Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas penambangan merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk


mendapatkan bahan galian (bijih) yang bernilai ekonomis dimana aktivitas
penambangan berkaitan dengan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, hingga
reklamasi. Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pengolahan yang
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik dan kimia bahan galian untuk
memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan. Pada saat ini, umumnya
endapan bahan galian yang ditemukan sudah jarang memiliki mutu atau kadar mineral
berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu, bahan
galian tersebut perlu menjalani proses pengolahan agar mutu atau kadarnya dapat
ditingkatkan hingga memenuhi kriteria pemasaran.
Tahapan dalam proses pengolahan bahan galian dimulai dari proses kominusi
(size reduction) yang terdiri dari crushing atau peremukan, grinding atau penggerusan.
Tahap kominusi bertujuan untuk memperkecil ukuran umpan atau material yang akan
dihancurkan ataupun digerus. Setelah tahapan kominusi selesai, dilakukan tahapan
sieving atau penyaringan dengan menggunakan ayakan yang bertujuan untuk
memisahkan umpan berdasarkan ukuran ayakan yang digunakan. Tahapan sieving
menghasilkan produk undersize dan oversize. Setelah penyaringan selesai dilakukan,
selanjutnya proses pemisahan dengan menggunakan alat shaking table.
Shaking table atau meja goyang merupakan salah satu alat pengolahan bijih
atau mineral yang digunakan untuk meningkatkan kadar mineral tertentu. Prinsip
pemisahannya berdasarkan pada sifat densitas atau berat jenis dari mineral-mineral
yang dipisah. Mineral dalam bijih dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu mineral berat,
mineral ringan dan mineral middling.
Berdasarkan penjelasan diatas, untuk mengetahui bagaimana proses
pemisahan mineral atau bijih maka dilakukanlah praktikum mata kuliah Pengolahan
Bahan Galian yang berkaitan dengan pemisahan dengan menggunakan alat shaking
table. Dengan adanya pratikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tentang
bagian-bagian dari alat dan prinsip kerja dari alat serta bagaimana mekanisme kerja
dari alat yang akan digunakan.

1
1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum pengolahan bahan galian khususnya pada


acara shaking table adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme dan gaya-gaya yang bekerja pada shaking table?
2. Bagaimana pinsip kerja dari shaking table?
3. Berapa persentase berat produk hasil shaking table?

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan pada praktikum pengolahan bahan galian khususnya pada acara


pernggerusan shaking table adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui mekanisme dan gaya-gaya yang berkerja pada shaking table.
2. Mengetahui prinsip kerja dari shaking table.
3. Menghitung persentase berat produk hasil shaking table.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat dari praktikum ini adalah agar para praktikan dapat mengetahui
mekanisme dan gaya-gaya yang bekerja pada proses shaking table, mengetahui
prinsip kerja dari shaking table dan dapat menghitung persentase berat produk hasil
shaking table.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasir Besi

Pasir adalah batuan sedimen sisa hasil rombakan batuan padat dimana butira
pasir yang berukuran 1-2 milimeter disebut pasir kasar dan yang berukuran 1/16-1/8
milimeter disebut pasir sangat halus. Pasir dihasilkan dari pengikisan endapan-endapan
yang timbul akibat erosi aliran air, gelombang laut, gletser, dan angin. Pasir
merupakan bahan alam yang tersedia sangat melimpah di Indonesia. Selama ini pasir
hanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, padahal pasir banyak mengandung
mineral berharga yang mengandung unsur besi, titanium dan unsur lainnya yang bisa
dimanfaatkan untuk bahan industri. Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan
semen berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida
(CaO) dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi
yang mengandung unsur Fe. Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen
berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO)
dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang
mengandung unsur Fe. Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral
magnetik seperti Magnetit (Fe3O4), Hematit (α - Fe2O3), dan Maghemit (γ- Fe2O3)
(Afdal, 2012).
Pasir besi merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat di Indonesia.
Pasir besi banyak ditemukan di pantai selatan pulau jawa dan salah satunya di daerah
Kulon Progo. Pasir besi dapat dimanfaatkan dalam industri baja karena pasir besi
banyak mengandung Fe sebagai bahan baku pembuatan baja. Pasir besi juga
mengandung mineral-mineral magnetik dimana mineral magnetik tersebut dapat
digunakan dalam industri pembuatan magnet permanen (Yulianto, 2002).
Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis.
Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal. Kedua endapan besi
laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk
karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan

3
endapan pasir besi meiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam
lainnya (Rizky, 2011).
Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis,
Cilacap, Banten, Yogyakarta, dan Tasikmalaya), Aceh, Sulawesi Utara (Minahasa
Selatan), NTT (Kabupaten Manggarai), Sumatera Barat, dan Bengkulu. Biasanya pasir
besi terdapat di pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan
pasir besi merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari batuan yang bersifat
andesitik hingga basalitik (Hilbert, 2012).
Pasir besi terbentuk secara kimia dari adanya pelarutan yang kemudian
berlanjut ke proses fisika, yaitu melalui penghancuran batuan oleh arus air, pencucian
secara berulang-ulang, pemindahan karena ombak atau arus, dan terjadi pengendapan
disepanjang pesisir pantai yang mengandung Fe (besi) yang menurut beberapa
penilitian kandungan tersebut datang dari batuan basalitik dan andesitik vulkanik.
Kandungan pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti (Hilbert, 2012):
1. Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi
2. Faktor fisika dan kimia (suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah
laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material)
3. Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi
Proses perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi
karena proses alam akibat panas dan hujan membuat butiran mineral terlepas dari
batuan, dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral
Magnetit, Ilmenit, Hematit, Titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum
berasal dari batuan gunungapi. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara
lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut (Moetamar, 2008).

2.2 Konsentrasi Gravitasi

Konsentrasi gravitasi adalah salah satu tahap operasi dalam pengelolahan


bahan galian yang operasinya mempergunakan sifat perbedaan densitas dari mineral-
mineral yang akan dipisahkan. Saat ini proses pemisahan secara gravitasi masih tetap
digunakan terutama untuk endapan plaser (timah, emas, pasir besi, dll). Metode ini
bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara mineral berharga dengan
mineral gangue. Umumnya mineral-mineral bijih (berharga) memiliki berat jenis yang

4
tinggi, sedangkan mineral tidak berharga berat jenisnya rendah. Konsentrasi gravitasi
pada mineral-mineral yang mempunyai perbedaan masa jenis yang mencolok sehingga
terjadi kelompok mineral dengan massa jenis tinggi dan kelompok mineral dengan
massa jenis rendah, dan salah satu dari mineral tersebut akan menjadi konsentrat
(Sufriadin, 2016).
Konsentrasi gravitasi merupakan metode pemisahan mineral berdasarkan berat
jenis dan pengaruh gaya gravitasi, gaya dorong air, gaya gesek partikel, dan gaya
sentrifugal sehingga mempengaruhi perbedaan kecepatan pengendapan partikel
mineral dalam suatu media fluida. Proses konsentrasi dapat dilakukan dengan baik bila
memiliki syarat utama yaitu perbedaan berat jenis mineral berharga dengan pengotor
relatif besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan relatif partikel mineral dalam
fluida diantaranya ukuran, bentuk, dan berat jenis mineral yang akan dipisahkan.
Perbedaan ini akan mempengaruhi besarnya kecepatan partikel mineral tersebut dalam
fluida (Kelly dan Spottiwood, 1982).
Berdasarkan sifat gerak medianya, konsentrasi gravitasi dapat dibagi menjadi
tiga macam, yaitu (Kelly dan Spottiwood, 1982):
1. Pemisahan dalam media yang relatif tenang, contohnya adalah sink dan
float separation atau heavy media separation.
2. Pemisahan dalam media yang bergerak horizontal/miring, contohnya adalah
pemisahan pada shaking table dan humprey spiral.
3. Pemisahan dalam media yang bergerak vertikal, contohnya adalah jigging.
Konsentrasi gravitasi merupakan pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya
dalam suatu medium fluida dengan menggunakan perbedaan kecepatan pengendapan.
Estimasi atau perkiraan apakah konsentrasi gravitasi dapat diterapkan untuk
memisahkan mineral-mineral yang mempuyai perbedaan berat jenis serta selang
ukuran yang bisa dipakai, dapat diperkirakan dari kriteria konsentrasi dari Taggart.
Kriteria tersebut dirumuskan secara empirik sebagai perbandingan antara berat jenis
material berat (𝜌B) dikurangi berat jenis fluida dengan berat jenis material ringan (ρR)
dikurangi fluidanya (Sufriadin, 2016).
ρB
Kriteria Konsentrasi (KK) = ρC ......................................... (2.1)

Dari hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, akan diperoleh nilai KK.
Bila nilai KK >2,5 atau <-2,5, maka pemisahannya mudah dilakukan untuk berbagai
ukuran halus sekalipun. Apabila nilai KK sama dengan 2,5-1,75 pemisahan material
dilakukan secara efektif sanpai ukuran 100 mesh. Bila KK sama dengan 1,75-1,50

5
pemisahan masih memungkinkan sampai ukuran 10 mesh tetapi sukar dilakukan.
Apabila KK sama dengan 1,50-1,25 pemisahan masih memungkinkan untuk ukuran ¼
inci akan tetapi sukar dilakukan, dan yang terakhir apabila nilai KK < 1,25 proses yang
terjadi relatif tidak mungkin, namun masih bisa memungkinkan dengan modifikasi gaya
berat. Beberapa efek yang mempengaruhi proses pemisahan, antara lain yaitu
frekuensi stroke, selang ukuran mineral-mineral yang akan dipindahkan, ukuran dan
bentuk bijih mineral, densitas ukuran bed dan tebal bed, ukuran lubang screen serta
kecepatan hydraulic water (Sufriadin, 2016).
Pemisahan berdasarkan konsentrasi gravitasi dapat dibagi sebagai berikut
(Curie,1973):
1. Sluice Box
Sluice box merupakan alat konsentrasi gravitasi pendahuluan untuk endapan
alluvial, seperti timah (cassiterite). Alat ini berupa saluran miring dengan
penampang empat persegi panjang. Pada bagian dasarnya dipasang riffle yang
berfungsi sebagai kantong penahan endapan dan membentuk arus. Sluice box
beroperasi tidak kontinu, terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengumpulan dan
tahap pembersihan.

Gambar 2.1 Sluice Box (Google.com).

2. Log Washer
Log washer merupakan alat pencucian material yang dilakukan selanjutnya.
Material yang baru diperoleh dari lapangan dimasukkan dalam log washer.
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gravitasi, sehingga mineral berat akan

6
turun ke bawah dengan cepat, sedangkan mineral ringan akan berada di
lapisan atas, dan selanjutnya menuju tempat penampungan tailing. Alat ini
biasanya digunakan untuk pemisahan kasar, seperti lempung dan pasir
Konglomerat.

Gambar 2.2 Log Washer (Google.com).

3. Heavy Media Separator


Heavy media separator merupakan salah satu alat yang bekerja berdasarkan
prinsip konsentrasi gravitasi. Prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan berat
jenis suatu mineral. Umpan dimasukkan ke dalam HMS yang telah berisi fluida
tertentu. Mineral yang mempunyai berat jenis yang lebih besar akan tenggelam
dan yang lebih ringan akan mengapung.

Gambar 2.3 Heavy Media Separator (Google.com).

7
2.3 Konsentrasi Gravitasi Metode Tabling

Proses konsentrasi metode tabling merupakan salah satu proses konsentrasi


tertua. Proses ini sudah digunakan sejak abad ke-19. Alat yang digunakan adalah
shaking table. Shaking table merupakan alat konsentrasi mineral yang memanfaatkan
gerakan fluida dan hentakan meja untuk memisahkan mineral-mineral dari
pengotornya. Secara umum, mineral-mineral yang dapat diproses pada shaking table
berukuran lebih halus dibandingkan dengan ukuran mineral yang diproses dengan
metode jigging. Tabling adalah suatu proses konsentrasi untuk memisahkan antara
mineral berharga dengan mineral tidak berharga, mendasarkan pada perbedaan berat
jenis mineral melalui aliran fluida yang tipis. Oleh karena itu, proses ini termasuk dalam
Flowing Film Concentration. Alat yang digunakan adalah Shaking Table (Curie,1973).
Prinsip pemisahan dalam tabling ialah ukuran mineral harus halus karena
proses konsentrasi ini mendasarkan pada aliran fluida tipis. Adanya gaya dorong air
terhadap partikel yang sama besarnya tapi berbeda berat jenisnya, maka partikel yang
ringan akan mengalami dorongan air yang lebih besar dari partikel berat. Dengan
adanya gerakan maju mundur dari head motion maka partikel yang berat akan melaju
lebih jauh dari partikel yang ringan sampai akhirnya partikel-partikel tersebut masuk ke
tempat penampungan. Untuk mendapatkan aliran air yang turbulen maka dipasang
alat yaitu riffle, dengan demikian partikel yang ringan akan cenderung untuk meloncat
dari riffle satu ke riffle lainnya dibanding partikel yang berat yang hanya akan
menggelinding searah dengan riffle tersebut. Proses ini berjalan terus menerus
sehingga antara mineral yang mempunyai berat jenis besar dengan yang ringan dapat
terpisahkan (Curie,1973).

2.4 Shaking Table

Shaking table merupakan alat pengolahan bijih atau mineral yang digunakan
untuk meningkatkan nilai atau kadar mineral tertentu. Prinsip pemisahannya
berdasarkan pada perbedaan sifat fisik density atau berat jenis dari mineral-mineral
yang dipisah. Pada pemisahan menggunakan meja goyang, distribusi partikel
dipengaruhi oleh sifat-sifat riffle, permukaan deck, water supply, perbedaan bentuk,
ukuran partikel, dan ada tidaknya material yang termasuk middling atau material

8
interlog atau partikel dengan sebagian material berat dan sebagian material ringan.
Riffle (penghalang) merupakan perangkat dukung yang berfungsi untuk membentuk
turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan
partikel berat relatif dibawah. Gaya yang bekerja pada meja goyang antara lain gaya
dorong alir dan gaya gesek. Gaya dorong alir merupakan fungsi kecepatan relatif aliran
air dan partikel dalam prosesnya, partikel bergerak dengan kecepatan yang
dipengaruhi oleh kedalaman air. Gaya gesek terjadi antara partikel dengan dasar deck
atau alas alat (Munaf, 2012).
Shaking table juga dikenal dengan istilah wet table, dengan bentuk meja yang
miring dan memiliki riffle di permukaannya. Sebuah motor penggerak pada alat ini
berfungsi untuk menggerakkan meja dengan arah sejajar dengan arah riffle. Shaking
table biasanya digunakan untuk konsentrasi emas, tetapi tidak jarang digunakan
proses pemisahan timah dan mineral-mineral berat lainnya. Alat ini termasuk jenis
konsentrasi gravitasi dengan prinsip aliran ke bawah, sama halnya dengan spiral dan
jig yang menggunakan proses konesntrasi gravitasi untuk memisahkan material. (Ish,
2016).

Gambar 2.4 Shaking table (Google.com).

Berdasarkan pada ukuran besar butir material yang dipisahkan, shaking table
dapat dibedakan menjadi sand table dan slime table. Perbedaan pada kedua alat ini
terletak pada jumlah dan jarak antar riffle. Jumlah riffle pada Sand Table sangat
banyak sedangkan jumlah riffle pada slime table sedang. Jarak antar riffle sand table
antara ¼ hingga 1 ¼ inci sedangkan slime table lebih besar daripada sand table.

9
Selain itu sand table, ada bagian deck yang tidak diberi riffle digunakan untuk slime
sedangkan pada slime table, ada bagian deck yang tidak dipasang riffle. Kapasitas
shaking table tergantung pada jumlah air, jumlah strore, sifat bijih, slope, meja dan
ukuran feed (Sandgren dkk, 2015).
Konsentrasi gravitasi merupakan proses pemisahan mineral-mineral yang
berharga dan tidak berharga dalam suatu bahan galian akibat gaya-gaya dalam fluida
berdasarkan atau tergantung pada perbedaan densitas, bentuk dan ukuran. Salah satu
metode konsentrasi gravitasi adalah shaking table. Shaking table merupakan salah satu
alat pemisah material pada metode konsentrasi gravitasi yang berdasarkan pada aliran
horizontal fluida. Alat ini digunakan untuk memisahkan materia dengan cara
mengalirkan air yang tipis pada suatu meja bergoyang, dengan menggunakan media
aliran tipis dari air (flowing film concentration). Alat yang digunakan disebut shaking
table (Zhengzhou, 2011).
Macam shaking table yang lain adalah Willey Table, Butcher Table, Card Table,
Card Field Table, Plat of Table, dan Dister Diagonal Overslorm Table (Rizky, 2011):
1. Willey Tabel terdiri dari deck berbentuk segi empat dan headmotion sebagai
penggeraknya. Ketinggian riffle minimal ½ feed dan lebar ¼ feed.
2. Bucher Table mempunyai bentuk hampir sama dengan Willey, tapi memiliki
watch plinger untuk mencuci. Posisi riffle terbagi menjadi zone stratifikasi,
cleaning zone dan dischange zone. Mekanisme kerjanya, material bergerak ke
kiri dan air bergerak ke kanan, sehingga material ringan akan terbawa arus air
sedang material berat akan berjalan terus.
3. Card Table yakni shaking tabledengan riffle dibuat dengan mengerat deck
dengan bentuk segitiga dan head motion.
4. Dister Diagonal Overslorm Table yakni shaking tabledengan berbentuk deck
rombahedral. Pemisahan antara konsentrat, middling dan tailing tidak jelas /
berdekatan sekali.
5. Card Field Table yakni shaking tabledengan berbentuk Wafley Table yang
ditutupi seluruhnya oleh riffle.
6. Plat of Table mempunyai ciri utama di atas deck ada tiga macam riffle dan
terdapat tiga zona dari riffle yaitu zone stratifikasi, zone Intermediate Plan dan
zone lipper.
Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran
partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang

10
sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Apabila specific gravity berbeda
maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar dari pada partikel ringan.
Pengaruh gaya dari aliran menyebabkan partikel ringan akan terdorong atau terbawa
lebih cepat dari partikel berat searah aliran air. Untuk itu perlu dipasang riffle
(penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi
kesempatan berada di atas dan partikel berat relatif di bawah (Erik, 2015).

Gambar 2.5 Mekanisme Pemisahan Shaking Table (Erik, 2015).

Aliran air membawa material pada meja sambil melalui riffles dengan arah
aliran tegak lurus terhadap arah umpan. Partikel akan tertahan oleh riffles dan terjadi
proses pemisahan pada partikel berat yang tertahan di permukaan meja. Partikel
ringan akan terbawah oleh aliran air melewati tiap riffles menuju ke tempat
penampungan tailing. Guncangan pada meja mengakibatkan partikel berat bergerak
horizontal searah riffles menuju ke tempat penampungan konsentrat (Erik, 2015).

Gambar 2.6 Proses Pemisahan Mineral (Ardra, 2014).

11
2.5 Komponen-Komponen Shaking Table

Komponen-komponen yang terdapat pada shaking table yaitu sebagai berikut


(Curie, 1973):
1. Head Motion
Head motion tertutup merupakan komponen utama atau dasar dari shaking
table. Seperangkat head motion yang terdiri dari beberapa bagian antara lain
kedua pitman yang terbuat dari besi tempa, toggle yang terbuat dari besi cor,
dan roller bearing yang dilindungi oleh minyak pelumas yang mengendalikan
gaya gesek tertentu. Bagian-bagian dari head motion yaitu (a) pitman, (b)
pulley-driven eccentric, (c) toggle, (d) yoke, (e) fixed block, (f) spring, (g) rod
atau penghubung yoke dengan meja.

Gambar 2.7 Head Motion dari Wilfley Table (Curie, 1973).

2. Pengatur Stroke (Stroke Adjustment)


Stroke Adjustment pada shaking table berupa sekrup yang dapat diputar yang
terdapat pada bagian luar head motion. Sekrup tersebut bila diputar kea rah
kanan, panjang sekrup akan semakin memendek mengakibatkan frekuensi
stroke making berkurang dan panjang stroke semakin besar. Sekrup ini
berhubungan langsung dengan spiral pegas.
3. Pengatur Kemiringan
Kemiringan deck memegang peranan penting dalam operasi shaking table
berkisar 1˚-6˚. Kemiringan deck dapat diatur dengan memutar sekrup di
bagian bawah deck. Konektor yang terpasang miring merupakan penghubung
antara deck dan sekrup. Besi penumpu terdapat di bagian atas dari konektor

12
yang berfungsi menumpu deck. Bila sekrup diputar ke kanan besi penumpu
akan bergerak mendorong konektor sehingga kemiringan deck bertambah.
4. Deck
Deck merupakan alas meja berbahan koefisien gesek tinggi tempat terjadinya
proses tabling dan stratifikasi mineral yang terbuat dari kayu, linoleum, karet,
dan plastic dengan IriffleI yang tersusun di atasnya.
5. Riffle
Riffle berperan penting dalam peningkatan kapasitas di operasi shaking table.
Riffle adalah suatu media sejenis tanggul yang ditempelkan di atas deck dengan
pola tertentu. Tipe riffle bermacam-macam sesuai penggunaan masing-masing
proses tabling.
6. Drives (Motor Penggerak)
Drives merupakan komponen sumber penggerak shaking table dengan sumber
energi brupa listrik atau bahan bakar minyak. Putaran rotor pada drives ini
harus bersifat stabil pada Wilfley table.
7. Kotak Umpan (Feed Box) dan Kotak Air Pencuci (Water Box)
Kotak umpan merupakan kotak yang terletak di ujung kiri atas dari deck. Kotak
ini berfungsi sebagai tempat jatuh umpan dari feeder ke atas permukaan deck
melalui celah-celah pada bagian bawah dinding kotak umpan yang selanjutnya
aliran umpan menuju permukaan deck.
8. Wadah Penampung Konsentrat, Middling, dan Tailing
Wadah penampung konsentrat, middling, dan tailing ditempatkan di sepanjang
sisi yang lebih rendah permukaannya. Produk pemisahan berupa konsentrat,
middling, dan tailing akan masuk pada wadah penampungan masing-masing.
Untuk menyatakan keberhasilan suatu proses pemisahan mineral yaitu sebagai
berikut:
1. Recovery
Rumus untuk menyatakan perolehan yang menunjukkan efisiensi pemisahan
yaitu:
𝐶𝑐
𝑅 = 𝐹𝑓 𝑋 100% ............................................................... (2.2)

Keterangan:
R = Recovery
C = Concentrate
F = Feed

13
2. Kadar atau Kandungan Mineral Berharga
Rumus untuk menghitung kadar atau kandungan mineral berharga dalam suatu
konsentrat yaitu:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
............................... (2.3)

3. Ratio of Concentration (Nisbah Konsentrasi)


Rumus untuk menghitung nisbah konsentrasi banyaknya umpan yang diolah
yaitu:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑈𝑚𝑝𝑎𝑛
𝑁𝐾 = ...................................................... (2.4)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡

14
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung ialah
sebagai berikut:
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung ialah sebagai
berikut:
1. Shaking Table
Shaking table atau shaking tablemerupakan salah satu alat pengolahan bijih atau
mineral yang digunakan untuk meningkatkan kadar mineral tertentu. Prinsip
pemisahannya berdasarkan pada sifat densitas atau berat jenis dari mineral-
mineral yang dipisah. Produk yang dihasilkan oleh shaking table terbagi menjadi
tailing, middling, dan konsentrat.

Gambar 3.1 Shaking Table.

2. Neraca Ohaus
Neraca Ohaus merupakan salah satu alat yang digunakan dalam praktikum.
Neraca Ohaus yang digunakan pada saat praktikum memiliki fungsi yaitu untuk
menimbang sampel pasir besi dan pasir kuarsa pada saat praktikum berlangsung.

15
Timbangan digital ini digunakan beberapa kali selama proses praktikum
berlangsung.

Gambar 3.2 Neraca Ohaus

3. Kuas
Kuas pada praktikum kali ini memiliki fungsi yaitu digunakan untuk
membersihkan sisa-sisa batuan atau material yang terdapat pada nampan dan
membersihkan sisa-sisa material pada permukaan shaking table.

Gambar 3.3 Kuas.

16
4. Nampan
Nampan pada praktikum kali ini dapat digunakan dan berfungsi sebagai wadah
penyimpanan untuk sampel atau batuan ketika akan ditimbang.

Gambar 3.4 Nampan.

5. Baskom
Baskom pada praktikum kali ini digunakan sebagai wadah untuk menyimpan hasil
produk berupa tailing, middling, dan konsentrat. Baskom yang digunakan untuk
praktikum berjumlah enam buah.

Gambar 3.5 Baskom.

17
6. Selang
Selang merupakan salah satu alat yang digunakan pada praktikum kali ini. Selang
digunakan untuk mengalirkan air dari keran menuju ke alat shaking table.

Gambar 3.6 Selang.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum pengolahan bahan galian
berlangsung ialah sebagai berikut:
1. Alat Tulis
Alat tulis pada praktikum kali ini digunakan sebagai alat tulis pada saat
praktikum.

Gambar 3.7 Alat Tulis

18
2. Kantong sampel
Kantong sampel digunakan untuk menyimpan sampel setelah praktikum. Dengan
kata lain, kantong sampel ini digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil
produk.

Gambar 3.8 Kantong Sampel.

3. Kertas
Kertas pada praktikum kali ini digunakan sebagai bahan untuk menulis hasil
pengukuran pada praktikum.

Gambar 3.9 Kertas.

19
4. Pasir Besi
Pasir besi pada praktikum kali ini digunakan sebagai sampel atau umpan untuk
proses pemisahan. Setelah proses pemisahan, pasir besi akan terbagi menjadi
tiga bentuk yaitu tailing, middling, dan konsentrat.

Gambar 3.10 Pasir Besi.

5. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa digunakan sebagai bahan campuran ke dalam pasir besi dan
dianggap sebagai tailling dalam percobaan.

Gambar 3.11 Pasir Kuarsa

20
3.2 Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan dari kegiatan praktikum ini ialah sebagai berikut:


1. Menyiapkan sampel yang akan digunakan pada praktikum kali ini dimana sampel
yang digunakan berupa pasir besi dan pasir kuarsa.
2. Menimbang pasir besi sebanyak 4 kg dan pasir kuarsa 1 kantong dengan berat
kurang leih 1 kg. Karena kapasitas neraca ohaus hanya 600 gram maka perlu
dilakukan beberapa kali proses penimbangan.
3. Memasukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam kantong sampel.
4. Setelah sampel ditimbangan sampel pasir besi dan pasir kuarsa selesai dilakukan,
selanjutnya membersihkan alat-alat yang digunakan pada proses penimbangan.
5. Mencampurkan sampel pasir besi dan pasir kuarsa dalam suatu wadah hingga
merata.
6. Mengangkat sampel yang telah tercampur menuju alat shaking table. Lalu
membersihkan alat shaking table terlebih dahulu dan memasukkan air kedalam
lubang-lubang yang berada dibagian atas riffle. Lubang-lubang tersebut disebut
dengan wash water.
7. Menyalakan alat lalu memasukkan umpan yang telah dicampur. Pada proses
memasukkan umpan, aliran air juga harus dimasukkan secara bersamaan dimana
air pada praktikum kali ini digunakan sebagai media dorong agar umpan
terdorong ke bagian bawah.
8. Setelah umpan dimasukkan seluruhnya, maka tunggu beberapa menit hingga
semua umpan terdorong dan masuk ke baskom. Pada tahapan ini, secara kasat
mata nampak terlihat material berat dan material ringan atau halus.
9. Setelah proses pemisahan selesai, selanjutnya air yang berada dalam baskom
yang letakknya di bawah alat shaking table, kemudian mengangkat dan
meniriskan antara konsentrat, middling dan tailling dengan airnya.
10. Setelah terpisah, selanjutnya mengeringkan produk yang berupa konsentrat
tailing dan middling.
11. Setelah semua tahapan proses pemisahan selesai dilakukan, maka praktikan
membersihkan alat dan laboratorium yang telah digunakan.
12. Langkah terakhir, menimbang sampel yang telah kering, baik itu konsentrat,
middling dan tailling. Setelah data timbangan didapat tahap selanjutnya adalah
mengolah data hasil praktikum.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Data hasil percobaan praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara IV Shaking


Table adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan.
Feed (gr) Konsentrat Middling (gr) Tailing (gr) Loss (gr)
(gr)
5000 1694,5 2528,9 524,5 252,1

4.2 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari proses pemisahan dengan menggunakan alat shaking
table, maka dilakukan pengolahan data agar hasilnya dapat dianalisis lebih lanjut.
Berikut adalah pengolahan data dari percobaan proses shaking table:
4.2.1 Persen Berat
F = C+T
F = Konsentrat + (Middling + Tailing)
F = 1694,5 gram + (2528,9 gram + 524,5 gram)
F = 1694,5 gram + ( 3053,4 gram)
F = 4747,9 gram
Berat yang hilang = Feed – F
Berat yang hilang = 5000 gram – 4747,9 gram
Berat yang hilang = 252,1 gram

Berat yang hilang


% 𝐿𝑜𝑠𝑠 = x 100%
𝐹𝑒𝑒𝑑
252,1 gram
% 𝐿𝑜𝑠𝑠 = x 100%
5000 gram
% 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 5,04 %

22
Konsentrat
% Konsentrat = x 100%
𝐹𝑒𝑒𝑑
1694,5 gram
% Konsentrat = x 100%
5000 gram
% Konsentrat = 33,89%

𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
% 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = x 100%
𝐹𝑒𝑒𝑑
524,5 gram
% 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = x 100%
5000 gram
% 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = 10,49%
𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔
% 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 = x 100%
𝐹𝑒𝑒𝑑
2528,9 gram
% 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 = x 100%
5000 gram
% 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 = 50,578%
4.2.2 Recovery

C .c
R= x 100%
F .f
% Konsentrat
R= x 100%
( % 𝑇𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 + % 𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 )
33,89%
R= x 100%
(10,49% + 50,578% )
33,89%
R= x 100%
61,068
R = 55,495%
4.2.3 Nisbah Konsentrasi
F
K=
C
5000 gram
K=
1694,5 gram
K = 2,95

4.3 Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang bagaimana proses pemisahan material


atau bahan dengan menggunakan alat shaking table. Shaking table merupakan salah
satu alat yang digunakan untuk memisahkan material dengan cara mengalirkan air
yang tipis pada suatu meja yang bergerak secara horizontal. Prinsip kerja shaking table

23
adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat
aliran air tipis. Berat umpan pasir besi dan pasir kuarsa yaitu kurang lebih 5 kg. Umpan
dan aliran air dimasukkan bersamaan kemudian umpan menuju ke bagian riffle dimana
pada bagian wash water dari alat tersebut tetap dimasukkan aliran air. Proses di
bagian riffle memperlihatkan perbandingan dari material berat dan material ringan
dimana material ringan akan mudah terbawa oleh aliran air dan masuk ke dalam
wadah penyimpanan hasil, sedangkan material berat yang memiliki gaya gesek besar
akan kesulitan terbawa oleh aliran alir. Hasil pemisahan dari proses shaking table di
tadah dengan baskom. Setelah proses pemisahan selesai dilakukan, selanjutnya
material hasil dipisahkan dari air yang ikut tercampur. Material hasil pada praktikum ini
berupa konsentrat, middling, dan tailing. Setelah terpisah, baik itu konsentrat,
middling, ataupun tailing dikeringkan terlebih dahulu lalu kemudian ditimbang untuk
mengetahui berapa berat dari masing-masing komponen tersebut.
Berdasarkan hasil penimbangan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa berat
konsentrat sebesar 1694,5 gram, middling sebesar 2528,9 gram, dan tailing sebesar
524,5 gram. Data yang didapatkan kemudian diolah lebih lanjut untuk mengetahui
persen berat, recovery, dan nisbah konsentrasi. Persen berat yang dicari ialah persen
berat dari konsentrasi, middling, tailing, dan loss. Loss merupakan material yang hilang
selama proses pemisahan berlangsung dimana jumlahnya dapat diketahui dengan cara
mengurangi berat umpan yang digunakan dengan jumlah keseluruhan dari hasil
pemisahan (konsentrat, middling, dan tailing). Berat loss pada percobaan kali ini
sebesar 252,1 gram dengan persen berat loss sebesar 5,04%, berat konsentrat
sebesar 1694,5 gram dengan persen berat konsentrat sebesar 33,89%, berat middling
sebesar 2528,9 gram dengan persen berat middling sebesar 50,578%, dan berat
tailing sebesar 524,5 gram dengan persen berat tailing sebesar 10,49%. Hasil recovery
didapatkan dengan cara persen konsentrasi dibagi dengan persen middling dan tailing
dikali 100% dan didapatkan hasil recovery sebesar 55,495%. Nisbah konsentrasi
didapatkan dengan cara jumlah berat umpan yang digunakan dibagi dengan jumlah
konsentrat yang dihasilkan dikali 100% dan didapatkan hasil nisbah konsentrasi
sebesar 2,95 gram.
Material loss yang dihasilkan dalam praktikum shaking table yaitu 252,1 gram.
Angka yang cukup besar ini disebabkan karena banyak material yang jatuh tidak tepat
pada wadah yang disediakan.

24
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum Pengolahan Bahan Galian, yaitu sebagai berikut:


1. Shaking table merupakan alat konsentrasi mineral yang memanfaatkan gerakan
fluida dan hentakan meja untuk memisahkan mineral-mineral dari
pengotornya. Pada prinsipnya, ada tiga macam gaya yang bekerja pada
shaking table, yaitu gaya dorong alir, gaya gesek dan gaya gravitasi. Gaya
dorong alir merupakan fungsi kecepatan relatif aliran air dan partikel. Dalam
prosesnya, partikel bergerak dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh
kedalaman air. Gaya gesek, merupakan gaya yang terjadi antara partikel.
2. Prinsip kerja dari alat shaking table yaitu berdasarkan perbedaan berat dan
ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan
diameter yang sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar, sedangkan
apabila spesifik densitasnya berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan
lebih besar daripada partikel ringan karena pengaruh gaya dari aliran air
sehingga partikel ringan akan terdorong atau terbawa lebih cepat dari partikel
berat.
3. Proses pemisahan shaking table, feed yang diberikan sebesar 5000 gram dan
diperoleh produk hasil 1694,5 gram konsentrat, 2528,9 gram middling, dan
524,5 gram tailing.

5.2 Saran

Pada kegiatan praktikum ini, praktikan ingin memberikan beberapa saran agar
kegiatan praktikum berikutnya menjadi semakin baik dan teratur.
1. Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten kegiatan praktikum Mata Kuliah Pengolahan Bahan Galian
ialah asisten terus mendampingi praktikan selama proses praktikum
berlangsung agar praktikan tidak kebingungan menggunakan alat serta tetap
menjaga komunikasi yang baik.

25
2. Laboratorium
Setidaknya laboratorium harus selalu dalam keadaan bersih agar praktikum
dapat dengan efesien, serta tempat praktikum memiliki pendingin (AC) yang
lebih banyak agar praktikum berjalan lebih nyaman.

26
DAFTAR PUSTAKA

Afdal, dan Lusi N., 2012. Karakterisasi Sifat Magnet Dan Kandungan Mineral Pasir Besi
Sungai Batang Kuranji Padang Sumatera Barat. Vol. 4, No. 1.
Curie, JM. 1973. Unit Operation in Mineral Processing. Clolumbia:Burnaby British

Grewal, Ish. 2015. Introduction To Mineral Processing. http://met-


solvelabs.com/library/artides/mineral-processing-introduction. Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2017

Kelly, G. dan Spottiswood D.J. 1982. “Introduction to Mineral Processing”. New York:
John Wiley & Sons Inc.

Malada, Hilbert P. Dkk, 2012. Teknologi Pengolahan Material Pasir Besi. Surabaya: ITS.
Moetamar. 2008. Eksplorasi Umum Pasir Besi Di Daerah Kabupaten Jeneponto, Provinsi
Sulawesi Selatan. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.
Munaf, Yulman, 2012. Pengujian Tailing dan Shaking Table untuk Mengkaji Stabilitas
Dinding Penahan Tanah Akibat Beban Gempa. Jurnal Artikel, Vol. 12, No. 3.

Rizky, 2011. Peningkatan Kadar Konsentrasi. Materi Kuliah Pertambangan dan Geologi.
Diakses tanggal 4 Desember 2016.

Sandgren, Erik, dkk. 2015. Basics In Minerals Processing. Edisi 10. English: Metso
Corporation.

Sufriadin. 2016. Pengolahan Bahan Galian. Gowa: Universitas Hasanuddin.


Z, Zhengzhou Y, 2014. Mineral Gravity. http://www.zzywzg.com/ en/xinwen_show.
asp?articleID=648. Diakses tanggal 4 Desember 2016.

27

Anda mungkin juga menyukai