Batuan Karbonat
Disusun Oleh:
1. Syifa Madaniyah E1M020064
2. Afrianti E1M020002
UNIVERSITAS MATARAM
2022
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai kekayaan tambang yang
paling besar, hal ini dapat kita ketahui dari daerah-daerah penghasil tambang di Indonesia
yang beraneka ragam. Tidak hanya itu dapat kita pelajari dari sejarah proses pembentukan
permukaan bumi Negara Indonesia memiliki potensi penghasil bahan tambang karena
dahulunya saat pembentukan permukaan bumi terjadi proses sedimentasi, serta beberapa
daerah terdapat bekas bentukan pegunungan yang mungkin pada zaman ini telah menjadi
lautan ataupun ada yang menjadi daratan. Batuan dan bahan tambang itu dimaanfaatkan
dalam berbagai industri, yang mana memenuhi kebutuhan manusia secara
primer,sekunder,maupun tersier.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Kehidupan manusia
tidak lepas dari bahan galian, mulai dari rumah seisinya, genting, keramik, peralatan dapur,
motor, mobil, cat sampai bahan bakar, semuanya berasal dari bahan galian. Pengolahan bahan
galian/ unit operasi (ore dressing) adalah suatu proses pengolahan bijih (ore) secara mekanik
sehingga mineral berharga dapat dipisahkan dari mineral pengotornya dengan didasarkan
pada sifat fisika atau sifat kimia-fisika permukaan mineral. Tahap pengolahan bahan galian
terdiri dari preparasi, konsentrasi, dan dewatering. Selain itu, dalam pengolahan bahan galian
dapat dilakukan melalui analisa laboratorium.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan galian merupakan mineral asli dalam bentuk aslinya, yang dapat ditambang
untuk keperluan manusia. Semua bahan tambang itu dikuasai oleh Negara dan
dimanfaatkan untuk seluruh bangsa Indonesia. Berdasarkan kelima sila dalam Pancasila
sebagai satu kesatuan bulat, adanya norma atau kaidah dalam ketentua Pasal 33 ayat (3)
UUD1945 “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.1 Pengambilan
kekayaan alam yang terdapat di dalam tubuh bumi telah diatur pada UndangUndang
Nomor 4 TSumber daya mineral merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki
Bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi negara. Dalam dunia pertambangan, Indonesiamemang dikenal
sebagai negara yang kaya dengan kandungan mineral yang siap diangkat kapan saja.2
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan ahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang.
Hukum pertambangan merupakan bagian dari hukum yang mengatur lingkungan
hidup. Dalam perkembangannya, kejahatan lingkungan sering terjadi di
sekelilinglingkungan masyarakat, misalnya pertambangan. Pertambangan merupakan
usaha untuk menggali berbagai potensi-potensi yang terkandung dalam perut bumi.
Berdasarkan jenis mineralnya, pertambangan di Indonesia terbagi menjadi tiga kategori.
Pertama, Pertambangan Golongan A, meliputi mineral strategis seperti: minyak, gas alam,
bitumen, aspal, natural wax, antrasit, batu bara, uranium dan bahan radioaktif lainnya,
nikel dan cobalt. Kedua, Pertambangan Golongan B, meliputi mineral-mineral vital,
seperti: emas, perak, intan, tembaga, bauksit, timbal, seng dan besi. Ketiga, Pertambangan
Golongan C, umumnya mineral mineral yang dianggap memiliki tingkat kepentingan
lebih rendah daripada kedua golongan pertambangan lainnya, meliputi berbagai jenis
batu, limestone, dan lain-lain.
Bahan-bahan tambang harus digali dari perut bumi, usaha untuk menggali bahan
tambang ini kemudian disebut dengan usaha pertambangan. Usaha pertambangan
membutuhkan tempat atau wilayah yang sangat luas. Wilayah Hukum Pertambangan
Indonesia adalah seluruh kepulauan Indonesia, tanah di bawah perairan Indonesia, dan
daerah-daerah kontinental dari Kepulauan Indonesia Dalam kegiatan usaha pertambangan
terdapat suatu kegiatan yang disebut dengan kegiatan pengolahan bahan galian.
Pengolahan bahan galian merupakan suatu proses pengolahan yang memanfaatkan
perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh hasil bahan galian yang
diinginkan. Adapun proses–proses yang terjadi pada pengolahan bahan galian adalah
comminution (pengecilan ukuran), sizing (pemisahan berdasarkan ukuran butir),
consetration (peningkatan kadar), dan dewatering (pengurangan kadar air) atau dapat
dilakukan melalui analisa laboratotium dalam bahan galian.
METODE
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur atau analisa literatur.
PEMBAHASAN
Pengolahan bahan galian industri jauh lebih beraneka ragam dibanding dengan bahan
logam. Pengolahan bertujuan untuk meningkatkan mutu dan berbagai nilai seperti tingkat
konsentrat, kadar sesuatu unsur kimia, mutu fisik, mutu bentuk dan penampilan salah satunya
yaitu melalui analiasa laboratorium. Analisa laboratorium bahan galian adalah suatu kegiatan
analisis terhadap bahan atau sampel bahan galian tertentu. Tujuan dari analisa laboratorium
yaitu mengetahui bagaimana cara pengelolaan dan pengolahan terhadap suatu sampel bahan
galian yang dianalisis sehingga di dapatkan hasil yang diinginkan baik berupa analisis
kualitatif dan kuantitatif maupun pemisahan unsur/senyawa dari bahan galian. Adapun
beberapa Analisa Laboratorium pada bahan galian
1. Analisa Petrografi
Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari batuan.
Seseorang yang mempelajari petrografi disebut petrografer. Kandungan mineral dan
hubungan tekstur dalam batuan dijelaskan secara rinci. Klasifikasi batuan didasarkan
pada informasi yang diperoleh selama analisis petrografi. Petrografi Merupakan analisa
batuan secara mikroskopis, melakukan identifikasi sayatan tipis dengan mikroskop
polarisasi. Untuk tujuan tersebut dipilih contoh batuan yang secara megaskopis tampak
segar/belum mengalami pelapukan. Dari analisa petrografi ini diketahui jenis, tekstur,
struktur, komposisi mineral, nama batuan.
Apabila diinginkan melalui analisa petrografi dapat diketahui tingkat pelapukan,
tingkat metamorfisme, perkembangan/ pertumbuhan pori-pori. Dari kenampakan tingkat
pelapukan, tingkat metamorfisme dan perkembangan/pertumbuhan pori-pori, secara tidak
langsung terkait dengan kekuatan batuan. Prosedur preparasi sampel untuk analisa
petrografi sebagai berikut :
a) Pilih contoh batuan, dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 0,5 cm.
b) Pada salah satu sisinya dihaluskan dengan serbuk korundum
c) Preparat dipanaskan pada hot plate dengan suhu 50° C, hingga kering, teteskan
canada balsem, pada bagian yang halus
d) Sesudah canada balsem (Kanada Terpentin/Balsam Cemara yaitu terpentin
yang terbuat dari resin pohon cemara balsam di Amerika Utara) yang
diteteskan pada preparat masak (kurang lebih dipanaskan selama 5 menit),
pindahkan dan tempelkan pada gelas preparat yang bebas debu dan air, tekan
dan gerakan preparat tersebut sehingga menempel sempurna tanpa ada
gelembung udara di dalamnya, tunggu sampai dingin betul.
e) Preparat ditipiskan dengan gerenda halus atau dengan serbuk karborundum
dalam keadaan basah, sehingga mencapai ketebalan 0,03 mm, ketebalan ini
dapat diketahui dengan membandingkan warna mineral yang tampak pada
mikroskop pada saat nikol disilangkan (misalnya mineral hornblende) dengan
warna mineral baku seperti yang terlihat pada warna interferensi.
f) Apabila telah diperoleh ketebalan yang diinginkan, preparat dipanaskan
sebentar, kemudian ditutup dengan gelas penutup, biarkan sejenak sampai
dingin.
g) Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk
dideterminasi.
2. Analisa kimia
Analisa kimia dinilai relatif lebih rinci dibandingkan dengan analisa petrografi.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam batuan.
Pemeriksaan komposisi kimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a) Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan pada
temperatur 150°C dalam cawan platina, kemudian di fusing dengan Na2CO3;
pada suhu 1.000°C. Tambahkan aquades dan HCI, panasi hingga kering. Ulangi
perlakuan tersebut sampai larut lalu disaring untuk penentuan kadar SiO2.
b) Filtratnya untuk penentuan kadar trace elements dengan menggunakan AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometer). Untuk kadar Calsium (Ca) dan atau
Magnesium (Mg) yang tinggi, ditentukan dengan cara Kompleksiometer. Dengan
AAS akan segera dapat diketahui macam-macam unsur dan jumlahnya secara
tepat dan cepat
c) Perhitungan kandungan air dilakukan sebagai berikut: contoh batuan ditimbang
beratnya. Kemudian dimasukan ke dalam oven pada temperatur 100 - 105° C
maka semua air akan keluar dan menguap.
d) Sampel tersebut kemudian ditimbang lagi. Selisih berat yang diperoleh merupakan
berat kandungan air.
e) Perhitungan bahan hilang terbakar dilakukan sebagai berikut : Contoh dipanaskan
pada suhu 105° C dan ditimbang = a gram. Kemudian dipanaskan lagi pada
furnace sampai 1.000° C, selama 1,5-2 jam, dan ditimbang lagi = b gram. Harga
selisih a-b gram merupakan bahan yang hilang terbakar.
dimana:
Ds = Daya serap (dalam prosen)
Bj = Berat benda uji pada keadaan permukaan jenuh (gram)
Bk = Berat benda uji kering pada keadaan sesudah dimasukkan
dalam oven (gram)
Harga daya serap batuan terhadap air yang sangat besar akan mempengaruhi kekuatan
batuan sebagai konstruksi teknik, pengembangan volume air yang secara serentak dapat
merusak konstruksi bangunan. Pengujian daya serap batuan terhadap air dapat dilakukan
dengan cara, sebagai berikut:
a) Kuat tekan
(compressive strength) adalah suatu bahan yang merupakan perbandingan
besamya beban maksimum yang dapat ditahan dengan luas penampang bahan
yang mengalami gaya tersebut. Kuat tekan mengidentifikasi mutu dari sebuah
struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin
tinggi pula mutu bahan galian yang dihasilkan.
b) Uji kuat lentur
Sedangkan untuk uji kuat lentur bertujuan memperoleh kuat lentur bahan
galian untuk keperluan perencanaan struktur
c) Uji absorbsi (penyerapan air)
Besar kecilnya penyerapan air oleh bahan galian sangat dipengaruhi oleh pori-
pori atau rongga yang terdapat pada bahan galian tersebut. Semakin banyak
pori-pori yang terkandung maka akan semakin besar pula penyerapan air
sehingga ketahanannya akan berkurang. Rongga (pori-pori) yang terdapat
pada bahan galian terjadi karena kurang tepatnya kualitas dan komposisi
material penyusunnya.
Dimana :
a = Berat benda semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan No. 12 (gram)
K = Tingkat Keausan.
g) Hasil pengujian tersebut dinyatakan sebagai bilangan bulat dalam prosen.
h) Keausan batuan yang cukup besar akan berpengaruh pada kekuatan perkerasan
jalan karena langsung bergesekan dengan roda-roda kendaraan
Dimana :
p = Kuat tekan bebas batuan (kg/cm2)
P = Besar gaya yang menekan (kg)
A = Luas penampang yang dikenai gaya (cm2)