Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA

“BAHAN – BAHAN GALIAN YANG DIGUNAKAN DALAM KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA”

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia

Dosen Pengampu : Panca Nugrahini F., S.T., M.T.

Disusun Oleh Kelompok 7 :

Nadhine Salsabila Ramadhani 2315041071


Syahdan Attamimul Farij 2315041072
Athallah Dzaky Awani 2315041073
Dhea Nur Azizia 2315041074

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga Makalah Bahan Konstruksi Teknik Kimia yang berjudul “ KONSEP
DASAR BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang: kata pengantar, pendahuluan, isi, serta kesimpulan. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Konsep Dasar Bahan Konstruksi Teknik Kimia.
Penyusunan Makalah Kimia Organik ini pun tidak luput dari bantuan maupun kerja sama dengan pihak lain.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Panca Nugrahini F., S.T., M.T. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep Dasar Bahan Konstruksi Teknik
Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.
2. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu di
sini. Atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah.
Akhir kata, semoga bantuan serta dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak di atas dapat menjadi amalan
yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa

Bandar Lampung, 25 Februari 2024

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

ISI
HALAMAN

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam konteks peningkatan nilai tambah, informasi tentang teknologi baru sangat mudah diperoleh. Apabila kita tidak dapat
melakukan inovasi teknologi, kita dapat melakukan imitasi teknologi. Banyak contoh negara maju yang mengambil manfaat
pengetahuan dan teknologi dari negara lain, memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkannya. Banyak negara maju mengawali
pembangunannya dari industri sumber daya alam termasuk mineral dan energi, didukung dengan kemajuan pendidikan dan riset yang
banyak menciptakan inovasi pengolahan, pemurnian dan ilmu bahan. Pasal 33 UUD 1945, sumber daya alam harus memberikan
manfaat yang sebesar besarnya kepada rakyat. Oleh sebab itu nilai sumber daya mineral harus ditingkatkan terus agar memberikan
manfaat ekonomi dan sosial yang lebih besar. Sumber daya alam harus dipandang sebagai aset, modal pertumbuhan ekonomi, bukan
sekadar sumber penerimaan. Manajemen sumber daya mineral memprioritaskan pengendalian penggunaannya dalam rangka
peningkatan nilai tambah. Ekspor bahan mentah telah berlangsung lama, (bijih bauksit sejak 1938 tanpa mampu diolah hingga 2013).
Indonesia eksportir timah terbesar di dunia berabad abad lamanya, baru saat ini mampu membangun industri berbasis timah dengan
berbagai variasi produk. Indonesia pengekspor bijih nikel terbesar (60 juta di th 2013), namun sangat terbatas yang telah dimurnikan
1.2 TUJUAN
Adapun rumusan masalah dari pembentukan makalah ini antara lain :

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengolahan Bahan Galian

Bahan galian atau Mineral Dressing adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk proses pengolahan
semua jenis bahan galian/mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan
menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral
kurang berharga, yang terdapat bersama-sama dalam alam. Dengan demikian istilah Mineral Dressing dapat juga
meliputi :
 Mineral Dressing, yaitu proses pengolahan bahan galian anorganik secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat
kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau perubahan hanya sebagian dari sifat fisik mineral tersebut.
 Extractive Metallurgy, juga merupakan pengolahan bahan galian aborganik, tetapi dalam prosesnya mineral-
mineral tersebut mengalami perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral
tersebut.
 Fuel Technology, yaitu proses pengolahan bahan galian organic dimana dalam prosesnya mengalami perubahan
seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral tersebut.
Secara umum Mineral Dressing adalah suatu proses pengolahan bahan galian/mineral hasil penambangan guna
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga, yang terdapatnya bersama-sama
(gangue mineral). Proses Pengolahan berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari
mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang berubah. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan, memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral tersebut, sehingga terjadi liberasi sempurna dari partikel-
partikel yang tidak sejenis satu sama lain. Memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimianya atau
berbeda sifat fisiknyaPengolahan.

2.2 Peningkatan Kadar atau Konsentrasi (Concentration)

2.2.1 Pemilihan (Sorting)


Pemilihan (Sorting) dilakukan dengan proses pemisahan dengan tangan atau secara manual dengan
memilah-milah sesuai ukuran bongkahannya. Apabila terdapat dan terlihat bukan mineral berharga maka
dipisahkan untuk dibuang.

2.2.2 Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)


Proses pemisahan mineral secara gravitasi masih tetap digunakan saat ini terutama untuk endapan plaser
(timah, emas, pasir besi dll). Metode ini bekerja berdasarkan perbedaan Berat Jenis (BJ) antara mineral
berharga dengan mineral gangue. Umumnya mineral-mineral bijih (berharga) memiliki berat jenis yang
tinggi, sedangkan mineral tidak berharga berat jenisnya rendah.
Konsentrasi gravitasi adalah salah satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya
mempergunakan sifat perbedaan densitas dari mineral-mineral yang akan dipisahkan.
Pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya dalam suatu medium fluida, dengan menggunakan perbedaan
kecepatan pengendapan. Berdasarkan gerakan fluida, ada tiga cara pemisahan secara gravitasi :
a) Fluida tenang, contoh: DMS/ HMS (Dense/ Heavy Medium Separation).
b) Gerak fluida horizontal, contoh: sluice box, meja goyang (shaking table), spiral concentrator.
c) Aliran fluida vertikal, contoh: jigging
Konsentrasi gravitasi pada mineral-mineral yang mempunyai perbedaan massa jenis yang menyolok
sehingga terjadi kelompok mineral dengan massa jenis tinggi dan kelompok mineral dengan massa jenis
rendah dan salah satu dari kelompok mineral tersebut akan menjadi konsentrat.
Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi pengendapan bebas ( free
settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang
terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut:
a) Hindered settling classification, yaitu klasifikasi pengendapan terhalang.
b) Differential acceleration, yaitu terjadi pada awal pengendapan, partikel yang berat mengendap lebih
dahulu.

2
c) Consolidation trickling, yaitu terjadi pada akhir pengendapan, partikel-partikel kecil berusaha mengatur
diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat jenisnya.

Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu:


 Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan kadar tinggi.
 Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.
 Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.

2.2.3 Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/ Heavy Medium Separation)

a. Prinsip Pemisahan
Dense medium separation (DMS) merupakan proses konsentrasi yang bertujuan memisahkan mineral
berat dari pengotornya, biasanya mineral ringan dengan menggunakan media pemisahan yang tidak hanya
terdiri dari air saja. Dua produk yang dihasilkan berupa apungan (float) dan endapan (sink). Secara skematik
pemisahan pada proses DMS ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Teknik pemisahan antara apungan dan endapan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
antara lain :
1. Medium yang diam.
2. Medium yang selalu diaduk .
3. Memakai dua medium yang berbeda densitasnya.
4. Pemisahan dengan bantuan gaya sentrifugal.
5. Digunakan cairan berat sebagai medium.
6. Autogenous media (mineral itu sendiri sebagai media).

b. Media Pemisahan
Secara umum media pemisahan yang akan digunakan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
 Stabil/ tidak bereaksi
 Mudah diperoleh kembali (di-recovery)
 Mudah dipisahkan dari produk sink/float
Media pemisahan ini bisa berupa campuran antara air dengan mineral-mineral (padatan) tertentu yang
mempunyai berat jenis cukup tinggi dan berukuran sangat halus sehingga membentuk suspensi atau berupa
larutan berat yang mempunyai berat jenis yang juga cukup tinggi.
Persyaratan mineral (padatan) agar dapat digunakan sebagai media pemisahan, disamping syarat-syarat
yang telah disebutkan di atas adalah:
 Mempunyai kekerasan tertentu
 Tidak mudah mengendap
 Tidak mengotori mineral yang akan dipisahkan
 Sifat kimia stabil
 Berat jenis tinggi

2.2.4 Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

a. Prinsip Pemisahan

3
Konsentrasi elektrostatik merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat mudah
dan sukarnya mineral untuk menghantarkan arus listrik (sifat konduktor dan non-konduktor). Konsentrasi
elektrostatik adalah salah satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya
mempergunakan sifat perbedaan kemampuan untuk menghantarkan arus listrik dari mineral-mineral yang
akan dipisahkan.
Konduktor adalah bahan yang dapat dengan mudah menghantarkan arus listrik (elektron), sedangkan
non-konduktor bersifat sebaliknya. Hambatan pemakaian proses ini antara lain:
 Hanya untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar
Proses harus kering sehingga timbul masalah dengan debu yang berter
Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain:
 Magnetite (Fe3O4)
 Galena (PbS)
 Kasiterit (SnO2)
 Pyrite (FeS2)
 Molybdenite (MoS2)
 Ilmenite (FeTiO3)
 Wolframite [(Fe,M) WO4]
Pemisahan berdasarkan sifat konduktivitas bahan ini dibagi dua:
a) Electrodynamic separation (high tension separation)
b) Electrostatic separation
 Plate electrostatic separator
 Screen electrostatic separator
Secara skematik perbedaan antara electro dynamic separation (high tension separation) danelectrostatic
separation dapat dilihat pada Gambar

Prinsip pemisahan mineral menggunakan elektrostatik separator

Electrodynamic Separator (High Tension Separato) Electrostatic Separator

4
b. Konfigurasi
Beberapa kemungkinan konfigurasi dari pemasangan electrostatic separatordalam proses konsentrasi dapat
dilihat pada Gambar

Skema Kemungkinan Konfigurasi elektrostatik separator

2.2.5 Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)


Konsentrasi magnetik merupakan proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan
yang dimiliki oleh bahan (mineral). Prinsip pemisahan dengan memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan
material ini dapat digambarkan secara skematik seperti terlihat pada Gambar berikut

Skema pemisahan mineral dengan metode magnetik

Prinsip Operasi Magnetic Pulley

5
Sifat kemagnetan (magnetic susceptibility) bahan dapat dibagi atas:
 Paramagnetic yaitu bahan-bahan yang dapat tertarik oleh medan magnet. Contoh : hematite, ilmenite,
pyrrhotite.
 Diamagnetic yaitu bahan-bahan yang tidak tertarik oleh medan magnet. Contoh : kwarsa, feldspar.
 Ferromagnetic yaitu bahan-bahan yang sangat kuat untuk ditarik medan magnet. Contoh : besi,
magnetite.

Konsentrasi magnetik adalah salah satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya
mempergunakan sifat perbedaan kemagnetan dari mineral-mineral yang akan dipisahkan.
Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari:
 Induced roll dry magnetic separator.
 Wet drum low density magnetic separator yang arah alirannya dapat berbentukconcurrent,
countercurrent, counter rotation.
Dan letak dari magnetnya bisa berbentuk suspended magnets, suspended magnets with continuous removal,
cobbing drum

Tramp Iron Magnetic Drum

2.2.6 Konsentrasi secara Flotasi (Flotation Concentration)


Konsentrasi flotasi mendominasi proses pengolahan mineral pada tambang tembaga, emas dan logam
dasar skala besar. Hal ini disebabkan karena proses ini tidak tergantung pada densitas dan perbedaan gaya
gravitasi serta mudah dikendalikan melalui reagenreagen tertentu dalam merubah sifat permukaan mineral.
Selain pada logam, flotasi juga dapat diterapkan pada instalasi pengolahan batubara yang berkukuran
halus. Dalam industri pengolahan mineral, umpan untuk proses flotasi terlebih dahulu melalui penggerusan
dan pengayakan. Karena operasinya dalam kondisi basah, maka penanganan material hasil pengolahan
memerlukan perhatian khusus.
Konsentrasi flotasi adalah salah satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya
mempergunakan sifat perbedaan kemampuan dibasahi oleh air/udara dari mineral-mineral yang akan
dipisahkan.
Dalam pengolahan bahan galian, flotasi didefinisikan sebagai metoda fisika kimia untuk memisahkan
mineral berharga dari yang tidak berharga dengan cara mengapungkan salah satu mineral ke permukaan pulp.
Proses pemisahan mineral berharga dari yang tidak berharga dengan cara pengapungan ini didasarkan pada
sifat permukaan mineral apakah suka terhadap udara (takut air) atau suka terhadap air (takut udara). Mineral
yang diapungkan adalah mineral yang tidak dibasahi (suka udara) disebut mineral hydrophobic, sedangkan
mineral yang tidak diapungkan adalah mineral yang dibasahi (suka air) disebut mineral hidrophilic.

6
a. Proses Pengapungan
Kondisi utama agar proses flotasi berlangsung dengan baik yaitu adanya partikel-partikel tertentu
(yang akan diapungkan) menempel pada gelembung udara kemudian bersama-sama naik ke permukaan.
Syarat agar hal ini dipenuhi antara lain:
 Ukuran partikel harus cukup kecil.
 Ukuran partikel untuk proses flotasi biasanya lebih kecil dari 65 mesh tetapi lebih besar dari 10 m,
kecuali untuk batubara ukuran terkecilnya bisa sampai 20 mesh.
 Gelembung harus cukup besar.
 Sifat-sifat fisik yang menentukan apakah partikel menempel pada gelembung atau tidak.
Partikel yang akan diapungkan harus bersifat hidrophobic, sedangkan partikel yang tidak diapungkan
harus bersifat hidrophilic. Keterapungan (floatability) dari suatu partikel ditentukan oleh
kecenderungannya untuk menempel pada permukaan gelembung udara, dan ini terutama tergantung pada
sifat-sifat permukaan partikel. Massa jenis dan sifat-sifat fisika lainnya memegang peranan yang sangat
kecil.
Perlekatan partikel pada gelembung udara dalam media air tergantung pada laju penipisan air antara
gelembung dan permukaan partikel. Perlekatan partikel pada gelembung udara diperlihatkan pada Gambar
berikut

Perlekatan partikel pada gelembung udara

Proses perlekatan partikel pada gelembung udara dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
 Partikel - gelembung udara saling mendekati, menghasilkan suatu lapis tipis diantaranya. Di daerah ini
partikel bergerak menurut hukum hidrodinamika.
 Penipisan lapis tipis air. Daerah ini disebut lapis diffusion bonding.
 Hilangnya lapis tipis air. Gerakan partikel dikendalikan oleh gaya interaksi lapis rangkap dan gaya
interaksi molekul. Perlekatan diawali dengan terbentuknya kontak tiga fas yang dengan cepat meluas.

b. Reagen Kimia
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa syarat utama berlangsungnya flotasi denganbaik adalah
adanya partikel yang bersifat hidrofobik (suka udara) dan partikel lainnya bersifat hidrofilik (suka air).
Mineral-mineral yang bersifat suka udara (tidak dibasahi) terdapat di alam dalam jumlah yang sangat
terbatas, misalnya S (sulfur) dan batubara. Hampir semua mineral di alam ini dapat dibasahi sehingga
untuk memperoleh mineral yang tidak dapat dibasahi maka perlu ditambahkan reagen kimia.
Reagen kimia digunakan dalam proses flotasi untuk menciptakan suatu kondisi agar proses flotasi
berlangsung dengan baik. Setiap reagen kimia yang ditambahkan mempunyai fungsi yang spesifik. Ada
tiga kelompok utama reagen kimia yang biasa digunakan dalam proses flotasi yaitu
kolektor, frother (pembuih), dan modifier.

Kolektor
Kolektor merupakan reagen kimia yang dapat mengubah permukaan mineral yang semula hidrofilik
(dapat dibasahi) menjadi hidrofobik (tidak dapat dibasahi). Beberapa contoh kolektor yang sering dipakai
dalam proses flotasi dapat dilihat pada Gambar
Banyaknya pemakaian (dosis) kolektor yang dipakai tergantung pada faktor-faktor berikut :
1. Total luas permukaan partikel yang akan diselimuti (merupakan fungsi dari kadar dan ukuran
partikel). Semakin besar kadar maka pemakaian akan semakin banyak dan semakin halus ukuran
partikel maka pemakaian juga semakin banyak.
2. Ion-ion yang ada dalam pulp yang berinteraksi dengan kolektor. Ion-ion ini mengganggu sehingga
perlu dihilangkan terlebih dulu sebelum penambahan kolektor. Ion-ion ini disebut ion-ion
pengganggu.

7
3. Tingkat oksidasi permukaan mineral. Jika seluruh permukaan mineral teroksidasi maka kolektor
tidak lagi bekerja dengan baik (tidak berfungsi). Jadi bijih sulfida yang masih segar harus disimpan
dengan baik agar tidak teroksidasi.

Kolektor yang umum digunakan dalam proses flotasi


Rectangular Suspended Magnet

Frother (Pembuih)
Frother merupakan reagen kimia yang digunakan dalam proses flotasi yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga mudah membentuk gelembung yang relatif stabil. Beberapa
contoh frother yang banyak digunakan dalam proses flotasi dapat dilihat pada Gambar

Frother yang umum digunakan dalam proses flotasi

8
Selama masa pengapungan, gelembung yang terbentuk harus stabil/ tidak pecah dan setelah keluar
dari sel flotasi gelembung tersebut pecah sehingga partikel-partikel yang menempel pada gelembung
tersebut bisa ditampung. Jika setelah keluar dari sel flotasi gelembung masih tetap stabil atau gelembung
belum pecah maka akan menyulitkan dalam penanganan material yang diapungkan maupun penanganan
untuk proses berikutnya seperti drying (pengeringan), filtering, dan lain-lain. Disamping dapat
menstabilkan gelembung, frother yang baik harus dapat larut dalam air (mempunyai daya larut yang
tinggi).

Modifier
Modifier atau regulator merupakan reagen kimia lain (selain kolektor danfrother) yang
ditambahkan dalam proses flotasi yang berfungsi mengatur lingkungan yang sesuai dengan lingkungan
flotasi sehingga selektifitas kolektor menjadi bertambah baik dan dengan demikian dapat
memperbaiki recovery(perolehan) proses flotasi. Modifier terdiri dari macam-macam reagen, yaitu:
pHregulator, depresant, activator, dan dispersant.

pH Regulator : reagen kimia yang berfungsi untuk mengatur pH lingkungan flotasi. pH regulator perlu
ditambahkan dalam proses flotasi karena mineral mengapung dengan baik pada pH tertentu, reagen lebih
stabil pada pH tertentu, dan kolektor juga bekerja dengan baik pada pH tertentu. pH dimana mineral-
mineral dapat mengapung dengan baik disebut pH kritis. pH kritis dari suatu mineral tergantung pada
macam kolektor yang dipakai dan konsentrasi (jumlah pemakaian) dari kolektor. Ada dua jenis
pH regulator, yaitu:
1. pH regulator asam, yaitu pH regulator dalam lingkungan asam. Contoh: H2SO4
2. pH regulator basa, yaitu pH regulator dalam lingkungan basa. Contoh: lime(CaO), soda abu
(Na2CO3), NaOH

Depresant : reagen kimia yang berfungsi untuk mencegah interaksi kolektor terhadap mineral tertentu
sehingga mineral tersebut tetap bersifat hidrofilik agar tidak terapungkan. Beberapa
contoh depresant adalah:
 ZnSO4 → untuk mendepress sphalerit (ZnS) pada pH cukup tinggi (sekitar pH = 9-11)
 NaCN → untuk mendepress sphalerit, pirit, Au, Ag

Activator: reagen yang berfungsi membantu kolektor agar interaksi kolektor dengan mineral tersebut
bekerja dengan baik. Contoh activator adalah:
 CuSO4 → ion-ion Cu++ diadsorpsi (diserap) oleh permukaan mineral yang sebelumnya bekerja
kurang baik dengan kolektor. Dengan diserapnya ion-ion Cu++ pada permukaan mineral akhirnya mineral
tersebut menjadi hidrofobik (suka udara)
 Na2S.9H2O → ion-ion S2- diadsorp oleh permukaan mineral sulfida yang berubah menjadi
oksida sehingga permukaan mineral menjadi sulfida lagi.

Dispersant: reagen kimia yang berfungsi untuk melepas penempelan partikel-partikel halus (slimes
coating) pada permukaan mineral yang akan diapungkan. Contoh: sodium silikat
(mNa2O.nSiO2) → penambahan sodium silikat tidak boleh berlebihan karena mempunyai efek terhadap
gelembung udara (gelembung udara cepat pecah).

C. Operasi Flotasi
Conditioning dan Aerasi
Operasi atau proses flotasi sebenarnya terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Conditioning
Conditioning merupakan tahapan dari flotasi dimana permukaan mineral yang berada
dalam pulp diolah dengan reagen kimia sedemikian rupa sehingga apabila diberi udara maka mineral
tertentu akan mengapung dan mineral lainnya akan tenggelam agar proses flotasi berlangsung dengan
baik. Prosesconditioning dilakukan dalam alat yang disebut conditioner. Mekanisme yang diperlukan
pada conditioning yaitu:
 Pengadukan.
 Reagen terdispersi (tersebar) ke seluruh pulp.
 Kontak berulang-ulang antara molekul-molekul reagen dengan partikel-partikel mineral.

9
 Harus cukup waktu kontak agar interaksi reagen dengan partikel berlangsung baik. Waktu yang
diperlukan di sini disebut waktu conditioning.
 Tidak ada udara yang masuk.

2. Proses aerasi
Proses aerasi merupakan tahapan proses flotasi dengan memasukkan aliran udara ke dalam pulp
yang telah mengalami conditioning, sehingga timbul gelembung-gelembung udara dalam pulp. Pada
proses aerasi ini partikel-partikel mineral yang bersifat hidrofobik (suka udara) akan menempel pada
gelembung udara kemudian naik ke atas dan keluar bersama-sama. Apungan ini selanjutnya
ditampung, gelembung udara pecah dan tinggal padatannya. Partikel-partikel mineral yang bersifat
hidrofilik (suka air) akan tetap tenggelam dan menjadi produktan berupa endapan. Dengan demikian
dapat dipisahkan antara apungan (froth) dan endapan (sink). Mekanisme operasi flotasi dan zona-zona
yang terjadi dalam proses flotasi dapat digambarkan seperti pada Gambar

Mekanisme flotasi dan zona-zona dalam proses flotasi


(contoh pada mesin flotasi denver sub-A)

Jenis-jenis Proses Flotasi


Jenis-jenis proses flotasi antara lain:
1. Flotasi ruah (bulk flotation); Flotasi ruah merupakan proses flotasi yang mengapungkan
sekelompok mineral. Produkta berupa konsentrat dan tailing. Sebagai contoh adalah bijih kompleks
Pb-Cu-Zn. Jika pada bijih kompleks ini dilakukan flotasi ruah maka akan didapatkan konsentrat dan
tailing. Konsentrat tetap mengandung Pb-Cu-Zn tetapi dengan kadar yang lebih tinggi.
2. Differential flotation; Pada differential flotation, dilakukan proses flotasi secara bertahap terhadap
konsentrat dari flotasi ruah. Flotasi tahap pertama akan dihasilkan apungan berupa misalnya
konsentrat Pb dan endapan yang masih banyak mengandung Cu dan Zn. Pada tahap kedua, endapan
diolah (dilakukan proses flotasi) untuk menghasilkan apungan berupa konsentrat Cu dan endapan
yang masih banyak mengandung Zn. Pada tahap ketiga dilakukan proses flotasi pada endapan yang
masih banyakmengandung Zn, dihasilkan apungan berupa konsentrat Zn dan endapan yang
merupakan tailing akhir.
3. Selective flotation; Pada selective flotation, dilakukan proses flotasi seperti pada prosesdifferential
flotation tetapi tanpa dilakukan proses flotasi ruah terlebih dahulu. Berbeda dengan differential

10
flotation, pada selective flotation pada setiap tahapnya dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga
peralatan yang dipakai juga lebih banyak.

Beberapa proses flotasi yang lain, secara skematik dapat dilihat pada Gambar

Skematik beberapa proses flotasi

a. Froth flotation
b. Ultraflotation
c. Oil atau emultion flotation
d. Agglomerate atau floc flotation
e. Liquid-liquid atau ekstraksi 2-liquid

Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Proses Flotasi


Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses flotasi adalah sebagai berikut:
1. Ukuran partikel
Jika ukuran partikel terlalu besar maka partikel sulit untuk tertempel dan terbawa ke atas oleh
gelembung udara, sedangkan kalau partikel terlalu halus maka sifat permukaan memberikan efek
atau pengaruh yang hampir sama antara partikel yang akan diapungkan dan partikel yang tidak
diapungkan. Dengan demikian jika ukuran partikel mineral terlalu besar atau terlalu kecil maka
recovery (perolehan) akan lebih kecil. Ukuran partikel untuk proses flotasi biasanya lebih kecil
dari 65 mesh tetapi lebih besar dari 10 m, kecuali untuk batubara ukuran terkecilnya bisa sampai
20 mesh.
2. Persen padatan
Persen padatan pulp yang optimum untuk flotasi mineral umumnya adalah 25%. Untuk flotasi
batubara persen padatan sebesar 25% ini terlalu tinggi. Umumnya persen padatan untuk flotasi
batubara berkisar antara 3-20%, dengan rata-rata sekitar 7%. Bilamana ukuran partikel lebih kasar
maka persen padatan juga tinggi, dan sebaliknya jika ukuran partikel lebih halus maka persen
padatan juga harus lebih rendah.
3. Derajat oksidasi
Derajat oksidasi mineral akan mempengaruhi sifat keterapungan mineral tersebut. Sifat
keterapungan akan menurun dengan adanya pengaruh oksidasi pada permukaan mineral. Tingkat
oksidasi akan semakin besar dengan semakin meningkatnya dan lamanya mineral berada di udara
terbuka.
4. pH pulp dan karakteristik air
Secara umum nilai pH pulp dan jumlah garam terlarut dalam air yang digunakan pada proses
flotasi merupakan faktor yang penting. Sifat permukaan mineral bisa berbeda pada harga pH yang
berbeda sehingga sangat mempengaruhi perolehan dari proses flotasi. Adanya lempung atau
slimes dalam air dapat mencegah pengapungan mineral. Hal ini dapat dikendalikan dengan
penggunaan reagen kimia yang cocok sehingga slime tersebut dapat digumpalkan kemudian
dikeluarkan, atau dengan penggunaan air bersih dalam sirkit flotasi.

11
5. Reagen flotasi
Reagen flotasi baik jenis maupun jumlah (dosisnya) seperti telah dijelaskan sebelumnya akan
sangat mempengaruhi keberhasilan proses flotasi. Jenis maupun jumlah reagen flotasi baik itu
kolektor, frother, maupun modifier harus betul-betul sesuai penggunaannya untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
6. Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara
Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara pada proses flotasi akan optimal pada
harga-harga tertentu.

2.3 Pengurangan kadar air/ Pengawa-airan (Dewatering)


Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat yang diperoleh dengan proses
basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi dan flotasi. Operasi pengeringan bahan diperlukan setelah proses
konsentrasi mineral agar ongkos transportasi menuju ke smelter lebih murah. Selain itu pengambilan kembali air
setelah proses dapat mengurangi supplay air terlalu banyak, sehingga operasi menjadi lebih efisien. Sedikitnya dua
metode yang sering digunakan dalam proses pengeringan yaitu thickening dan filtration. Kemampuan operasi dengan
menggunakan metode ini dipengaruhi oleh variasi ukuran butir Gambar
Tailing biasanya dikeringkan dengan peralatan sedimentasi dalam bentuk kolam pengendapan. Selain itu beberapa
metode lainnya seperti hydrocyclone dan centrifuges dapat digunakan dengan biaya yang relatif murah dibandingkan
dengan filtrasi.

Hubungan antara ukuran partikel dan % kadar air terhadap berbagai peralatan pengeringan

2.3.1 Cara pengentalan/ pemekatan (thickening)


Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan kedalam bejana bulat. Bagian yang pekat, mengendap ke
bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.
Kedua produk itu dikeluarkan secara terus menerus (continous ). Peralatan yang biasa dipakai adalah Rake
thickener, deep cone thickener, free flow thickener.

2.3.2 Cara penapisan/ pengawa-airan (filtration)


Filtrasi adalah pemisahan partikel padatan dari cairan dengan melewatkan fluida melalui medium
penyaringan. Spesifikasi ukuran peralatan diperlukan untuk menghasikan produk yang disyaratkan. Filter
dapat dioprasikan dalam 2 metode yaitu: filtrasi tekanan konstan dan filtrasi laju tetap. Bebagai macam
peralatan filtrasi dan yang paling banyak digunakan yakni tipe “continous vacuum filter”. Metode in tediri
dari 3 klas yaitu:

1. Drum filter

12
Drum filter terdiri dari drum silinder mendatar yang berputar. Filter ini menggunakan mempunyai
diameter sekitar 1–4,5 m dengan luas penyaringan antara 1–80 m3

Drum filter

2. Discs filter
Disc filter terdiri dari beberapa cakram yang sebagian tercelup dalam lumpur (slurry), dan tertanan pada
saft secara teratur. Masing-masing cakram dibagi menjadi segmen-segmen. Tiap filter bisa memiliki 1 –
12 cakram dengan diameter mencapai 5 m atau seluas 30 m persegi permukaan filter per cakram. Filter
cakram ini harganya murah dan sangat kompak. Kelemahannya adalah tidak mampu mencuci secara
efektif, namun hal ini tidak penting dalam proses filtrasi konsentrat.

Filter cakram

3. Belt Filter
Belt filter dicirikan oleh permukaan saringan mendatar dalam bentuk sabuk, meja atau sederet panci
yang disusun secara sirkular atau linier

13
Belt Filter

4. Pressure filter, misalnya: Merrill plate and frame filter, kelly pressure filter, burt revolving filter

2.3.3 Pengeringan (drying)


Pengeringan yaitu proses untuk membuang seluruh kandungan air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporazation/evaporation).
Peralatan atau cara yang dipakai pada proses pengeringan yaitu:
a. Hearth type drying/ air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai oleh sinar
matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik)
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:
 Towed drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan didalam saluran silindris vertikal yang dialiri
udara panas (80o-100o)
 Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar pada posisi agak
miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah
c. Film type drier (atmospheric drum drier), berupa silinder baja yang didalamnya dialiri uap air (steam),
namun jarang digunakan
d. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruang panas, material yang kering
akan terkumpul dibagian bawah ruangan, namun cara ini juga jarang digunakan.

Beberapa alat pengering yang digunakan pada kondisi tertentu yaitu pemisahan sentrifugal dan
alatnya disebut ”centrifuges”. Alat ini cocok untuk pengeringan material hasil olahan yang berukuran sangat
halus. Ada 2 tipe alat centrifuge yang umum yaitu ”solid bowl” dan ”perforated basket”

Solid bowl centrifuge

14
Vibrating Basket centrifuge

Metode pengeringan lainnya yang biasa digunakan adalah thermal draying. Karena pengurangan
kadar air secara mekanis jarang dapat menurunkan kadar air di bawah 25 % volume. Apabila diinginkan hal
tersebut, maka diperlukan pengeringan dengan cara pemanasan. Alat yang digunakan pada proses ini seperti
fluidized bed drayer. Alat ini cocok untuk pengeringan material halus. Temperatur pemanasan bisa mencapai
300oC.

Fluidized Bed Drayer

15
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/132579690/Materi-Pengolahan-Bahan-Galian
http://lovelypidh.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://berjuang-di.blogspot.com/2013/10/pengolahan-bahan-galian-industri.html
http://fileq.wordpress.com/category/dunia-pertambagan/pengolahan-bahan-galian/page/2

17

Anda mungkin juga menyukai