Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


ANALISA BATUAN INDUK

Disusun Oleh :
MUTIARA EZRA RIANA YESTIRA
F1D220005

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Geologi adalah cabang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari bumi,
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, proses pembentukan planet bumi beserta
isinya yang pernah ada. Permintaan akan sumber daya alam tidak terbarukan yang
semakin tinggi memaksa manusia untuk selalu menemukan lokasi-lokasi baru
untuk dieksploitasi. Salah satu sumber daya alam tidak terbarukan yang paling
dibutuhkan yaitu minyak dan gas bumi. Minyak dan gas bumi merupakan salah
satu kebutuhan manusia yang sangat penting dan sangat membutuhkan biaya yang
sangat besar dalam ekspoitasinya.
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur unsur karbon dan
hideogen, atau dalam duni minyak dan gas bumi dikenal dengan istilah minyak
dan gas bumi dalam pembentukan hidrokarbon harus lah memerhatikan aspek
asfek seperti batuan induk, reservoir, jebakan, batuan penutup dan transforasi si
hidrokarbon tersebut dari batuan induk ke reservoir migas.
Batuan induk adalah semua batuan yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon dalam jumlah yang cukup untuk
membentuk suatu akumulasi minyak dan gas bumi. Secara umum batuan induk
merupakan batuan klastik halus (serpih), berwarna gelap, kandungan zat organik
melimpah yang merupakan fosil akibat proses pengendapan dilaut. Batuan induk
potensial, yaitu batuan induk yang masih belum matang (immature) untuk
menghasilkan minyak dan gas bumi dalam kondisi alamiahnya, namun dapat
menghasilkan minyak atau gas bumi dalam jumlah signifikan bila dipanaskan
pada laboratorium atau secara proses alamiahnya. Batuan induk efektif, yaitu
batuan induk yang telah menghasilkan dan mengeluarkan minyak atau gas bumi
menuju reservoar, dapat bersifat aktif (masih mengeluarkan) dan inaktif.
Hidrokarbon terbentuk pada batuan induk yang memiliki kandungan organik.
Besarnya kandungan organik pada batuan induk biasanya tercermin dalam nilai
Total Organic Carbon (TOC). Untuk mengetahui nilai Total Organic Carbon
(TOC) pada batuan induk dilakukan dengan uji laboratorium menggunakan
sampel batuan inti (sampel core).

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 2


1.1 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah:
1. Mengetahui apa itu batuan induk
2. Mengetahui syarat suatu batuan diesbut sebagai batuan induk
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan source rock

1.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.3.1 Alat
Adapun alat pada saat pratikum yaitu :
1. Alat tulis lengkap
2. Laptop
3. Software excell
1.3.2 Bahan
Adapun bahan pada saat pratikum yaitu :
1. Modul
2. HVS

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 3


BAB II
DASAR TEORI
II.1. Analisa Jumlah Organik Dalam Batuan Induk
Batuan induk merupakan batuan asal dimana minyak bumi (senyawa HC)
terbentuk. Secara umum batuan induk merupakan batuan klastik halus (serpih),
berwarna gelap, kandungan zat organik melimpah yang merupakan fosil akibat
proses pengendapan dilaut. Berdasarkan perkembangan teknologi pada saat ini
semua batuan halus terutama asal marin, dapat bertindak sebagai batuan induk.
Terutama jika berasosiasi dengan batuan reservoir. Proses awal pembentukan
minyak dan gas bumi, terjadi karena sedimentasi zat organik terutama plankton
pada dasar cekungan dan kemudian tertimbun oleh sedimen halus dalam kondisi
reduksi sehingga terawetkan. Biasanya batuan induk berwarna gelap, bertekstur
halus misalnya lempung dan serpih. Kemudian karena gradien panas bumi dan
pembebanan, temperatur dan tekanan, zat organik terubah menjadi minyak dan
gas bumi selanjutnya diperas keluar bermigrasi ke batuan reservoir (Amin, 2014).
TOC merupakan berat rata-rata material organik dalam 100 gram batuan,
batuan induk dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan jumlah material
organik (TOC) yaitu: poor source rock dengan nilai sebesar 0-0,5 wt.% TOC, fair
source rock dengan nilai antara 0,5-1 wt.% TOC, good source rock dengan nilai 1-
2 wt.% TOC, very good source rok dengan nilai sebesar 2-4 wt.% TOC, dan
excellent dengan nilai lebih dari 4 wt.% TOC (Laksono, 2020).
Batuan yang memiliki komposisi TOC kurang dari 0,5% diartikan sebagai
batuan yang memiliki potensi hidrokarbon dapat diabaikan. Batuan yang
mempunyai komposisi TOC antara 0,5%-1,0% memiliki kemampuan yang
terbatas. Kerogen dalam batuan yang mempunyai TOC kurang dari 1% secara
umum telah teroksidasi, sehingga potensi untuk membentuk hidrokarbon terbatas.
Batuan yang memiliki komposisi TOC >1% mempunyai potensi hidrokarbon
yang besar. Sementara untuk TOC lebih dari 2 wt.% menandakan lingkungan
sangat reduksi dengan potensi hidrokarbon yang sangat baik (Hartwig. 2012).
II.2 Analisa Kematangan Batuan Induk
Rock eval pyrolisis merupakan analisis komponen hidrokarbon pada batuan
induk dengan cara melakukan pemanasan bertahap pada sampel batuan induk

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 4


dalam keadaan tanpa oksigen pada kondisi atmosfer inert dengan temperatur yang
terprogram. Analisis rock eval pyrolisis dilakukan dengan menggunakan pemanas
(oven) yang dinyalakan pada suhu atmosfer inert (Helium) yaitu 25oC/menit.
Hasil analisis rock eval pyrolisis dapat menentukan hidrokarbon bebas di dalam
sampel, senyawa hidrokarbon dan oksigen yang menguap sejak proses cracking
material organik di dalam sampel (kerogen) (Słowakiewicz, 2020).
Proses analisis rock eval pyrolisis dapat dijelaskan sebagai berikut: selama 3
menit pertama sampel yang telah dihancurkan dan dikeringkan dipanasi dengan
oven pada suhu 200oC, sehingga hidrokarbon bebas menguap. Jumlah
hidrokarbon bebas yang menguap diukur sebagai puncak S1. Kemudian
temperatur dinaikkan lagi dari 200oC hingga mencapai 550oC dengan kenaikan
25oC/menit. Ini merupakan fase penguapan hidrokarbon berat (>C40) dan juga
proses pemecahan rantai karbon organik yang tidak menguap. Hidrokarbon yang
dikeluarkan tersebut diukur sebagai puncak S2. Temperatur pada puncak S2
tersebut merupakan temperatur pematangan kerogen yang disebut Tmax. Setelah
mencapai suhu 550oC, secara perlahan temperatur diturunkan. Pada temperatur
antara 300oC-390oC CO2 akan dikeluarkan dari kerogen. Perangkap tersebut
dipanaskan dan CO2 dilepaskan dan dideteksi oleh TCD sejak proses pendinginan
oven pyrolisis (S3) (Aziz, 2020).
Vitrinite reflectance adalah indikator kematangan yang dilambangkan dengan
Ro (Reflectance in oil). Nilai vitrinite reflectance dapat diketahui dari kemampuan
kerogen memantulkan cahaya. Metode untuk mengetahui vitrinite reflectance
dilakukan dengan cara analisis kerogen. Sebelum kerogen dianalisis, sampel harus
dipreparasi terlebih dahulu dengan cara dibersihkan kemudian diselubungi resin
dan permukaannya dihaluskan. Pantulan diukur dengan menggunakan cahaya
(546 nm) pada permukaan kerogen kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop fotometer. Semakin matang suatu kerogen maka akan memiliki nilai
pantulan yang besar. Kerogen pada tahapan diagenesis hanya sedikit
memantulkan cahaya sehingga memiliki nilai Ro dibawah 0,5% (immature).
Ketika struktur kerogen semakin memadat dan teratur dalam proses katagenesis
akan semakin memantulkan cahaya. Pada proses katagenesis akan memiliki
kisaran nilai vitrinite reflectance sekitar 0,6%-1,35% dan mencapai maksimum

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 5


pada nilai sekitar 0,8%-1% yang merupakan nilai pembentukan maksimal minyak
bumi. Sedangkan pada proses metagenesis, nilai Ro diatas 2%. Skala vitrinite
relectance digunakan untuk parameter kematangan batuan induk (Wang, 2016).

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 6


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.2 Pembahasan
Pada praktikum geologi minyak bumi dan gas kemarin, praktikan
mengetahui bahwa minyak bumi dan gas ini adalah komponen penting dari
kehidupan. Minyak bumi dan gas merupakan suatu bahan pokok yang manfaatnya
sangat besar. Geologi minyak bumi dan gas merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang keberadaan suatu minyak bumi yang ada dibawah permukaan
bumi. Dengan mempelajari minyak bumi, praktikan mengetahui bagaimana
caranya mengetahui potensi minyak bumi dan gas yang terdapat dibawah tanah.
Eksplorasi migas atau eksplorasi hidrokarbon merupakan kegiatan yang bertujuan
mencari cadangan hidrokarbon seperti minyak dan gas bumi melalui perolehan
informasi mengenai kondisi geologi dari para ahli perminyakan.
Terdapat lima syarat teknis terbentuknya suatu petroleum sistem, yaitu
adanya batuan induk (source rock), jalur migrasi (migration path), batuan
reservoir (reservoir rock), jebakan (trap) dan batuan penutup (cap rock). Batuan
induk adalah batuan sedimen yang mengandung material organik. Source
rock adalah kelompok batuan shale atau batuan karbonat yang berwarna hitam
hingga coklat yang memiliki kadar organik (kerogen) yang tinggi dan mampu
menghasilkan migas. Kerogen adalah bahan-bahan organik yang dapat
menghasilkan migas. Batuan bisa dianggap sebagai source rock jika mengandung
material organik yang mencukupi, setidaknya 0,5% organik carbon dan 100 ppm
material organik yang dapat terekstraksi oleh solvent. Untuk memastikan
apakah source rock tersebut potensial mengandung minyak, dapat dianalisa
dengan proses pyrolisis dengan meningkatkan temperatur pada sampel batuan
(Metode Rock Eval). Sehingga source rock dapat diidentifikasi pada waktu proses
pemboran berlangsung. Sedangkan jalur proses perpindahan fluida hidrokarbon
yang menjauhi source rock. Migrasi ini disebabkan oleh penguburan (burial), lalu
adanya pemadatan (compaction), serta adanya peningkatan volume yang berasal
dari maturation dan gravitational separation. Karena hidrokarbon yang terbentuk
di source rock umumnya akan bergerak ke daerah yang bertekanan lebih rendah.
Lalu, batuan reservoir sendiri merupakan batuan berpori yang dapat ditempati

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 7


minyak dan gas bumi, Reservoir yang terisi hidrokarbon umumnya terbagi
menjadi banyak layer (lapisan). Jenis reservoir yang terdiri dari banyak lapisan
disebut juga multi-layer reservoir. Umumnya batuan reservoir terbentuk dari
batuan pasir dan batuan karbonat. Setelah itu, bebakan (trap) merupakan kondisi
atau bentukan bawah permukaan yang menyebabkan minyak dan gas bumi
terperangkap di dalamnya. Terakhir, batuan penutup adalah batuan impermeable
(kedap) yang tidak dapat dilalui minyak dan gas bumi. Batuan inilah yang
menyebabkan migas tidak dapat keluar ke permukaan bumi. Dari lima elemen
inilah yang menjadi syarat teknis terbentuknya minyak dan gas. Lima elemen ini
masih perlu ditindaklanjuti dengan pengeboran eksplorasi untuk membuktikan
bahwa wilayah tersebut memang mengandung cadangan migas. Tahap yang
dilakukan untuk mengetauhui ada apa tidaknya suatu daerah itu cadangan minyak
bumi dan gas adalah melakukan analisis menggunakan alat dengan cara
memantulkan gelombang dari atas permukaan tanah menuju bawah lapisan
permukaan tanah. Gelombang yang telah dipantulkan akan diterima ke atas untuk
mendapatkan hasil yang akan dianalisis menjadi hasil dua dimensi atau tiga
dimensi. Dari hasil tersebut dapat dilihat apakah lapisan bawah permukaan
menyimpan suatu cadangan hidrokarbon atau tidak. Setelah melakukan
penganalisisan dan ditemukannya cadangan hidrokarbon, maka akan dilakukan
pengeboran pada daerah tersebut.
Hasil dari hidrokarbon atau cadangan minyak bumi dan gas berasal dari
diagenesis yang terdapat pada materi dari suatu bahan organik dari biopolymers
(proteins, lipids, carbohydrates dan lignins yang disintesis oleh tanaman dan
hewan) ke geopolymers (nitrogenous dan humic complexes) disebut kerogen.
Konsentrasi, komposisi dan tingkat kematangan kerogen merupakan parameter
penting bagi pembentukan minyak dan gas. Jumlah dan tipe kerogen akan
menentukan jumlah minyak dan gas baik yang telah dibuat maupun yang akan
dibuat dalam endapan sedimen. Penentuan tipe kerogen dilakukan baik dari
optical (petrografi) maupun metode kimia. Analisis petrografi mengklasifikasikan
suatu morpologi materi organik dari berbagai lingkungan pengendapan seperti
marine atau lacustrine serta tingkat kematangannya. Sedangkan analisis geokimia
mengklasifikasikannya berdasarkan sifat kimia. Dari analisis Proses pematangan

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 8


atau perubahan secara biologi, fisika dan kimia dari kerogen menjadi migas (oil
generation). Hidrokarbon berasal dari bahan-bahan organik yang terkandung di
dalam sedimen. Bahan organik tersebut terdiri dari mikroalga dan
mikroorganisme yang terendapkan di lingkungan perairan khususnya di dasar laut.
Selama proses pengendapan, material organik tersebut terus terkubur bersama
sedimen dan material tersebut rusak akibat proses oksidasi. Sisa dari material
yang tertinggal menganndung kerogen, yang selama pengendapan sedimen akibat
tekanan dan temperatur yang tinggi dalam waktu yang sangat lama, berubah
menjadi hidrokarbon oleh proses pemanasan.

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 9


BAB VI
KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Batuan induk merupakan batuan asal dimana minyak bumi terbentuk. Secara
umum batuan induk merupakan batuan klastik halus (serpih), berwarna gelap,
kandungan zat organik melimpah yang merupakan fosil akibat proses
pengendapan dilaut.
2. petroleum sistem yang merupakan elemen-elemen yang harus terpenuhi agar
minyak dan gas terbentuk seperti source rock, reservoir rock, migration, maturity,
trap rock, dan cap rock.
3. Rock eval pyrolisis dapat mengukur dan mengindikasikan jenis dan kematangan
bahan organik dan untuk mendeteksi keberadaan minyak.

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 10


DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. 2014. Teknik Ekploras Dasar Minyak dan Gas Bumi. Jakarta :
Aziz, dkk. 2020. Hydrocarbon Source Rock Evaluation and Quantification of
Organic Richness from Correlation of Well Logs and Geochemical Data: a
Case Study from the Sembar Formation, Southern Indus Basin, Pakistan.
Journal of Natural Gas Science and Engineering, Vol.81 No.2 : 1-14.
Hartwig, A, dkk. 2012. Source Rock Characteristics and Compositional Kinetic
Models of Cretaceous Organic Rich Black Shales Offshore Southwestern
Africa. Organic Geochemistry, Vol.51 No.2: 17-34.
Kemendikbud.
Laksono, F.A.T, dkk. 2020. Analisis Struktur Geologi Daerah Cinangsi
Gandrungmangu Kabupaten Cilacap. Media Bina Ilmiah, Vol.15 No.4 :
4271–4278.
Słowakiewicz, M, dkk. 2020. A New and Working Petroleum Source Rock on the
UK Continental Shelf (Upper Permian, Offshore Yorkshire). Marine and
Petroleum Geology, Vol.121 No. 2 : 1-18.
Wang, P. C, dkk. 2016. Mesozoic and Cenozoic Accretionary Orogenic Processes
in Borneo and Their Mechanisms. Geological Journal, Vol.51 No.1 : 464-
489.

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi | 11

Anda mungkin juga menyukai