Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN KURIKULUM KTSP,

KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM


MASA DEPAN

Muhammad Awaluddin Fitri/1920132310004


Mohamad Nor Aufa/1920132310010
Program Studi S2 Keguruan IPA

A. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kurikulum
2. Mengetahui dan memahami hakikat kurikulum KTSP dan kurikulum 2013
3. Mengetahui dan memahami perbandingan KTSP dan kurikulum 2013
4. Mengetahui dan memahami paradigma pendidikan nasional masa depan

B. Pembahasan
1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani pada awalnya
istilah ini digunakan untuk dunia olahraga, yaitu berupa jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Pada masa Yunani dahulu kala istilah “kurikulum” digunakan untuk menunjukkan tahapan-
tahapan yang harus dilalui atau ditempuh oleh seorang pelari dalam perlombaan estafet yang
dikenal dalam dunia atletik, proses lebih lanjut istilah ini ternyata mengalami perkembangan,
sehingga penggunaan istilah ini merambah ke dunia pendidikan. Sejauh ini belum diketahui
secara pasti kapan istilah kurikulum masuk dalam ranah pendidikan. Persoalan ini memerlukan
penelitian sejarah kurikulum yang lebih mendalam untuk melihat lebih jauh mengenai sejarah
istilah kurikulum yang dari awalnya telah berkembang dari bahasa Yunani (Hasibun, 2010).
Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata curriculum dalam bahasa
Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin currere yang
berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Dari sudut terminologi,
pengertian kurikulum menurut S. Nasution dalam (Hasibun, 2010) ialah sebagai “sejumlah mata
pelajaran yang atau bahan ajar yang harus dikuasai murid dan diajarkan oleh guru untuk
mencapai suatu tingkatan atau ijazah”. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Menurut Herry et al (2009) yang menganggap “kurikulum sebagai segala upaya sekolah
untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah,
maupun di luar sekolah. Maka dapat ditarik garis besar bahwa kurikulum merupakan salah satu
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, serta sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Jadi, kurikulum
itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman
belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai
suatu tujuan. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau kegiatan-
kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi
anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Sukmadinata & Syaodih (2007) mengemukakan empat komponen utama dari anatomi
tubuh kurikulum, yakni:
a. Tujuan
Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum adalah kekuatan-kekuatan fundamental
yang peka sekali, karena hasil kurikuler yang diinginkan tidak hanya mempengaruhi bentuk
kurikulum, tetapi memberi arahan dan fokus untuk seluruh program pendidikan.
b. Materi atau pengalaman belajar
Fungsi khusus dari kurikulum pendidikan formal adalah memilih dan menyusun isi
(materi/pengalaman belajar) agar keinginan tujuan kurikulum dapat dicapai dengan cara paling
efektif dan supaya pengetahuan paling penting yang diinginkan pada jalurnya dapat disajikan
secara efektif.
c. Organisasi
Jika kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar maka isi dan pengalaman belajar
membutuhkan pengorganisasian sedemikian rupa sehingga berguna bagi tujuan-tujuan
pendidikan. Materi dan pengalaman belajar dalam kurikulum diorganisasikan untuk
mengefektifkan pencapaian tujuan.
d. Evaluasi
Evaluasi ditujukan untuk melakukan penilaian terhadap belajar peserta didik (hasil dan
proses) maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran. Kegiatan evaluasi akan memberikan
informasi dan data tentang perkembangan belajar siswa maupun keefektifan kurikulum dan
pembelajaran, sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan pembelajaran dan pendidikan secara
tepat.

2. Hakikat Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013


a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1). Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15) dikemukakan bahwa
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Menurut Mulyasa
(2005) KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan undang-undang No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut:
a) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan
Tujuan Pendidikan Nasional.
b) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, petensi daerah, dan peserta didik.
2). Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP yang merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007). KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi ,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
3) Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam
pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2007). Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah.
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputussan bersama.
c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan
yang akan dicapai.
4) Karakteristik KTSP
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks
desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap
system yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan depat membawa dampak terhadap
peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran. Karekteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian.
Berdasrkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai
berikut; pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat
dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan professional, serta tim-kerja
yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2007).Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
terdapat 11 mata pelajaran yang diajarkan, sebagai berikut; pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, kerajinan tangan dan kesenian,
pendidikan jasmani, seni budaya dan keterampilan, mulok, dan pengembangan diri.
5) Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak
dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu
adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi
riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
b) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
c) KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah
dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan
siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat mengembangkan kepariwisataan
dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.
d) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli
beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
e) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
f) Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
g) Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa
dan kondisi daerahnya masing-masing.
h) Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan
atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
i) Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan,
kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
j) Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-
potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh
lingkungan.
k) Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat
pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar
pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.
l) Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan mengembangkan silabus
mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan
kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
m)Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan
kemudahan belajar siswa.
n) Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman
yang akan membentuk kompetensi individual.
o) Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat,
dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
p) Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
q) Berpusat pada siswa.
r) Menggunakan berbagai sumber belajar.
s) kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan
Kekurangan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
a) Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
b) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP.
c) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya,
penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
d) Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam,
sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan profesi.

b. Kurikulum 2013
1). Pengertiaan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sedang dalam tahap perencanaan dan saat
ini sedang dalam proses pelaksanaan oleh pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari
struktur kurikulum KTSP. Perubahan ini dilakukan karena banyaknnya masalah dan salah satu
upaya untuk memperbaiki kurikulum yang kurang tepat. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan
silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan
pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran
tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
Meskipun silabus sudah di kembangkan oleh pemerintah pusat namun guru tetap
dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang terkandung dalam silabus,
terutama untuk kepentingan operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus
tampak menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan
para guru dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam
memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut. Adapun penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu
dengan berusaha mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang telah disiapkan
pemerintah.
2). Karakteristik Kurikulum 2013
Hal mendasar dari Kurikulum 2013, menurut Mulyoto (2013) adalah masalah
pendekatan pembelajarannya. Selama ini, pendekatan yang digunakan adalah materi. Jadi
materi diberikan pada anak didik sebanyak-banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu
secara maksimal. Bahkan demi penguasaan materi itu, drilling sudah diberikan sejak awal, jauh
sebelum siswa menghadapi ujian nasioanl. Dalam pembelajaran seperti ini, tujuan
pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kognitif dengan mengesampingkan aspek
psikomotrik dan afektif.
Mulyasa (2013) mengemukakan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 2013
berdasarkan pada:
1) Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Atas
dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten
pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan
pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum sebagai proses adalah
totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk
menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah
perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.
2) Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan
Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi
dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari
masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan
kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3) Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam suatu
tema. Kompetensi yang termasuk sikap dan keterampilan dikemas dalam setiap tema dan
diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan serta keberlanjutan sehingga
memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.

3). Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013


Kelebihan Kurikulum 2013
1) Lebih menekankan pada pendidikan karakter.
2) Dituntut kreatif dan inovatif, dan pendidikan karakter juga penting yang nantinya
terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus
diintegrasikan kesemua program studi.
3) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi
mereka.
4) Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia
dini. Kesiapan terletak pada guru.
5) Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan
calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.
6) Siswa menjadi aktif dengan bimbingan guru. Antara kognitif dan afektif berjalan seiringan.
Sehingga saat itu juga siswa bisa mengevaluasi diri.
7) Buku yang digunakan hanya satu tiap pekan. Pengelompokkan unsur unsur pembelajaran
telah ditentukan oleh pemerintah pusat, sehingga siswa tidak bingung dalam membawa
buku mata pelajaran.
Kekurangan Kurikulum 2013
1) Kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya
didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada
evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga
dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan. Tetapi
kelemahan ini telah disiasati dengan pelatihan dan metode bagaimana mengajar yang
benar.
2) Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. Maksud
dari kalimat ini adalah guru seolah olah pasrah dengan keputusan pemerintah, setuju atau
tidaknya tidak ada yang berhak menghalangi launchingnya kurikulum 2013
3) Pemerintah mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang
pendidikan dasar.
Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013.Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih
diberlakukan. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran
tersebut berbeda. Untuk jam pelajaran dan pembelajaran dalam kurikulum 2013 nanti, untuk
SD yang semula 10 mata pelajaran akan menjadi enam mata pelajarann yakni Matematika,
Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, serta Kesenian.
Di lain pihak, materi IPA dan IPS menjadi tematik di pelajaran-pelajaran lainnya. Untuk
Siswa SMP dari 32 jam menjadi 38 jam pelajaran per minggu. Mengacu kurikulum baru, jumlah
mata pelajaran SMP yang semula 12 nanti menjadi 10 mata pelajaran. Mata ajar muatan lokal
dan pengembangan diri akan melebur ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya.
Sedangkan mata pelajaran yang lain tetap, yakni Pendidikan Agama, Pancasila dan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya
(muatan lokal), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

3. Perbandingan KTSP dan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 sudah di implementasikan pada tahu pelajaran 2013/2014 pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15
Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula
kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut dibawah ini table 1.1
Perbandingan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 dan table 1.2 perbedaan kurikulum 2013
dan KTSP:
Tabel 1.1 Perbandingan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013
No Kurikulum 2013 KTSP
1 SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih dahulu
ditentukan terlebih dahulu, melalui Permen melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006.
dikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru Setelah itu ditentukan SKL (Standar
ditentukan Standar Isi, yang berbentuk Kompetensi Lulusan) melalui
Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan Permendiknas No 23 Tahun 2006
dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70
Tahun 2013
2 Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan Lebih menekankan pada aspek pengetahuan
soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
3 di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas
I-VI I-III
4 Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
banyak dan jumlah matapelajaran lebih jumlah mata pelajaran lebih banyak
sedikit dibanding KTSP dibanding Kurikulum 2013
5 Proses pembelajaran setiap tema di jenjang Standar proses dalam pembelajaran terdiri
SD dan semua mata pelajaran di jenjang dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan
pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu
standar proses dalam pembelajaran terdiri
dari Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, danMencipta.
6 TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) TIK sebagai mata pelajaran
bukan sebagai matapelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran
7 Standar penilaian menggunakan penilaian Penilaiannya lebih dominan pada aspek
otentik, yaitu mengukur semua kompetensi pengetahuan
No Kurikulum 2013 KTSP
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
8 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9 Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk Penjurusan mulai kelas XI
jenjang SMA/MA
10 BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada menyelesaikan masalah
potensi siswa siswa
(Zaini, 2015)
Tabel 1.2 perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP
NO Perbedaan Kurikulum KTSP Kurikulum 2013
1 Tujuan Tujuan pendidikan tingkat satuan Pendidikan dasar dan menengah,
Pendidikan pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu pada Peraturan
Tingkat Satuan dirumuskan mengacu kepada Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
Pendidikan tujuan umum pendidikan berikut. tentang Pengelolaan dan
Tujuan pendidikan dasar adalah Penyelenggaraan Pendidikan,
meletakkan dasar kecerdasan, bertujuan membangun landasan bagi
pengetahuan, kepribadian, akhlak berkembangnya potensi peserta didik
mulia, serta keterampilan untuk agar menjadi manusia yang: beriman
hidup mandiri dan mengikuti dan bertakwa kepada Tuhan Yang
pendidikan lebih lanjut. Maha Esa, berakhlak mulia, dan
2. Tujuan pendidikan menengah berkepribadian luhur berilmu, cakap,
adalah meningkatkan kecerdasan, kritis, kreatif, dan inovatif, sehat,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mandiri, dan percayadiri; dan toleran,
mulia, serta keterampilan untuk pekasosial, demokratis dan
hidup mandiri dan mengikuti bertanggung jawab.
pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah
kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.
KTSP ( Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ) disusun
dalam rangka memenuhi amanat
yang tertuang dalam Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomer 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomer 19 Tahun 2005
NO Perbedaan Kurikulum KTSP Kurikulum 2013
tentang Standar Nasional
Pendidikan.
2. Struktur dan Struktur dan muatan KTSP pada Ditinjau dari manajemen sekolah,
Muatan jenjang pendidikan dasar dan maka KTSP pada dasarnya
Kurikulum menengah yang tertuang dalam merupakan bentuk perencanaan
Tingkat Satuan SI meliputi lima kelompok satuan pendidikan pada bidang
Pendidikan matapelajaran sebagai berikut. intrakurikuler, kokurikuler,
Kelompok mata pelajaran agama ekstrakurikuler untuk mencapaivisi,
dan akhlak mulia. Kelompok misi, dan tujuannya.
mata pelajaran kewarganegaraan Dokumen KTSP pada jenjang
dan kepribadian Kelompok mata pendidikan dasar dan menengah
pelajaran ilmu pengetahuan dan setidak-tidaknya meliputi:
teknologi. Kelompok 1. Kurikulum nasional yang terdiri dari
matapelajaran estetika. Rasional, Kerangka Dasar
Kelompok matapelajaran Kurikulum, Struktur Kurikulum,
jasmani, olahraga dan kesehatan Deskripsi Matapelajaran, KI dan KD,
dan Silabus untuk satuan pendidikan
terkait. Kurda yang terdiridari KD
dan Silabus yang dikembangkan
oleh daerah yang bersangkutan,
dengan acuan KI yang
dikembangkan pada kurikulum
nasional Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Kegiatan
kurikuler (intrakurikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler)
5. Kalender Pendidikan.

3. Sistem yang Dalam kurikulum 2006 yang Dalam kurikulum 2013 yang
digunakan digunakan Standar Kompetensi digunakan Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi dasar Berbasis tematik, sehingga dalam
Berbasis matapelajaran, masing- pembelajaran yang digunakan adalah
masing disiplin ilmu dibahas atau tema-tema yang menjadi acuan atau
dikelompokkan dalam satumata bahan ajar.
pelajaran.
4. Silabus yang Silabus yang digunakan adalah Silabus yang digunakan adalah
digunakan silabus yang dibuat oleh masing- silabus dari pusat, sehingga seluruh
masing satuan pendidikan yang Indonesia menggunakan silabus yang
berdasarkan silabus nasional. sama.
6 Mata pelajaran Dalam kurikulum 2006, Dalam kurikulum 2013, mata
pancasila matapelajaran pendidikan pelajaran pendidikan
pancasila ditiadakan dan diganti kewarganegaraan dirubah menjadi
dengan matapelajaran pendidikan pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan. kewarganegaraan.
NO Perbedaan Kurikulum KTSP Kurikulum 2013

5 Implementasi Dalam kurikulum 2006, sistem Dalam kurikulum 2013, sistem yang
kurikulum yang digunakan adalah digunakan adalah peminatan.
penjurusan.
7 Beban belajar Beban belajar siswa terlalu berat Beban belajar siswa lebih sedikit dan
siswa karena banyaknya matapelajaran disesuaikan dengan kemampuan
yang terlalu kompleks melebihi siswa
kemampuan siswa.
8 Proses Berfokus pada pengetahuan Berbasis kemampuan
penilaian melalui penilaian output Melalui penilaian proses dan output
10 Penilaian Menekankan aspek kognitif Menekankan aspek kognitif, afektif,
Test menjadi cara penilaian yang psikomotorik secara proporsional
dominan Penilaian test dan portofolio saling
melengkapi
11 Pendidikdan Memenuhi kompetensi profesi Memenuhi kompetensi profesi,
Tenaga saja Fokus pada ukuran kinerja pedagogi, sosial, dan personal
Kependidikan PTK motivasi mengajar
12 Pengelolaan Satuan pendidikan mempunyai Pemerintah Pusat dan Daerah
Kurikulum kebebasan dalam pengelolaan memiliki kendali kualitas dalam
kurikulum terdapat pelaksanaan kurikulum di tingkat
kecenderungan satuan satuan pendidika Satuan pendidikan
pendidikan menyusun kurikulum mampu menyusun
tanpa Kurikulum dengan
Mempertimbangkan kondisi mempertimbangkan kondisi satuan
satuan pendidikan, kebutuhan pendidikan, kebutuhan pesertadidik,
pesertadidik, dan potensi daerah dan potensi daerah
Pemerintah hanya menyiapkan (Pemerintah Pusat dan Daerah
sampai standar isi matapelajaran memiliki Kendali kualitas dalam
(Satuan pendidikan mempunyai pelaksanaan kurikulum di tingkat
kebebasan dalam pengelolaan satuan pendidikan)
kurikulum)

Itulah beberapa perbedaan & berbandingan antara Kurikulum 2013 dan KTSP. Meskipun
kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun
sebenarnya terdapat kesamaan esensi Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah
(Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa
mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang
sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan
masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan
ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-
pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bias menerapkannya dalam
pembelajaran di kelas.
4. Paradigma Pendidikan Nasional Masa Depan
Paradigma Pendidikan dapat dirumuskan sebagai: ”suatu cara memandang dan
memahami pendidikan, dan dari sudut pandang ini kita mengamati dan memahami masalah-
masalah pendidikan yang dihadapi dan mencari cara mengatasi permasalahan tersebut”.
Sementara “Paradigma pendidikan nasional adalah suatu cara memandang dan memahami
pendidikan nasional, dan dari sudut pandang ini kita mengamati dan memahami masalah dan
permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan nasional, dan mencari cara mengatasi
permasalahan tersebut.” (BSNP, 2010).
Terkait dengan paradigma Pendidikan Nasional ini, Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 telah mengamanatkan empat tujuan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), yakni: melindungi segenap wilayah Indonesia dan seluruh wilayah tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social. Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mewujudkan pembelajaran yang dimaksud,
dalam undang-undang ditegaskan perlu disusun delapan standar nasional pendidikan.
Pertanyaannya adalah: Dengan munculnya berbagai fenomena pendidikan Masa Depan,
mampukah bangsa Indonesia mencapai tujuan/cita-cita luhur yang telah dicanangkan oleh
para pendiri NKRI ini? Tentunya tidak mustahil kita mampu, manakala kita memiliki
sumberdaya manusia (SDM) yang kompeten, yang akan mengantarkan bangsa Indonesia
menjadi kekuatan ekonomi dunia yang patut diperhitungkan. Namun jika SDM yang kita
miliki kurang memiliki kompetensi yang memadai, maka potensi itu justru akan menjadi
beban berat luar biasa bagi negara. Maka langkah tepat dan cepat perlu diambil untuk
menjamin terbentuknya generasi yang kompeten sesuai dengan tuntutan perkembangan, salah
satunya adalah selalu melakukan pengembangan kurikulum dari waktu ke waktu.
Terkait dengan Kurikulum Masa Depan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
sebagaimana dimuat dalam Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21, dikemukakan,
paradigma pendidikan yang demokratis, bernuansa permainan, penuh keterbukaan,
menantang, melatih rasa tanggung jawab, akan merangsang anak didik untuk datang ke
sekolah atau ke kampus karena senang, bukan karena terpaksa. Meminjam kata-kata Ackoff
& Greenberg (2008): “Education does not depend on teaching, but rather on the self-
motivated, curiosity and self- initiated actions of the learner.” (BSNP, 2010).
Dengan mengacu pada paradigma pendidikan serta paradigma pendidikan nasional,
BSNP merumuskan 8 paradigma pendidikan nasional Masa Depan sebagai berikut:
a) Untuk menghadapi di Abad-21 yang makin syarat dengan teknologi dan sains dalam
masyarakat global di dunia ini, maka pendidikan kita haruslah berorientasi pada
matematika dan sains disertai dengan sains sosial dan kemanusiaan (humaniora)
dengan keseimbangan yang wajar.
b) Pendidikan bukan hanya membuat seorang peserta didik berpengetahuan, melainkan
juga menganut sikap keilmuan dan terhadap ilmu dan teknologi, yaitu kritis, logis,
inventif dan inovatif, serta konsisten, namun disertai pula dengan kemampuan
beradaptasi. Di samping memberikan ilmu dan teknologi, pendidikan ini harus
disertai dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan menumbuh kembangkan sikap
terpuji untuk hidup dalam masyarakat yang sejahtera dan bahagia di lingkup nasional
maupun di lingkup antarbangsa dengan saling menghormati dan saling dihormati.
c) Untuk mencapai ini mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah
dan pendidikan tinggi haruslah merupakan suatu sistem yang tersambung erat tanpa
celah, setiap jenjang menunjang penuh jenjang berikutnya, menuju ke frontier ilmu.
Namun demikian, penting pula pada akhir setiap jenjang, di samping jenjang untuk ke
pendidikan berikutnya, terbuka pula jenjang untuk langsung terjun ke masyarakat.
d) Bagaimanapun juga, pada setiap jenjang pendidikan perlu ditanamkan jiwa
kemandirian, karena kemandirian pribadi mendasari kemandirian bangsa,
kemandirian dalam melakukan kerjasama yang saling menghargai dan menghormati,
untuk kepentingan bangsa.
e) Khusus di perguruan tinggi, dalam menghadapi konvergensi berbagai bidang ilmu dan
teknologi, maka perlu dihindarkan spesialisasi yang terlalu awal dan terlalu tajam.
f) Dalam pelaksanaan pendidikan perlu diperhatikan kebhinnekaan etnis, budaya,
agama dan sosial, terutama di jenjang pendidikan awal. Namun demikian,
pelaksanaan pendidikan yang berbeda ini diarahkan menuju ke satu pola pendidikan
nasional yang bermutu.
g) Untuk memungkinkan seluruh warganegara mengenyam pendidikan sampai ke
jenjang pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya, pada dasarnya pendidikan
harus dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dengan mengikuti kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah (pusat dan daerah).
h) Untuk menjamin terlaksananya pendidikan yang berkualitas, sistem monitoring yang
benar dan evaluasi yang berkesinambungan perlu dikembangkan dan dilaksanakan
dengan konsisten. Lembaga pendidikan yang tudak menunjukkan kinerja yang baik
harus dihentikan (BSNP, 2010).

Tujuan Pendidikan Nasional di masa depan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan


dan kebahagiaan bagi seluruh rakyatnya, dan hidup sejajar dan terhormat di kalangan bangsa-
bangsa lain. Demikian pula bangsa Indonesia bercita-cita untuk hidup dalam kesejahteraan
dan kebahagiaan, duduk sama rendah dan tegak sama tinggi serta terhormat di kalangan
bangsa-bangsa lain di dunia global. Semua ini dapat dan harus dicapai dengan kemauan dan
kemampuan sendiri, yang hanya dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan yang harus
diikuti oleh seluruh anak bangsa. Tujuan pendidikan nasional Masa Depan/Abad-21
dirumuskan sebagai berikut ini. Pendidikan Nasional di Abad- 21 bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan
bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia
global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang
berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan
cita-cita bangsanya. (BSNP, 2010).

C. Simpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. KTSP yang merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007). KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang
sedang dalam tahap perencanaan dan saat ini sedang dalam proses pelaksanaan oleh
pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari struktur kurikulum KTSP. Perubahan ini
dilakukan karena banyaknnya masalah dan salah satu upaya untuk memperbaiki kurikulum
yang kurang tepat. Tujuan Pendidikan Nasional di masa depan adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh rakyatnya, dan hidup sejajar dan terhormat di
kalangan bangsa-bangsa lain. Demikian pula bangsa Indonesia bercita-cita untuk hidup dalam
kesejahteraan dan kebahagiaan, duduk sama rendah dan tegak sama tinggi serta terhormat di
kalangan bangsa-bangsa lain di dunia global.

Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21.
Jakarta:BSNP.
Hasibuan, H. (2010). Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.
Herry, et al,. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2013). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya.
Muslich, M. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan
2).
Sukmadinata & Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Zaini, H. (2015). Karakteristik kurikulum 2013 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). El-Idare: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(01), 15-31.

Anda mungkin juga menyukai