Anda di halaman 1dari 13

STUDI AKTIVITAS PENGOLAHAN BATUBARA PADA

PT KHOTAI MAKMUR INSAN ABADI, KABUPATEN


TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

OLEH

KHAIRUL MUH. CHAL ALIF


D621 15 019

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2018
HALAMAN PENGESAHAN
i
KHAIRUL MUH. CHAL ALIF
NIM. D621 15 019

STUDI AKTIVITAS PENGOLAHAN BATUBARA PADA


PT KHOTAI MAKMUR INSAN ABADI, KABUPATEN
TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR

Gowa, September 2018

Disetujui Oleh,
Kepala Laboratorium Eksplorasi

.
NIP.

ii
I. JUDUL
“STUDI AKTIVITAS PENGOLAHAN BATUBARA PADA PT KHOTAI MAKMUR
INSAN ABADI, KABUPATEN TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR”

II. LATAR BELAKANG


Batubara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia, dimana
penggunaannya sebagai pembangkit listrik yang menghasilkan listrik hampir 40% di
seluruh dunia. Di banyak negara, angka-angka ini jauh lebih tinggi. Batubara
merupakan sumber energi yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di dunia di
tahun-tahun belakangan ini. Batubara lebih cepat daripada gas, minyak, nuklir, air dan
sumber daya pengganti (World Coal Institute, 2005).
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang selama ini banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan. Batubara terbentuk dengan cara yang
kompleks dan memerlukan waktu yang cukup lama (puluhan hingga ratusan tahun) di
bawah pengaruh fisika, kimia dan keadaan geologi (Irwandy, 2014). Batubara adalaj
sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya
berakumulasi di rawa dan lahan gambut ((World Coal Institute, 2005).
Batubara merupakan bahan bakar fosil dan termasuk dalam kategori batuan
sedimen, yang dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik bahan bakar
dasar dalam industri semen, kokas serta peleburan baja. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka dilakukan eksplorasi endapan batubara dan
penyebaran di suatu tempat tertentu, sehingga dapat diketahui daerah yang prospek.
Penyebaran batubara di sutau tempat akan selalu diikuti dengan penyebaran endapan
dan kualitasnya (Sukandarrumidi, 1995).
Eksplorasi batubara perlu dilakukan sebelum melakukan eksploitasi agar
memudahkan dalam penentuan suatu cebakan batubara, menentukan kecenderungan
akumulasi endapan batubara dan penyebarannya. Eksplorasi harus mampu menjawab
apa, di mana, berapa dan bagaimana suatu endapan atau cebakan terbentuk. Oleh
karena itu, sifat eksplorasi adalah mencari, membuktikan dan mengevaluasi. Kegiatan
eksplorasi dilakukan secara bertahap. Kesuksesan eksplorasi tergantung pada ketiga
komponen, yaitu explorer, money and luck (Irwandy, 2014).
Eksplorasi berbeda dengan menambang.Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
banyak metode, tapi berbeda target eksplorasi dan tujuannya. Jadi, desain metode pun
bisa berbeda. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen eksplorasi yang sistematis

1
dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, hubungan antara tahapan eksplorasi dengan
resiko geologi serta investasi dapat bergerak pada kurva eksponensial yang saling
berkebalikan (Irwandy, 2014).
Menurut UU No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
Pasal 1 Ayat 5, eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi,
sebaran, kualitas serta sumber daya terukur dari bahan galian dan informasi mengenai
lingkungan sosial serta lingkungan hidup. Eksplorasi juga bertujuan untuk menentukan
tingkat keyakinan terhadap kualitas batubara yang dihasilkan. Kualitas batubara
merupakan bagian yang penting dari suatu industri pertambangan karena
berhubungan langsung dengan pemasaran batubara yang dihasilkan, agar produk yang
dihasilkan dapat sesuai dengan target yang telah ditentukan dan disepakati bersama
konsumen.
Batubara sebagai salah satu sumber energi yang banyak dimanfaatkan harus
dieksplorasi lebih rinci sebelum dieksploitasi. Oleh karena itu, studi tentang aktivitas
eksplorasi rinci batubara sangat penting dilakukan. Hal ini juga bertujuan untuk lebih
mengenalkan penulis pada tahapan-tahapan dan proses-proses eksplorasi batubara.

III. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan serta
aktivitas eksplorasi yang terdapat pada PT Khotai Makmur Insan Abadi, Tenggarong,
Kalimantan Timur.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


4.1 Pengertian Batubara
Batubara merupakan batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen serta oksigen sebagai
komponen unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan (Elliot,
1981). Batubara diartikan sebagai batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar,
berasal dari tumbuhan serta berwarna cokelat sampai hitam, yang sejak
pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang menjadikan kandungan
karbonnya menjadi kaya (Sukandarrumidi, 1995).
Batubara dalam pengertian lain diartikan sebagai endapan yang tersusun dari
bahan organik dan non organik. Bahan organik berasal dari sisa tumbuhan yang telah

2
mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) dan perubahan sifat-sifat fisik
serta kimia baik sebelum maupun sesudah tertutup endapan lain di atasnya. Bahan
non organik pada batubara terdiri dari macam-macam mineral yang terbentuk sebagai
material-material halus yang menyebar pada batubara atau terkumpul menjadi lapisan-
lapisan tipis (Sutardji, 2009).

Gambar 1.Salah Satu Contoh Batubara(PT. Adaro Energy Tbk.)


Batubara berasal dari tumbuhan yang telah mati dan tertimbun dalam
cekungan yang berisi air dalam waktu yang sangat lama, mencapai jutaan tahun.
Inilah yang membedakan batubara dengan minyak bumi karena minyak bumi berasal
dari hewani. Dalam proses pembentukan batubara, banyak faktor yang
mempengaruhinya. Sebaga contoh, besarnya temperatur dan tekanan terhadap
tumbuhan mati akan mempengaruhi kondisi lapisan batubara yang terbentuk,
termasuk pengayaan kandungan karbon di dalam batubara. Timbunan material ini
kemudian mengalami proses penggambutan dan pembatubaraan sehingga menjadi
batubara. Batubara secara geologi termasuk golongan batuan sedimen organoklastik
(Irwandy, 2014).
4.2 Pembentukan Batubara
Batubara di dunia umumnya berasal dari Zaman Karbon. Pada era itu, iklim
bumi adalah tropis sehingga memungkinkan bermacam-macam tumbuhan tumbuh
subur di bumi, khususnya di daerah rawa. Tumbuhan yang tua lama-kelamaan mati
dan menumpuk serta tertimbun di daerah rawa. Timbunan itu makin lama makin tebal
dan sariring laju pertambahan timbunan tumbuhan, terdapat pula laju penurunan
dasar rawa. Hal ini menyebabkan terakumulasinya timbunan tumbuhan mati yang
kemudian diuraikan oleh bakteri. Bagian-bagian tumbuhan ini terurai dalam kondisi
anaerob menjadi karbon dioksida, air dan asam humin. Proses ini dinamakan

3
humifikasi, dengan gambut sebagai hasil akhir. Proses pembentukan gambut ini sangat
penting dalam proses pembentukan batubara karena menjadi asal usul terbentuknya
batubara atau isi batubara (Sukandarrumidi, 1995).
Batubara terbentuk melalui proses yang panjang. Banyak faktor yang terlibat
dalam pembentukannya. Setiap faktor memegang peran tersendiri dan harus berada
dalam kondisi setimbang. Dengan kata lain, pembentukan batubara berkaitan erat
dengan kesetimbangan sistem. Sistem yang dimaksud dalam pembentukan batubara
adalah isi dan wadah dalam prosesnya. Isi berkaitan dengan apa saja yang
membentuk batubara, seperti tumbuhan pembentuk dan aliran sedimen. Wadah
merupakan tempat batubara terbentuk (Irwandy, 2014).
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).Tahap penggambutan
(peatification) adalah tahap dimana sisa- sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan
dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan
selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan yang busuk
ini melepaskan H, N, O dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O dan NH3untuk menjadi
humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobic dan fungi diubah menjadi gambut (Stach et
al, 1982).

Gambar 2. Tahap Pembentukan Batubara (Kentucky Geological


Survey, 2012)
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi,
kimia dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang

4
menutupinya, temperatur, tekanan dan waktu terhadap komponen organic dari
gambut. Pada tahap ini, presentase karbon akan meningkat sedangkan presentase
hidrogen dan oksigen akan berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam
berbagai tigkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, subbituminous,
bituminous, semi antrasit, antrasit hingga meta antrasit. Meningkatnya peringkat
batubara dari lignit hingga berubah menjadi subbituminous dan antrasit disebabkan
oleh kombinasi antara proses fisika dan kimia serta aktifitas biologi (Stach et al, 1982).
Terbentuknya batubara selalu dengan cara yang sangat kompleks dan
memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh
fisika, kimia ataupun juga dipengaruhi oleh proses-proses geologi. Ada dua teori
mengenai tempat terbentuknya batubara yaitu teori insitu dan teori drift
(Sukandarrumidi, 1995).
Teori insitu menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terbentuk di tempat dimana tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan itu mati dan
belum mengalami transportasi, segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami
proses pembatubaraan (coalification). Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran luas dan merata serta kualitasnya lebih baik karena kadar
abunya relatif kecil (Sukandarrumidi, 1995).
Teori drift menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi
di tempat yang berbeda dengan tumbuhan semula hidup dan berkembang. Tumbuhan
yang telah mati diangkut oleh media air dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup
oleh batuan sedimen dan mengalami proses pembatubaraan (coalitification). Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara teori drift mempunyai penyebaran yang tidak
luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat. Kualitas batubara yang terbentuk dengan
cara ini kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut
bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tumbuhan ke tempat
sedimentasi (Sukandarrumidi, 1995).
4.3 Eksplorasi Batubara
Setelah dilakukan penambangan, batubara kemudian diolah untuk
memisahkannya dari kandungan yang tidak diinginkan, sehingga mendapatkan
mutu yang baik dan konsisten. Biasanya pengolahan ini terdiri dari coal
crushing dan coal washing. Proses pengolahannya sendiri bisa berbagai
macam, tergantung dari tingkat campuran dan tujuan penggunaan batubara.
1. Preparasi Batubara

5
Tujuan utama preparasi batubara adalah untuk meningkatkan kualitas
batubara agar siap jual, di antaranya menyiapkan kondisi batubara sesuai
dengan keinginan pengguna, misalnya menyesuaikan ukuran butir, membuat
agar batubara lebih homogen, mengurangi kadar sulfur, mengurangi kadar abu.
Dalam beberapa operasi penanganan material, proses pengolahan
merupakan sebuah sumber utama pemakaian energi yang paling besar. Di
samping sifat termal batubara, kemurnian dan kelembaban serta kualitas
produk juga mencakup distribusi ukuran batubara seperti yang telah ditetapkan
oleh pelanggan. Hanya dengan kominusi yang baik pada crushing plant yang
memungkinkan untuk menghasilkan ‘saleable coal’ sesuai dengan spesifikasi
pelanggan.
2. Tahapan Pada Crushing Plant
Unit pengolahan (crushing plant) merupakan rangkaian peralatan
mekanis yang digunakan untuk mereduksi ukuran hasil penambangan.
Pengolahan batubara hasil penambangan perlu dilakukan terutama untuk
memenuhi atau menyesuaikan dengan permintaan konsumen akan kualitas
dan ukuran butiran.
Secara umum peralatan yang digunakan didalam proses pengolahan
ialah semua peralatan yang dipakai dan diperlukan didalam siklus kegiatan
pengolahan bahan galian.
Adapun peralatan yang dipakai pada siklus pengolahan bahan galian
antara lain terdiri dari :
a. Hopper, Grizzly dan Dust Supression
Hopper adalah tempat penumpahan barang atau sebagai mulut crusher.
Hopper kebanyakan dibuat posisi tinggi, akan tetapi karena posisi tinggi
membuat waktu kurang efisien, saat ini hopper yang efisien dan cepat umpan
adalah hopper model bunker. Hopper merupakan wadah penyimpan yang
terbuat dari baja dan mencakup sebuah tempat pemberhentian truk, grizzly,
side wings, wear plates dan sistem penyemprot debu spinkler fungsi hopper
dan grizzly adalah untuk :
1) Menyediakan ruangan bagi batubara untuk diumpan ke feeder breaker.
2) Bertindak sebagai surge bin, sehingga pasokan batubara yang dijatuhkan
oleh dump truck dapat diatur secara konstan menuju feeder breaker.
3) Agar keluaran bin tidak terhalang oleh batubara oversize.

6
Gambar 1. Hopper, Grizzly, dan Dust
Supression
b. Feeder dan Feeder Breaker
Fungsi utama feeder adalah mengatur aliran bahan batuan yang masuk
ke dalam pemecah batu (crusher). Terdapat dua jenis feeder, yaitu apron
feeder dan mechanical atau reciprocating plate feeder. Apron feeder
umumnya digunakan untuk memasok batuan ke primary crusher, dan
merupakan heavy duty construction untuk menahan beban kejut batuan
yang ditumpahkan. Feeder stamler breaker digunakan untuk
menghancurkan material yang cukup keras. Rotating drum dilapisi
dengan sejumlah besi karbit, berfungsi untuk memecahkan batu, dan
membawa umpan ke konveyor bagian bawah. Contoh penggunaan
feeder breaker :

Gambar 2. Cara kerja feeder


breaker

1) Material dimasukkan ke dalam hopper oleh truk atau loader material


berjalan sepanjang feeder di bawah rotating drum.

7
2) Gerigi besi pada rotating drum memecahkan bahan apa pun yang
lebih besar dari pada gap/celah antara drum dan feeder.
3) Sebuah elektromagnet mendeteksi serpihan baja yang ikut terambil
saat proses pengangkutan.
4) Material diangkut menuju conveyor utama.
c. Crusher
Crusher adalah sebuah mesin yang dirancang untuk mengurangi ukuran batu-
batu besar ke batu kecil, kerikil, atau serpihan batu. Crusher dapat digunakan
untuk mengurangi ukuran, atau mengubah bentuk, untuk material pengotor
sehingga mereka dapat lebih mudah dibuang atau didaur-ulang, atau untuk
mengurangi ukuran yang solid campuran bahan baku (seperti di batu bijih),
sehingga potongan-potongan komposisi yang berbeda dapat dibedakan.
Double roll crusher ialah jenis crusher yang memecahkan material
dengan cara menghimpitkan material tersebut diantara dua silinder
logam, dengan sumbu sejajar satu sama lain dan dipisahkan dengan
spasi sama dengan ukuran produk yang diinginkan. Menggunakan
kompresi untuk menghancurkan material.
Roll crusher memiliki teoritis rasio pengurangan maksimum 4:1. Jika 2 inci
partikel diumpankan ke crusher roll ukuran terkecil yang bisa diharapkan dari
crusher adalah 1/2 inci. Roll crusher hanya akan menghancurkan materi ke
ukuran partikel minimum sekitar 10 Mesh (2 mm). Sebuah roll crusher
meremukkan menggunakan gaya kompresi, dengan dua roll berputar terhadap
suatu poros. Kesenjangan antara roll diatur ke ukuran produk yang diinginkan,
dengan realisasi bahwa partikel material terbesar hanya dapat 4 kali
kesenjangan roll.
d. Conveyor
Conveyor loading atau conveyor muat adalah suatu alat yang terdiri dari banyak
roll yang di atasnya terdapat putaran ban/karet berjalan. Conveyor loading
banyak membantu di dalam pekerjaan pemuatan barang. Dalam hal ini kami
membicarakan conveyor loading untuk pemuatan batubara ke stockpile.
e. Stockpile
Stockpile merupakan tempat penimbunan batubara setelah diproses sebelum
dikirim ke pembeli. Biasanya pada stockpile, batubara dipisahkan berdasarkan
karakteristik tertentu dari batubara tersebut sesuai parameter batubaranya.

8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi crusher
sebagai alat produksi, antara lain sebagai berikut.
1) Kondisi fisik dari peralatan.
2) Kondisi dan tata letak tempat kerja.
3) Kecakapan operator.
4) Pengaturan sistem kombinasi kerja.
5) Penggunaan alat dan pengelolaannya.
6) Keselamatan kerja.

V. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


Metode pelaksanaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan cara
melakukan pengamatan langsung di lapangan. Sebelum melakukan penelitian di
lapangan, penelitian ini juga terlebih dahulu dikaji dalam bentuk studi literature. Oleh
karena itu, penelitian ini juga ditunjang oleh beberapa literatur berupa buku dan jurnal
yang berkaitan dengan judul penelitian yang diajukan, serta informasi tambahan
berupa pengalaman dari ahli praktisi di lapangan.
1. Persiapan
Tahapan persiapan merupakan tahapan yang berisi kegiatan pendahuluan
sebelum dilakukannya penelitian. Tahapan ini terbagi ke dalam beberapa
tahapan yang lebih rinci, antara lain:
a. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dimaksudkan untuk mengetahui masalah apa yang akan
diangkat dalam penelitian. Dalam hal ini, perumusan masalah akan membantu
dalam kegiatan pengambilan data agar lebih terkontrol.
b. Administrasi
Pengurusan administrasi merupakan pengurusan segala bentuk perizinan
kegiatan penelitian kepada pihak-pihak terkait.
c. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengkaji buku-buku teks, jurnal dan laporan
yang sudah ada mengenai penelitian yang mendukung dalam penulisan
laporan, termasuk informasi yang didapatkan dari media internet.
2. Kegiatan Lapangan dan Pengumpulan Data
Tahap pengambilan data terdiri dari:

9
a. Data primer
Data primer adalah data hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan,
meliputi pengambilan data yang sifatnya secara langsung di lapangan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan sebagai pelengkap,
yang meliputi geologi regional daerah penelitian serta topografi dari lingkungan
pertambangan.
3. Tahapan Penyusunan Laporan
Tahapan ini menjadi tahapan akhir dari rangkaian kegiatan yang tercantum di
atas. Pada tahapan ini, keseluruhan data yang telah diperoleh kemudian akan
diolah dan diakumulasikan lalu dituangkan dalam bentuk laporan hasil sesuai
dengan format dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan pada Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.
4. Seminar dan Penyerahan Laporan
Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar Program
Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin, setelah melalui
penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh dari seminar.
Laporan akhir dalam bentuk final kemudian diserahkan kepada Ketua Program
Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

10
VI. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu pelaksanaan kerja praktek yang adakan dilaksanakan ini dapat diatur
berdasarkan jadwal perusahaan dan kesediaan perusahan untuk menerima
diadakannya kerja praktek ini, namun jika diperkenankanpenulis akan mengajukan
jadwal kerja praktek sebagai mana di bawah ini:
Waktu : November 2018 – Desember 2018
Tempat : PTKhotai Makmur Insan Abadi, Kalimantan Timur
Lamanya KP : 1 (satu) bulan

Tabel1. Jadwal Kegiatan Kerja Praktek


OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Kajian Pustaka
Kegiatan Lapangan
Pengolahan dan Analisis Data
Pembuatan Laporan

V. DAFTAR PUSTAKA
Arif, I. 2014. Batubara Indonesia. Institut Teknologi Bandung: Bandung
Elliot, M.A dan YOHE, G.R. 1981. The Coal Industry and Coal Research and
Development in Prospective
Kentucky Geological Survey, University of Kentucky. 2012
PT. Adaro Energy Tbk. Lapisan Batubara.
http://www.google.co.id.search?q=gambar+batubara+pt+adaro_ene
rgy+tbk&safe
Sukandarrumidi.1995. Batubara dan Gambut. Universitas Gajah Mada:
Yogyakarta
Sutardji. 2009.Buku Ajar Sumber Daya Alam. Semarang. Jurusan Geografi FIS:
UNNES
World Coal Institute. 2005. Sumber Daya Batubara. WCI: London

11

Anda mungkin juga menyukai