Anda di halaman 1dari 12

PAPER SEDIMENTOLOGI BATUBARA

ALBERTO ADILUHUNG TAMBUR

072001800003

TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2020
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………… I

DAFTAR ISI ………………………………………………………………....II

ABSTRAK …………………………………………………………………....1

I. PENDAHULUAN ………………………………………………..2
II. PEMBAHASAN ……………………………………………….... 4
III. PENUTUP ………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA
SEDIMENTOLOGI BATUBARA

ALBERTO A. TAMBUR

Program studi teknik geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,

Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRAK

Batubara merupakan bahan bakar hidrokarbon yang terjadi karena proses


penggambutan dan pembatubaraan. Kualitas batubara berbeda beda tergantung pada
kandungan C dan H . pada umumnya endapan yang ekonomis terbentuk pada eosen.
sedimentologi batubara secara garis besar di bagi atas 2, yang pertama proses
penggambutan; dimana terjadi akumulasi dan pembusukan tumbuhan mati pada
daerah anaerobic, kemudian kedua yaitu tahap pembatubaraan, diaman terjadi
pengaruh tekanan serta temperature pada gambut hingga menjadi gambut. Proses
sedimentasi batubara ini juga di control oleh faktor eksternal berupa pengaruh
lingkungan dan faktor geologi maupun internal berupa penyusun batubara

Kata kunci : batubara, sedimentasi, sedimentology, penggambutan, pembatubaraan

ABSTRACT

Coal is a hydrocarbon fuel that occurs due to the peat and coalification process. The
quality of the differs depending on the content of C and H . in general economic
deposite are formed in the oecene. Coal sedimentations is broadly into 2.the first is the
peeling process; where there is accumulation and decay of dead plants in the
anaerobic area, then the second stage is coalification; where the influence of
pressure and temepratur on the peat to the peat occur. The coal sedimentations process
is also controlled by external factors such us environment influence and internal
factors also geological factors in the form of coal

Keywoard : coal, sedimentation. Sedimentology, peat, coalification


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penemuan batubara pertama kali di China membawa dampak yang sangat besar
dalam kehidupan manusia. Salah satu kontribusi terbesar batubara dalam menunjang
kemajuan teknologi yaitu; dengan di temukannya mesin uap oleh James Watt yang
menjadi cikal bakal revolusi industri. Sejak saat itu, eksplorasi terhadap batubara
gencar di lakukan oleh berbagai negara. Tak terkecuali juga indonesia melakukan
eksplorasi pertamanya di Kalimantan Timur pada tahun 1845. Perkembangan
lapangan tambang batubara di Indonesia sejak saat itu sangat pesat. Menurut Badan
Geologi (2015), total sumberdaya yang dimiliki Indonesia yaitu sejumlah 106,845
milyar ton dan cadangan batubara sejumlah 32,263 milyar ton. Kualitas sumberdaya
batubara Indonesia cukup bervariasi baik dalam parameter kalori, kandungan abu,
kandungan sulfur, total lengas, dan parameter lainnya. Sebagian besar batubara yang
dimiliki Indonesia yaitu sekitar 60% merupakan batubara berkalori sedang atau
sekitar 5100-6100 kcal/kg ADB (medium rank) sedangkan 30% sisanya batubara
dengan kategori low rank (nilai kalori 7100kcal/kg ADB) ( BAPPENAS 2016 ).
Menurut peta perdagangan batubara dunia tersebut, Indonesia merupakan salah satu
top coal exporter atau pengekspor batubara terbesar dunia ( CARBON BRIEF 2016 )

Hingga menempatankan Indonesia dalam urutan ke 4 produsen batubara


terbanyak di dunia. Kegunaan batubara pada umumnya sangat banyak. Di antaranya
di gunakan sebagai bahan industry, bahan bakar pembangkit listrik, dll.

Batubara merupakan salah satu sumber energi primer fosil.berbicara mengenai


energy fosil tak terlepas dengan keadaan masa lampau di suata lokasi tersebut.
Artinya erat keadaan wilayah tersebut di dalam permukaannya dengan di kubur dalam
tanah. Tentu untuk menghasilkan sebuah batubara membutuhkan waktu yang sangat
lama dalam skala waktu geologi.

Selaian daripada itu juga Kebutuhan akan batu bara semakin meningkat,
sementara ketersedian batubara yang merupakan energy fosil yang tak lain
ketersediannya di alam terbatas, dan suatu saat akan habis. ketersedian batubara di
indonesia di perkirakan akan habis sekitar 80 tahun mendatang ( indonesia
investments ). Target produksi batubara nasional yaitu sebesar 425 juta ton pada tahun
2015 hingga sebesar 400 juta ton pada tahun 2019, sementara target konsumsi
batubara domestik mengalami peningkatan yaitu sekitar 24% atau 102 juta ton pada
2015 hingga mencapai 60% atau 240 juta ton pada 2019. Penurunan target produksi
batubara nasional dan peningkatan target konsumsi batubara domestik tersebut
dimaksudkan untuk mengamankan penyediaan batubara nasional untuk kepentingan
industri dalam negeri ( BAPPENAS 2016).

Melihat data di atas konsumsi batubara di Indonesia semakain meningkat


sementara ketersediaan batubara sangat terbatas. untuk itu di perlukan suatu upaya
dalam mencari ketersedian batubara dengan lapangan tambang yang baru, dan
kualitas yang tinggi. Dengan mempelajari karakteristik pengendapan batubara
( sedimentologi batubara ) ,sehingga akan menambah wawasan dalam melakukan
eksplorasi lapangan tambang yang baru.

Motovasi penulis dalam penulisan paper ini di awali dengan ketertarikan akan
batubara yang diamana ketersediannya di Indonesia masih sangat banyak diamana
penulisan meyakini di kemudian hari akan menjanjikan bagi profesi seorang geologis.
pembahasan paper ini akan berfokus bagaimana suatau batubara terbentuk
(sedimentology batubara ). Baik itu proses pembentuknya maupun keterdapatan
batubara.
II. PEMBAHASAN

Sukandarrumidi 1995 mengatakan bahwa batubara merupakan bahan bakar


hidrokarbon padat yang terbentuk dari proses penggambutan dan
pembatubaraan di dalam suatu cekungan (daerah rawa) dalam jangka waktu
geologis yang meliputi aktivitas bio-geokimia terhadap akumulasi flora di
alam yang mengandung selulosa dan lignin. Proses pembatubaraan juga
dibantu oleh factor tekanan (berhubungan dengan kedalaman), dan suhu
(berhubungan dengan pengurangan kadar air dalam batubara). Batubara dapat
didefinisikan sebagai batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi
tumpukan tanaman selama kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini
terjadi karena proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam
selulosa diubah menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Perubahan
yang terjadi dalam kandungan bahan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan,
pemanasan yang kemudian membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh
panas bumi dalam jangka waktu berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut
akhirnya memadat dan mengeras (Mutasim, 2010). Menurut Sukandarrumidi
2018, batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan
komposisi terdiri dari cellulose

Sumber:https://www.kideco.co.id/id/pengetahuan- batubara/

Endapan batubara yang ekonomis sebagai batubara berumur eosen atau tersier
kebawah kira kira 45 juta tahun yang lalu dan miosen atau tersier atas kira kira
20 juta tahun yang lalu menurut skala waktu geologi. Batubara ini terbentuk
dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan
kodisi kini. Beberapa di antaranya tergolong kubah gambut yang terbentuk di
atas muka air tanah rata rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata
lain kubah gambut ini terbentuk dimana kondisi kondisi mineral anorganik
yang terbawah air dapat masuk ke dalam system dan membentuk lapisan
batubara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara local. Hal
ini sangat banyak di jumpai pada batubara miosen. Sebaliknya endapan
batubara eosen lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tingi. Kedua umur batubara
ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta mirip dengan
daerah pembentukan gambut, seperti pada daerah timur Sumatera serta
sebagian besar Kalimantan.

Ada 2 teori yang menerangkan mengenai asal usul pembentukan batubara.


Yang pertama teori teori insitu, menerangkan bahwa pemebntukan lapisan
batubara terbentuk diamana temapt tumbuhan itu berada, dengan demikian
batubara tersebut akan mengalami peritiwa pembatubaraan di tempat itu juga.
Batubara dengan pembentukan insitu penyebaran luas dan merata dan
kualitasnya lebih tinggi, di karenakan abunya relative kecil. Yang kedua yaitu,
teori drift meneranglan bahwa pembntukan batubara terjadi pada daerah
tempat yang berbedea semula hidupnya dan berkembang. Dengan demikian
tumbuhan akan di angkat oleh air dan berakumulasi di suatau tempat dan
terjadi proses pembatubaraan di suatu tempat itu. Jenis batubara ini akan
mempunyai penyebaran yang tidak luas, tetapi terjadi di suatu tempat, kualitas
kurang baik dan banyak mengandung material pengotor dan terangkut
bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman dan
sedimentasi. Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan yang disebut sebagai maturitas
organik. Perbedaan tingkat maturitas organik dan lingkungan pembentukan
akan mempengaruhi jenis dan kualitas batubara yang terbentuk. Jenis dan
kualitas batubara dinyatakan dalam istilah rank batubara. Beberapa jenis rank
batubara yang umum dijelaskan sebagai berikut

✓ Gambut (Peat)
Gambut merupakan sedimen organik akumulasi sisa-sisa tanaman.
Diperlukan penimbunan, kompaksi dan pembatubaraan untuk mengubahnya
menjadi batubara. Kandungan air pada gambut sangat tinggi, sekitar 75%.
✓ (lignit)
Proses pembentukan batubara diawali dengan berubahnya gambut
menjadi lignit (batubara muda). Batubara jenis ini memiliki maturitas organik
yang rendah. Lignit biasanya mengandung kandungan kalori sekitar 2.500
kkal/kg dalam basis as received. Di Eropa dan Australia, lignit juga dikenal
dengan istilah batubara coklat (brown coal). Kandungan air pada lignit cukup
tinggi sekitar 35%-75%.
✓ Batubara sub bituminus
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, batubara muda dapat mengalami perubahan secara bertahap,
menambah maturitas organiknya dan berubah menjadi batubara
sub-bituminus. Batubara dengan tipe ini biasanya mengandung kandungan
kalori sekitar 2.500-4.000 kkal/kg dalam basis as received. Kandungan air
pada batubara sub bituminus sekitar 25%-35%.
✓ Batubara bituminus
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara
menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
bitumen/batubara bituminus. Batubara dengan tipe ini biasanya mengandung
kandungan kalori sekitar 4.000-5.000 kkal/kg dalam basis as received.
Kandungan air pada batubara bituminus sekitar 10%-25%.
✓ Batubara antrasit
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin
tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Batubara dengan tipe ini
biasanya mengandung kandungan kalori sekitar diatas 5.000 kkal/kg dalam
basis as received. Kandungan air pada batubara antrasit sekitar dibawah 10%.

Batu yang merupakan energy fosil, artinya terbentuk dari sisa sisa kehidupan
masa lampai ( tumbuhan ), yang terbentuk jutaan tahun yang lalu menglami
proses yang sangat panjang sampai terbentuknya batubara seperti sekarang ini.
Berbicara mengenai sedimentology batubara berarti berbicara proses
bagaimana batubara tersebut terbentuk. Sedimentology batubara di control
oleh banyak faktor yang mempengaruh kualitas serta kuantitas batubara
tersebut.
mengenai sedimentology batubara perana tumbuhan tumbuhan dan faktor
alam ikut mempengaruhi kualitas dan kuantitas batubara tersebut. Adapun
proses sedimentology batubara yang terjadi pada umumnya, di bagi menjadi 2
tahap, yang pertama yaitu tahap penggambutan dan kedua tahap
pembatubaraan. Proses pembatubaraan akan menghasilakn endapan batubara
dalam berbagai peringkat sesuai dengan tingkat kematangan organic.
Intensitas pembusukan tergantung pada kadar air , suhu dan jumlah zat asam
yang ada untuk hidup bakteri yang hidup. Perubahan kima yang di maksud
adalah perubahan yang terjadi secara kompleks dari senyawa batubara yang
berasal dari tumbuh tumbuhan sebagai akibat pembusukan dan pemampatan.
Pada proses tersebut terjadi pelepasan air , co2 dan gas metana.

Secara berurutan sedimentologi batubaru terdari dari beberapa proses


seperti yang di jelaskan di bawah ini ;

✓ Pertamakali terjadinya pembusukan dari bahan organic mati yang


bersifat kayu oleh bakteri aerobic . pembusukan ini terjadi bersama
sama dengan oksidasi serta hidrolisis, sebagaian menghasilakn
produk yang berbentuk slury diamana marerial tersebut menjadi
busuk . namun, dalam kejadian ini struktur geology masih dapat
terlihat.
✓ Tahap kedua adalah akumulasi produk tadi tertimbun di bawah
tumbuhan mati berikutnya dengan bakteri aerobic masih terus bekerja.
Namun , karena penyediaan oksigen makin lama makin berkurang
maka bakteri akan mati dan di ganti dengan bakteri non aerobic.
✓ Proses selanjutnya adalah pemadatan dan konsolidasi di bawah
lumpur biologis dimana bakteri non aerobic akhirnya berhenti
bekerja . pertambahan beban menyebabkan material menjadi padat
dan airnya terperas . kemuadian dalam waktu yang relative lama
terbentuk lignit.
✓ Tahap selanjutnya adalah pembentukan subbituminous , bituminous,
semi bituminous, semi antrasit dan antrasit . terbentunya batubara
tersebut tergantung dari tekanan , suhu serta umur geologi
( breindenbach and pol 1983 )

Pembentukan atau sedimentology batubara tidak terlepas dari


control faktor lain. Adapun berikut faktor lain yang mempengaruhi
proses pembentukan batubara di antaranya
✓ Posisi geotektonik : adanya gaya gaya tektonik menyebabkan
cekungan sedimentasi batubara akan semakin luas . proses tektonik
meliputi patahan maupun perlipatan. Makin dekat dengan proses
tektonik batubara yang terbentuk akan semakon berkualitas tinggi
✓ Morfologi : oleh karena tempat utama pengandapan batubara adalah
daerah berair, demikian juga mempengaruh topografinya juga,
dengan topografi yang rendah. Makin banyak tumbuhan yang
terbentuk makin banyak tumbuhan batubara terbentuk.
✓ Pengaruh iklim : iklim berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.
Daerah tropis hamper di tumbuhi semua jenis tanaman. Oleh karena
itu daerah tropis mempunyai peluang banyak terdapat batubara karena
pengendapan tumbuhan yang bnyak.
✓ Struktur cekungan batubara : akibat gaya tektonik yang terjadi pada
waktu waktu tertentu , batubara dan batuan sedimen yang lain akan
terlipat. Proses itu tentu tidak lepas dari proses metamorphosis yang
menyebabkan efek panas pada batubara yang nantinya mempengaruhi
kualitas batubara yang terntuk
✓ Umur batubara : proses geologi mempengaruhi evolusi berbagai
macam tumbuhan . semakin lama pengendapan yang terjadi, kualitas
dan kuantitas batubara akan semakin meningkat. Pada umumnya
batubara yang ada itu berumur tersier,
III. PENUTUP

Adapun simpulan dari penjelasan mengenai sedimentologi


batubara di atas; diamana sedimentology batubara dapat di
sederhanakan menjadi 2 bagian, pertama tahap biokima
( penggambutan ) ketika tumbuhan mati dan terakumulasi pada
daerah anaerobic kemudian busuk dan berubah menjadi gambut,
kedua tahap koalifikasi ( pembatubaraan ) merupakan diagenesis
terhadap proses organic dari gambut yang menimbulkan peningkatan
temperature dan tekanan sebagai gabungan proses biokimia dan fisika
dan terjadi karena beban sedimen dalam jangka waktu geologi. Proses
proses ini tentu akan tetap di ktrol oleh berbagai faktor.baik itu
interanal batubara maupun faktor lingkungan yang ikut
mempengaruhi proses sedimentolog batubara
Saran yang dapat penulisan sampaikan adalah, perlunya tambahan
dedikasi dan wawasan dalam ilmu sedimentology batubara mengingat
ketersediaan batubara yang terbatas sementara konsumsi batu bara
terus meningkat. Sehingga di harapkan dapat menambah wawasan
dalam kegiatan eksplorasi dalam menemukan lapangan tambang
batubara yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
❖ BAPPENAS, kementrian PPN. 2016. Laporan akhir kajian
ketercapaain target DMO batubara sebesar 60% produsen
nasional tahun 2019.jakarta : BAPPENAS

❖ Eprints.mengenalbatubara.04/04/20.http://eprints.upnyk.ac.id/
21706/1/BUKU%20BATUBARA%20BAB%201%20DAN%
202.pdf

❖ Historia.awalmulatambangbatubara.04/04/20.https://historia.id

❖ Researchgate. 2011. Coal deposits as potential alternative


sources for lanthanides and yttrium.
04/04/20.www.researchgate.net

Anda mungkin juga menyukai