Anda di halaman 1dari 4

Faradico Syukron Akbar

1855051009
Tugas 1 Geologi Migas

ROCK EVAL

1. Pendahuluan

Batuan induk merupakan batuan sedimen serpih yang terbentuk dari endapan
material-material organik yang mengendap membentuk lapisan-lapisan dari
percampuran material organik dengan bahan sedimen. Kebanyakan material organik
merupakan planton yang mengendap di dasar laut, pengendapannya membentuk
batuan serpih berwarna hitam yang selanjutnya disebut sebagai batuan induk (Gani et
al, 2016).

Proses pembentukan batuan induk ini terjadi di daerah cekungan sedimen yang
terdapat di suatu ambang laut terbuka dengan proses yang cepat dan dibarengi dengan
penurunan. Batuan induk terbagi menjadi tiga jenis menurut Waples (1985), yaitu;
1. Batuan Induk Efektif
Batuan ini merupakan batuan induk yang telah diketahui mengeluarkan
kandungan hidrokarbon.
2. Batuan Induk yang Mungkin
Batuan induk jenis ini merupakan batuan induk yang belum teridentifikasi apakah
mengeluarkan hidrokarbon atau tidak, namun batuan ini mempunyai
kemungkinan untuk menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon.
3. Batuan Induk Potensial
Batuan sedimen yang belum matang namun belum telah diketahui dapat
membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon apabila memiliki kondisi termal yang
memungkinkannya dapat terbentuk, biasanya terbentuk pada suhu termal yang
tinggi.

2. Rock Eval Pyrolysis


Rock Eval Pyrolysis merupakan tahapan uji coba proses hydrocarbon generation di
laboratorium dengan cara melakukan pemanasan secara bertahap pada sebuah sampel
batuan induk dalam keadaan tanpa oksigen pada kondisi atmosfer inert dengan
temperatur yang terprogram. Pemanasan ini memisahkan komponen organik bebas
(bitumen) dan komponen organik yang masih terikat dalam batuan induk (Espitalie et
al., 1977). Pemanasan pada sampel batuan dilakukan pada temperatur yang lebih
tinggi dari pada kondisi sebenarnya, sehingga dapat dihasilkan hidrokarbon pada
waktu yang lebih pendek/cepat.

KETERANGAN:
1. S1, menunjukkan jumlah hidrokarbon dalam batuan, merupakan kandungan
hidrogen bebas yang dapat diuapkan tanpa melalui proses pemecahan kerogen.
Nilai S1 mencerminkan jumlah hidrokarbon bebas yang terbentuk insitu
(indigeneous hydrocarbon) karena kematangan termal maupun karena adanya
akumulasi hidrokarbon dari tempat lain (migrated hydrocarbon).
2. S2, menunjukkan jumlah hidrokarbon yang dihasilkan melalui thermal
degradation/proses pemecahan kerogen yang mewakili jumlah hidrokarbon yang
dapat dihasilkan batuan selama proses pematangan secara alamiah selama proses
pyrolisis. Ini merupakan indikator yang paling penting dari kerogen dalam
menghasilkan hidrokarbon. Harga S1 dan S2 diukur dalam satuan mg
hidrokarbon/gram batuan (mg HC/g Rock).
3. Tmax, adalah temperatur dimana terjadi puncak nilai S2 terjadi. Ini
menggambarkan temperature at peak generation.
4. S3, menggambarkan jumlah karbon dioksida dalam kerogen yang berhubungan
dengan jumlah oksigen dalam kerogen. Kandungan oksigen yang tinggi
berhubungan dengan woody-cellulosic source material atau proses oksidasi yang
kuat selama diagenesis, kandungan oksigen yang tinggi dari kerogen adalah
indikator negatif dari hydrocarbon source potential.

Penentuan tipe kerogen berdasarkan analisa Rock Eval Pyrolisis dapat dilakukan
dengan memplot nilai – nilai HI dan OI pada diagram "pseudo" van Krevelen, atau
dengan menggunakan plot HI – Tmax.

After Merrill, 1991

Material organik yang menghasilkan hidrokarbon tidak hanya memiliki unsur karbon
saja, namun haruslah berasosiasi dengan unsur hidrogen. Jadi tidak selalu sample
yang mempunyai unsur dominan karbon dianggap sebagai good source rock, tetapi
terdapat unsur hidrogen sebagai pembentuk hidrokarbon. Makin banyak unsur
hidrogen berikat dengan karbon justru akan makin banyak menghasilkan hidrokarbon.
Kombinasi plot antara nilai TOC dan nilai S2 saat ini merupakan metode terbaik
dalam mengetahui kualitas material organik yang berasosiasi dengan seberapa banyak
kandungan hidrogen dalam material organik tersebut. Sehingga nilai S2 tinggi sudah
pasti mencerminkan good source rock yang akan menghasilkan lebih banyak
hidrokarbon (Irfan, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Dembicki Jr, H. (2009). Three common source rock evaluation errors made by geologists
during prospect or play appraisals. AAPG bulletin. 93(3). 341-356.

Gani, R.M.G, Firmansyah, Y., Ilmi, N.N. (2016). Evaluasi Batuan Induk Sub-Cekungan
Aman Utara, Cekungan Sumatra Tengah Dengan Parameter Tipe Material Asal,
Kekayaan dan Kematangan. Seminar Nasional Ke-III. Diperoleh dari
https://seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/seminar/evaluasi-batuan-induk-sub-cekungan-
aman-utara-cekungan-sumatra-tengah-dengan-parameter-tipe-material-asal-kekayaan-
dan-kematangan/

Jamaluddin, J., & Sea, J. G. S. J. G. (2018). Evaluasi Batuan Induk Berdasarkan Data
Geokimia Hidrokarbon pada Sumur Prabumulih, Cekungan Sumatra Selatan. Jurnal
Geomine, 6(3), 109-116. Diperoleh dari
https://www.neliti.com/publications/274054/evaluasi-batuan-induk-berdasarkan-data-
geokimia-hidrokarbon-pada-sumur-prabumuli

Peters, K.E., dan Cassa, M.R., (1994): Applied Source Rock Geochemistry, The Petroleum
System – From Source to Trap, American Association of Petroleum Geologists, hlm.
93 – 117.

Waples, D. 1985. Geochemistry in Petroleum Exploration. International Human Resources


Development Corporation. Boston.

Espitalie, J. et al., 1977, Rapid Method for Source Roc Characterization and for
Determination of Their Petroleum Potential and Degree of Evolution, Rev. Inst.
Fr.

Anda mungkin juga menyukai