Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN TEMBAGA (Cu)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Bahan Galian

Dosen Pengampu : Drs. Jackson Siahaan, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Syifa Madaniyah E1M020064
2. Afrianti E1M020002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penyusun khaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah tugas ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan penuh tanggung
jawab. Tugas makalah ini tentang “Pengolahan Bahan Galian Tembaga (Cu)”. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen Bapak Drs. Jackson
Siahaan, M.Pd., mata kuliah Kimia Bahan Galian. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Pengolahan Bahan GalianTembaga (Cu)” baik bagi para
pembaca dan juga bagi kami khususnya.

Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas makalah ini masih
banyak kekurangan yang mendasar baik dari segi tulisan maupun dari segi isi pada makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengaharapkankan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tugas makalah ini.

Demikian pengantar dari kami, somoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik
bagi kami yang menyusun makalah ini maupun bagi si pembaca. Apabila ada kesalahan dan
kekurangan, kami mohon maaf.

Terima kasih.

Mataram, 22 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4


1.2 Manfaat .....................................................................................................................5
1.3 Tujuan ......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................6

A. Pengertian Pengolahan Bahan Galian ........................................................................6


B. Tahapan-Tahapan Pengolahan Bahan Galian ............................................................6
C. Pengolahan Bahan Galian Tembaga (Cu) .................................................................10

BAB III PENUTUP .............................................................................................................18

A. Kesimpulan ...............................................................................................................18
B. Saran .........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berhubungan dengan unsur-unsur
maupun senyawa. Bahkan penggunaan zat tersebut makin meningkat dengan berkembang
pesatnya industri, baik sebagai alat, bahan dasar maupun sumber energi. Sumber daya alam
di Indonesia sangat kaya akan sumber mineral bijih logam. Salah satu unsur logam di
Indonesia adalah tambaga (Cu). Tembaga adalah unsur kimia yang diberi lambang Cu
(Latin: cuprum). Logam ini merupakan penghantar listrik dan panas yang baik. Penggunaan
tembaga dapat dilacak sampai 10,000 tahun yang lalu. Sebelum tembaga, diperkirakan
hanya besi dan emas, logam yang terlebih dahulu digunakan manusia.
Pada saat ini endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang
mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau
dimanfaatkan. Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral-mineral
berharga dari mineral-mineral pengganggu yang tidak diinginkan sehingga didapat suatu
kosentrat dengan tidak merubah sifat kimia dan hanya merubah sebagian sifat fisik dari
mineral tersebut/mineral yang diolah. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani
pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai
memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan.
Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing)
adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik
bahan galian untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan. Pengolahan
Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan
kualitasbahan galian. Karna umumnya material bahan berharga pada saat proses
penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karna masih bercampur dengan
impurutis atau zat pengotor (Tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya.
Setelah proses pengolahan awal, bahan galian utamabiasanya didapatkan dalam bentuk
konsentrat bahan galian

1.2 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
mengetahui tentang pengolahan bahan galian.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Dapat mengetahui proses pengolahan bahan galian
b) Dapat mengetahui manfaat pengolahan bahan galian
c) Dapat mengetahui pengelohan bahan galian tembaga (Cu)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengolahan Bahan Galian


Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral-mineral berharga dari
mineral-mineral pengganggu yang tidak diinginkan sehingga didapat suatu kosentrat dengan
tidak merubah sifat kimia dan hanya merubah sebagian sifat fisik dari mineral tersebut/mineral
yang diolah. Pengolahan gahan galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan
mutu dan kualitas bahan galian. Karna umumnya material bahan berharga pada saat proses
penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karna masih bercampur dengan
impurutis atau zat pengotor (Tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya. Setelah
proses pengolahan awal, bahan galian utama biasanya didapatkan dalam bentuk konsentrat
bahan galian.

Dengan melakukan Pengolahan Bahan Galian ini didapat beberapa keuntungan, antara
lain sebagai berikut:
a. Mengurangi ongkos transport dari lokasi penambangan ke pabrik peleburan, karena
sebagian dari waste telah terbuang selama proses ore dressing, dan juga kadar bijih telah
ditingkatkan.
b. Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta mengurangi metal
yang hilang bersama slag.
c. Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah tonase yang dileburkan
lebih sedikit.
d. Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar
mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk diambil metalnya.
e. Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada
kemungkinan dapat diambil logam yang lain sebagai hasil sampingan.

2.2 Tahapan-Tahapan Pengolahan Bahan Galian


Dalam pengolahan bahan galian dilakukan dalam tiga tahapan utama yaitu Preparasi
(merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi), Konsentrasi (merupakan
suatu proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tak berharga sehingga
didapatkan kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan) dan Dewatering (merupakan proses
pemishan antara cairan dengan padatan). Selain itu operasi tambahan lain yang diperlukan
dalam proses pengolahan bahan galian.

Skema Tahapan – Tahapan Pengolahan Bahan Galian

A. Preparasi
Merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi. Preparasi
dilakukan melaui beberapa tahap, yaitu:
1) Komunusi
Adalah mereduksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran
semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing atau grinding. Grinding digunakan
untuk proses basah dan kering, sedangkan crushing digunakan untuk proses kering
saja. Selain untuk mereduksi ukuran butir, kominusi dimaksudkan juga untuk
meliberasikan bijih, yaitu proses melepas mineral tersebut dari ikatan yang
merupakan gangue mineral. Untuk melakukan hal ini digunakan alat crusher dan
grinding mill. Kominusi terbagi dalam tiga tahap yaitu:
▪ Primary Crushing
Merupakan tahap pengancuran yang pertama, untuk material yang
berukuran besar ± 84 x 60 inchi dan produknya berukuran 4 inchi. Alat-alat
yang digunakan dalam primary chrushing adalah Jaw crusher dan Gyratory
crusher.
▪ Secondary Crushing
Merupakan tahap lanjutan dari primary crushing dimana ukran umpan
lebih kecil dari 6 inchi dan produknya berukuran 0,5 inchi. Alat-alat yang
digunakan adalah Jaw crusher (kecil), Gyratiry crusher (kecil), dan Cone
crusher
▪ Fine Crushing (Grinding Mill)
Milling merupakan lanjutan dari proses primary crushing dan secondary
crushing. Proses penghancuran pada milling menggunkan shearing stress.
Milling dklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan bentuk cell dan
grinding media.

2) Sizing
Adalah pengelompokan mineral. Alat untuk melakukan screening disebut
screen dan alat untuk melakukan classifying disebut classifier. Dalam
pengelompokan mineral ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
▪ Screening
Adalah proses pengelompokan material berdasarkan ukuran lubang
ayakan sehingga ukurannya seragam. Bahan yang ditahan oleh ayakan disebut
oversize, yang melewati (lolos) disebut undersize. Tujuan dilakukan
screening adalah:
− Mempertinggi kapasitas unit operasi lainnya
− Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding
− Memenuhi permintaan pasar
− Menyempurnakan langkah dalam “concentration process”
▪ Classifying
Adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan atas kecepatan jatuh
material dalam suatu media (air, udara), sehingga hasilnya tidak seragam
Kecepatan pengendapan tergantung pada ukuran, bentuk dan berat jenis
partikel. dalam classifying ini partikel kasar, berat dan berbentuk bulat akan
mengendap lebih cepat daripada partikel yang ringan dan berbentuk tidak
teratur. Berdasarkan media pemisahnya, classifying terdiri atas:
a. Sorting classifier menggunakan cairan kenta, pada sorting classifier,
kondisi pengendapannya adalah “hindered setting” yaitu pengendapan
yang mengalami hambatan meskipun dalam media yang kental.
b. Sizing classifier menggunkan cairan encer, dalam sizing classifier
diperlukan penambahan air disamping air yang telah ada dalam suspensi.
Sizing classifier ini menggunakan kondisi free settling yaitu
pengendapan dari material secara individu yang mengendap secara
langsung/tanpa hambatan dari material lain.
c. Sizing classifier menggunakan udara, pada sizing classfier karena
menggunakan udara maka classifier ini sering disebut dengan pneumatic
classifier. Kebanyakan penggunaan classifier ini adalah untuk
menghilangkan debu-debu dengan menggunakan hembusan udara yang
dilengkapi dengan alat pengumpul debu/kotoran.

B. Konsentrasi
Merupakan suatu proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tak
berharga sehingga didapatkan kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan. Pemisahan
ini ada beberapa cara pemisahan yang mendasarkan pada sifat fisik mineral diantaranya
adalah:
1) Warna, kilap dan bentuk Kristal, konsentrsi yang dilakukan dengan tangan biasa
(hand picking/hand sorting)
2) Gravity concentration, konsentrasi yang berdasarkan pada berat jenis. Dalam hal
ini, ada tiga macam yakni : Flowing film concentration, Jigging, Heavy Media
Separation dan Heavy Liquid Separation,
3) Magnetic susceptibility, Setiap mineral akan mempunyai sifat kemagnetan yang
berbeda yakni ada yang kuat, lemah dan bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik
oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang berbeda-beda itulah mineral dapat
dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic-separator.
4) Conductivity, Mineral itu ada yang bersifat konduktor dan non konduktor. Untuk
memisahkan mineral jenis ini diperlukan alat yang disebut High Tension Separator,
dan hasil yang didapat adalah mineral konduktor dan non konduktor. Proses ini
selalu dilakukan dalam keadaan kering.
5) Sifat permukaan mineral, Permukaan mineral itu ada yang bersifat senang dan tidak
senang terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan
menempel pada gelembung udara sedangkan mineral yang senang terhadap air tidak
akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang senang
terhadap air menjadi senang terhadap udara digunakan suatu reagen kimia seperti
Collector, Modifier dan Frother, yang mana reagen ini hanya menyelimuti
permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral). Dengan memberi
gelembung udara maka mineral akan terpisah. Sehingga antara mineral yang
dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan
semacam ini disebut dengan flotasi.

C. Dewatering
Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan pedatan. Proses ini tidak dapat
dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan cara :
1) Thickening, Yaitu proses pemisahan antara padatan dengan cairan berdasarkan atas
kecepatan mengendap partikel atu mineral dalam suatu pulp sehingga solid factor
yang dicapai sama dengan satu (% solid = 50%)
2) Filtarsi, Proses filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari campuran fasa cair.
Pada filtrasi secara garis besar pemisahannya adalah material ditampung dalam
suatu filter maka material tersebut akan tetap berada di atas filter sedangkan air akan
lolos meninggalkan filter. Filtrasi, Adalah merupakan proses pemisahan antara
padatan dengan cairan jalan menyaring (dengan filter) sehingga didapat solid factor
sama dengan empat (% solid = 100%).
3) Drying, Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara pemanasan
sehingga padatan benar-benar bebas dari cairan (% solid = 100%). Pada drying
pemisahannya dilakukan dengan cara penguapan (evaporasi).

2.3 Pengolahan Bahan Galian Tembaga (Cu)

A. Pengertian Tembaga
Tembaga adalah logam merah-muda yang lunak, dapat ditempa, liat. Ia melebur
pada 1038. Karena potensial electrode standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu2+), ia tak larut daalm asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan
adanya oksigen ia bisa terlarut sedikit. Dalam table periodik unsur – unsur kimia,
tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA)29 dan mempunyai bobot atau
berat atom (BA)63,546. Unsur tembaga di alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam
bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai
senyawa padat dalam bentuk mineral. Selain itu, tembaga (Cu) juga terdapat dalam
makanan. Sumber utama tembaga adalah tiram, kerang, kacang-kacangan, sereal, dan
coklat. Air juga mengandung tembaga dan jumlahnya bergantung pada jenis pipa yang
digunakan sebagai sumber air. Tembaga (Cu) termasuk logam golongan IB, yang
berasal dari bahasa latin Cuprum.Tembaga mempunyai nomor atom 29 dan nomor
massa 63,546. Tembaga merupakan logam padat berwarna coklat kemerah-merahan,
kukuh, liat dan dapat ditarik. Logam ini mempunyai titik didih 2310 C serta 3 massa
jenis 8,93 gr/cm. Dalam bidang industri, tembaga digunakan sebagai alat-alat listrik
seperti generator, motor listrik dan peralatan yang memerlukan tembaga sebagai
penghantar listrik

B. Alotrop Tembaga (Cu)


Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning
dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink
kecoklatan sampai keabuan.Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi
hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2)
adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS),
dan enargit (Cu3AsS4Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu:
deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen,
deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta
deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik.
Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.
Tembaga atau cuprum (Cu) di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, namun
lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam
bentuk mineral. Bijih tembaga yang terpenting yaitu pirit atau chalcopyrite (CuFeS2),
copper glance atau chalcolite (Cu2S), cuprite (Cu2O), malaconite (CuO) dan malachite
(Cu2(OH)2CO3). Tembaga kadang-kadang ditemukan secara alami, seperti yang
ditemukan dalam mineral-mineral, yaitu cuprite, malachite, azurite, chalcopyrite, dan
bornite. Tembaga memiliki sifat diamagnetik yang tidak tertarik oleh medan magnet.
Hal ini disebabkan atom atau molekul dimana elektron dalam orbitalnya semua
berpasangan.

(Gambar Tembaga (Cu)

C. Kelimpahan Tembaga di Alam


Menurut data tahun 2005, Chili merupakan penghasil tembaga terbesar di dunia,
disusul oleh AS dan Indonesia. Tembaga dapat ditambang dengan metode tambang
terbuka dan tambang bawah tanah. Kandungan tembaga dinyatakan dalam % (persen).
Jadi jika satu tambang berkadar 2,3%, berarti dari 100 kg bijih akan dihasilkan 2,3 kg
tembaga. Selain sebagai penghasil no.1, tambang tembaga terbesar juga dipunyai Chili.
Tambang itu terdapat di Chuquicamata, terletak sekitar 1.240 km sebelah utara ibukota
Santiago. . Tembaga di alam tidak begitu melimpah dan ditemukan dalam bentuk bebas
maupun dalam bentuk senyawaan. Bijih tembaga yang terpenting yaitu pirit atau
chalcopyrite (CuFeS2), copper glance atau chalcolite (Cu2S), cuprite (Cu2O),
malaconite (CuO) dan malachite (Cu2(OH)2CO3) sedangkan dalam unsur bebas
ditemukan di Northern Michigan Amerika Serikat. Deposit bijih tembaga yang banyak
ditemukan di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada.
Dalam dunia pertambangan, Indonesia memang dikenal sebagai negara yang kaya
dengan kandungan mineral yang siap diangkat kapan saja. Indonesia menempati posisi
produsen terbesar kedua untuk komoditas timah, posisi terbesar keempat untuk
komoditas tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk
komoditas emas, dan posisi kedelapan untuk komoditas batu bara. Berbagai macam
bahan tambang tersebar di Indonesia dari sabang sampai merauke banyak kita temukan
tambang-tambang yang mengeksploitasi sumberdaya alam Indonesia mulai dari emas,
timah, tembaga, perak, intan, batubara, minyak, bauksit, dll, semuanya terdapat di
Indonesia. Cadangan tembaga Indonesia sekitar 4,1% dari cadangan tembaga dunia,
dan merupakan peringkat ke-7 sedangkan dari sisi produksi adalah 10,4% dari produksi
dunia dan merupakan peringkat ke-2. Daerah-daerah penghasil tembaga di Indonesia
diantaranya, Cikotok : JawaBarat, Kompara : Papua, Sangkarapi : Sulawesi Selatan dan
Tirtamaya : Jawa Tengah. Selain itu, terdapat juga di daerah Jambi dan Sulawesi
Tengah. Tambang tembaga terbesar di Indonesia adalah yang diusahakan PT Freeport
Indonesia di area Grasberg, Papua. Freeport juga mengoperasikan beberapa tambang
bawah tanah besar, meski dengan kemampuan produksi yang masih berada di bawah
Grasberg.

D. Nilai Ekonomis Tembaga (Cu)


Bijih tembaga merupakan salah satu sumber daya mineral yang telah
diusahakan di Indonesia dengan mineral utama kalkopirit sebagai penghasil logam
tembaga dan juga sebagai mineral pembawa unsur-unsur ikutan yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Tembaga adalah salah satu komoditas logam yang diperdagangkan di
pasaran dunia karena memiliki peranan penting bagi kehidupan umat manusia.
Tembaga memiliki sifat yang sangat baik menghantarkan listrik dan panas serta tahan
terhadap korosi. Tembaga telah banyak digunakan pada berbagai bidang, antara lain:
bidang arsitektur, otomotif, elektrikal, plumbing pada bangunan, pipa bahan bakar,
industri elektronik, kelautan, produk mesin, dan telekomunikasi. Pada tahun 2019,
penggunaan tembaga di negara Amerika Serikat untuk konstruksi bangunan sebesar
43%, listrik dan elektronik sebesar 20%, peralatan transportasi sebesar 20%, product
consumer sebesar 10% dan permesinan sebesar 7%. Harga tembaga dipasar
internasional pada dasarnya bergerak fluktuatif mengikuti hukum supply dan demand.
Harga komoditas dipengaruhi oleh permintaan akibat aktivitas perekonomian secara
global.

E. Sifat-Sifat Tembaga
▪ Sifat Fisika
a) Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti emas
kuning dan keras bila tidak murni.
b) Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi
pipa, lembaran tipis dan kawat.
c) Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
d) Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi
pipa, lembaran tipis dan kawat.
e) Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
f) Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3
g) Bentuk : padat
h) Warna : logam kecolatakan
i) Massa Jenis : 8.96 g/cm3
j) Titik Lebur : 1357.77 K (1084.62 °C, 1984.32 °F)
k) Titik Didih : 2835 K (2562 °C, 4643 °F)
l) Kalor Peleburan : 13.26 kJ/mol
m) Kalor Penguapan : 300.4 kJ/mol
n) Kapasitas Kalor : (25 °C) 24.440 J/(mol・K)

▪ Sifat Kimia
a) Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap
korosi. Pada udara yang lembab, permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan
yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
b) Pada suhu sekitar 300°C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk
CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar
1.000°C, akan terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
c) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator
encerseperti HCl encer dan H2SO4 encer, tetapi HCl pekat dan mendidih
menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen.
d) Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya
udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
e) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi
dengan belerang membentuk tembaga (I) sulfida dan tembaga (II) sulfida dan
untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga (I) klorida.

F.Persenyawaan
Terdapat 2 senyawa tembaga yaitu Tembaga (I) atau cupro dan Tembaga (II)
atau cupri. Tembaga (I) oksida merupakan senyawa yang berwarna hitam dan Cu²+
umum nya berwarna biru. CuSO4.5H2O dikenal dengan nama terusi atau prusi yang
berwarna biru, tetapi bila dipanas kan H2O nya menguap dan warna nya menjadi putih.
Dalam badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion
seperti CuCO3-, CuOH. Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2.
Tembaga dengan bilangan oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan
sedangkan tembaga dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan
tembaga ini hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua keadaan
oksidasi tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3 tetapi jarang
digunakan, misalnya K3CuF6.

Beberapa senyawaan yang dibentuk oleh tembaga seperti yang tertera pada Tabel.
Tembaga(II) Nama Tembaga(I) Nama
CuO tembaga(II) oksida Cu2O tembaga(I) oksida
Cu(OH)2 tembaga(II) hidroksida tembaga(I) klorida
CuCl2 tembaga(II) klorida CuCl tembaga(I) iodida
CuF2 tembaga(II) fluorida CuI
CuS tembaga(II) sulfida
CuSO4.5H2O tembaga(II) sulfat
Cu(NO3)2.3H2O pentahidrat atau vitriol biru
tembaga(II) nitrat trihidrat

G. Pengolahan Bahan Galian Tembaga


Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh
tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang
berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret volta
sehingga mudah diasingkan dari bijihnya.

(Gambar Bijih Tembaga)


Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk memperoleh
tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS2), terdiri dari
beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
a) Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih
kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan
dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara
ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.
Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan
berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang
kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara
yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian
dipekatkan.
b) Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas
pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada
pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang
mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu
calcine disilika guna mengubah besi (II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi
(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut. Tembaga(I)
sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut dan kemungkinan masih mengandung
sedikit besi (II) sulfida
c) Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan sebab
mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
d) Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor
(tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan
elektrolit larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis
berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di
katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e ―→ Cu(s)
Anoda : Cu(s) ―→ Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin
bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt
mengendap sebagai lumpur.

H. Kegunaan Tembaga (Cu)


▪ Dalam bidang industry
− Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
− Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
− Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi methanol
menjadi metanal.
− Digunakan untuk menambah kekuatan dan kekerasan mata uang dan perkakas-
perkakas yang terbuat dari emas dan perak.
− Dalam industri, tembaga banyak digunakan dalam industry cat, industri
fungisida serta dapat digunakan sebagai katalis, baterai elektroda, sebagai
pencegah pertumbuhan lumut, turunan senyawa-senyawa karbonat banyak
digunakan sebagai pigmen dan pewarna kuningan.

▪ Dalam tubuh
− Penting dalam pembentukan Hb dan eritrosit.
− Tembaga adalah komponen dari berbagai enzim yang diperlukan untuk
menghasilkan energy, anti oksidasi, dan sintesa hormone adrenalin serta untuk
pembentukan jaringan ikat.
− Membantu absorbs unsur Fe.
− Memelihara fungsi sistem syaraf.
− Sintesis substansi hormon.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral-mineral berharga dari
mineral-mineral pengganggu yang tidak diinginkan sehingga didapat suatu kosentrat
dengan tidak merubah sifat kimia dan hanya merubah sebagian sifat fisik dari mineral
tersebut/mineral yang diolah. Pengolahan gahan galian merupakan metode yang dilakukan
untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan galian.
Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54,
merupakan unsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur 1.803°
Celcius dan titik didih 2.595 °C. Tembaga memiliki daya hantar listrik yang tinggi dan
tidak reaktif. Manfaat tembaga pada umumnya adalah sebagai bahan kabel listrik dan
pembuatan uang logam. Cadangan tembaga Indonesia sekitar 4,1% dari cadangan tembaga
dunia, dan merupakan peringkat ke-7 sedangkan dari sisi produksi adalah 10,4% dari
produksi dunia dan merupakan peringkat ke-2. Adapun proses dari ekstraksi tembaga
antara lain adalah pengapungan atau flotasi, pemanggangan, reduksi, dan yang terakhir
adalah elektrolisis.

B. Saran
Dalam mempelajari makalah ini, sebaiknya para pembaca juga membaca buku atau
meteri yang bersangkutan dengan makalah ini, karena makalah ini disajikan secara ringkas
untuk memudahkan pembaca, memperoleh inti dari bahasan yang terdapat dalam makalah.
Selain itu, kami selaku penyusun berharap pembaca dapat memberi saran atau masukan
agar kedepannya kami akan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Agung. Tembaga Lengkap. http://www.scribd.com/doc/56706894/tembaga-lengkap


Diakses 22 November 2022.
Darmono. (2006). Lingkunga Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia. UI-Press. Dewi,
Cindra. Mekanisme Toksisitas Logam
Petrucci, H. (1989). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Kartika, L., Ika, D., Dewi, R., Pratiwi, A.I., Sardi, H., Zulkarnaen, A., Idris, R., 2013, Makalah
Kimia Gol. Transisi Peride 4 dalam SPU, http://www.academia
.edu/5446425/MAKALAH_KIMIA_gol.transisis_peride_4_dalam_SPU
Diakses pada tanggal 29 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai