Anda di halaman 1dari 17

INDUSTRI PENGOLAHAN MINERAL

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Industri


Diasuh Oleh : Drs. Mahdian, M.Si

Oleh :
1. Mohamad Nor Aufa A1C314022
2. Noor Mini A1C314026
3. Farah Medina A1C314060
4. Masnah A1C314070
5. Siti Rahmah A1C314210

Reg A-2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

NOVEMBER 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum W. W.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Serta puji dan
syukur atas kehadirat Allah Swt Tuhan semesta alam yang meliputi penguasa seluruh jagat raya
ini, mengetahui apa yang tidak kita ketahui, dan memberi daya upaya kepada kita untuk sujud
dan mengenal kepada-Nya dengan ilmu yang diberikan-Nya.

Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, seluruh
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman illa yaumil kiyamah. Karena
dengan perantara merekalah sehingga kita masih berpegang kepada kalam kalimat Allah dan
menjadi manusia yang beriman dengan ilmu serta pengetahuan untuk menuju kepada jalan yang
di ridhoi Allah.

Alhamdulillah pada kesempatan ini kami dapat meyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul Industri Pengolahan Mineral. Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Industri. Walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang kami hadapi, tiada daya dan upaya
kecuali dengan pertolongan Allah Swt. Walaupun demikian, sudah tentu makalah ini masih
terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan agar dalam
pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi. Harapan kami semoga
makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya. Kami sadari bahwa kesempurnaan hanya
milik Allah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamualaikum W. W.

Banjarmasin, November 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara fisik.
Tujuan dari pengolahan mineral adalah meningkatkan kadar logam berharga dengan cara
membuang bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan. Secara umum, setelah proses
mineral dressing akan dihasilkan tiga kategori produk.
1. Konsentrat, dimana logam-logam berharga terkumpul dan dengan demikian kadarnya
menjadi tinggi.
2. Tailing, dimana bahan-bahan tidak berharga (bahan ikutan, gangue mineral) terkumpul.
3. Middling, yang merupakan bahan pertengahan antara konsentrat dan tailing.
Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat tergantung
pada jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Pemilihan teknik
didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang ada dalam bijih
tersebut. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses pengolahan mineral di antaranya
adalah:
Konsentrasi gravitasi
Teknik ini memanfaatkan perbedaan berat jenis antara mineral-mineral. Mineral-
mineral dipisahkan dengan peralatan yang berprinsip pada pemisahan berat jenis seperti
jigging, rake classifier, spiral classifier, vibrating table, dll.
Flotasi
Teknik ini memanfaatkan perbedaan sifat permukaan mineral-mineral. Dengan
menambahkan reagen kimia yang bisa membuat permukaan salah satu mineral menjadi
hidrofil sementara bagian reagen itu sendiri memiliki sifat hidrofob, maka mineral
bersangkutan dapat diangkat oleh gelembung yang ditiupkan ke permukaan untuk
dipisahkan. Biasanya mineral-mineral sulfida dipisahkan dengan cara ini.
Magnetic Separation
Cara ini memanfaatkan sifat magnet dari mineral-mineral. Mineral yang bersifat
feromagnetik dipisahkan dari mineral yang bersifat diamagnetik.
Dan teknik-teknik lainnya, seperti electric separator, dll.

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami teknik dasar pengolahan mineral dan dampak serta
solusi untuk limbah pada proses pengolahan mineral.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengolahan mineral?
2. Bagaimana tahapan-tahapan pengolahan mineral?
3. Apa dampak yang dihasilkan dalam pengolahan mineral?
4. Bagaimana pengelolaan dampak yang dihasilkan dalam pengolahan mineral?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengolahan Bijih


Pengolahan Bijih atau dalam pengertian yang lebih luas lagi biasa disebut dengan
pengolahan bahan galian (Mineral dressing, Mineral beneficiation) adalah proses pemisahan
mineral berharga (mineral bijih/ore mineral) dari mineral tak berharga (pengotor/gangue
mineral) yang dilakukan secara mekanis, untuk menghasilkan produk yang kaya dengan mineral
berharga (biasa disebut konsentrat) dan tailing yaitu produk yang pada dasarnya terdiri dari
mineral tak berharga.
Proses pemisahan dilakukan secara mekanis dengan memanfaatkan perbedaan sifat-sifat
fisik mineral yang akan dipisah. Adapun sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh mineral adalah sifat
kemagnetan, kelistrikan/konduktivitas, density, sifat permukaan, tekstur, dan warna.
Beberapa bahan galian dalam pemanfaatanya tidak selalu memerlukan pemisahan. Bahan
galian industri dalam pemanfaatannya hanya melalui proses pengecilan ukuran dan pengayakan.
Namun untuk bijih-bijih yang berkadar rendah, misal bijih besi berkadar Fe 45%. Bijih besi
tersebut harus melalui proses pemisahan untuk meningkatkan kadar Fe, agar sesuai dengan
persyaratan proses ekstraksi.
Berdasarkan aplikasi di industri dan pemanfaatanya, bahan galian dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok.
a) Bijih (ore) yaitu bahan galian yang mengandung mineral tertentu dengan kadar yang cukup
untuk ditambang dan diolah atau diekstrak metalnya sehingga memberikan keuntungan. Mineral
yang logamnya diekstrak disebut sebagai mineral bijih (ore mineral) sedangkan mineral lainnya
disebut sebagai mineral gangue (mineral tak berharga).
b) Bahan Bakar (fuel) yaitu bahan galian yang dimanfaatkan sebagai energi seperti batu bara dan
minyak bumi.
c) Bahan galian industri (non metalic mineral), yaitu bahan galian yang dimanfaatkan karena
memiliki sifat-sifat fisik/mekanik tertentu seperti kekuatan, kehalusan, keindahan.

Jenis/tipe mineral berdasarkan komposisi alamiah :


a) Native, metal dalam bijih berbentuk unsur, Au, Cu.
b) Sulfida, mineral bijih berkomposisi sulfida. Chacopyrite (CuFeS2), Galena (PbS), Sfalerit (ZnS)
c) Oksida, Mineral bijih berkomposisi oksida, karbonat, sulfat, silikat. Hematite (Fe2O3), Garnirit
(H2(NiMg)SiO4, Azurit (2CuCO3.Cu(OH)2).
d) Komplek , bijih lebih dari satu mineral berharga. Bijih sulfida, galena, chalcopyrite, sfalerit. Bijih
kompleks sulfida Pb, Cu, Zn.
2.2 Tujuan Pengolahan Mineral
Pada dasarnya setiap usaha pengolahan selalu memiliki tujuan yang harus dicapai, begitu
juga dengan pengolahan bahan galian/bijih/mineral. Ada dua tujuan yang ingin dicapai pada
pengolahan ini, yaitu tujuan teknis dan tujuan ekonomis. Tujuan teknis lebih mengedepankan
bagaimana memperoleh produk (konsentrat) yang memenuhi syarat yang diinginkan, baik untuk
proses selanjutnya, atau untuk konsumen. Secara teknis persyaratan yang diperlukan untuk
konsentrat adalah:
a) Kandungan mineral berharga harus lebih besar dari nilai minimum yang ditentukan.
b) Kandungan gangue mineral harus lebih kecil dari nilai maksimum yang ditentukan.
c) Kandungan air harus lebih rendah dari nilai maksimum yang ditentukan.
d) Ukuran partikel harus lebih besar dari nilai minimum yang ditentukan.
Secara ekonomis pengolahan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
ekonomisnya:
a) Mengambil semua jenis mineral berharga, jika bijih mengandung lebih dari satu mineral
berharga.
b) Kehilangan mineral berharga dalam tailing harus sekecil mungkin, recovery harus besar.
c) Mengolah bijih dengan ongkos yang rendah, dengan mengolah bijih bertonase besar.

2.3 Proses Dasar Pengolahan Mineral


2.3.1 Kominusi
Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau bahan
galian. Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar lebih daripada 1
meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100 mikron. Pada umumnya
bijih, mineral atau bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar. Sehingga sangat
tidak mungkin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral
dalam ukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan terikat dengan mineral pengotornya.
Liberasi mineral berharga masih rendah pada ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk dapat
diolah dan untuk dapat meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi pengecilan
ukuran terlebih dahulu. Operasi pengecilan ukuran bijih umumnya dibagi dalam dua tahapan
yaitu: operasai peremukan atau crushing dan operasi penggerusan atau grinding.
Tujuan Operasi Pengecilan Ukuran Pada Kominusi
Pada prinsipnya tujuan operasi pengecilan ukuran bijih, mineral atau bahan galian adalah:
a) Membebaskan ikatan mineral berharga dari gangue-nya.
b) Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi atau ukuran
pemisahan.
c) Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hyrometalurgi tidak perlu benar-
benar bebas dari gangue.
d) Memenuhi keinginan konsumen atau tahapan berikutnya.
e) Salah satu besaran yang penting dalam operasi kominusi adalah rasio ukuran bijih awal
terhadap ukuran bijih hasil atau produk, atau biasa disebut dengan reduction ratio atau rasio
reduksi. Nilai Reduction ratio akan berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan juga
berpengaruh terhadap energi produksi. Pada operasi crushing, rediction ratio biasanya
berkisar antara dua sampai dengan sembilan. Untuk pengecilan ukuran yang menggunakan
Jaw crusher atau cone crusher akan lebih efisien jika menerapkan reduction ratio sekitar
tujuh. Pada operasi grinding atau penggerusan reduction rasio bisa mencapai lebih daripada
200. Artinya ukuran umpan 200 kali lebih besar daripada ukuran produk.

Gambar 1. menunjukkan contoh diagram alir operasi pengecilan ukuran bijih, mineral atau bahan
galian. Secara umum operasi pengecilan ukuran bijih melibatkan operasi crushing, grinding dan
sizing. Pabrik pengolahan bijih biasanya dimulai dengan operasi sizing, yaitu pemisahan
berdasarkan besar ukuran dengan menggunakan Grizzly Feeder. Alat ini akan mengeluarkan
bijih yang memiliki ukuran yang lebih kecil daripada ukuran setting Jaw Crusher. Grizzly
Feeder juga berfungsi sebagai pengatur laju penumpanan. Umpan yang masuk diatur sesuai
dengan kapasitas Jaw Crusher. Underflow yang merupakan Under size dari Grizzly Feeder
langsung masuk ke Cone Crusher. Sedangkan overflow yang merupakan oversize dari Grizlly
Feeder masuk ke Jaw Crusher.
Gambar 2. Diagram Operasi Kominusi Untuk Pengecilan Ukuran Bijih
Jaw Crusher menerima umpan dari overflow-nya Grizzly Feeder dan oversize dari Screen 1.
Operasi Screen 1 akan memisah ukuran bijih berdasarkan besar ukuran umpan yang dapat
diterima oleh Cone Crusher. Jadi fungsi Screen 1 adalah untuk memastikan bahwa ukuran
produk Jaw Crusher dapat diterima dan yang masuk ke cone crusher.
Cone Crusher menerima umpan yang merupakan underflow-nya grizzly feeder, under flow-nya
screen 1, dan overflow-nya screen 2. Fungsi sreen 2 adalah untuk mengeluarkan ukuran bijih
yang lebih besar dari kemampuan Ball Mill. Sehingga yang masuk ke Ball Mill hanya bijih
berukuran yang sesuai dengan kemampuan Ball Mill.
Ball Mill menerima umpan yang merupakan underflow-nya screen 2 dan undersize yang
merupakan underflow-nya classifier. Produk operasi Ball Mill masuk dalam classifier untuk
dipisah berdasarkan ukuran. Classifier membagi produk ball mill menjadi dua bagian yaitu
underflow dan overflow. Overflow classifier merupakan bijih dengan ukuran yang sudah sesuai
dengan target operasi kominisi dan siap untuk dipasah bedasarkan sifat-sifat fisiknya. Sedangkan
underflow merupakan produk ball mill yang terdiri dari bijih berukuran kasar yang belum siap
untuk dipisiah. Bijih dari Underflow langsung masuk lagi ke dalam ball mill.

Tahapan Kominusi:
Peremukan, crushing biasanya digunakan untuk pengecilan ukuran sampai ukuran bijih
kurang lebih 20 mm, sedangkan penggerusan, grinding digunakan untuk pengecilan ukuran
mulai dari 20 mm sampai halus. Umumnya pengecilan ukuran bijih dilakukan secara bertahap
yaitu:
a) Peremukan tahap pertama, primary crushing, mengecilkan ukuran bijih sampai ukuran 20 cm.
b) Peremukan tahap kedua, secondary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari sekitar 20 cm
sampai 5 cm.
c) Peremukan tahap ketiga, tertiary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari 5 cm menjadi
sekitar 1 cm
d) Penggerusan kasar, grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari sekitar 1 cm menjadi
selkitar 1 mm.
e) Penggerusan halus,fine grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari 1 mm menjadi halus,
biasanya ukuran bijih menjadi kurang dari 0,075 mm.
f) Kemampuan alat dalam mengecilkan ukuran sangat terbatas, sehingga pengecilan selalu
dilakukan bertahap. Tahap peremukan biasanya dilakukan dengan reduksi rasio antara 4
sampai 7, sedangkan penggerusan pengecilan dilakukan dengan reduksi rasio 15 sampai 60.
Reduksi rasio ukuran merupakan perbandingan ukuran umpan terhadap ukuran produk.

Mekanisme Peremukan, Aksi kominusi


Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan pada bijih dan
gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk. Mekanisme
peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya diterapkan pada bijih tersebut.
Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan untuk meremuk atau mengecilkan ukuran
bijih.
a) Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih.
Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh satu atau kedua
permukaan plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi,
bekerja pada sebagian tempat. Terjadi ketika Energi yang digunakan hanya cukup untuk
membebani daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal peremukan. Alat yang dapat
menerapkan gaya compression ini adalah: Jaw crusher, gyratory crusher dan roll crusher.
b) Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adany gaya impak yang bekerja pada bijih.
Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang memukul bijih. Gaya impak
adalah gaya compression yang bekerja dengan kecepatan sangat tinggi. Dengan gaya
Impact, energi yang digunakan berlebihan, berkerja pada seluruh bagian. Terjadi ketika
energi yang digunakan berlebih dari yang dibutuhkan untuk peremukan. Banyak daerah
yang menerima beban berlebih. Alat yang mampu memberikan gaya impak pada bijih adalah
impactor, hummer mill.
c) Attrition atau abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi atau
kikisan. Peremukan dengan Abrasi , Gaya hanya bekerja pada daerah yang sempit
(dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan cukup kecil, tidak
cukup untuk memecah/meremuk bijih. Alat yang dapat memberikan gaya abrasi terhadap
bijih adalah ballmill, rod mill.
d) Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan gergaji. Cara ini
jarang dilakukan untuk bijih.
e) Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi ditentukan oleh jenis gaya dan
metoda yang digunakan. Pengecilan ukuran bijih yang memanfaatkan gaya impak, akan
menghasilkan ukuran dengan rentang atau distribusi yang lebar. Sedangkan kominusi yang
memanfaatkan gaya abrasi akan menghasilkan dua kelompok distribusi ukuran yang sempit.
2.3.2 Pemilahan (Sorting)
Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan
(manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.
Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media fluida,
jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-mineral yang
ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan fluidanya, yaitu :
a) Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium separation
(HMS).
b) Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral concentration.
c) Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).
Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi pengendapan
bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya akan terhambat sehingga
terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut :
a) Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang.
b) Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat mengendap
lebih dahulu.
c) Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil berusaha mengatur
diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat jenisnya.
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu :
a) Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan kadar tinggi.
b) Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.
c) Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.
Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah :
a) Jengkek (jig) dengan bermacam-macam rekacipta (design).
b) Meja goyang (shaking table).
c) Konsentrator spiral (Humprey spiral concentrator).
d) Palong / sakan (sluice box).

Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)


Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-mineral
berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan dengan
menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari air (berat jenisnya > 1).
Produk dari proses konsentrasi ini adalah :
- Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat.
- Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan.
Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium separators yang berdasarkan
bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu :
a) Drum separator karena bentuknya silindris.
b) Cone separator karena bentuknya seperti corongan.
Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)
Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor (mudah
menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir konduktor) dari mineral.
Kendala proses konsentrasi ini adalah :
- Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar.
- Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang berterbangan.

Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah :


- Magnetit (Fe3 O4)
- Kasiterit (Sn O2)
- Ilmenit (Fe Ti O3)
- Molibdenit (Mo S2)
- Wolframit [(Fe, M) WO4]
- Galena (Pb S)
- Pirit (Fe S2)

Produk dari proses konsentrasi ini adalah :


- Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat.
- Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :


a) Electrodynamic separator (high tension separator).
b) Electrostatic separator yang terdiri dari :
- plate electrostatic separator
- screen electrostatic separator

Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)


Proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan (magnetic
susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan bahan galian ada 3 (tiga) macam,
yaitu :
- Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh medan
magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).
- Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet. Contohnya
hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).
- Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya : kwarsa
(Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].
Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah :
- Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat.
- Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari :


1. Induced roll dry magnetic separator.
2. Wet drum low intensity magnetic separator

Sedang letak magnetnya bisa :


- Suspended magnets
- Suspended magnets with continuous removal
- Cobbing drum

Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)


Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat senang terhadap udara atau takut
terhadap air (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan sulfida akan
tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan mineral-mineral itu bersifat suka
akan air (hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida, antara lain kalkopirit (Cu Fe S 2),
galena (Pb S), dan sfalerit (Zn S) mudah diubah sifat permukaannya dari suka air menjadi
suka udara dengan menambahkan reagen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon. Sejumlah
reagen kimia yang sering digunakan dalam proses flotasi adalah :
a) Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembung-gelembung udara.
Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC), minyak pinus, dan terpentin.
b) Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral yang
semula suka air menjadi suka udara. Contohnya : xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll.
c) Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral pengotor
tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung. Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn
S.
d) Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman
proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.

Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu :


a) Konsentrat (concentrate) yang berupa mineral-mineral yang ikut terapung (mineral-
mineral apungan) dengan gelembung-gelembung udara.
b) Amang (middling) yang merupakan mineral-mineral apungan yang masih mengandung
banyak mineral-mineral pengotor.
c) Ampas (tailing) yang tenggelam terdiri dari mineral-mineral pengotor.

2.3.3 Proses Reduksi Ukuran Mineral

Mineral yang berkristral cenderung pecah dalam berbagai bentuk dan ukuran yang tak
terhingga bilamana ada energi yang menekan. Permasalahan utama dalam reduksi ukuran
adalah dalam hal membatasi banyaknya mineral yang oversize ataupun undersize, sekaligus
meningkatkan jumlah hasil mineral hasil proses yang ukurannya seperti yang diinginkan.

Material Umpan
Semua jenis proses reduksi ukuran, baik proses crushing maupun grinding ditentukan
oleh karakteristik umpan dari mineral (batuan/bijih). Parameter utama yang kita butuhkan
dari karakteristik mineral tersebut adalah crushability atau grindability, juga dikenal dengan
indeks kerja dan profil keausan yang dikenal dengan indeks abrasi.

Rasio Reduksi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, semua operasi reduksi umumnya dilakukan
dalam beberapa tahapan proses. Semua peralatan yang digunakan, crusher atau grinder
masing masing mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap ukuran umpan dan ukuran
produknya. Hubungan antara peralatan dan ukuran mineral yang dihasilkan dikenal dengan
rasio reduksi.
Crushing
Proses crushing berbeda beda tergantung jenis mineral umpan, system operasinya,
dan produk akhir yang diinginkan.

a)Proses Crushing untuk Batuan dan Gravel (Kerikil)

Proses crushing batuan atau gravel dengan produk akhir sebagai filler dalam industri
pemberat (ballast), umumnya hasil proses masih berupa material kasar dengan ukuran dan
bentuk yang tertentu. Ukuran produk hasil crushing berkisar dari 4 sampai 18 mm.
Untuk menjaga bentuk produk dan meminimalkan undersize, proses crushing ini dilakukan
dalam beberapa tahapan.

b). Proses Crushing untuk Bijih dan Mineral

Proses crushing yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan ukuran hasil akhir yang
relative halus, sekitar 100 mikron (150 mesh). Jumlah tahapan crushing bisa dikurangi
sampai pada ukuran yang diinginkan untuk kemudian diumpankan dalam proses grinding.

Grinding
Reduksi ukuran dengan proses crushing mempunyai keterbatasan dalam hal ukuran
akhir partikel. Untuk reduksi ukuran lebih lanjut, katakan dibawah 5 20 mm, harus
dilakukan proses grinding. Grinding merupakan proses powdering atau pulverizing dengan
menggunakan gaya mekanika batuan seperti impak, kompresi, penggesekan, dan
penggerusan.

Dua tujuan utama dari proses grinding adalah:


a) Untuk membebaskan mineral mineral yang terperangkap dalam kristal batuan (bijih),
sehingga kandungan mineral tersebut semakin tinggi akibat terpisah dengan kandungan
lain.
b) Menghasilkan partikel halus dari fraksi fraksi mineral dengan memperbanyak
permukaan spesifik.

2.4 Dampak Lingkungan Dalam Kegiatan Industri Mineral

Eksploitasi sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek


peran dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana
alam seperti tanah longsor, banjir, kabut asap, pemanasan global hingga bencana lumpur
panas Sidoarjo yang sangat merugikan masyarakat. Banyak sekali eksploitasi sumber daya
alam yang membawa dampak terhadap kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang
berlangsung diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi
juga harus mampu menjaga kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan
kehilangan fungsinya sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap
pembangunan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan menganalisis mengenai dampak
lingkungan yang akan terjadi. Sumberdaya mineral mempunyai implikasi yang sangat luas
dalam kehidupan masyarakat karena sumberdaya mineral merupakan aset yang memberi
harapan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu eksploitasi sumberdaya
mineral merupakan kesempatan bagi masyarakat. Dengan demikian industri pertambangan
merupakan industri alternatif yang paling efektif untuk meningkakan kesejahteraan
masyarakat di daerah yang penduduknya berada dalam kemiskinan struktural. Di sisi lain
industri mineral juga merupakan industri yang menimbulkan berbagai perubahan drastis
terhadap lingkungan sehingga merupakan ancaman terhadap kelestarian fungsi-fungsi
lingkungan dan fungsi-fungsi kehidupan sosial budaya masyarakat. Potensi-potensi positif
sektor pertambangan sering tidak mampu mengkompensasikan potensi-potensi negatif ini,
sehingga industri pertambangan mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat
(Agenda 21, 2001).

Kegiatan industri mineral dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam
suatu kawasan/wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor kegiatan industri
mineral dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan industri mineral antara lain pada
teknik industri mineral, pengolahan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara
lain faktor geografis dan morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain. Dampak
kegiatan industri mineral terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pembuangan
limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap komponen lingkungan yang berubah atau
meniadakan fungsi-fungsi lingkungan. Semakin besar skala kegiatan industri mineral, makin
besar pula areal dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan industri
mineral dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula.
Perubahan topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit
selama masa kegiatan industri mineral, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula.
Kegiatan industri mineral juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan kepemilikan tanah, masuknya
pekerja, dan lain-lain.

Pengelolaan dampak industri mineral terhadap lingkungan bukan untuk kepentingan


lingkungan itu sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia. Keterlibatan masyarakat dalam
pengelolaan dampak industri mineral terhadap lingkungan sangat penting. Keterlibatan
masyarakat sebaiknya berawal sejak dilakukan perencanaan ruang dan proses penetapan
wilayah untuk industri mineral. Masyarakat setempat dilibatkan dalam setiap perencanaan
dan pelaksanaan usaha industri mineral serta upaya penanggulangan dampak yang merugikan
maupun upaya peningkatan dampak yang menguntungkan. Pemerintah Daerah bertanggung
jawab terhadap pengawasan pelaksanaan keterlibatan masyarakat.

Ada berbagai macam resiko di bidang industri mineral yaitu resiko geologi
(eksplorasi) yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), resiko
teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, resiko pasar yang berhubungan
dengan perubahan harga, dan resiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
perubahan pajak dan harga domestik. Resiko-resiko tersebut berhubungan dengan besaran-
besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha
yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian keuntungan (rate of return) yang
lebih tinggi (Poerwanto, 2007).. Kegiatan ini terdiri dari tahap pra-konstruksi, operasi,
produksi dan pasca kegiatan
Sebagai negara penganut paham sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat,
Indonesia cenderung menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu mengolah
kekayaan sumberdaya alam dan energi secara bijaksana agar kondisi lingkungan tetap lestari
dan bermutu tinggi. Lingkungan yang lestari, pembangunan akan tetap berlangsung dari
generasi ke generasi, dan lingkungan yang lestari hanya dapat dilahirkan dari pola pikir yang
memiliki rasa bijak lingkungan yang besar (Naiola, 1996). Usaha pertambangan mineral tidak
hanya sekedar pemenuhan keuntungan (aspek ekonomi) dari pengelolaan sumber daya
mineral, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan sosial dan lingkungan.

Kebutuhan Sosial Dalam konteks industri mineral , misalnya dengan memberikan


kesempatan berusaha dan mengembangkan usaha bagi masyarakat kecil melalui pemberian
pinjaman modal (peningkatan sumberdaya kapital), penyediaan berbagai fasilitas yang
mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan lain-lain. Keberpihakan terhadap
kelompok masyarakat miskin, masyarakat di perdesaan, wanita dan anak-anak, ataupun
kelompok masyarakat lain yang selama ini diabaikan, perlu dilakukan sehingga tujuan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus pemerataan dan pengentasan kemiskinan
dapat terealisasi. Intinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat
penting untuk dilaksanakan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a) Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara fisik.
b) Tujuan teknis lebih mengedepankan bagaimana memperoleh produk (konsentrat)
yang memenuhi syarat yang diinginkan, baik untuk proses selanjutnya, atau untuk
konsumen.
Secara teknis persyaratan yang diperlukan untuk konsentrat adalah:
Kandungan mineral berharga harus lebih besar dari nilai minimum yang ditentukan.
Kandungan gangue mineral harus lebih kecil dari nilai maksimum yang ditentukan.
c) Proses pemisahan dilakukan secara mekanis dengan memanfaatkan perbedaan sifat-
sifat fisik mineral yang akan dipisah.
d) Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga
kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya
sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan
yang dilakukan harus berwawasan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai