Anda di halaman 1dari 43

TUGAS 1

MAKALAH PENGOLAHAN SUMBERDAYA


MINERAL DAN ENERGI

Oleh :

Giofan Abdi Albhara

NIM. 03021381722087

KELAS A / KAMPUS PALEMBANG

Dosen Pembimbing :

Ir. A. Taufik Arief, M.S.

NIP. 196309091989031001

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN DAN GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang
ditentukan. Makalah ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan potensi mahasiswa
dibidang akademik, yang mengacu pada tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Sumberdaya
Mineral dan Energi. selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan
berupa arahan atau bimbingan.
Untuk itu, ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak
terutama pada Bapak Ir. A. Taufik Arief, M.S. yang dalam hal ini sebagai dosen pembimbing
dan telah memberi sumbangsih dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga dalam
penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi
semua pihak khusnya bagi para pembaca dan penyusunan makalah ini.

Palembang, 17 Mei 2019

Penyusun

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 2


DAFTAR ISI

Halaman

Cover ................................................................................................................ 1
Kata Pengantar ............................................................................................... 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1. Latar belakang ........................................................................................... 4
1.2. Rumusan masalah ...................................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
2.1. Tahapan Pertambangan ............................................................................. 6
2.2. Mineral dan Sifatnya ................................................................................. 17
2.3. Tujuan Pengolahan Bahan Galian ............................................................. 28
2.4. Manfaat Pengolahan Bahan Galian ........................................................... 29
2.5. Kriteria Pengolahan Bahan Galian ............................................................ 30
2.6. Konsep Pengolahan Bahan Galian Mineral dan Batuan ........................... 31
2.7. Jenis – Jenis Crusher ................................................................................. 32
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 42
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 42
3.2. Saran ......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam dan energi yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan
Indonesia merupakan kekayaan alam yang tidak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hidup orang banyak. Potensi
sumber daya alam dan cadangan mineral metalik (logam) tersebar di beberapa lokasi di
Indonesia antara lain bagian barat, tengah dan timur, seperti tembaga dan emas di Papua,
emas di Nusa Tenggara, nikel di Sulawesi dan kepulauan Indonesia Timur, bauksit dan
batubara di Kalimantan, emas, batubara, di Sumatera, dan mineral lainnya yang masih
tersebar diberbagai wilayah dan tempat. Sumber daya mineral sebagai salah satu kekayaan
alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan baik serta terencana akan
memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi negara. Oleh karena itu
pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi
perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Pengertian
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum,eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Pengolahan bahan galian adalah
suatu proses pemisahan mineral berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada
sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga
tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.
Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk membebaskan dan
memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor
sehingga setelah dilakukan proses pengolahan bahan galian dihasilkan konsentrat yang
bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode pengolahan bahan galian yang dipakai
bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu
sendiri.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 4


1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja tahapan – tahapan yang ada di dalam kegiatan pertambangan?
2. Apa yang dimaksud dengan mineral dan apa saja sifat – sifat fisik dan kimianya?
3. Apa saja tujuan dari kegiatan pengolahan bahan galian?
4. Apa saja manfaat dari kegiatan pengolahan bahan galian?
5. Apa saja kriteria teknis dan ekonomis dari kegiatan pengolahan bahan galian?
6. Bagaimana konsep dari kegiatan pengolahan bahan galian mineral dan batuan?
7. Apa saja jenis – jenis crusher yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan
galian?
8. Bagaimana prinsip, mekanisme dan teknologi dalam kegiatan pengolahan bahan
galian?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tahapan – tahapan yang ada di dalam kegiatan pertambangan.
2. Mengetahui tentang mineral dan sifat – sifat fisik dan kimianya.
3. Mengetahui tujuan dari kegiatan pengolahan bahan galian.
4. Mengetahui manfaat dari kegiatan pengolahan bahan galian.
5. Mengetahui kriteria teknis dan ekonomis dari kegiatan pengolahan bahan galian.
6. Mengetahui konsep dari kegiatan pengolahan bahan galian mineral dan batuan.
7. Mengetahui jenis – jenis crusher yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan
galian.
8. Mengetahui prinsip, mekanisme dan teknologi dalam kegiatan pengolahan bahan
galian.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 5


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tahapan Pertambangan

Gambar 2.1.1. Tahapan Pertambangan

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan galian berharga dan


bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada
permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, dan di bawah permukaan air. Secara umum
tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
persiapan penambangan, penambangan, pengolahan, pemasaran hingga reklamasi dan pasca
tambang.

1. Penyelidikan Umum (Prospeksi)

Prospeksi merupakan tahapan awal dalam mencari bijih-bijih metal atau mineral
berharga lainnya (batubara atau nonmetal). Mineral mineral berharga ini berada dibawah
permukaan bumi oleh karena itu diperlukan cara-cara tertentu untuk menemukannya. Metode
pencariannya terbagi menjadi dua yaitu metode langsung dan tidak langsung.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 6


Untuk metode langsung biasanya terbatas pada cadangan permukaan (singkapan
ditemukan). Berdasarkan dari penglihatan atau pengamatan langsung, singkapan cadangan
atau dari pecahan-pecahan lepas yang mengalami pelapukan dari singkapan tersebut. Pada
metode langsung biasanya dilakukan studi geologi beberapa data tambahan dari foto udara
maupun peta topografi daerah tersebut. Untuk metode tidak langsung yang mana bahan
galiannya tersebunyi biasanya digunakan berupa metode geofisika. suatu metode yang
mendeteksi kejanggalan - kejanggalan yang disebabkan adanya cadangan mineral dibawah
permukaan bumi. Metode ini biasanya menggunakan analisa gravitasi, seismik magnetik,
elektrik, elektromagnetik dan ukuran radiometrik.
Prospeksi Merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian dan atau penemuan endapan
mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah berdasarkan data
geologi, geokimia dan geofisika. Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai
dengan tahapan prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini
mempunyai resiko yang sangat tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi.
Pada saat memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan
tahapan studi kelayakan (feasibility study), resiko kegagalan mulai diperkecil.

2. Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi menurut UU No. 11 tahun 1967 berupa penyelidikan geologi


pertambangan, yang berarti suatu penerapan ilmu geologi terhadap operasi penambangan.
Dasar suatu operasi penambangan ialah kepastian geologi dan ekonomi tentang adanya suatu
kuantitas (tonase atau volume) bahan galian, yang disebut sebagai cadangan.
Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain berkenaan dengan :
a. Keanekaragaman mineral yang ada dalam bahan galian

b. Perubahan kandungan mineral bijih akibat struktur atau lingkungan geologi

c. Kemungkinan geologinya adanya sejumlah cadangan lain di tempat sekitar letakan


yang sudah diketahui.

Sedangkan kepastian ekonomi, yang datanya berdampak terhadap ongkos


penambangan, ditentukan antara lain oleh dimensi-dimensi letakan bahan galian dipermukaan
maupun bawah-permukaan, variasi kuantitas terhadap kualitas, keanekaragaman sifat teknis
batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya dukung batuan terhadap limbah. Komoditas
sumberdaya alam umumnya dan khususnya komoditas sumberdaya mineral, merupakan

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 7


barang nyata yang dapat memenuhi segera permintaan pasar dan dapat diukur dengan nilai
uang. Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum merupakan barang nyata, meskipun
informasi cadangan dalam prakteknya dapat diperdagangkan, dan tidak termasuk komoditas
sumberdaya mineral. Sesudah sumberdaya mineral diambil dari kedudukan alaminya, maka
ia menjadi komoditas sumberdaya mineral. Contoh komoditas sumberdaya mineral misalnya
ialah logam aluminium, batubara bersih yang telah ditambang.
Dalam pelaksanaannya, eksplorasi seperti disebut dalam UU tahun 1967 didahului
oleh adanya suatu kegiatan yang disebut sebagai Penyelidikan Umum. Penyelidikan umum
ini disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan, perairan,
dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau
menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. Adanya letakan bahan galian
yang ditetapkan pada penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap
eksplorasi.

Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu
secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian
eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :

1. Peninjauan (reconnaissance atau propeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan


mencari prospek

2. Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan

3. Tugas – tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang

Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan,


lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang
mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral.
Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini
bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan
prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah
eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai
mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi.
Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan
kegiatan mulai dari mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 8


Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi

1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan

Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah :

a. Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap
data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama,
laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi
ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi
dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena
pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi
yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.

b. Survei Dan Pemetaan


Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi
skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan
topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan
yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-
singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran
langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan
batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal
penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas
geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan
sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru
(peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat
penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi
hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 9


sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran.
Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur,
teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah
daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau
daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi Detail

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada


mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,
1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat
(rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan
cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga
dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat
dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan,
dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai
kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan
lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan
peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.

3. Studi Kelayakan

Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan
analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah
diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan
menguntungkan atau tidak. Feasibility Study Merupakan kegiatan untuk menghitung dan

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 10


mempertimbangkan suatu endapan bahan galian ditambang dan atau diusahakan secara
menguntungkan. Sebelum kegiatan perencanaan dan perancangan tambang diperlukan
kegiatan study kelayakan yang menyajikan beberapan informasi :

 Pendahuluan, ringkasan, pengertian-pengertian

 Umum : lokasi, iklim, topografi sejarah, kepemilikan, status lahan, transportasi, dll

 Permasalahan lingkungan : kondisi kini, baku, permasalahan yang perlu dilindungi,


reklamasi lahan, study khusus, perizinan.

 Faktor geologi : keberadaan endapan, genesa, struktur, mineralogy dan petrografi.

 Cadangan bahan galian : prosedur eksplorasi, penemuan bahan galian, perhitungan


jumlah cadangan, dan kadar rata-rata.

 Perencanaan tambang : development, dan eksploitasi

 Pengolahan : fasilitas ditempat yang diperlukan

 Bangunan dipermukaan : lokasi dan perencanaan konstruksi

 Fasilitas pendukung : listrik, pengadaan air, jalan masuk, lokasi tanah buangan,
perumahan, dll

 Karyawan : tenaga kerja dan staff

 Pemasaran : survey ekonomi terhadap permintaan dan penawaran, harga kontrak


jangka panjang, lahan pengganti, dll

 Biaya : perkiraan biaya development dan biaya eksploitasi baik langsung tidak
langsung dan biaya keseluruhan, biaya pengolahan, transportasi, peleburan, dll

 Evaluasi ekonomi : evaluasi cadangan, klarifikasi cadangan dan sumber daya alam

 Proyeksi keuntungan : perhitungan keuntungan minimal (margin) yang didasarkan


pada kisaran COG dan harga

Hal lain yang harus dipahami adalah studi kelayakan bukan hanya mengkaji secara
teknis, atau membuat prediksi/ proyeksi ekonomis, juga mengkaji aspek nonteknis lainnya,
seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan lingkungan. Studi kelayakan selain berguna dalam
mengambil keputusan jadi atau tidaknya rencana usaha penambangan itu dijalankan, juga
berguna pada saat kegiatan itu jadi dilaksanakan, yaitu:

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 11


1. Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, baik acuan
kerja di lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam kantor
2. Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan
3. Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi pekerjaan, sehingga
apabila ditemukan kendala teknis ataupun nonteknis, dapat segera ditanggulangi atau
dicarikan jalan keluarnya
4. Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan, merupakan pedoman dalam melakukan
pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi, kontrol keselamatan
dan kesehatan kerja, kontrol pengendalian aspek lingkungan, dan lain-lain

Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah:

a. Aspek kajian teknis, meliputi:

1. Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan
2. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut, sebagai data teknis dalam menentukan pilihan
sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah, atau campuran.
Dalam perencanaan sistem penambangan dilakukan juga kajian aspek teknis lainnya,
meliputi:

 Kajian geoteknik dan hidrologi


 Kajian pemilihan jenis dan kapasitas slat produksi
 Proyeksi produksi tambang dan umur tambang
 Jadwal penambangan, berkaitan dengan sistem shift kerja
 Tata letak sarana utama dan sarana penunjang
 Penyediaan infrastukturtambang, meliputi pembuatan kantor, perumahan, jalan,
dan lain-lain

3. Kajian pemilihan sistem pengolahan bahan galian

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 12


b. Aspek kajian nonteknis, meliputi:

1. Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait aspek ketenagakerjaan, aturan K3,


sistem perpajakan dan retribusi, aturan administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan
lain-lain
2. Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi kajian aspek
hukum adat yang berlaku, pola perilaku dan kebiasaan masyarakat setempat
3. Kajian pasar Berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari karakteristik
pasar, potensi, dan pesaing pasar (melalui analisis terhadap kebutuhan pasar dan supply
yang telah berjalan, maupun dari analisis substitusi produk). Selain itu hal yang paling
penting adalah karakteristik dan standarisasi produk di pasaran

4. Kajian kelayakan ekonomis adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis, berupa


estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara umum,
metode pendekatan dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV),
Benefit Cos Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period

5. Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL dan UKL-UPL. Kajian lingkungan


untuk industri pertambangan merupakan kegiatan yang wajib AMDAL, karena baik dari
sisi intensitas, ruang lingkup kegiatan, maupun dari sisi operasional dan pengolahan
bahan galian merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak serius
terhadap lingkungan

Mencermati uraian di atas, memberikan gambaran bahwa studi kelayakan


pertambangan merupakan studi yang cukup kompleks, oleh karena itu harus dilakukan secara
cermat dan integratif dari setiap aspek yang berhubungan langsung dengan kegiatan
penambangan. Karena kegiatan penambangan adalah salah satu kegiatan yang mempunyai
sensitivitas sangat tinggi, terutama yang berkaitan dengan masalah aspek sosial budaya
masyarakat setempat. Walaupun pada umumnya kegiatan tambang berada di tengah hutan,
tetapi untuk beberapa tahun terakhir ini, boleh dikatakan bahwa kegiatan usaha tambang
relatif berdekatan dengan pemukiman penduduk, sehingga sering bersinggungan dengan
kepentingan masyarakat setempat.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 13


4. Persiapan / Konstruksi (Development)

Persiapan Penambangan Merupakan kegiatan persiapan untuk penambangan dan


pengangkutan yang antara lain meliputi pembuatan lubang-lubang bukaan kearah dan
didalam endapan yang sudah pasti ada, proses yang termasuk disini adalah semua tahapan
yang diperlukan suatu tambang menuju ke penjadwalan produksi yang lengkap seperti
persiapan peralatan penambangan, pembuatan jalan hauling, infrastruktur, konstruksi,
stockpile, pelabuhan, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan persiapan penambangan adalah :
Factor lokasi
 Faktor geologi dan alam seperti topografi, ukuran, bentuk, kedalaman bijih,
mineralogy, petrografi, struktur, genesa bahan galian, kekuatan batuan, dan lain
sebagainya
 Faktor sosial, ekonomi, politik, lingkungan : demografi, keterampilan penduduk
setempat, financial, pemasaran, dan lain sebagainya

Tahapan pekerjaan penting dalam persiapan penambangan adalah :


 Inisiasi (inisiatif) rencana reklamasi sebagai bagian dari persyaratan dampak
lingkungan
 Penentuan tempat penimbunan tanah pucuk (top soil) dan limbah
 Penentuan dari pengupasan tanah penutup untuk mendapatkan jalan ke endapan

5. Penambangan (Eksploitasi)

Penambangan bahan galian dibagi alas tiga bagian yaitu tambang terbuka, tambang
bawah tanah dan tambang bawah air. Tambang terbuka dikelompokkan atas quarry strip
mine, open cut, tambang alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah tanah
dikelompokkan atas room and pillar, longwall, caving, open stope, supported stope, dan
shrinkage. Sistem penambangan dengan menggunakan kapal keruk dapat dikelompokkan
menjadi tambang bawah air, walaupun relatif dangkal.

Metode tambang terbuka


Pengertian tambang terbuka secara umum adalah kegiatan penambangan bahan galian
yang berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat tahapan umum dalam kegiatan
penambangan terbuka yaitu pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk dan menyimpannya

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 14


di tempat tertentu, pembongkaran dan penggalian tanah penutup (overburden) dengan
menggunakan bahan peledak atau pun tanpa bahan peledak dan memindahkannya ke disposal
area, penggalian bahan galian atau eksploitasi, dan membawanya ke stockpile untuk diolah
dan dipasarkan serta melakukan reklamasi lahan bekas penambangan.

Tambang Bawah Tanah


Pengertian tambang bawah tanah secara umum adalah tambang yang tidak
berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat beberapa tahapan dalam tambang bawah
tanah yaitu, pembuatan jalan utama (main road), pemasangan penyangga (supported),
pembuatan lubang maju untuk produksi, ventilasi, drainase, dan fasilitas tambang bawah
tanah lainnya. Setelah itu melakukan operasional penambangan bawah tanah dengan atau
tanpa bahan peledak dan kemudian membawa bahan galian ke stockpile untuk diolah dan
dipasarkan.

Tambang bawah air


Pengertian tambang bawah air adalah metode penambangan di bawah air yang
dilakukan untuk endapan bahan galian alluvial, marine dangkal dan marine dalam. Peralatan
utama penambangan bawah air ini ialah kapal keruk.

6. Pengolahan

Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih
dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya pengotor
bersama bahan galian, perlunya spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah
maka harga jualnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang sudah diolah. Selain
itu, bahan galian perlu diolah agar dapat mengurangi volume dan ongkos angkut,
meningkatkan nilai tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa kimia yang tidak
dikehendaki pabrik peleburan.
Cara Pengolahan bahan galian secara garis besar dapat dibagi alas pengolahan secara
fisika, secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, dan pengolahan secara fisika dan kimia
dengan ekstraksi metal. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah pengolahan bahan galian
dengan cara memberikan perlakuan fisika seperti peremukan, penggerusan, pencucian,

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 15


pengeringan, dan pembakaran dengan suhu rendah. Contoh yang tergolong pengolahan ini
seperti pencucian batu bara. Pengolahan secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, yaitu
pengolahan dengan cara fisika dan kimia tanpa adanya proses konsentrasi dan ekstraksi
metal. Contohnya, pengolahan batu bara skala rendah menggunakan reagen kimia.
Pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia dengan ekstraksi metal, yaitu pengolahan
logam mulia dan logam dasar.

7. Pemasaran

Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen. Antara
perusahaan pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang, dan
spot ataupun penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar yang penjualan
produknya dengan kontrak jangka panjang misalnya lebih dari satu tahun. Sedangkan
penjualan spot, yaitu penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja.

8. Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah
rusak baik itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi ini dilakukan
dengan cara penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan
penambangan tersebut. Reklamasi perlu dilakukan karenaPenambangan dapat mengubah
lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran
air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini
harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi,
sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air
permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari
dua kegiatan yaitu Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
Ekologinya, dan Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya
untuk pemanfaatannya selanjutnya.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 16


2.2. Mineral dan Sifatnya
Mineral merupakan senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.
Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak
termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi. Menurut definisi terbagi
menjadi dua yaitu definisi Klasik dan definsiKompilasi. Menurut defenisi klasik, mineral
adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang
mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi,
mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat
homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai
bentuk geometris tertentu. Yang membedakan kedua definisi tersebut hanya pada benda atau
zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih
luas karena mencakup semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam
pengertian tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang
terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah
juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome.

Gambar 2.2.1. Contoh batuan mineral

Untuk mempelajari apa itu mineral, tentu kita harus terlebih dahulu mengetahui sifat-
sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara
teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori hanya bisa
menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman
untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 17


sebagian mineral saja. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :Lebih dari
2000 mineral telah diketahui sampai sekarang ini, dan usaha-usaha untuk mendapatkan
mineral-mineral baru jenis terus dilakukan. Dari jumlah tersebut hanya beberapa yang umum
atau sering dijumpai. Mineral-mineral yang dominan sebagai pembentuk batuan penyusun
kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan (Rock Forming Minerals). Selain itu hanya
sekitar 8 unsur yang dominan menyusun mineral-mineral tersebut. Dua unsur yang paling
dominan adalah pksigen dan silikon yang bergabung untuk menyusun kelompok mineral
yang sangat umum yaitu mineral silikat. Setiap mineral silikat disusun oleh oksigen dan
silikon, kecuali kuarsa. Dalam pengklasifikasian umum, mineral dibagi atas dua pembagian
umum, yaitu mineral silikat, dan mineral non silikat.

1. Sifat Fisik Mineral


Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik
mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik mineral
tersebut meliputi: warna, perawakan kristal, kilap (luster), kekerasan (hardness), gores
(streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), ketahanan, berat jenis, kemagnetan, sifat
tembus cahaya, rasa dan bau, bereaksi dengan asam, kelistrikan, dan juga suhu kohesi.

1. Warna (Color)
Warna yang terlihat dipengaruhi oleh datangnya sinar yang mengenai permukaan. Sinar yang
datang sebagian dipantulkan (refleksi) dan sebagian lagi akan diserap (absorbsi) oleh mineral.
Suatu mineral dapat menunjukkan warna mineral bervariasi. Hal ini dikarenakan perbedaan
komposisi kimia atau pengotoran pada mineral. Warna mineral dibedakan menjadi dua, yaitu

1) Warna Idiokromatik : Warna asli mineral atau apabila warna mineral selalu tetap, pada
umumnya dijumpai pada mineral yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap
logam. Misalnya sulfur bewarna kuning, magnetite bewarna hitam, pyrite bewarna
kuning loyang.
2) Warna Allokromatik : warna akibat pengotoran atau apabila warna mineral tidak tetap
tergantung pada mineral pengotornya, pada umumnya dijumpai pada mineral yang
tembus cahaya (transparan/translucent) atau kilap non logam Misalnya halite yang dapat
bewarna abu-abu, kuning, cokelat gelap, merah muda, biru, dll. , atau quartz yang aslinya
tidak bewarna dapat berubah warna menjadi violet, merah muda, coklat kehitaman, dll

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 18


2. Perawakan Kristal (Crystal Habits)
Mineral memiliki bentuk kristal yang bervariasi. Karenanya sering dijumpai berbagai
sistem kristal. Namun, untuk mendapatkan mineral yang memiliki bidang kristal yang
sempurna sangat jarang. Pada proses di alam seringkali terjadi gangguan yang menghambat
pertumbuhan kristal. Karena itu bidang-bidang kristal tidak jelass sehingga kesulitan untuk
mengkategorikan ke dalam sistem kristalografinya. Oleh karena itu mineral dikenali dari
perawakan kristal, yakni bentuk khas dari mineral. Pengenalan perawakan kristal dapat
menentukan penamaan jenis mineral.
Menurut Richard Pearl (1975), perawakan kristal dibagi memjadi :
1) Elongated Habit ( Meniang / Berserabut )
a) Meniang (Columnar); bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang.
Misal : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.
b) Menyerat (Fibrous); bentuk kristal yang menyerupai serat – serat.
Misal : Asbestos, Tremolit, Gypsum, Silimanite.
c) Menjarum (Acicular); bentuk kristal yang menyerupai jarum – jarum.
Misal : Natrolite, Glaucophane.
d) Menjaring (Reticulate); bentuk kristal kecil dan panjang menyerupai jaring.
Misal : Rulite, Cerussite.
e) Membenang (Filliform); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai benang.
Misal : Silver.
f) Merabut (Capillery); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai rambut.
Misal : Cuprite, Bysolite.
g) Mondok (Stout,Stubby, Equant); bentuk kristal pendek dan gemuk, sering terdapat pada
kristal – kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya. Misal : Zircon.
h) Membintang (Stellated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Misal : Pirofilit.
i) Menjari (Radiated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari – jari. Misal :
Markasit.

2) Flattenad Habit (Lembaran Tipis)


a) Membilah (Bladed); bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu dengan
perbandingan antara lebar dan tebal sangat jauh.
Misal : Kyanite, Kalaverit.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 19


b) Memapan (Tabular); bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,dimana perbandingan
lebar dan tebal tidak terlalu jauh.
Misal : Barite, Hypersthene.
c) Membata (Blocky); bentuk kristal yang tebal menyerupai bentuk bata, dengan
perbandingan lebar dan tebal hampir sama.
Misal : Calcite, Microcline.
d) Mendaun (Foliated); bentuk kristal pipih melapis (lamellar) dengan perlapisan yang
mudah dikupas / dipisahkan.
Misal : Mika, Chlorite.
e) Memencar (Divergent); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas yang
terbuka.
Misal : Aragonite, Millerite
f) Membulu (Plumose); bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Misal :
Mika.

3) Rounded Habit (Membutir)


a) Mendada (Mamillary); bentuk kristal bulat – bulat menyerupai buah dada (breast like).
Misal : Opal, Malachite, Hemimorphite.
b) Membulat (Colloform); bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat – bulat.
Misal : Bismuth, Smalite, Cobaltite, Glauconite, Geothite, Franklinite.
c) Membulat jari (Colloform Radial); bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam
memencar menyerupai bentuk jari. Misal : Pyrolorhyte.
d) Membutir (Granular); kelompok kristal kecil membentuk butiran. Misal : Olivine,
Anhydrite,Chromite, Sodalite,Alunite, Niceolite, Cinabar, Cryolite.
e) Memisolit (Pisolitic); kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Misal : Pisolitic, Gibbsite.
f) Stalaktit (Stalactic); bentuk kristal membulat dengan litologi batuan gamping. Misal :
Geothite.
g) Mengginjal (Reniform); bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Misal : Hematite.

3. Kilap (Luster)
Suatu mineral dapat terkena sinar cahayanya akan memberikan kilap mineral. Dapat
juga diartikan sebagai kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang dikenakan
padanya, atau intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan kristal Intensitas kilap

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 20


tergantun dari indeks bias mineral. Nilai indeks bias yang tinggi maka akan semakin besar
jumlah-jumlah cahaya yang dipantulkan. Ada tiga kilap yang umum.
1) Kilap Metalik atau Logam (Metalic Luster)
Kilap ini memiliki indeks bias sama dengan 3 atau lebih.
Contoh : Galena, Native metal sulphide, dan Pyrite
2) Kilap Sub-Metalik (Sub-Metalic Luster)
Biasanya kilap ini memiliki indeks bias antara 2,6 s.d 3
Contoh : Cuprite (n=2,85), Cinnabar (n=2,90), Hematite (n=3,00) dan Alabandite
(n=2,70)
3) Kilap Bukan Logam (Non-Metalic Luster)
Umumnya mineral dengan warna terang dan dapat dibiaskan. Indeks biass biasanya
kurang dari 2,5. Untuk kilap ini banyak jenisnya, yakni sbb.:
a) Kilap kaca (Vitreous Luster)
Kilap ini ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas. Misal quartz, sulphates, garnet,
leucite, corundum.
b) Kilap Intan (Addamanite Luster)
Kilap yang sangat cemerlang. Misal diamond, caassssiterite, sulphur, sphalerite,
zircoon, rutile.
c) Kilap Lemak (Greasy Luster)
Kilap seperti lemak. Misalnya, nepheline yang sudah teralterasi, dan halte yang sudah
teroksidasi
d) Kilap Lilin
Kilap seperti lilin. Misal serpentine, dan carargyite.
e) Kilap Sutra (Silky Luster)
Kilap menyerupai sutra biasanya dijumpai pada mineral yang beriorentasi pararel atau
berserabut. Misal asbestos, selenite (variasi dari gypsum), hematite, dan serpentine
f) Kilap Mutiara (Pearly Luster)
Kilap yang timbul oleh mineral transparan yang bentuknya melembar-lembar dan
menyerupai mutiara. Misal talc, mica dan gypsum.
g) Kilap Tanah (Earthy Luster)
Kilap menyerupai tanah. Bila kena cahaya biasanya tidak dipantulkan. Sering disebut
juga kilap buram (Dull Luster). Misal kaoline, diatomea, monmorilonite, pyrolusite,
chalk

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 21


4. Kekerasan (hardness)
Beberapa mineral dikenali dari kekerasan dari minerralnya. Kekerasan (hardness)
yang dimaksud adalah kemampuan mineral terhadap abrasivitas. Adapun urutan mineral-
mineral berikut menandakan tingkat kekerasan dari mineral tersebut.
Penentuan kekerasan mineral secara relatif daapat ditentukan secara sederhana.
Beberapa penddekatan misalnya adalah sebagai berikut:
a) Kuku jari manusia H = 2,5
b) Kawat tembaga H=3
c) Pecahan kaca H = 4,5
d) Pisau baja H = 5,5
e) Kikir baja H = 6,5
f) Lempeng baja H=7
Cara peggunaan alat di atas sebenarnya meupakan pendekatan untuk menentukan
kekerasan suatu mineral. Misal, suatu miineral tidak dapat digores oleh kuku jari manusia,
namun tergores oleh kawat tembaga, maka interprestasinya adalah mineral tersebut memiliki
kekerasan antara 2,5 dan 3.

Tabel 2.2.1. Skala kekerasan menurut Freedrich Mohs


Skala Mineral Rumus kimia
1. Talk (Mg3Si4) 10(OH)2
2. Gypsum CaSO4.2H2O
3. Calcite CaCO3
4. Flourite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclase K(AISi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz AI2SiO4(FOH)2
9. Corundum AI2O3
10. Diamond C

5. Gores (Streak)
Warna dari serbuk mineral adalah gores. Minerral yang digoreskan pada lempeng
porselin kasar akan meninggalkan warna goresan. Warna gores dapat sebagai penentu

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 22


mineral tertentu. Mineral dengan warna terang cenderung punya warna gores putih atau tidak
bewarna. Contohnya adalah quartz, gypsum dan calcite.
Mineral dengan warna gelap atau mineral non-logam memberikan warna yang lebih
terang dari warna aslinya. Misal leucite bewarna abu-abu mempunyai gores putih. Dolomite
bewarna kuninng – merah jambu mempunyai gores putih. Namun ada juga gores suatu
mineral yang lebih gelap dari warna aslinya. Misal Pyrite berwarna kuning yang mempunyai
gores warna hitam. Copper berwarna merah tembaga mempunyai gores hitam. Hematite
berwarna abu-abu kehitaman mempunyai gores merah.
Walaupun begitu juga ada warna gores mineral yang sama dengan warna aslinya.
Misal, Cinnabar mempunyai warna asli dan gores merah. Magnetite yang warna asli dan
gores hitam. Lazurite mempunyai warna asli dan gores biru. Sebagai perhatian, mineral yang
dapat digores biasanya memiliki kekerasan kurang dari 6. Namun, gores pada mineral yang
lebis keras dapat ditentukan dengan cara menumbuknya menjadi bubuk halus/tepung.

6. Belahan (Cleavage)
Mineral mengalami tekanan sehingga retak yang permukaannya mengikuti struktur
kristalnya. Retakan demikian disebut sebagai belahan. Jenis belahan ada lima.
1) Belahan sempurna (Perfect Cleavege), mineral mudah membelah melalui bidang yang
rata dan sukar membelah kecuali melalui bidangnya. Misal calcite, muscovite, galena
dan halite.
2) Belahan baik (Good Cleavage), mineral mudah mengalami pecah melalui bidang belah
ataupun memotong bidang belah. Misal feldspar, augite, hyperstene.
3) Belahan jelas (Distinct), bidang belah terlihat jelas namun sukar membelah. Misal
staurolite, scapolite, hornblende, anglesite, feldspar, dan scheelite.
4) Belahan tidak jelas (Undistinct), mineral menunjukkan bidang belahan yang masih
nampak jelas, tapi kemungkinan membentuk belahan dan pecahan sama besar. Misal
beryl, platinum, corundum, gold, magnetite.
5) Belahan tidak sempurna (Imperfect), tidak jelas permukaan bidang belahan, n kalau
pecah akan melalui bidang yang tidak rata. Misal apatite, cassiterite, native sulphur.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 23


7. Pecahan
Mineral dapat mengalami retak atau pecah, namun pecahannya tidak beraturan.
Terdapat enam pecahan.
a. Pecahan Conchoidal yaitu pecahan yang menyerupai pecahan botol atau mengulit
bawang. Misal quartz, cerrusite, zircon, obsidian.
b. Pecahan Hackly (Runcing) yaitu seperti pecahan besi runcing-runcing tajam kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi. Misal gold, silver, platinum, cooper.
c. Even (Datar/Rata) yaitu pecahan dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
bidang pecahan masih mendekati bidang datar. Misal muscovite, biotite, talc.
d. Uneven yaitu pecahan yang menunjukkan bidang pecahan kasar dan tidak beraturan.
Kebanyakan mineral memiliki pecahan ini. Misal calcite, rutile, marcasite, rhodonite,
chromite, pyrolusite, geothite,dan orthoclase.
e. Pecahan Splintery (Berserat/Fibrous) yaitu pecahan yang hancur kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang atau berserabut. Misal fluorite, anhydrite, antigorite, dan serpentine.
f. Pecahan Earthy yaitu pecahan mineral yang hancur seperti butir-butir tanah. Misal
kaoline, biotite, muscovite, dan talc.

8. Ketahanan (Tenacity)
Merupakan tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Dalam hal ini
terdiri dari 6 yaitu :
a. Brittle (Rapuh) adalah mineral yang mudah hancur. Misal calcite dan quartz.
b. Elastic (Lentur) adalah mineral mudah dibentuk, namun dapat kembali ke bentuk
semula. Misal muscovite dan hematite tipis.
c. Flexible yaitu mineral yang dapat dibentuk, namun ke bentuk semu tidak dapat semula.
Misal talc dan gypsum.
d. Malleable (dapat ditempa) yaitu mineral yang dapat dibelah menjadi lembaran-lembaran.
Misal gold dan silver.
e. Sectile (Dapat Diiris) yaitu mineral yang dapat dipotong dengan pisau. Misal gypsum
dan cerargyrute.
f. Ductile (Dapat Dipintal) yaitu dapat dibentuk menjadi tipis. Misal olivine dan copper.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 24


9. Berat Jenis (Spesific gravity)
Berat jenis menunjukkan densitas suatu mineral. Nilainya dapat ditentukan secara
sederhana.
W1
𝑆𝐺 =
W3 − W2
Dimana
SG = Berat Jenis
W1 = Berat butir mineral saat ditimbang
W2 = Berat gelas ukur yang diisi air
W3 = W2 ditambah berat mineral yang dimasukkan kedalamnya

10. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifaat mineral terhadap gaya tarik magnet, ini dapat dibagi
menjadi 3 :
1) Ferromagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang sangat kuat. Misal magnetite dan
pyrhotite
2) Paramagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang cukup kuat. Misal pyrite
3) Diamagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang lemah. Misal kuarsa, gypsum, dll

11. Sifat Tembus cahaya (Transmitted light)


Sifat mineral dalam menyerap cahaya juga merupakan salah satu sifat fisik yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi mineral. Sifat ini dibagi menjadi 3 sifat utama, yaitu :
1) Opaque : merupakan sifat mineral yang tidak tembus cahaya, misal galena
2) Translucent : dimana cahaya yang melaluinya sebagian diserap dan sebagian
dipantulkan. Misal muscovite
3) Transparent : Sifat mineral yang dapat meluluskan cahaya. Misal kalsit.

12. Rasa dan Bau


Rasa (taste) hanya dipunyai oleh beberapa mineral tertentu, misalnya :
1) Astringet adalah rasa yang dimiliki oleh sejenis logam
2) Sweetist astringet adalah rasa seperti tawas
3) Saline adalah rasa yang dimiliki garam
4) Alkaline adalah rasa sperti soda
5) Bitter adalah rasa garam pahit

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 25


6) Cooling adalah rasa sendawa (asam nitrat)
7) Sour adalah rasa seperti belerang
Bau (odor) kadang kala hadir ketika mineral dipanaskan atau diberikan
penambahan asam sehingga bau mineral akan mencirikan mineral tertentu, misalnya :
1) Alliaceous adalah bau seperti bawang, yakni proses pereaksian dari arsenopyrite, dan
dimiliki pula olah senyawa arsenite karena proses pemanasan
2) Horse radish adalah bau dari lobak kuda yang menjadi busuk, misal biji selenite yang
dipanasi
3) Sulphourous adalah bau dari reaksi pyrite atau pemansan mineral yang mengandung
sulfida
4) Bituminous adalah seperti bau aspal (bitumen)
5) Fetid adalah bau dari asal sulfida atau seperti telur busuk
6) Argillaceous adalah bau lempung basah seperti serpentine dan pyrargillate dipanasi.

13. Reaksi dengan Asam


Sejumlah mineral akan bereaksi ketika diberi tetesan HCl. Calcite yang ditetesi HCl
akan bereaksi mengeluarkan gelembung-gelembung dari gas CO2. Sedangkan pada mineral
sulfida akan terbentuk gelembung dari gas H2S.

14. Kelistrikan
Dalam ilmu geofisika pengetahuan dasar tentang sifat kelistrikan suatu batuan
menjadi penting. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan metode pengukuran bawah
permukaan untuk mengetahui sifat kelistrikan suatu formasi atau anomali bawah permukaan.
Metode ini dikenal dengan nama geolistrik atau kelistrikan bumi. Sehingga dapat kita ketahui
bersama bahwa aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi
secara dielektrik.

15. Suhu Kohesi


Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya
tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam
suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 26


komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi
oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.

2. Sifat Kimia Mineral


Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral silikat dan
mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu kelompok
Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat.
a. MINERAL SILIKAT
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silika dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya
yang besar, maka hampir 90% dari berat kerak bumi terdiri dari mineral siilikat, dan
hampir 100% dari mantel bumi (sampai kedalaman 2900 km dari kerak bumi). Silikat
merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun
batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium. Berikut adalah
mineral silikat :
Kuarsa (SiO2), Feldspar Alkali (KAlSi3O8), Feldspar plagioclase (Ca,Na) AlSi3O8), Mika
muskovit, Mika Biotit (K2 (Mg,Fe)6 Si3O10(OH)2.
 MINERAL FERROMAGNESIUM, umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan
berat jenis yang besar. contoh mineralnya adalah, Olivine, Augitit, Hornblende, Biotite
 MINERAL NON-FERROMAGNESIUM, umumnya mempunyai warna terang dan berat
jenis yang kecil. Contoh mineralnya, Muskovit,Feldspar, Ortoklas, dan kuarsa.

b. MINERAL OKSIDA
Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur
yang paling utama dalam oksida adalah besi,chroom,mangan,timah,dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korundum (Al2O3),
Hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 27


c. MINERAL SULFIDA
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang), seperti besi, perak,tembaga,timbal,seng dan merkuri. Beberapa mineral
sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti
“pirit” (FeS3), “chalcocite” (Cu2S),”galena” (PbS), dan “Sphalerit (ZnS).

d. MINERAL-MINERAL KARBONAT DAN SULFAT


Merupakan persenyawaan dengan ion(CO3)2- , dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai
mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan
sedimen.

2.3. Tujuan Pengolahan Bahan Galian


a. Pemurnian dengan konsentrasi
Penambangan intan yang dipisahkan dari mineral lain dilakukan dengan konsep
konsentrasi berdasarkan atas gaya berat seperti shaking table, dan alat – alat jig. Pemurnian
feldspar mempergunakan proses gaya berat dan juga flotasi untuk menghasilkan feldspar
bermutu tinggi. Pemurnian fosfat dilakukan dengan cara flotasi, sedangkan barit serbuk yang
merupakan hasil pengolahan tailing pertambangan emas di pulau wetar diolah dengan
cyclone, classifier dan pengering (dryer).

b. Peningkatan kadar suatu unsur


Pengolahan belerang dapat dilakukan dengan proses penyulingan (frazer) dalam usaha
mendapatkan belerang dalam mutu tinggi. Pemurnian pasir besi dengan memperhatikan
perbedaan berat jenis dengan mineral yang lain dan sifat kemagnetannya telah dilakukan di
penambangan pasir di Cilacap.

c. Peningkatan sifat kimia


Peningkatan sifat kimia yang sudah dilakukan adalah pembakaran batu gamping
untuk mendapatkan kalsium oksida. Peningkatan mutu zeolit dengan pengolahan secara
benefisiasi dan kimia telah berhasil meningkatkan nilai jualnya.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 28


d. Peningkatan sifat fisika
Pengolahan kaolin untuk meningkatkan kehalusan dan keputihan dengan
pencampuran (blending) untuk mendapatkan jenis kaolin dengan mutu prima.

e. Peningkatan bentuk permukaan


Cara ini diterapkan khususnya untuk bahan bangunan dan batu hias. Pengolahan dapat
dilakukan dengan pemotongan dan penggosokan (polishing).

Tabel 2.3.1. Tujuan dan Sistem Pengolahan Bahan Galian

2.4. Manfaat Pengolahan Bahan Galian


Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan
tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya (tidak berharga) yang dilakukan
secara mekanis, menghasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan yang
kadarnya rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun
sifat kimia fisika permukaan mineral dan diharapkan menguntungkan.

Dengan melakukan Pengolahan Bahan Galian ini didapat beberapa manfaat antara
lain :

 Mengurangi ongkos transport dari lokasi penambangan ke pabrik peleburan, karena


sebagian dari waste telah terbuang selama proses ore dressing, dan juga kadar bijih telah
ditingkatkan.
 Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta mengurangi metal yang
hilang bersama slag.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 29


 Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah tonase yang dileburkan
lebih sedikit.
 Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral
berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk diambil metalnya.
 Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada kemungkinan
dapat diambil logam yang lain sebagai hasil sampingan.

2.5. Kriteria Pengolahan Bahan Galian


Bahan Galian diperlukan sebagai salah satu bahan baku suatu industri agar dapat
dimanfaatkan harus memenuhi persyaratan secara teknis dan ekonomis.

1. Syarat Teknis
a. Kadar metal berharga harus > kadar minimum tertentu
Contoh : Cu > 20%, Pb > 50%, Zn > 50%

b. Kadar impurities (pengotor) nharus < kadar maksimal tertentu


Contoh : impurities dari Cu biasanya As, Sb, Bi, Ni, Zn
As < 0,5%, Sb < 0,2%, Bi < 0,05%, Ni < 0,3%, Zn < 5%

c. Ukuran (untuk peleburan dan pengangkutan) harus > ukuran minimum tertentu

d. Kandungan air harus < kadar maksimal tertentu


Umumnya pengolahan bahan galian dilakukan dengan cara basah dan dihasilkan
konsentrat basah sehingga harus dikeringkan.

2. Syarat Ekonomis
Secara ekonomis intinya bahwa dilakukannya kegiatan pengolahan bahan galian
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya.

a. Bila mengolah bijih kompleks, usahakan dihasilkan konsentrat untuk setiap mineral
berharga. Bijih kompleks merupakan konsentrat yang terdiri dari beberapa mineral
berharga ataupun beberapa konsentrat yang masing – masing terdiri dari mineral
berharga.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 30


b. Kehilangan mineral berharga ke dalam tailing (buangan) sekecil mungkin.
c. Ongkos pengolahan diperkecil dengan mengolah bijih bertonase besar (kapasitas
pabrik cukup besar).

2.6. Konsep Pengolahan Bahan Galian Mineral dan Batuan


Didalam suatu operasi pengolahan bahan galian ada beberapa tahap yang dilakukan :
1. Communution
Yaitu mereduksi ukuran butir bijih menjadi kecil dan dilakukan dalam keadaan kering
(Crushing/basah/Grinding)
2. Sizing
Yaitu pemisahan material karena perbedaan ukuran dan berat jenis, dilakukan dengan
Screening dan Classifying.
3. Concentration
Yaitu suatu proses pemisahan antara mineral berharga dengan tujuan untuk mendapatkan
kadar yang tinggi dan menguntungkan.
4. Dewatering
Yaitu proses pemisahan cairan dan padatan yang dilakukan secara bertahap yaitu :
a. Filtering, menghasilkan 50 % solid
b. Thickening, menghasilkan 80 % solid
c. Drying, menghasilkan 100 % solid
5. Opersi Tambahan
a. Sampling
b. Feeding

Parameter dari kegiatan pengolahan bahan galian adalah :


a. Recovery adalah perbandingan jumlah metal yang terambil dalam pengolahan dengan
berat atau metal secara keseluruhan.
b. Ratio Of Concentration adalah perbandingan besar feed dengan besar konsentrat.
c. Kadar.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 31


2.7. Jenis – Jenis Crusher
Crusher merupakan mesin penghancur padatan berkecepatan rendah, digunakan untuk
padatan kasar dalam jumlah yang besar. Crusher yang digunakan pada awal reduksi untuk
mereduksi ukuran bongkah-bongkah dari lapangan. Alat-alatnya seperti :
1. Jaw Crusher
Karakteristik umum Jaw Crusher:
 Umpan masuk dan atas, diantara dua jw yang membentuk huruf V (terbuka bagian
atasnya).
 Salah satu jaw biasanya tidak bergerak (fixed)
 Sudut antara 2 jaw antara 20
 Kecepatan buka-tutup jaw antara 250 sam pai 400 kali per menit.

Istilah istilah Jaw Crusher yaitu :


1. Mouth adalah lubang penerima feed (umpan)
2. Throat adalah jarak horisontal pada mouth
3. Sit adalah jarak horisontal pada throut
4. Closed set adalah jarak fixed jaw dan moveble jaw saat swim jaw di muka.
5. Opened set adalah jarak fixed jaw dan moveble jaw saat swim jaw berada paling
belakang.
6. Throw adalah jarak yang ditempuh aleh swim jaw saat mencapai opebed set.
7. Nip Angle adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung yang dibuat dari permukaan
antara material dengan jaw.
Kapasitas dari jaw crusher dipengaruhi oleh gravitasi, kekerasan dan moisture
constanta.

Taggart merumuskan : T = 0,6 Ls

Dimana :

T = Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)

L = Panjang lubang / penerimaan

S = Lebar lubang pengeluaran

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 32


Karakteristik dari Jaw Crusher yaitu :

1. Semua lubang Jaw Crusher mampu mengeluatkan produk dari yang kasar sampai yang
halus.
2. Kemampuan Jaw Crusher ditentukan oleh Reduction Ratio yang di hasilkan oleh Jaw
Crusher.

Faktor – faktor yang mempengaruhi efesiensi Jaw Crusher yaitu :


1. Lebar lubang pengeluaran
2. variasi dari pada throw
3. Kecepatan yang tinggi akan menggunakan efisiensi
4. Ukuran dari pada feed
5. Reduction Ratio
6. Kapasitas dari umpan
7. Reduction Ion
Choke Crushing adalah pecahnya material akibat dari pada material itu sendiri,
dimana akan menghasilkan produk yang lebih halus.

Arresteed Crushing adalah pecahnya batuan akibat dari pada alat dan material itu
sendiri.

(a). Blake Jaw Crusher


Beberapa mesin Blake Crusher dengan bukaan umpan pada (1.8 x 2.4 m) dapat
memproses batuan berdiamater 6 ft (1.8 m sampai 1000 ton/jam, dengan ukuran produk
maksimum 10 in (250 mm). jaw yang lain bergerak horizontal 20° sampai 30°.

Prinsip kerja:
Roda (flywheel) berputar menggerakkan lengan pitman naik turun karena adanya
sumbu eccentric. Gerakan naik-turun dan lengan pitman menyebabkan toggle bergerak
horizontal (kekiri dan kekanan) _ movable jaw bergerak menekan dan memecah bongkah-
bongkah padatan yang masuk dan melepaskannya saat movable jaw bergerak menjauhi fixed
jaw.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 33


Gambar 2.7.1. Blake Jaw Crusher

(b). Dodge Crusher


Biasanya berukuran Iebih kecil dan Blake Crusher. Movable jaw bagian bawah
dipasang tetap sehingga lebar dan discharge opening relatif konstan. Ukuran bahan yang
keluar akan Iebih uniform, tetapi sangat rawan terhadap kebuntuan (clogged/chokea) akibat
lubang bukaan keluar (discharge opening) yang tetap.

Prinsip kerja:
Perputaran sumbu eccentric mengakibatkan lengan pitman bergerak naik-turun.
Gerakan ini menyebabkan movable jaw frame sebelah atas bergerak horisontal kekirikekanan
menekan bongkah-bongkah padatan sampal pecah dan melepaskannya kebawah.

Gambar 2.7.2. Dodge Crusher

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 34


2. Gyratory Crusher
Gyratory crusher secara sepintas melingkar (sirkular), diantara mana material padata
dihancurkan. Kecepatan kepala dan jaw penghancur (crushing head) umumnya antara 125
sampai 425 girasi/menit.
o Lebih efisien untuk kominusi kapasitas besar terutama untuk kapasitas > 900
ton/jam. Kapasitas Gyratoiy crushers bervariasi dari 600 - 6000 ton/jam, tergantung
ukuran produk yang diinginkan (antara 0.25 inch). Kapasitas gyratory crusher
terbesar mencapai 3500
o Discharge dan gyratoly crusher lebih kontinyu (dibandingkan dengan jaw crushe,).
o Konsumsi tenaga per ton material lebih rendah dibanding jaw crushers.
o Perawatannya lebih mudah.

Prinsip kerja:
Roda berputar, memutar countershaft piringan C akan memutar main Karena main-
shaft bergerak eccentric, crushing head akan bergerak eccentric y terlihat seperti jaw crusher,
dengan jaw berbentuk (dibandingkan dengan jaw crushers), ton/jam. dan gearing, dan
piringan C. Selanjutnya, main-shaft yang terpasang eccentric pada piringan C. Iringan
menghimpit padatan (discharge opening minimum), memecahnya dan melepaskannya
(sampai discharge opening maksimum).

Gambar 2.7.3. Gyratory Crusher

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 35


3. Impact Crusher
Impact Crusher adalah type crusher dengan sistem pukul rotary dengan kecepatan rpm
yang cukup tinggi, Impact crusher biasa digunakan untuk menghancurkan batu kali dan batu
gunung dengan ukuran raw material tidak terlalu besar dan menghasilkan produk dengan
ukuran yang kecil (sekitar 1 - 5 cm) yang variasi ukuran nya relatif lebih homogen. Mesin ini
sangat cocok untuk memproduksi abu batu atau jagungan untuk bahan baku aspalt kering
atau pembuatan paving block. Untuk operasional produksi penambangan Impact Crusher ini
tidak bisa berdiri sendiri, harus didukung dengan peralatan – peralatan yang lain.
Impact crusher melibatkan penggunaan dampak daripada tekanan untuk
menghancurkan materi. Materi yang terkandung dalam kandang, dengan bukaan pada bagian
bawah, akhir, atau samping ukuran yang diinginkan untuk memungkinkan bahan dihancurkan
untuk melepaskan diri. Ada dua jenis impact crusher : poros impactor horisontal dan vertikal
poros impactor.

Gambar 2.7.4. Impact Crusher

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 36


SECONDARY CRUSHING
Proses crushing yang dilakukan setelah primary crushing, alat-alatnya seperti :
1. Cone Crusher
Prinsip kerja:
Seperti Gyratory Crushers. Crushing head disangga oleh beberapa yang diputar oleh
beberapa bevel gears. Bevel gears digerak (main shaft).
 Baik digunakan sebagai alat penghancur sekunder (secondary konis menyediakan
‘luasan kerja’ (= luas gilas) yang lebih besar.
 Ukuran umpan: 0.8 -14.3 inch (< umpan Gyratory Crushe Ukuran produk antara 0.5
inch
 Ukuran standard Cone Crushers (20 mesh (0.033 inch).

Gambar 2.7.5. Cone Crusher

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 37


2. Roll Crusher
Crushing rolls biasanya digunakan untuk memecah padatan lunak (hardness rendah),
misalnya: batubara, gipsum, limestone, bata tahan api dan lain skala MOHS <4. Biasanya,
alat-alat yang dirancang untuk berukuran kecil (veiy fine particles) dengan jumlah cukup
banyak. Ukuran umum smooth-roll crusher diameter 24 in sampai dengan diameter 78 in
(2000 mm), panjang 36 in (914 mm). Kecepatan putaran antara 50 – 300 rpm. Umpan
padatan berukuran sampai dengan 1/2 sampai 3 in (12 mm sampai 75 mm), dengan produk
berukuran antara 1/2 in (12 m) mesh. Akan tetapi, ukuran partikel dapat secara fleksibel
diatur dengan mengatur jarak antara 2 batangan rol penggilas. Operasi efektif biasanya pada
rasio ukuran produk: umpan antara 1:4 sampal 1:3.

Prinsip kerja:
Dua batangan logam horizon dengan arah yang berlawanan dan kecepatan yang sama.
Umpan masuk ke celah produk dapat diatur dengan mengatur jarak antara 2 silinder.
 Sebagai alat penghancur, saat terutama jika digunakan untuk material keras
batuan keras. lain-lain padatan dengan ini juga akan menghasilkan produk (600 mm),
panjang 12 in (300 mm), diputar dengan arah yang berlawanan dengan celah-celah
roll, tertekan dan pecah. Ukuran ini kurang disukai karena roll-nya mudah koyak.
 Biasanya banyak digunakan untuk penghancuran batubara; oil shale, fosfat dan
Batuan batuan dengan kandungan silikat.

Gambar 2.7.6. Roll Crusher

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 38


GRINDER/ IMPACTOR
Istilah grinder biasanya digunakan untuk mesin-mesin kominusi dengan kapasitas
sedang. Produk dan crusher, jika perlu dihaluskan lagi, biasanya dilakukan oleh grinder.
1. Hammer Mill
Bagian penggerak dari hammer mill adalah rotor yang berputar dengan kecepatan
tinggi didalam casing silinder. Sumbu rotor biasanya horisontal.

Kapasitas:
Untuk Hammer Mll tergantung kehalusan produk yang diinginkan, misal: 0.1 sampai
15 ton/jam untuk ukuranproduk 200-mesh atau lebih halus. Untuk Impactor bisa s/d 600
ton/jam Ukuran umpan: hampir sama dengan toothed rolled crushers Ukuran produk: antara 1
in (25 mm) sampai dengan 20-mesh, tetapi dapat dibuat lebih lebih fleksible, sesuai dengan
ukuran grid yang terpasang (jika alatnya dilengkapi ukuran produk bisa sangat halus).
Hammer Mill lebih serbaguna pemakaianya: menumbuk bahan-bahan berserat (misalnya kulit
kayu dan kulit); bahan-padatan yang agak lengket (sticky material, misalnya lempung)
sampai pada batuan keras.

Prinsip kerja:
Bongkahan padatan yang masuk dipecah oleh palu pada ujung cakram yang berputar
padatan yang pecah selanjutnya digerus pada dinding dan keluar melalul kisi (grid). Pada
reversible hammer hammer ke crushing plate/breaker plate/anvils yang dibuat bergerigi.
Butiran pecah karena terpukul oleh palu, terbentur dinding (crushing plate) atau bertumbukan
dengan butir lain. Ukuran padatan keluar dapat diatur dengan memasang kisi ukuran lubang
kisi seperti yang diinginkan.

Gambar 2.7.7. Hammer Mill

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 39


2. TUMBLING MILLS
Tumbling Mills umumnya berbentuk silinder horisontal yang berputar perlahan pada
sumbu horisontalnya. Didalamnya terdapat padatan yang mengisi sekitar 50% volume ruang
silinder (disebut sebagai grinding medium). Karená putaran mill, grinding medium akan
terangkat sampai ketinggian tertentu, kemudian jatuh dan menimpa/memukul Grinding
medium dapat berbentuk: batangan logam (dalam rod bola-bola logam (dalam rod mill
menghaluskan padatan yang abrasive.

Kapasitas dan Kebutuhan Energi:


Rod-Mill : 5 - 200 ton/jam, dengan produk ukuran 10 untuk padatan keras sekitar 4
KWh/ton. padatan-padatan keras (biasanya logam) padatan-padatan yang ada dibawahnya.
Ball-Mill : 1 - 50 ton/jam, dengan 70% sampai 90% produk berukuran lebih kecil dan 200
mesh. Kebutuhan energi untuk padatan keras sekitar 16 KWh/ton.

(a). Ball-Mill
Merupakan salah satu bentuk yang berbentuk silinder atau konis yang berputar pada
sumbu horisontalnya. Didalamnya berisi bola-bola penggilas sebagai media penghancur.
Tergantung pada bahan yang akan dihancurkan, bola porselen dil. Biasanya,

Prinsip kerja:
Silinder/kompartemen berputar pada sumbu horisontalnya. Partikel didalam akan
terlempar dan tergilas bola sangat halus. Produk halus dikeluarkan dengan:
 overflow melalui lubang yang terpasang pada sumbu (hollow trunnion), dan/atau
 kemiringan dan partikel keluar melalui lubang pada sisi bagian keluar mill), dan/atau
 dihembus oleh udara. Biasanya berupa kompartemen bola-bola penggilas dapat
terbuat dan: besi, baja, Partikel-partikel padatan bola-bola penggilas menjadi butir
dikeluarkan lubang-lubang pada periferi (lubang partikel-partikel yang sangat halus
dan kering).
 Ukuran umpan Ball-Mills tergantung padatingkat kerapuhan umpan padatan.
 Untuk padatan yang sangat rapuh (veiy fragile): 2.5
 Ukuran umum umpan: ‘s.’ 1 cm (i’ 0.5 inch)
 Ukuran bola-bola penggilas (diameter): 1
Volume bola-bola penggilas: ‘S.’ 50% volume kompartemen.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 40


 Reduction Ratio 20:1 sampai 200:1
 Ruang dalam ball mill (the chambet kadang yang berlubang/grate), dan masing –
masing bola-bola penggilas dengan ukuran yang berbeda menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran bola, semakin halus produk yang dihasilkan.
 Pada dinding-dinding kompartemen, seringkali juga dipasang liners untuk membantu
‘pengadukan’ dan penggilasan, dengan memperbesar efek benturan antara partikel
dengan dinding. Dibawah sebuah ball-mill.

Gambar 2.7.8. Ball Mill

(b). Rod-Mill
Secara konsep mekanisme kerjanya sama seperti ball mill namun yang berbeda adalah
media penghancur feed. Ialah batang-batang baja.

Gambar 2.7.9. Rod Mill

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 41


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada makalah ini dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengolahan,
pemasaran hingga reklamasi dan pasca tambang.
2. Mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat
homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap.
3. Tujuan dari pengolahan bahan galian adalah untuk pemurnian dengan konsentrasi,
peningkatan kadar suatu unsur, peningkatan sifat kimia, peningkatan sifat fisik, dan
peningkatan bentuk dan penampilan.
4. Manfaat dari pengolahan bahan galian adalah untuk mengurangi berbagai macam biaya
seperti biaya transportasi dan mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan.
5. Pengolahan bahan galian memiliki beberapa kriteria baik secara teknis maupun
ekonomis.
6. Konsep pengolahan bahan galian mineral dan batuan memiliki tahap dimulai dari
comminution, sizing, concentration, dewatering dan operasi tambahan seperti sampling
dan feeding.
7. Crusher merupakan mesin penghancur padatan berkecepatan rendah, digunakan untuk
padatan kasar dalam jumlah yang besar.

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah tersebut banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 42


DAFTAR PUTSAKA

Anonim. 2012. Manfaat Pengolahan Bahan Galian. https://dokumen.tips/documents/man


faat-pengolahan-bahan-galian.html . (Diakses pada tanggal 16 Mei 2019).
Anonim. 2017. Definisi dan Tujuan Pengolahan Bahan Galian. http://tambangxplor.blog
spot.com/2017/04/difinisi-dan-tujuan-pengolahan-bahan.html . (Diakses pada tanggal
16 Mei 2019).
Globevangobel. 2012. Sifat Kimiawi Mineral. http://globevangobel.blogspot.com/2012/05/
sifat-kimiawi-mineral.html . (Diakses pada tanggal 16 Mei 2019).
Kelly Eg., Spottiswood DJ. 1982. Introduction to Mineral Processing. Canada : John Willey
and Sons.
Korps Asisten Geologi Dasar. 2017. Diktat Praktikum Geologi Dasar. Indralaya : Laborato
rium Geologi Dasar Universitas Sriwijaya.
Korps Asisten PSDME.2016.Diktat Praktikum Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi.
Indralaya : Laboratorium PSDME Universitas Sriwijaya.
Lucky. 2013. Mineral Tambang. http://mineralkoe.blogspot.com/2013/07/apa-itu-mineral.
html . (Diakses pada tanggal 15 Mei 2019).
Suci, Sukma. Tanpa Tahun. Dasar – Dasar Pengolahan Bahan Galian. https://www.acade
mia.edu/7257711/Bahan_Galian_Industri . (Diakses pada tanggal 16 Mei 2019).
Vihel. 2011. Tahapan – Tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan . kumpulaninfotambang.
blogspot.com/2011/12/tahapan-tahapan-kegiatan-usaha.html . (Diakses pada tanggal
15 Mei 2019).

“Pengolahan Sumberdaya Mineral Dan Energi” 43

Anda mungkin juga menyukai