Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga Makalah Bahan Konstruksi Teknik Kimia yang berjudul “ KONSEP
DASAR BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang: kata pengantar, pendahuluan, isi, serta kesimpulan. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Konsep Dasar Bahan Konstruksi Teknik Kimia.
Penyusunan Makalah Kimia Organik ini pun tidak luput dari bantuan maupun kerja sama dengan pihak lain.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Panca Nugrahini F., S.T., M.T. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep Dasar Bahan Konstruksi Teknik
Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.
2. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu di
sini. Atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah.
Akhir kata, semoga bantuan serta dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak di atas dapat menjadi amalan
yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
ISI
HALAMAN
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam konteks peningkatan nilai tambah, informasi tentang teknologi baru sangat mudah diperoleh. Apabila kita tidak dapat
melakukan inovasi teknologi, kita dapat melakukan imitasi teknologi. Banyak contoh negara maju yang mengambil manfaat
pengetahuan dan teknologi dari negara lain, memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkannya. Banyak negara maju mengawali
pembangunannya dari industri sumber daya alam termasuk mineral dan energi, didukung dengan kemajuan pendidikan dan riset yang
banyak menciptakan inovasi pengolahan, pemurnian dan ilmu bahan. Pasal 33 UUD 1945, sumber daya alam harus memberikan
manfaat yang sebesar besarnya kepada rakyat. Oleh sebab itu nilai sumber daya mineral harus ditingkatkan terus agar memberikan
manfaat ekonomi dan sosial yang lebih besar. Sumber daya alam harus dipandang sebagai aset, modal pertumbuhan ekonomi, bukan
sekadar sumber penerimaan. Manajemen sumber daya mineral memprioritaskan pengendalian penggunaannya dalam rangka
peningkatan nilai tambah. Ekspor bahan mentah telah berlangsung lama, (bijih bauksit sejak 1938 tanpa mampu diolah hingga 2013).
Indonesia eksportir timah terbesar di dunia berabad abad lamanya, baru saat ini mampu membangun industri berbasis timah dengan
berbagai variasi produk. Indonesia pengekspor bijih nikel terbesar (60 juta di th 2013), namun sangat terbatas yang telah dimurnikan
1.2 TUJUAN
Adapun rumusan masalah dari pembentukan makalah ini antara lain :
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan galian atau Mineral Dressing adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk proses pengolahan
semua jenis bahan galian/mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan
menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral
kurang berharga, yang terdapat bersama-sama dalam alam. Dengan demikian istilah Mineral Dressing dapat juga
meliputi :
Mineral Dressing, yaitu proses pengolahan bahan galian anorganik secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat
kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau perubahan hanya sebagian dari sifat fisik mineral tersebut.
Extractive Metallurgy, juga merupakan pengolahan bahan galian aborganik, tetapi dalam prosesnya mineral-
mineral tersebut mengalami perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral
tersebut.
Fuel Technology, yaitu proses pengolahan bahan galian organic dimana dalam prosesnya mengalami perubahan
seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral tersebut.
Secara umum Mineral Dressing adalah suatu proses pengolahan bahan galian/mineral hasil penambangan guna
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga, yang terdapatnya bersama-sama
(gangue mineral). Proses Pengolahan berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari
mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang berubah. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan, memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral tersebut, sehingga terjadi liberasi sempurna dari partikel-
partikel yang tidak sejenis satu sama lain. Memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimianya atau
berbeda sifat fisiknyaPengolahan.
2
c) Consolidation trickling, yaitu terjadi pada akhir pengendapan, partikel-partikel kecil berusaha mengatur
diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat jenisnya.
a. Prinsip Pemisahan
Dense medium separation (DMS) merupakan proses konsentrasi yang bertujuan memisahkan mineral
berat dari pengotornya, biasanya mineral ringan dengan menggunakan media pemisahan yang tidak hanya
terdiri dari air saja. Dua produk yang dihasilkan berupa apungan (float) dan endapan (sink). Secara skematik
pemisahan pada proses DMS ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Teknik pemisahan antara apungan dan endapan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
antara lain :
1. Medium yang diam.
2. Medium yang selalu diaduk .
3. Memakai dua medium yang berbeda densitasnya.
4. Pemisahan dengan bantuan gaya sentrifugal.
5. Digunakan cairan berat sebagai medium.
6. Autogenous media (mineral itu sendiri sebagai media).
b. Media Pemisahan
Secara umum media pemisahan yang akan digunakan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Stabil/ tidak bereaksi
Mudah diperoleh kembali (di-recovery)
Mudah dipisahkan dari produk sink/float
Media pemisahan ini bisa berupa campuran antara air dengan mineral-mineral (padatan) tertentu yang
mempunyai berat jenis cukup tinggi dan berukuran sangat halus sehingga membentuk suspensi atau berupa
larutan berat yang mempunyai berat jenis yang juga cukup tinggi.
Persyaratan mineral (padatan) agar dapat digunakan sebagai media pemisahan, disamping syarat-syarat
yang telah disebutkan di atas adalah:
Mempunyai kekerasan tertentu
Tidak mudah mengendap
Tidak mengotori mineral yang akan dipisahkan
Sifat kimia stabil
Berat jenis tinggi
a. Prinsip Pemisahan
3
Konsentrasi elektrostatik merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat mudah
dan sukarnya mineral untuk menghantarkan arus listrik (sifat konduktor dan non-konduktor). Konsentrasi
elektrostatik adalah salah satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya
mempergunakan sifat perbedaan kemampuan untuk menghantarkan arus listrik dari mineral-mineral yang
akan dipisahkan.
Konduktor adalah bahan yang dapat dengan mudah menghantarkan arus listrik (elektron), sedangkan
non-konduktor bersifat sebaliknya. Hambatan pemakaian proses ini antara lain:
Hanya untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar
Proses harus kering sehingga timbul masalah dengan debu yang berter
Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain:
Magnetite (Fe3O4)
Galena (PbS)
Kasiterit (SnO2)
Pyrite (FeS2)
Molybdenite (MoS2)
Ilmenite (FeTiO3)
Wolframite [(Fe,M) WO4]
Pemisahan berdasarkan sifat konduktivitas bahan ini dibagi dua:
a) Electrodynamic separation (high tension separation)
b) Electrostatic separation
Plate electrostatic separator
Screen electrostatic separator
Secara skematik perbedaan antara electro dynamic separation (high tension separation) danelectrostatic
separation dapat dilihat pada Gambar
4
b. Konfigurasi
Beberapa kemungkinan konfigurasi dari pemasangan electrostatic separatordalam proses konsentrasi dapat
dilihat pada Gambar
5
Sifat kemagnetan (magnetic susceptibility) bahan dapat dibagi atas:
Paramagnetic yaitu bahan-bahan yang dapat tertarik oleh medan magnet. Contoh : hematite, ilmenite,
pyrrhotite.
Diamagnetic yaitu bahan-bahan yang tidak tertarik oleh medan magnet. Contoh : kwarsa, feldspar.
Ferromagnetic yaitu bahan-bahan yang sangat kuat untuk ditarik medan magnet. Contoh : besi,
magnetite.
Konsentrasi magnetik adalah salah satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya
mempergunakan sifat perbedaan kemagnetan dari mineral-mineral yang akan dipisahkan.
Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari:
Induced roll dry magnetic separator.
Wet drum low density magnetic separator yang arah alirannya dapat berbentukconcurrent,
countercurrent, counter rotation.
Dan letak dari magnetnya bisa berbentuk suspended magnets, suspended magnets with continuous removal,
cobbing drum
6
a. Proses Pengapungan
Kondisi utama agar proses flotasi berlangsung dengan baik yaitu adanya partikel-partikel tertentu
(yang akan diapungkan) menempel pada gelembung udara kemudian bersama-sama naik ke permukaan.
Syarat agar hal ini dipenuhi antara lain:
Ukuran partikel harus cukup kecil.
Ukuran partikel untuk proses flotasi biasanya lebih kecil dari 65 mesh tetapi lebih besar dari 10 m,
kecuali untuk batubara ukuran terkecilnya bisa sampai 20 mesh.
Gelembung harus cukup besar.
Sifat-sifat fisik yang menentukan apakah partikel menempel pada gelembung atau tidak.
Partikel yang akan diapungkan harus bersifat hidrophobic, sedangkan partikel yang tidak diapungkan
harus bersifat hidrophilic. Keterapungan (floatability) dari suatu partikel ditentukan oleh
kecenderungannya untuk menempel pada permukaan gelembung udara, dan ini terutama tergantung pada
sifat-sifat permukaan partikel. Massa jenis dan sifat-sifat fisika lainnya memegang peranan yang sangat
kecil.
Perlekatan partikel pada gelembung udara dalam media air tergantung pada laju penipisan air antara
gelembung dan permukaan partikel. Perlekatan partikel pada gelembung udara diperlihatkan pada Gambar
berikut
Proses perlekatan partikel pada gelembung udara dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
Partikel - gelembung udara saling mendekati, menghasilkan suatu lapis tipis diantaranya. Di daerah ini
partikel bergerak menurut hukum hidrodinamika.
Penipisan lapis tipis air. Daerah ini disebut lapis diffusion bonding.
Hilangnya lapis tipis air. Gerakan partikel dikendalikan oleh gaya interaksi lapis rangkap dan gaya
interaksi molekul. Perlekatan diawali dengan terbentuknya kontak tiga fas yang dengan cepat meluas.
b. Reagen Kimia
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa syarat utama berlangsungnya flotasi denganbaik adalah
adanya partikel yang bersifat hidrofobik (suka udara) dan partikel lainnya bersifat hidrofilik (suka air).
Mineral-mineral yang bersifat suka udara (tidak dibasahi) terdapat di alam dalam jumlah yang sangat
terbatas, misalnya S (sulfur) dan batubara. Hampir semua mineral di alam ini dapat dibasahi sehingga
untuk memperoleh mineral yang tidak dapat dibasahi maka perlu ditambahkan reagen kimia.
Reagen kimia digunakan dalam proses flotasi untuk menciptakan suatu kondisi agar proses flotasi
berlangsung dengan baik. Setiap reagen kimia yang ditambahkan mempunyai fungsi yang spesifik. Ada
tiga kelompok utama reagen kimia yang biasa digunakan dalam proses flotasi yaitu
kolektor, frother (pembuih), dan modifier.
Kolektor
Kolektor merupakan reagen kimia yang dapat mengubah permukaan mineral yang semula hidrofilik
(dapat dibasahi) menjadi hidrofobik (tidak dapat dibasahi). Beberapa contoh kolektor yang sering dipakai
dalam proses flotasi dapat dilihat pada Gambar
Banyaknya pemakaian (dosis) kolektor yang dipakai tergantung pada faktor-faktor berikut :
1. Total luas permukaan partikel yang akan diselimuti (merupakan fungsi dari kadar dan ukuran
partikel). Semakin besar kadar maka pemakaian akan semakin banyak dan semakin halus ukuran
partikel maka pemakaian juga semakin banyak.
2. Ion-ion yang ada dalam pulp yang berinteraksi dengan kolektor. Ion-ion ini mengganggu sehingga
perlu dihilangkan terlebih dulu sebelum penambahan kolektor. Ion-ion ini disebut ion-ion
pengganggu.
7
3. Tingkat oksidasi permukaan mineral. Jika seluruh permukaan mineral teroksidasi maka kolektor
tidak lagi bekerja dengan baik (tidak berfungsi). Jadi bijih sulfida yang masih segar harus disimpan
dengan baik agar tidak teroksidasi.
Frother (Pembuih)
Frother merupakan reagen kimia yang digunakan dalam proses flotasi yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga mudah membentuk gelembung yang relatif stabil. Beberapa
contoh frother yang banyak digunakan dalam proses flotasi dapat dilihat pada Gambar
8
Selama masa pengapungan, gelembung yang terbentuk harus stabil/ tidak pecah dan setelah keluar
dari sel flotasi gelembung tersebut pecah sehingga partikel-partikel yang menempel pada gelembung
tersebut bisa ditampung. Jika setelah keluar dari sel flotasi gelembung masih tetap stabil atau gelembung
belum pecah maka akan menyulitkan dalam penanganan material yang diapungkan maupun penanganan
untuk proses berikutnya seperti drying (pengeringan), filtering, dan lain-lain. Disamping dapat
menstabilkan gelembung, frother yang baik harus dapat larut dalam air (mempunyai daya larut yang
tinggi).
Modifier
Modifier atau regulator merupakan reagen kimia lain (selain kolektor danfrother) yang
ditambahkan dalam proses flotasi yang berfungsi mengatur lingkungan yang sesuai dengan lingkungan
flotasi sehingga selektifitas kolektor menjadi bertambah baik dan dengan demikian dapat
memperbaiki recovery(perolehan) proses flotasi. Modifier terdiri dari macam-macam reagen, yaitu:
pHregulator, depresant, activator, dan dispersant.
pH Regulator : reagen kimia yang berfungsi untuk mengatur pH lingkungan flotasi. pH regulator perlu
ditambahkan dalam proses flotasi karena mineral mengapung dengan baik pada pH tertentu, reagen lebih
stabil pada pH tertentu, dan kolektor juga bekerja dengan baik pada pH tertentu. pH dimana mineral-
mineral dapat mengapung dengan baik disebut pH kritis. pH kritis dari suatu mineral tergantung pada
macam kolektor yang dipakai dan konsentrasi (jumlah pemakaian) dari kolektor. Ada dua jenis
pH regulator, yaitu:
1. pH regulator asam, yaitu pH regulator dalam lingkungan asam. Contoh: H2SO4
2. pH regulator basa, yaitu pH regulator dalam lingkungan basa. Contoh: lime(CaO), soda abu
(Na2CO3), NaOH
Depresant : reagen kimia yang berfungsi untuk mencegah interaksi kolektor terhadap mineral tertentu
sehingga mineral tersebut tetap bersifat hidrofilik agar tidak terapungkan. Beberapa
contoh depresant adalah:
ZnSO4 → untuk mendepress sphalerit (ZnS) pada pH cukup tinggi (sekitar pH = 9-11)
NaCN → untuk mendepress sphalerit, pirit, Au, Ag
Activator: reagen yang berfungsi membantu kolektor agar interaksi kolektor dengan mineral tersebut
bekerja dengan baik. Contoh activator adalah:
CuSO4 → ion-ion Cu++ diadsorpsi (diserap) oleh permukaan mineral yang sebelumnya bekerja
kurang baik dengan kolektor. Dengan diserapnya ion-ion Cu++ pada permukaan mineral akhirnya mineral
tersebut menjadi hidrofobik (suka udara)
Na2S.9H2O → ion-ion S2- diadsorp oleh permukaan mineral sulfida yang berubah menjadi
oksida sehingga permukaan mineral menjadi sulfida lagi.
Dispersant: reagen kimia yang berfungsi untuk melepas penempelan partikel-partikel halus (slimes
coating) pada permukaan mineral yang akan diapungkan. Contoh: sodium silikat
(mNa2O.nSiO2) → penambahan sodium silikat tidak boleh berlebihan karena mempunyai efek terhadap
gelembung udara (gelembung udara cepat pecah).
C. Operasi Flotasi
Conditioning dan Aerasi
Operasi atau proses flotasi sebenarnya terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Conditioning
Conditioning merupakan tahapan dari flotasi dimana permukaan mineral yang berada
dalam pulp diolah dengan reagen kimia sedemikian rupa sehingga apabila diberi udara maka mineral
tertentu akan mengapung dan mineral lainnya akan tenggelam agar proses flotasi berlangsung dengan
baik. Prosesconditioning dilakukan dalam alat yang disebut conditioner. Mekanisme yang diperlukan
pada conditioning yaitu:
Pengadukan.
Reagen terdispersi (tersebar) ke seluruh pulp.
Kontak berulang-ulang antara molekul-molekul reagen dengan partikel-partikel mineral.
9
Harus cukup waktu kontak agar interaksi reagen dengan partikel berlangsung baik. Waktu yang
diperlukan di sini disebut waktu conditioning.
Tidak ada udara yang masuk.
2. Proses aerasi
Proses aerasi merupakan tahapan proses flotasi dengan memasukkan aliran udara ke dalam pulp
yang telah mengalami conditioning, sehingga timbul gelembung-gelembung udara dalam pulp. Pada
proses aerasi ini partikel-partikel mineral yang bersifat hidrofobik (suka udara) akan menempel pada
gelembung udara kemudian naik ke atas dan keluar bersama-sama. Apungan ini selanjutnya
ditampung, gelembung udara pecah dan tinggal padatannya. Partikel-partikel mineral yang bersifat
hidrofilik (suka air) akan tetap tenggelam dan menjadi produktan berupa endapan. Dengan demikian
dapat dipisahkan antara apungan (froth) dan endapan (sink). Mekanisme operasi flotasi dan zona-zona
yang terjadi dalam proses flotasi dapat digambarkan seperti pada Gambar
10
flotation, pada selective flotation pada setiap tahapnya dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga
peralatan yang dipakai juga lebih banyak.
Beberapa proses flotasi yang lain, secara skematik dapat dilihat pada Gambar
a. Froth flotation
b. Ultraflotation
c. Oil atau emultion flotation
d. Agglomerate atau floc flotation
e. Liquid-liquid atau ekstraksi 2-liquid
11
5. Reagen flotasi
Reagen flotasi baik jenis maupun jumlah (dosisnya) seperti telah dijelaskan sebelumnya akan
sangat mempengaruhi keberhasilan proses flotasi. Jenis maupun jumlah reagen flotasi baik itu
kolektor, frother, maupun modifier harus betul-betul sesuai penggunaannya untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
6. Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara
Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara pada proses flotasi akan optimal pada
harga-harga tertentu.
Hubungan antara ukuran partikel dan % kadar air terhadap berbagai peralatan pengeringan
1. Drum filter
12
Drum filter terdiri dari drum silinder mendatar yang berputar. Filter ini menggunakan mempunyai
diameter sekitar 1–4,5 m dengan luas penyaringan antara 1–80 m3
Drum filter
2. Discs filter
Disc filter terdiri dari beberapa cakram yang sebagian tercelup dalam lumpur (slurry), dan tertanan pada
saft secara teratur. Masing-masing cakram dibagi menjadi segmen-segmen. Tiap filter bisa memiliki 1 –
12 cakram dengan diameter mencapai 5 m atau seluas 30 m persegi permukaan filter per cakram. Filter
cakram ini harganya murah dan sangat kompak. Kelemahannya adalah tidak mampu mencuci secara
efektif, namun hal ini tidak penting dalam proses filtrasi konsentrat.
Filter cakram
3. Belt Filter
Belt filter dicirikan oleh permukaan saringan mendatar dalam bentuk sabuk, meja atau sederet panci
yang disusun secara sirkular atau linier
13
Belt Filter
4. Pressure filter, misalnya: Merrill plate and frame filter, kelly pressure filter, burt revolving filter
Beberapa alat pengering yang digunakan pada kondisi tertentu yaitu pemisahan sentrifugal dan
alatnya disebut ”centrifuges”. Alat ini cocok untuk pengeringan material hasil olahan yang berukuran sangat
halus. Ada 2 tipe alat centrifuge yang umum yaitu ”solid bowl” dan ”perforated basket”
14
Vibrating Basket centrifuge
Metode pengeringan lainnya yang biasa digunakan adalah thermal draying. Karena pengurangan
kadar air secara mekanis jarang dapat menurunkan kadar air di bawah 25 % volume. Apabila diinginkan hal
tersebut, maka diperlukan pengeringan dengan cara pemanasan. Alat yang digunakan pada proses ini seperti
fluidized bed drayer. Alat ini cocok untuk pengeringan material halus. Temperatur pemanasan bisa mencapai
300oC.
15
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/132579690/Materi-Pengolahan-Bahan-Galian
http://lovelypidh.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://berjuang-di.blogspot.com/2013/10/pengolahan-bahan-galian-industri.html
http://fileq.wordpress.com/category/dunia-pertambagan/pengolahan-bahan-galian/page/2
17