Oleh :
NIM. 03021381722087
Dosen Pembimbing :
NIP. 196309091989031001
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang
ditentukan. Makalah ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan potensi mahasiswa
dibidang akademik, yang mengacu pada tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Sumberdaya
Mineral dan Energi. selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan
berupa arahan atau bimbingan.
Untuk itu, ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak
terutama pada Bapak Ir. A. Taufik Arief, M.S. yang dalam hal ini sebagai dosen pembimbing
dan telah memberi sumbangsih dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga dalam
penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi
semua pihak khusnya bagi para pembaca dan penyusunan makalah ini.
Penyusun
Halaman
Cover ................................................................................................................ 1
Kata Pengantar ............................................................................................... 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1. Latar belakang ........................................................................................... 4
1.2. Rumusan masalah ...................................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
2.1. Tahapan Pertambangan ............................................................................. 6
2.2. Mineral dan Sifatnya ................................................................................. 17
2.3. Tujuan Pengolahan Bahan Galian ............................................................. 28
2.4. Manfaat Pengolahan Bahan Galian ........................................................... 29
2.5. Kriteria Pengolahan Bahan Galian ............................................................ 30
2.6. Konsep Pengolahan Bahan Galian Mineral dan Batuan ........................... 31
2.7. Jenis – Jenis Crusher ................................................................................. 32
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 42
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 42
3.2. Saran ......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43
PENDAHULUAN
Sumber daya alam dan energi yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan
Indonesia merupakan kekayaan alam yang tidak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hidup orang banyak. Potensi
sumber daya alam dan cadangan mineral metalik (logam) tersebar di beberapa lokasi di
Indonesia antara lain bagian barat, tengah dan timur, seperti tembaga dan emas di Papua,
emas di Nusa Tenggara, nikel di Sulawesi dan kepulauan Indonesia Timur, bauksit dan
batubara di Kalimantan, emas, batubara, di Sumatera, dan mineral lainnya yang masih
tersebar diberbagai wilayah dan tempat. Sumber daya mineral sebagai salah satu kekayaan
alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan baik serta terencana akan
memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi negara. Oleh karena itu
pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi
perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Pengertian
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum,eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Pengolahan bahan galian adalah
suatu proses pemisahan mineral berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada
sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga
tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.
Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk membebaskan dan
memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor
sehingga setelah dilakukan proses pengolahan bahan galian dihasilkan konsentrat yang
bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode pengolahan bahan galian yang dipakai
bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu
sendiri.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui tahapan – tahapan yang ada di dalam kegiatan pertambangan.
2. Mengetahui tentang mineral dan sifat – sifat fisik dan kimianya.
3. Mengetahui tujuan dari kegiatan pengolahan bahan galian.
4. Mengetahui manfaat dari kegiatan pengolahan bahan galian.
5. Mengetahui kriteria teknis dan ekonomis dari kegiatan pengolahan bahan galian.
6. Mengetahui konsep dari kegiatan pengolahan bahan galian mineral dan batuan.
7. Mengetahui jenis – jenis crusher yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan
galian.
8. Mengetahui prinsip, mekanisme dan teknologi dalam kegiatan pengolahan bahan
galian.
PEMBAHASAN
Prospeksi merupakan tahapan awal dalam mencari bijih-bijih metal atau mineral
berharga lainnya (batubara atau nonmetal). Mineral mineral berharga ini berada dibawah
permukaan bumi oleh karena itu diperlukan cara-cara tertentu untuk menemukannya. Metode
pencariannya terbagi menjadi dua yaitu metode langsung dan tidak langsung.
2. Eksplorasi
Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu
secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian
eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap
data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama,
laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi
ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi
dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena
pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi
yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan
analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah
diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan
menguntungkan atau tidak. Feasibility Study Merupakan kegiatan untuk menghitung dan
Umum : lokasi, iklim, topografi sejarah, kepemilikan, status lahan, transportasi, dll
Fasilitas pendukung : listrik, pengadaan air, jalan masuk, lokasi tanah buangan,
perumahan, dll
Biaya : perkiraan biaya development dan biaya eksploitasi baik langsung tidak
langsung dan biaya keseluruhan, biaya pengolahan, transportasi, peleburan, dll
Evaluasi ekonomi : evaluasi cadangan, klarifikasi cadangan dan sumber daya alam
Hal lain yang harus dipahami adalah studi kelayakan bukan hanya mengkaji secara
teknis, atau membuat prediksi/ proyeksi ekonomis, juga mengkaji aspek nonteknis lainnya,
seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan lingkungan. Studi kelayakan selain berguna dalam
mengambil keputusan jadi atau tidaknya rencana usaha penambangan itu dijalankan, juga
berguna pada saat kegiatan itu jadi dilaksanakan, yaitu:
1. Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan
2. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut, sebagai data teknis dalam menentukan pilihan
sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah, atau campuran.
Dalam perencanaan sistem penambangan dilakukan juga kajian aspek teknis lainnya,
meliputi:
5. Penambangan (Eksploitasi)
Penambangan bahan galian dibagi alas tiga bagian yaitu tambang terbuka, tambang
bawah tanah dan tambang bawah air. Tambang terbuka dikelompokkan atas quarry strip
mine, open cut, tambang alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah tanah
dikelompokkan atas room and pillar, longwall, caving, open stope, supported stope, dan
shrinkage. Sistem penambangan dengan menggunakan kapal keruk dapat dikelompokkan
menjadi tambang bawah air, walaupun relatif dangkal.
6. Pengolahan
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih
dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya pengotor
bersama bahan galian, perlunya spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah
maka harga jualnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang sudah diolah. Selain
itu, bahan galian perlu diolah agar dapat mengurangi volume dan ongkos angkut,
meningkatkan nilai tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa kimia yang tidak
dikehendaki pabrik peleburan.
Cara Pengolahan bahan galian secara garis besar dapat dibagi alas pengolahan secara
fisika, secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, dan pengolahan secara fisika dan kimia
dengan ekstraksi metal. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah pengolahan bahan galian
dengan cara memberikan perlakuan fisika seperti peremukan, penggerusan, pencucian,
7. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen. Antara
perusahaan pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang, dan
spot ataupun penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar yang penjualan
produknya dengan kontrak jangka panjang misalnya lebih dari satu tahun. Sedangkan
penjualan spot, yaitu penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja.
8. Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah
rusak baik itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi ini dilakukan
dengan cara penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan
penambangan tersebut. Reklamasi perlu dilakukan karenaPenambangan dapat mengubah
lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran
air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini
harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi,
sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air
permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari
dua kegiatan yaitu Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
Ekologinya, dan Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya
untuk pemanfaatannya selanjutnya.
Untuk mempelajari apa itu mineral, tentu kita harus terlebih dahulu mengetahui sifat-
sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara
teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori hanya bisa
menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman
untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada
1. Warna (Color)
Warna yang terlihat dipengaruhi oleh datangnya sinar yang mengenai permukaan. Sinar yang
datang sebagian dipantulkan (refleksi) dan sebagian lagi akan diserap (absorbsi) oleh mineral.
Suatu mineral dapat menunjukkan warna mineral bervariasi. Hal ini dikarenakan perbedaan
komposisi kimia atau pengotoran pada mineral. Warna mineral dibedakan menjadi dua, yaitu
1) Warna Idiokromatik : Warna asli mineral atau apabila warna mineral selalu tetap, pada
umumnya dijumpai pada mineral yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap
logam. Misalnya sulfur bewarna kuning, magnetite bewarna hitam, pyrite bewarna
kuning loyang.
2) Warna Allokromatik : warna akibat pengotoran atau apabila warna mineral tidak tetap
tergantung pada mineral pengotornya, pada umumnya dijumpai pada mineral yang
tembus cahaya (transparan/translucent) atau kilap non logam Misalnya halite yang dapat
bewarna abu-abu, kuning, cokelat gelap, merah muda, biru, dll. , atau quartz yang aslinya
tidak bewarna dapat berubah warna menjadi violet, merah muda, coklat kehitaman, dll
3. Kilap (Luster)
Suatu mineral dapat terkena sinar cahayanya akan memberikan kilap mineral. Dapat
juga diartikan sebagai kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang dikenakan
padanya, atau intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan kristal Intensitas kilap
5. Gores (Streak)
Warna dari serbuk mineral adalah gores. Minerral yang digoreskan pada lempeng
porselin kasar akan meninggalkan warna goresan. Warna gores dapat sebagai penentu
6. Belahan (Cleavage)
Mineral mengalami tekanan sehingga retak yang permukaannya mengikuti struktur
kristalnya. Retakan demikian disebut sebagai belahan. Jenis belahan ada lima.
1) Belahan sempurna (Perfect Cleavege), mineral mudah membelah melalui bidang yang
rata dan sukar membelah kecuali melalui bidangnya. Misal calcite, muscovite, galena
dan halite.
2) Belahan baik (Good Cleavage), mineral mudah mengalami pecah melalui bidang belah
ataupun memotong bidang belah. Misal feldspar, augite, hyperstene.
3) Belahan jelas (Distinct), bidang belah terlihat jelas namun sukar membelah. Misal
staurolite, scapolite, hornblende, anglesite, feldspar, dan scheelite.
4) Belahan tidak jelas (Undistinct), mineral menunjukkan bidang belahan yang masih
nampak jelas, tapi kemungkinan membentuk belahan dan pecahan sama besar. Misal
beryl, platinum, corundum, gold, magnetite.
5) Belahan tidak sempurna (Imperfect), tidak jelas permukaan bidang belahan, n kalau
pecah akan melalui bidang yang tidak rata. Misal apatite, cassiterite, native sulphur.
8. Ketahanan (Tenacity)
Merupakan tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Dalam hal ini
terdiri dari 6 yaitu :
a. Brittle (Rapuh) adalah mineral yang mudah hancur. Misal calcite dan quartz.
b. Elastic (Lentur) adalah mineral mudah dibentuk, namun dapat kembali ke bentuk
semula. Misal muscovite dan hematite tipis.
c. Flexible yaitu mineral yang dapat dibentuk, namun ke bentuk semu tidak dapat semula.
Misal talc dan gypsum.
d. Malleable (dapat ditempa) yaitu mineral yang dapat dibelah menjadi lembaran-lembaran.
Misal gold dan silver.
e. Sectile (Dapat Diiris) yaitu mineral yang dapat dipotong dengan pisau. Misal gypsum
dan cerargyrute.
f. Ductile (Dapat Dipintal) yaitu dapat dibentuk menjadi tipis. Misal olivine dan copper.
10. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifaat mineral terhadap gaya tarik magnet, ini dapat dibagi
menjadi 3 :
1) Ferromagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang sangat kuat. Misal magnetite dan
pyrhotite
2) Paramagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang cukup kuat. Misal pyrite
3) Diamagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang lemah. Misal kuarsa, gypsum, dll
14. Kelistrikan
Dalam ilmu geofisika pengetahuan dasar tentang sifat kelistrikan suatu batuan
menjadi penting. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan metode pengukuran bawah
permukaan untuk mengetahui sifat kelistrikan suatu formasi atau anomali bawah permukaan.
Metode ini dikenal dengan nama geolistrik atau kelistrikan bumi. Sehingga dapat kita ketahui
bersama bahwa aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi
secara dielektrik.
b. MINERAL OKSIDA
Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur
yang paling utama dalam oksida adalah besi,chroom,mangan,timah,dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korundum (Al2O3),
Hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Dengan melakukan Pengolahan Bahan Galian ini didapat beberapa manfaat antara
lain :
1. Syarat Teknis
a. Kadar metal berharga harus > kadar minimum tertentu
Contoh : Cu > 20%, Pb > 50%, Zn > 50%
c. Ukuran (untuk peleburan dan pengangkutan) harus > ukuran minimum tertentu
2. Syarat Ekonomis
Secara ekonomis intinya bahwa dilakukannya kegiatan pengolahan bahan galian
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya.
a. Bila mengolah bijih kompleks, usahakan dihasilkan konsentrat untuk setiap mineral
berharga. Bijih kompleks merupakan konsentrat yang terdiri dari beberapa mineral
berharga ataupun beberapa konsentrat yang masing – masing terdiri dari mineral
berharga.
Dimana :
1. Semua lubang Jaw Crusher mampu mengeluatkan produk dari yang kasar sampai yang
halus.
2. Kemampuan Jaw Crusher ditentukan oleh Reduction Ratio yang di hasilkan oleh Jaw
Crusher.
Arresteed Crushing adalah pecahnya batuan akibat dari pada alat dan material itu
sendiri.
Prinsip kerja:
Roda (flywheel) berputar menggerakkan lengan pitman naik turun karena adanya
sumbu eccentric. Gerakan naik-turun dan lengan pitman menyebabkan toggle bergerak
horizontal (kekiri dan kekanan) _ movable jaw bergerak menekan dan memecah bongkah-
bongkah padatan yang masuk dan melepaskannya saat movable jaw bergerak menjauhi fixed
jaw.
Prinsip kerja:
Perputaran sumbu eccentric mengakibatkan lengan pitman bergerak naik-turun.
Gerakan ini menyebabkan movable jaw frame sebelah atas bergerak horisontal kekirikekanan
menekan bongkah-bongkah padatan sampal pecah dan melepaskannya kebawah.
Prinsip kerja:
Roda berputar, memutar countershaft piringan C akan memutar main Karena main-
shaft bergerak eccentric, crushing head akan bergerak eccentric y terlihat seperti jaw crusher,
dengan jaw berbentuk (dibandingkan dengan jaw crushers), ton/jam. dan gearing, dan
piringan C. Selanjutnya, main-shaft yang terpasang eccentric pada piringan C. Iringan
menghimpit padatan (discharge opening minimum), memecahnya dan melepaskannya
(sampai discharge opening maksimum).
Prinsip kerja:
Dua batangan logam horizon dengan arah yang berlawanan dan kecepatan yang sama.
Umpan masuk ke celah produk dapat diatur dengan mengatur jarak antara 2 silinder.
Sebagai alat penghancur, saat terutama jika digunakan untuk material keras
batuan keras. lain-lain padatan dengan ini juga akan menghasilkan produk (600 mm),
panjang 12 in (300 mm), diputar dengan arah yang berlawanan dengan celah-celah
roll, tertekan dan pecah. Ukuran ini kurang disukai karena roll-nya mudah koyak.
Biasanya banyak digunakan untuk penghancuran batubara; oil shale, fosfat dan
Batuan batuan dengan kandungan silikat.
Kapasitas:
Untuk Hammer Mll tergantung kehalusan produk yang diinginkan, misal: 0.1 sampai
15 ton/jam untuk ukuranproduk 200-mesh atau lebih halus. Untuk Impactor bisa s/d 600
ton/jam Ukuran umpan: hampir sama dengan toothed rolled crushers Ukuran produk: antara 1
in (25 mm) sampai dengan 20-mesh, tetapi dapat dibuat lebih lebih fleksible, sesuai dengan
ukuran grid yang terpasang (jika alatnya dilengkapi ukuran produk bisa sangat halus).
Hammer Mill lebih serbaguna pemakaianya: menumbuk bahan-bahan berserat (misalnya kulit
kayu dan kulit); bahan-padatan yang agak lengket (sticky material, misalnya lempung)
sampai pada batuan keras.
Prinsip kerja:
Bongkahan padatan yang masuk dipecah oleh palu pada ujung cakram yang berputar
padatan yang pecah selanjutnya digerus pada dinding dan keluar melalul kisi (grid). Pada
reversible hammer hammer ke crushing plate/breaker plate/anvils yang dibuat bergerigi.
Butiran pecah karena terpukul oleh palu, terbentur dinding (crushing plate) atau bertumbukan
dengan butir lain. Ukuran padatan keluar dapat diatur dengan memasang kisi ukuran lubang
kisi seperti yang diinginkan.
(a). Ball-Mill
Merupakan salah satu bentuk yang berbentuk silinder atau konis yang berputar pada
sumbu horisontalnya. Didalamnya berisi bola-bola penggilas sebagai media penghancur.
Tergantung pada bahan yang akan dihancurkan, bola porselen dil. Biasanya,
Prinsip kerja:
Silinder/kompartemen berputar pada sumbu horisontalnya. Partikel didalam akan
terlempar dan tergilas bola sangat halus. Produk halus dikeluarkan dengan:
overflow melalui lubang yang terpasang pada sumbu (hollow trunnion), dan/atau
kemiringan dan partikel keluar melalui lubang pada sisi bagian keluar mill), dan/atau
dihembus oleh udara. Biasanya berupa kompartemen bola-bola penggilas dapat
terbuat dan: besi, baja, Partikel-partikel padatan bola-bola penggilas menjadi butir
dikeluarkan lubang-lubang pada periferi (lubang partikel-partikel yang sangat halus
dan kering).
Ukuran umpan Ball-Mills tergantung padatingkat kerapuhan umpan padatan.
Untuk padatan yang sangat rapuh (veiy fragile): 2.5
Ukuran umum umpan: ‘s.’ 1 cm (i’ 0.5 inch)
Ukuran bola-bola penggilas (diameter): 1
Volume bola-bola penggilas: ‘S.’ 50% volume kompartemen.
(b). Rod-Mill
Secara konsep mekanisme kerjanya sama seperti ball mill namun yang berbeda adalah
media penghancur feed. Ialah batang-batang baja.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada makalah ini dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengolahan,
pemasaran hingga reklamasi dan pasca tambang.
2. Mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat
homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap.
3. Tujuan dari pengolahan bahan galian adalah untuk pemurnian dengan konsentrasi,
peningkatan kadar suatu unsur, peningkatan sifat kimia, peningkatan sifat fisik, dan
peningkatan bentuk dan penampilan.
4. Manfaat dari pengolahan bahan galian adalah untuk mengurangi berbagai macam biaya
seperti biaya transportasi dan mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan.
5. Pengolahan bahan galian memiliki beberapa kriteria baik secara teknis maupun
ekonomis.
6. Konsep pengolahan bahan galian mineral dan batuan memiliki tahap dimulai dari
comminution, sizing, concentration, dewatering dan operasi tambahan seperti sampling
dan feeding.
7. Crusher merupakan mesin penghancur padatan berkecepatan rendah, digunakan untuk
padatan kasar dalam jumlah yang besar.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah tersebut banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.