OLEH
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
i
KHAIRUL MUH. CHAL ALIF
NIM. D621 15 019
Disetujui Oleh,
Kepala Laboratorium Eksplorasi
.
NIP.
ii
I. JUDUL
“STUDI AKTIVITAS PENGOLAHAN BATUBARA PADA PT KHOTAI MAKMUR
INSAN ABADI, KABUPATEN TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR”
1
dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, hubungan antara tahapan eksplorasi dengan
resiko geologi serta investasi dapat bergerak pada kurva eksponensial yang saling
berkebalikan (Irwandy, 2014).
Menurut UU No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
Pasal 1 Ayat 5, eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi,
sebaran, kualitas serta sumber daya terukur dari bahan galian dan informasi mengenai
lingkungan sosial serta lingkungan hidup. Eksplorasi juga bertujuan untuk menentukan
tingkat keyakinan terhadap kualitas batubara yang dihasilkan. Kualitas batubara
merupakan bagian yang penting dari suatu industri pertambangan karena
berhubungan langsung dengan pemasaran batubara yang dihasilkan, agar produk yang
dihasilkan dapat sesuai dengan target yang telah ditentukan dan disepakati bersama
konsumen.
Batubara sebagai salah satu sumber energi yang banyak dimanfaatkan harus
dieksplorasi lebih rinci sebelum dieksploitasi. Oleh karena itu, studi tentang aktivitas
eksplorasi rinci batubara sangat penting dilakukan. Hal ini juga bertujuan untuk lebih
mengenalkan penulis pada tahapan-tahapan dan proses-proses eksplorasi batubara.
III. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan serta
aktivitas eksplorasi yang terdapat pada PT Khotai Makmur Insan Abadi, Tenggarong,
Kalimantan Timur.
2
mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) dan perubahan sifat-sifat fisik
serta kimia baik sebelum maupun sesudah tertutup endapan lain di atasnya. Bahan
non organik pada batubara terdiri dari macam-macam mineral yang terbentuk sebagai
material-material halus yang menyebar pada batubara atau terkumpul menjadi lapisan-
lapisan tipis (Sutardji, 2009).
3
humifikasi, dengan gambut sebagai hasil akhir. Proses pembentukan gambut ini sangat
penting dalam proses pembentukan batubara karena menjadi asal usul terbentuknya
batubara atau isi batubara (Sukandarrumidi, 1995).
Batubara terbentuk melalui proses yang panjang. Banyak faktor yang terlibat
dalam pembentukannya. Setiap faktor memegang peran tersendiri dan harus berada
dalam kondisi setimbang. Dengan kata lain, pembentukan batubara berkaitan erat
dengan kesetimbangan sistem. Sistem yang dimaksud dalam pembentukan batubara
adalah isi dan wadah dalam prosesnya. Isi berkaitan dengan apa saja yang
membentuk batubara, seperti tumbuhan pembentuk dan aliran sedimen. Wadah
merupakan tempat batubara terbentuk (Irwandy, 2014).
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).Tahap penggambutan
(peatification) adalah tahap dimana sisa- sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan
dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan
selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan yang busuk
ini melepaskan H, N, O dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O dan NH3untuk menjadi
humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobic dan fungi diubah menjadi gambut (Stach et
al, 1982).
4
menutupinya, temperatur, tekanan dan waktu terhadap komponen organic dari
gambut. Pada tahap ini, presentase karbon akan meningkat sedangkan presentase
hidrogen dan oksigen akan berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam
berbagai tigkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, subbituminous,
bituminous, semi antrasit, antrasit hingga meta antrasit. Meningkatnya peringkat
batubara dari lignit hingga berubah menjadi subbituminous dan antrasit disebabkan
oleh kombinasi antara proses fisika dan kimia serta aktifitas biologi (Stach et al, 1982).
Terbentuknya batubara selalu dengan cara yang sangat kompleks dan
memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh
fisika, kimia ataupun juga dipengaruhi oleh proses-proses geologi. Ada dua teori
mengenai tempat terbentuknya batubara yaitu teori insitu dan teori drift
(Sukandarrumidi, 1995).
Teori insitu menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terbentuk di tempat dimana tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan itu mati dan
belum mengalami transportasi, segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami
proses pembatubaraan (coalification). Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran luas dan merata serta kualitasnya lebih baik karena kadar
abunya relatif kecil (Sukandarrumidi, 1995).
Teori drift menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi
di tempat yang berbeda dengan tumbuhan semula hidup dan berkembang. Tumbuhan
yang telah mati diangkut oleh media air dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup
oleh batuan sedimen dan mengalami proses pembatubaraan (coalitification). Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara teori drift mempunyai penyebaran yang tidak
luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat. Kualitas batubara yang terbentuk dengan
cara ini kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut
bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tumbuhan ke tempat
sedimentasi (Sukandarrumidi, 1995).
4.3 Eksplorasi Batubara
Setelah dilakukan penambangan, batubara kemudian diolah untuk
memisahkannya dari kandungan yang tidak diinginkan, sehingga mendapatkan
mutu yang baik dan konsisten. Biasanya pengolahan ini terdiri dari coal
crushing dan coal washing. Proses pengolahannya sendiri bisa berbagai
macam, tergantung dari tingkat campuran dan tujuan penggunaan batubara.
1. Preparasi Batubara
5
Tujuan utama preparasi batubara adalah untuk meningkatkan kualitas
batubara agar siap jual, di antaranya menyiapkan kondisi batubara sesuai
dengan keinginan pengguna, misalnya menyesuaikan ukuran butir, membuat
agar batubara lebih homogen, mengurangi kadar sulfur, mengurangi kadar abu.
Dalam beberapa operasi penanganan material, proses pengolahan
merupakan sebuah sumber utama pemakaian energi yang paling besar. Di
samping sifat termal batubara, kemurnian dan kelembaban serta kualitas
produk juga mencakup distribusi ukuran batubara seperti yang telah ditetapkan
oleh pelanggan. Hanya dengan kominusi yang baik pada crushing plant yang
memungkinkan untuk menghasilkan ‘saleable coal’ sesuai dengan spesifikasi
pelanggan.
2. Tahapan Pada Crushing Plant
Unit pengolahan (crushing plant) merupakan rangkaian peralatan
mekanis yang digunakan untuk mereduksi ukuran hasil penambangan.
Pengolahan batubara hasil penambangan perlu dilakukan terutama untuk
memenuhi atau menyesuaikan dengan permintaan konsumen akan kualitas
dan ukuran butiran.
Secara umum peralatan yang digunakan didalam proses pengolahan
ialah semua peralatan yang dipakai dan diperlukan didalam siklus kegiatan
pengolahan bahan galian.
Adapun peralatan yang dipakai pada siklus pengolahan bahan galian
antara lain terdiri dari :
a. Hopper, Grizzly dan Dust Supression
Hopper adalah tempat penumpahan barang atau sebagai mulut crusher.
Hopper kebanyakan dibuat posisi tinggi, akan tetapi karena posisi tinggi
membuat waktu kurang efisien, saat ini hopper yang efisien dan cepat umpan
adalah hopper model bunker. Hopper merupakan wadah penyimpan yang
terbuat dari baja dan mencakup sebuah tempat pemberhentian truk, grizzly,
side wings, wear plates dan sistem penyemprot debu spinkler fungsi hopper
dan grizzly adalah untuk :
1) Menyediakan ruangan bagi batubara untuk diumpan ke feeder breaker.
2) Bertindak sebagai surge bin, sehingga pasokan batubara yang dijatuhkan
oleh dump truck dapat diatur secara konstan menuju feeder breaker.
3) Agar keluaran bin tidak terhalang oleh batubara oversize.
6
Gambar 1. Hopper, Grizzly, dan Dust
Supression
b. Feeder dan Feeder Breaker
Fungsi utama feeder adalah mengatur aliran bahan batuan yang masuk
ke dalam pemecah batu (crusher). Terdapat dua jenis feeder, yaitu apron
feeder dan mechanical atau reciprocating plate feeder. Apron feeder
umumnya digunakan untuk memasok batuan ke primary crusher, dan
merupakan heavy duty construction untuk menahan beban kejut batuan
yang ditumpahkan. Feeder stamler breaker digunakan untuk
menghancurkan material yang cukup keras. Rotating drum dilapisi
dengan sejumlah besi karbit, berfungsi untuk memecahkan batu, dan
membawa umpan ke konveyor bagian bawah. Contoh penggunaan
feeder breaker :
7
2) Gerigi besi pada rotating drum memecahkan bahan apa pun yang
lebih besar dari pada gap/celah antara drum dan feeder.
3) Sebuah elektromagnet mendeteksi serpihan baja yang ikut terambil
saat proses pengangkutan.
4) Material diangkut menuju conveyor utama.
c. Crusher
Crusher adalah sebuah mesin yang dirancang untuk mengurangi ukuran batu-
batu besar ke batu kecil, kerikil, atau serpihan batu. Crusher dapat digunakan
untuk mengurangi ukuran, atau mengubah bentuk, untuk material pengotor
sehingga mereka dapat lebih mudah dibuang atau didaur-ulang, atau untuk
mengurangi ukuran yang solid campuran bahan baku (seperti di batu bijih),
sehingga potongan-potongan komposisi yang berbeda dapat dibedakan.
Double roll crusher ialah jenis crusher yang memecahkan material
dengan cara menghimpitkan material tersebut diantara dua silinder
logam, dengan sumbu sejajar satu sama lain dan dipisahkan dengan
spasi sama dengan ukuran produk yang diinginkan. Menggunakan
kompresi untuk menghancurkan material.
Roll crusher memiliki teoritis rasio pengurangan maksimum 4:1. Jika 2 inci
partikel diumpankan ke crusher roll ukuran terkecil yang bisa diharapkan dari
crusher adalah 1/2 inci. Roll crusher hanya akan menghancurkan materi ke
ukuran partikel minimum sekitar 10 Mesh (2 mm). Sebuah roll crusher
meremukkan menggunakan gaya kompresi, dengan dua roll berputar terhadap
suatu poros. Kesenjangan antara roll diatur ke ukuran produk yang diinginkan,
dengan realisasi bahwa partikel material terbesar hanya dapat 4 kali
kesenjangan roll.
d. Conveyor
Conveyor loading atau conveyor muat adalah suatu alat yang terdiri dari banyak
roll yang di atasnya terdapat putaran ban/karet berjalan. Conveyor loading
banyak membantu di dalam pekerjaan pemuatan barang. Dalam hal ini kami
membicarakan conveyor loading untuk pemuatan batubara ke stockpile.
e. Stockpile
Stockpile merupakan tempat penimbunan batubara setelah diproses sebelum
dikirim ke pembeli. Biasanya pada stockpile, batubara dipisahkan berdasarkan
karakteristik tertentu dari batubara tersebut sesuai parameter batubaranya.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi crusher
sebagai alat produksi, antara lain sebagai berikut.
1) Kondisi fisik dari peralatan.
2) Kondisi dan tata letak tempat kerja.
3) Kecakapan operator.
4) Pengaturan sistem kombinasi kerja.
5) Penggunaan alat dan pengelolaannya.
6) Keselamatan kerja.
9
a. Data primer
Data primer adalah data hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan,
meliputi pengambilan data yang sifatnya secara langsung di lapangan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan sebagai pelengkap,
yang meliputi geologi regional daerah penelitian serta topografi dari lingkungan
pertambangan.
3. Tahapan Penyusunan Laporan
Tahapan ini menjadi tahapan akhir dari rangkaian kegiatan yang tercantum di
atas. Pada tahapan ini, keseluruhan data yang telah diperoleh kemudian akan
diolah dan diakumulasikan lalu dituangkan dalam bentuk laporan hasil sesuai
dengan format dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan pada Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.
4. Seminar dan Penyerahan Laporan
Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar Program
Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin, setelah melalui
penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh dari seminar.
Laporan akhir dalam bentuk final kemudian diserahkan kepada Ketua Program
Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.
10
VI. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu pelaksanaan kerja praktek yang adakan dilaksanakan ini dapat diatur
berdasarkan jadwal perusahaan dan kesediaan perusahan untuk menerima
diadakannya kerja praktek ini, namun jika diperkenankanpenulis akan mengajukan
jadwal kerja praktek sebagai mana di bawah ini:
Waktu : November 2018 – Desember 2018
Tempat : PTKhotai Makmur Insan Abadi, Kalimantan Timur
Lamanya KP : 1 (satu) bulan
V. DAFTAR PUSTAKA
Arif, I. 2014. Batubara Indonesia. Institut Teknologi Bandung: Bandung
Elliot, M.A dan YOHE, G.R. 1981. The Coal Industry and Coal Research and
Development in Prospective
Kentucky Geological Survey, University of Kentucky. 2012
PT. Adaro Energy Tbk. Lapisan Batubara.
http://www.google.co.id.search?q=gambar+batubara+pt+adaro_ene
rgy+tbk&safe
Sukandarrumidi.1995. Batubara dan Gambut. Universitas Gajah Mada:
Yogyakarta
Sutardji. 2009.Buku Ajar Sumber Daya Alam. Semarang. Jurusan Geografi FIS:
UNNES
World Coal Institute. 2005. Sumber Daya Batubara. WCI: London
11