk Organik, yaitu pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan
atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus)
berbentukcair maupun padatan yang antara lain dapat memperbaiki sifat fisik dan
strukturtanah, dapat meningkatkan daya menahan air, kimia tanah, biologi
tanahdengan kriteria sebagai berikut:
1. Memperbaiki struktur tanah. Ini dapat terjadi karena organisme tanah saat
penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat
mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.
2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik memiliki daya serap
yang besar terhadap air tanah. Itulah sebabnya pupuk organik sering
berpengaruh poitif terhadap hasil tanaman, terutama pada musim kering.
3. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Hal ini terutama disebabkan
oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan organik sebagai
makanan.
4. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik mengandung zat
makan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik
(Lingga & Marsono, 2013).

2.1.2.2 Pupuk anorganik


Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk
dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya,
pupuk urea berkadar N 45-46% artinya setiap 100% kg urea terdapat 45-46 kg
hara nitrogen (Lingga & Marsono,2013).

Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yang patut dicatat


sehingga tetap diminati orang sampai sekarang, yaitu sebagai berikut:
1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya
takaran haranya pas.
2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.
Misalnya, hingga saat panen, singkong menyedot hara nitrogen 200 kg/ha
sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas.
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup. Artinya, kebutuhan akan pupuk
ini bisa dipenuhi dengan mudah asalkan ada uang.
4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit
dibandingkan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Artinya,
hasil kalkulasi biaya angkut pupuk ini jauh lebih murah dibanding pupuk
organik (Lingga & Marsono, 2013).

Selain kelebihan tersebut, pupuk anorganik memiliki kelemahan. Selain


hanya unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit atau pun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro. Itu sebabbya pemakaian pupuk anorganik yang
diberikan lewat akar ini perlu diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang
banyak mengandung hara mikro. Kalau tidak diimbangi, tanaman akan tumbuh
tidak sempurna. Selain itu, pemakaian pupuk anorganik secara terus-menerus
dapat merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos.
Jika pupuk anorganik ini salah salam pemakaian atau pemberiannya terlalu
banyak, tanaman bisa mati dibuatnya. Oleh karena itu, dianjurkan agar aturan
pakaiannya selalu dipatuhi (Lingga & Marsono, 2013).
2.2 Jenis Pupuk organik
2.2.1 Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing
(urine). Itulah itulah sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis, yaitu padat
dan cair. Kadar hara kotoran ternak berbeda karena masing-masing ternak
mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda,
padahal makanan sanagat menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan
kaya hara N,P, dan K maka kotorannya pun akan kaya zat tersebut (Lingga &
Marsono, 2013).

Pupuk kandang yang digunakan petani merupakan campuran dari


kotoran padatan, air kencing, amparan dan sisa pakan. Komposisi amparan
sangat mempengaruhi mutu dan harga terutama pada pupuk kandang unggas,
sebab makin banyak bahan amparan mengakibatkan bahan padatan kotoran
unggas makin sedikit. Untuk tanaman berumur pendek, maka pupuk kandang
unggas lebih disarankan, karena lebih cepat bereaksi sekaligus lebih cepat
habis. Sedangkan untuk tanaman berumur panjang disarankan pupuk
kandang ternak ruminansia, meskipun reaksinya lambat namun dapat
bertahan relatif lama(Firmansyah, 2010).

2.2.2 Pupuk Hijau


Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk adalah
hijauan, yaitu bagian-bagian seperti daun, tangkai, dan batang tanaman tertentu
yang mai muda. Tujuannya, untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur
lainnya kedalam tanah, terutama nitrogen (Lingga & Marsono, 2013).
Pupuk hijau merupakan bahan hijauan yang dibenamkan kedalam tanah
untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan tanah bereproduksi.
Pupuk hijau memberikan beberapa keuntungan: 1)menyuplai bahan organik bagi
tanah, 2) menambah nitrogen ke tanah, 3) merupakan makanan bagi
mikroorganisme, 4) mengawetkan dan juga meningkatkan ketersediaan bahan
organik. Sifat-sifat yang diugunakan untuk tanaman sebagai umber pupuk hijau
adalah: 1) cepat tumbuh, 2) tanaman bagian ata banyak dan suklen, 3) tanaman
tersebut sanggup tumbuh pada tanah yang kurang subur (Firmansyah, 2010).

2.2.3 Kompos
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang
dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman
maupun hewan). Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob maupun
anaerob yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara
keseluruhan, proses ini disebut dekomposisi (Yuwono,2005). Kompos
merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikroba dengan hasil akhir
adalah kompos. Pengomposan merupakan salah satu alternatif pengolahan
limbah padat organik yang banyak tersedia disekitar kita. Dari sisi
kepentingan lingkungan, pengomposan dapat mengurangi volume sampah
dilingkungan kita, karena sebagian besar sampah tersebut adalah sampah
organik.
BAB VI
EVALUASI KESUBURAN TANAH

Pengertian Kesuburan Tanah


Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam
keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan
biologi tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan unsur hara essensial
untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth and Ellis ; 1997). Menurut Brady,
kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara essensial dalam
jumlah dan proporsi yang seimbang untuk pertumbuhan.Tanah yang subur adalah tanah yang
mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam)melebihi 150 cm, strukturnya
gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum).
Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat
pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002).
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah
yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu.
Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan kinerja
tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.Kesuburan tanah merupakan
mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah
sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif
tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang berfungsi
sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh
tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah
dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitubentuk muka lahan, iklim dan
musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau
diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).

Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah
yang terukur, yang terkorlasikan dengan keragaan (performance) tanaman menurut
pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara
langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan cara
penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan
tanah.Dengan cara penaksiran kedua hanya dapat diungkapkan tanaggapan tanaman terhadap
keadaan tanah yang dihadapinya. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah
menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan
panen atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang diukur
dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan
waktu. Dengan menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan hasilpanen,
dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).

Hasil panen besar dengan variasi musiman kecil menandakan kesuburan tanah tinggi, karena
ini berarti tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan setiap kali menghasilkan hasilpanen
besar. Hasil panen besar akan tetapi hanya sekali setahun pada musim baik, menandakan
kesuburan tanah tidak tinggi, karena pada musim yang lain tanah tidak dapat ditanami. Hal
ini antara lain karena kekahatan (deficiency) lengas tanah, atau sebaliknya karena mengalami
tumpat air (waterlogged), kadar garam larut air meningkat liwat batas, tanah menjadi sulit
diolah untuk memperoleh struktur yang baik (luar biasa liat atau keras sekali) dan sebagainya.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah sebagai berikut :
a. Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah, drainase dan
porisitas tanah.Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi
secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan
dengan struktur tanah yang padat.Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman
makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan
akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar
tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori
tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang
berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit
mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori
tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat,
sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme
tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah (Anonim, 2010).

Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa
perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan menguunakan metode-metode.
Metode tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer (Elisa, 2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna permukaan
tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna tanah
semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan
bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk
senyawa besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warnah
tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.Komponen
mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda
ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan
Liat, berukuran dibawah 2 mikron. Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis
ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat
rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan
lewat tanah. Pemupukan pada tanah
bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat.

b. Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan mengetahui sifat
kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan
tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah
ditebarkan ke tanah.Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH),
kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen), pH adalah nilai
pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam
larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-
6,artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika
jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut
bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation
Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air
kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi
yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air
drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation
dominant yang menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).

Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti tanah gambut
ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan di daerah
kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak
mengandung garam natrium.Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh
tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral
6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. PH tanah juga
menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam
banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor,
sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi
mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang
terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.PH tanah sangat mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur pengurai
organik dapat berkembang dengan baik.

Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimal. Pupuk yang
telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan,
karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika efisiensi pemupukan ingin
dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk
pH tanah.Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan
kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan
penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan
tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki
kesesuaian pH yang berbeda.
BAB VII
KLASIFIKASI TANAH

A. Klasifikasi Teknis/Tanah

      Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman semusim,  tanah
diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat  tanah yang  mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim
seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka
sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.

       Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :

1.     Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,

2.     Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan
induk dan relief,

3.      Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal
proses pembentukan tanah.

      Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah


(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Departement of
Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal
dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang
teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis.

        Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah
dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi
Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Kedua belas ordo tersebut adalah
Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols,
Ultisols dam Vertisols.

B. Jenis-Jenis Tanah
● Alfisols

        Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang
sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini
adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.

● Andisols

        Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang
ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.

●   Aridisol
              Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya
kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah
arida (merah).

● Entisols

              Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang
muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dan tanah glei
humus rendah.

● Gelisols

           Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di
Indonesia

●  Histosols

                  Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40
cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah
gambut.

● Inceptisols

                  Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi
tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.

● Mollisols

                  Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.

●   Oxisols

                  Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan
tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.

● Spodosols

                  Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.

●   Ultisols

                  Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun
sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan yang tua.
Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah
podsolik merah- kuning.

●   Vertisols
                  Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai
retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
grumosol.

                  Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols,
Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak
ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia
(Sutanto, 2005).

C.     Karakteristik tanah yang terdapat di Indonesia dan di Dunia.

                  Jenis-Jenis Tanah- Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan


menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat
tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda. Tingkat
kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu
tingkat kategori jenis (great soil group).

                  Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat tersebut sering digunakan untuk
mengelompokkan tanah di Indonesia.

      1.      Tanah Organosol atau Tanah Gambut

                  Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna
cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai
dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses
pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan
Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.

      2.      Tanah Aluvial

                  Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari
material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di
daerah datar sepanjang aliran sungai.

3.      Tanah Regosol

                  Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran
terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur
dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

      4.      Tanah Litosol

                  Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu
tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.

      5.      Tanah Latosol

                  Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan
ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian
mengalami proses pelapukan lanjut.

Anda mungkin juga menyukai