Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERTAMBANGAN

PELAJARAN GEOGRAFI

DISUSUN OLEH :
NAMA : SYAKILA
KELAS : XI

SMAN 2 TUALANG
2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam adalah semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Sumber daya alam
terbagi dua yaitu sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam
hayati disebut juga sumber daya alam biotik yaitu semua yang terdapat di alam (kekayaan alam)
berupa makhluk hidup. Sedangkan sumber daya alam non hayati atau sumber daya alam abiotik
adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia berupa benda mati.

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alamnya, baik sumber daya
alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Kekayaan alam Indonesia terdapat di
permukaan bumi, di dalam perut bumi, di laut dan di udara. Berdasarkan ketersediaanya sumber
daya alam terbagi dalam dua kelompok besar yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Barang Tambang
2. Proses Pembentukan Barang Tambang di Indonesia
3. Potensi dan Persebaran Barang Tambang di Indonesia
4. Masalah Pengelolaan Tambang

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Barang Tambang

Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari
prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan, sampai
pemasaran.
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan
(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas).
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan
bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Penambangan adalah proses pengambilan material yang
dapat diekstraksi dari dalam bumi. Tambang adalah tempat terjadinya kegiatan penambangan.
Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Bedanya cukup mencolok ya. Pertambangan adalah nama benda (dalam hal ini nama
kegiatannya), tambang adalah nama tempat, dan penambangan adalah prosesnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa barang tambang adalah suatu benda/bahan hasil
pertambangan atau bahan hasil galian di suatu tempat dimana terdapat barang tambang tersebut
dengan cara di eksplorasi dahulu.

2.2   PROSES PEMBENTUKAN BARANG TAMBANG


             1. Proses Pembentukan Minyak Bumi
  
Mungkin tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa secara alami minyak bumi yang
ada saat ini dibuat oleh alam ini bahan dasarnya dari ganggang. Ya, selain ganggang, biota-biota
lain yang berupa daun-daunan juga dapat menjadi sumber minyak bumi. Tetapi ganggang
merupakan biota terpenting dalam menghasilkan minyak. Namun dalam studi perminyakan
diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi akan lebih banyak menghasilkan gas
ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan karena rangkaian karbonnya juga
semakin kompleks. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar
cekungan sedimen. Keberadaan ganggang ini bisa juga dilaut maupun di sebuah danau. Jadi
ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentusaja batuan yang
mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut.
Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang
kaya mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon). Proses pembentukan carbon
dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan
sedimen akan mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja carbon ini teroksidasi maka akan
terurai dan bahkan menjadi rantai carbon yang tidak mungkin dimasak.
Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah ini terus
tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya, maka batuan yang
mengandung karbon ini akan terpanaskan. Tentusaja kita tahu bahwa semakin kedalam atau
masuk amblas ke bumi, akan bertambah suhunya. Ingat ada gradien geothermal?
Reservoir (batuan Sarang)
Ketika proses penimbunan ini berlangsung tentusaja banyak jenis batuan yang
menimbunnya. Salah satu batuan yang nantinya akan menjadi batuan reservoir atau batuan
sarang. Pada prinsipnya segala jenis batuan dapat menjadi batuan sarang, yang penting ada ruang
pori-pori didalamnya. Batuan sarang ini dapat berupa batupasir, batugamping bahkan batuan
volkanik.

Proses migrasi dan pemerangkapan


Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang termatangkan ini tentu saja berupa
minyak mentah. Walaupun berupa cairan, minyak bumi yang mentah ciri fisiknya berbeda
dengan air. Dalam hal ini sifat fisik yang terpenting yaitu berat-jenis dan kekentalan. Ya,
walaupun kekentalannya lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi ini lebih kecil.
Sehingga harus mengikuti hukum Archimides.
Proses pematangan batuan induk (Source rock)
Untuk sedikit lebih canggih dalam memahami proses pembentukan migas Seperti
disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya proses
pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya
menghasilkan minyak. Tentunya ada donk hubungan antara kedalaman dengan pematangan ? Ya
tentu saja. Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari
besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya.Daerah
yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas
memiliki gradien geothermal tinggi.

2.      Proses Pembentukan Gas Alam


Cadangan gas bumi biasanya ditemukan bersamaan dengan kegiatan eksplorasi minyak
bumi, baik dalam bentuk associated gas maupun non associated gas. Associated gas adalah gas
yang terdapat dalam suatu reservoir dan dihasilkan bersamaan dengan minyak bumi. Gas bumi
ini dihasilkan pada saat proses penyulingan minyak bumi, dinamakan Gas (LPG). adalah gas
yang dihasilkan dari cadangan gas tanpa menghasilkan minyak bumi. Setelah melalui proses
pengeboran, gas ini kemudian ditampung dan dicairkan dalam bentuk Gas (LNG).
Potensi gas bumi di Indonesia cukup baik karena cadangan gas alam yang ada di Arun
diperkirakan 10 triliun CF (Cubic Feet) dan merupakan sumber terbesar di Asia Tenggara.
Sumber gas alam Arun ditemukan pada 1991 oleh perusahaan Mobil Oil Indonesia Inc. Untuk
mengeksploitasi sumber gas alam Arun, dibangun kilang LNG Arun yang dibangun oleh
Pertamina di Blang Lancang, Lhokseumawe (NAD). Pengoperasiannya dilakukan olehPT.Arun
LNG Co (anak perusahaan Pertamina), Mobil Oil, dan JILCO (Japan Indonesia LNG Co).
Potensi gas alam yang lebih besar dari gas alam Arun ditemukan di Kepulauan Natuna.
Cadangan gas alam yang terdapat di Natuna diperkirakan mencapai 222 triliun SCF (Standar
Cubic Feet). Hal ini akan memberikan jaminan jangka panjang terhadap kebutuhan LNG di
Indonesia. Pembuktian adanya keberadaan cadangan gas alam di Natuna telah ditanda tangani
antara Pertamina dan Esso Exploration and Production Natuna Inc. tahun 1995.
Menurut rencana, kilang LNG Natuna akan dibangun di Kepulauan Natuna, lebih kurang
225 km dari lapangan gas alam. Oleh karena potensi yang begiru besar, LNG menjadi salah satu
barang tambang yang dapat menghasilkan devisa negara. Salah satu caranya dengan diekspor ke
negara lain. Negara tujuan ekspor utama LNG adalah Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
3.      Proses Pembentukan Batubara
Sebagian besar batubara terjadi dari tumbuh-tumbuhan tropis masa prasejarah (masa
karbon). Tubuh-tumbuhan tersebut termasuk jenis paku-pakuan. Tumbuhan itu tertimbun hingga
berada dalam lapisan-lapisan batuan sedimen yang lain. Proses pembentukan batubara disebut
juga inkolen (proses pengarangan) yang terbagi menjadi dua yaitu proses biokimia dan
prosesmetamorfosis.Proses bio kimia adalah proses terbentuknya batu bara yang dilakukan oleh
bakteri anaerop dan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang menjadi keras karena beratnya sendiri. Jadi
tidak ada kenaikan suhu dan tekanan. Proses ini mengakibatkan tumbuh-tumbuhan berubah
menjadi gambut (turf).
Proses metamorfosis adalah suatu proses yang terjadi karena pengaruh tekanan dan suhu
yang sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama. Pada proses ini sudah tidak ada
bakteri lagi.
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar
fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan
pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan
lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi)
tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung
kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh
karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan
lapisannya (coal seam).
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period)
--dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta
tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda
(lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan
jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka
batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan
warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite).
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit. Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batu bara.
Batubara yang berkualitas tinggi umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya
akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar
karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

2.3 POTENSI DAN PERSEBARAN BARANG TAMBANG


Perhatikanlah keadaan sekitar tempat tinggal kamu masing-masing! Adakah kegiatan
penambangan yang dilakukan oleh penduduk di sekitar tempat tinggal kamu? Kegiatan
penambangan apakah yang umumnya dilakukan oleh mereka? Indonesia merupakan salah satu
negara di dunia yang kaya akan bahan tambang. Beraneka bahan tambang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Aktivitas pertambangan telah
menghasilkan banyak devisa bagi Indonesia. Seberapa besarkah potensi tambang di Indonesia?
Di manakah jenis dan lokasi pertambangan di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
perhatikanlah kajian berikut ini.

a.      Minyak Bumi dan Gas


Minyak bumi dan gas merupakan sumber energi utama yang saat ini banyak dipakai
untuk keperluan industri, tranportasi, dan rumah tangga. Saat ini telah dikembangkan sumber
energi alternatif, misalnya bioenergi dari beberapa jenis tumbuhan dan sumber energi lainnya,
seperti energi matahari, angin, dan gelombang. Namun, produksi energy dari sumber energi
alternatif masih terbatas jumlahnya.

b.      Batu Bara


Batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mati dan
mengendap selama jutaan tahun yang lalu. Unsur-unsur yang menyusunnya terutama adalah
karbon, hidrogen, dan oksigen.
Batu bara digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai keperluan. Energi yang
dihasilkan batu bara dapat digunakan untuk pembangkit listrik, untuk keperluan rumah tangga
(memasak), pembakaran pada industri batu bata atau genteng, semen, batu kapur, bijih besi dan
baja, industri kimia, dan lain-lain. Cadangan batu bara Indonesia hanya 0,5% dari cadangan batu
bara dunia. Namun, dilihat dari produksinya, cadangan batu bara Indonesia merupakan yang ke-
6 terbesar di dunia dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton. Batu bara dapat dijumpai di
sejumlah pulau, yaitu Kalimantan dan Sumatra. Potensi batu bara di kedua pulau tersebut sangat
besar. Pertambangan batu bara di Kalimantan terdapat di Kalimantan Timur (Lembah Sungai
Berau dan Samarinda), Sumatra Barat (Ombilin dan Sawahlunto), Sumatra Selatan (Bukit Asam
dan Tanjung Enim).
c.       Bauksit
Bauksit adalah sumber bijih utama untuk menghasilkan aluminium. Bauksit bermanfaat
untuk industri keramik, logam, kimia, dan matulergi. Indonesia memiliki potensi bauksit yang
cukup besar dengan produksi mencapai 1.262.710 ton. Sebagian dari hasil pertambangan bauksit
dimanfaatkan untuk industri dalam negeri dan sebagian lainnya diekspor. Bauksit ditambang di
daerah Riau (Pulau Bintan) dan Kalimantan Barat (Singkawang).

d.      Pasir Besi


Pasir besi dimanfaatkan untuk industri logam besi dan industri semen. Aktivitas
penambangan pasir besi dapat ditemukan di Cilacap (Jawa Tengah), Sumatra, Lombok,
Yogyakarta, Gunung Tegak (Lampung), Pegunungan Verbeek (Sulawesi Selatan), dan Pulau
Sebuku (Kalimantan Selatan).

e.      Emas
Emas umumnya dimanfaatkan untuk perhiasan. Berdasarkan data Tekmira ESDM,
produksi emas Indonesia pada tahun 2003 mencapai 141.019 ton. Emas ditambang di Jawa Barat
(Cikotok dan Pongkor), Papua (Freeport, Timika), Kalimantan Barat (Sambas), Nanggroe Aceh
Darussalam (Meulaboh), Sulawesi Utara (Bolaang Mongondow, Minahasa), Riau (Logos), dan
Bengkulu (Rejang Lebong).

f.        Timah
Timah dimanfaatkan sebagai bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain.
Aktivitas penambangan timah terdapat di Sungai Liat (Pulau Bangka), Manggara (Pulau
Belitung), dan Dabo (Pulau Singkep) serta Pulau Karimun.

g.      Tembaga
Tembaga banyak dimanfaatkan dalam industri peralatan listrik, industri konstruksi,
pesawat terbang, kapal laut, atap, pipa ledeng, dekorasi rumah, mesin-mesin pertanian, pengatur
suhu ruangan, dan lain-lain. Aktivitas penambangan tembaga terdapat di Papua oleh PT.
Freeport.

h. Nikel
Nikel adalah bahan paduan logam yang banyak digunakan pada industri logam. Nikel
ditambang di daerah Soroako, Sulawesi Tenggara. Daerah lain yang memiliki potensi nikel
adalah Papua dan Maluku

i.        Aspal
Aspal digunakan sebagai bahan utama untuk membuat jalan. Aspal ditambang di Pulau
Buton, Sulawesi Tenggara

j.        Mangan
Mangan banyak digunakan untuk proses pembuatan besi baja, pembuatan baterai kering,
keramik, gelas, dan sebagainya. Mangan ditambang di daerah Tasikmalaya (Jawa Barat), Kiripan
(Yogyakarta), dan Martapura (Kalimantan Selatan).

k.      Belerang
Belerang banyak ditemukan di Gunung Welirang, Jawa Timur dan Gunung Patuha, Jawa
Barat.

l.        Marmer
Marmer terbentuk dari proses malihan batu gamping atau batu kapur. Suhu dan tekanan
bekerja pada batu gamping karena adanya tenaga endogen atau tenaga dari dalam bumi. Marmer
banyak digunakan untuk seni pahat, patung, meja, dinding, lantai rumah, dan lain-lain. Marmer
ditambang di Tulungagung (Jawa Timur), Lampung, dan Makassar.

m.    Yodium
Yodium digunakan sebagai bahan baku utama untuk larutan obat dalam alkohol, kesehatan,
herbisida, industri desinfektan, serta digunakan dalam garam agar lebih sehat. Yodium
ditambang di Semarang (Jawa Tengah) dan Mojokerto (Jawa Timur).
PERSEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA
2.4     Masalah Pengelolaan Tambang
Aktifitas industri penambangan menimbulkan pengaruh baik itu positif maupun negatif.
Pengaruh positif kegiatan penambangan yaitu memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah, membuka keterisolasian wilayah, menyumbangkan devisa negara,
membuka lapangan kerja, pengadaan barang dan jasa untuk konsumsi dan yang berhubungan
dengan kegiatan produksi, serta dapat menyediakan prasarana bagi pertumbuhan sektor ekonomi
lainnya (Mangkusubroto, 1995).
Menurut Salim (2005) dampak positif dari kegiatan pembangunan di bidang
pertambangan adalah:
1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional;
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ;
3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lokal sekitar tambang;
4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lokal sekitar tambang;
5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lokal sekitar tambang;
6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lokal sekitar tambang; dan
7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lokal sekitar tambang.
Sedangkan dampak negatifnya adalah secara alami keberadaan deposit sumberdaya
tambang selalu berinteraksi dan berkaitan dengan lingkungan habitatnya, seperti tanah, air dan
tumbuh-tumbuhan. Karena itu salah satu faktor yang tidak dapat dihindari pada saat melakukan
eksploitasi deposit tambang tersebut adalah terjadinya degradasi lingkungan. Pengelolaan
sumberdaya tambang yang tidak berpedoman pada prinsip-prinsip ekologi, dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan yang besar. Apabila melewati daya dukung, daya tampung dan ambang
batas terpulihkan akan berakibat pada kerusakan lingkungan permanen.
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup (UU Nomor 32 tahun 2009). Beberapa kejadian sebagai dampak
negatif dari kegiatan pertambangan dapat dilihat dari terjadinya ancaman terhadap lingkungan
fisik, biologi, sosial, budaya, ekonomi dan warisan nasional, ancaman terhadap ekologi dan
pembangunan berkelanjutan (Makurwoto, 1995).
Ancaman terhadap kerusakan lingkungan seperti terjadinya perubahan bentang alam yang
cukup luas, perubahan morfologi dan fungsi lahan, penimbunan tanah kupasan, penimbunan
limbah pengolahan dan jaringan infrastrukturnya, seperti lahan bekas tambang timah di Bangka,
emas di PT Newmont Minahasa Raya, emas dan tembaga di PT Freeport. Pengaruh terhadap
ekologi juga mempengaruhi iklim dalam skala lokal seperti yang terjadi di lokasi penambangan
PT Batu Bara Bukit Asam (1996), berbagai mikro organisme pada horizon top soil A dan B
menjadi musnah, sehingga produktivitas dan stabilitas lahan menurun (Latifah, 2000). Menurut
Hardiyanti (2000) dalam penelitiannya di PT Freeport, luas wilayah operasi penambangan juga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kerusakan ekologi yang besar pasca
tambang, terjadi pemborosan sumberdaya tambang yang cukup besar, serta musnahnya
keanekaragaman hayati.
Pengaruh penambangan di bidang sosial ekonomi sangat terasa menjelang dan
berhentinya operasi perusahaan, seperti pendapatan masyarakat menurun, terjadi pemutusan
tenaga kerja, tidak adanya lapangan kerja, pola produksi dan konsumsi menurun, pendapatan dan
penerimaan pemerintah dari pajak tambang dan retribusi menurun. Dampak lanjutannya yaitu
konflik antar etnis, konflik budaya, konflik tanah, kemiskinan dan pengangguran, persepsi
negatif terhadap perusahaan, kualitas hidup, partisipasi dan peranan wanita.
Menurut Noor (2006) permasalahan yang kerapkali terjadi pada kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya mineral adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan seperti
pencemaran pada tanah, polusi udara, dan hidrologi air. Beberapa contoh lokasi tambang yang
telah mengalami penurunan kualitas lingkungan, antara lain tambang timah di Pulau Bangka,
tambang batu bara di Kalimantan Timur, tambang Emas di Sumbawa Barat, tambang nikel di
Sulawesi dan tambang tembaga di Papua. Pembukaan lapisan tanah yang subur pada saat
penambangan, dapat mengakibatkan daerah yang semula subur menjadi daerah yang tandus.
Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikan tanah tandus menjadi subur kembali.
Lubang-lubang bekas penambangan mengganggu pemandangan, flora dan fauna tidak lagi dapat
memanfaatkan lahan tersebut, dan genangan air yang terdapat pada lubang tersebut menimbulkan
penyakit baru. Polusi dan degradasi lingkungan terjadi pada semua tahap dalam aktivitas
pertambangan. Tahap tersebut dimulai pada tahap prosesing mineral dan semua aktivitas yang
menyertainya seperti penggunaan peralatan survei, bahan peledak, alat-alat berat, limbah mineral
padat yang tidak dibutuhkan (Noor, 2006).
Lain lagi dengan kerusakan lingkungan di Papua oleh Freeport Indonesia. Pada tahun
1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung
saat ini. Dari eksploitasi kedua wilayah ini, sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724, 7 juta ton emas
telah mereka keruk. Pada bulan Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4
kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800m. Kekayaan alam tersebut tidak
merata tersebar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Pada tahun 2002, BPS
mencatat sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi 60%
penduduk asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat di Provinsi Papua,
yang mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk. Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah
warga asli Papua. Jadi penduduk asli Papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya
tinggal di pegunungan tengah, wilayah Kontrak Karya Frepoort. Kepala Biro Pusat Statistik
propinsi Papua JA Djarot Soesanto, merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah
penduduk Papua miskin (47,99 %). Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3
(Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut
Arafura. Tailing yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend
solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing Freeport juga telah
mencemari perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk
hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar (Marwan B, 2009)
Kasus kerusakan tambang di Teluk Buyat Minahasa dilakukan oleh PT Newmont Minahasa
Raya . Tahun 2004, AS menolak 200 juta ton ikan dari Sulawesi. Di Jakarta, banyak ibu-ibu
yang berpikir tujuh kali sebelum membeli ikan. Menteri Lingkungan Hidup saat itu Nabiel
Makarim, menyatakan perairan Teluk Buyat tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri
dan arsen. Kalaupun ada, kandungan logam berat tersebut masih di bawah ambang batas yang
dapat ditolerir. Namun saat Menteri Lingkungan Hidup berkunjung saat mempromosikan
gerakan makan ikan di Sulawesi, pak Menteri menolak memakan ikan yang dihidangkan ke
hadapan beliau.
Aktifitas penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan dapat menyebabkan
pengusapan lapisan atas tanah. Terkupasnya lapisan atas menyebabkan bahaya erosi dan tanah
longsor semakin meningkat. Selain itu, penambangan menyebabkan rusaknya struktur tanah,
tekstur, dan porositas sebagai karakter fisik tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Tambahan lagi, kondisi tanah yang memadat karena penggalian, ditimpa alat-alat berat, dan
sebagainya menyebabkan buruknya sistem tata air dan peredaran udara di dalam tanah.
Akibatnya tanah semakin gersang karena tanaman sulit berkembang. Rusaknya struktur dan
tekstur juga menyebabkan tanah tidak mampu untuk menyimpan dan meresap air pada musim
hujan, sehingga aliran air permukaan menjadi tinggi. Sebaliknya tanah menjadi padat dan keras
pada musim kering sehingga sangat berat untuk diolah.
Kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara diakibatkan oleh teknik
penambangan open pit mining yaitu dengan menghilangkan vegetasi penutup tanah dan
mengupas lapisan atas tanah yang relatif subur. Teknik open pit mining ini biasanya digunakan
ketika cadangan batubara relatif dekat dengan permukaan tanah dan biasa dipakai oleh
perusahaan yang relatif bermodal kecil dengan teknologi rendah dan tidak ramah lingkungan.
Teknik ini merusak alam karena merubah sifat tanah, munculnya lapisan bahan induk
berproduktivistas rendah, lahan menjadi masam dan garam yang meracuni tanaman, dan
terjadinya erosi serta sedimentasi.
Pada lahan pasca tambang batubara hingga beberapa tahun kedepan sekitar 10 tahun
hampir semua jenis tanaman tidak bisa tumbuh. Sedangkan tanah tailing bekas tambang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini menunjukan bahwa tailing bukan
media yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tailing adalah sisa batu alam yang digiling halus
hasil pengolahan bijih mineral.
Menurut Salim (2005) dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan
adalah:
1. Kehancuran lingkungan hidup;
2. Penderitaan masyarakat adat;
3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal;
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;
5. Kehancuran ekologi pulau-pulau; dan
6. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan
Berdasarkan data-data kerusakan lingkungan diatas, bangsa Indonesia patut berpikir
jangka panjang mengenai masa depan Indonesia. Ada suatu teori mengenai ducth deases atau
penyakit Belanda yakni suatu situasi dimana negara-negara penghasil sumber daya alam pernah
menikmati rejeki melimpah ketika terjadi kenaikan sumberdaya alam secara berlipat ganda.
Akan tetapi ketika harga sumberdaya alam tersebut turun secara drastic, Negara-negara yang
kaya tersebut sulit menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi yang baru. Sehingga kalangan ahli
ekonomi mineral menyebutkan fenomena tersebut justru telah memiskinkan suatu Negara
dimana kekayaan alamnya justru melimpah atau teori resource curse. Dalam khasanah bahasa
Indonesia, konsep tersebut seperti pepatah yang berbunyi “ayam mati di lumbung padi” atau
“merana ditengah kelimpahan”.

BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Sumber daya alam adalah semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya.
Sumber daya alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, persebarannya,
tujuannya, serta berdasarkan cara pengelolaan dan pemanfaatannya.
Berdasarkan sumbernya, sumber daya alam dibedakan atas sumber daya alam hayati
(biotik) dan sumber daya alam nonhayati (abiotik). Sumber daya alam biotik (organic) yaitu
sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup. Misalnya, kayu, ikan, batubara, minyak
bumi, dan marmer. Sumber daya alam abiotik (anorganik) yaitu sumber daya alam yang berasal
bukan dari makhluk hidup. Misalnya, timah, besi, kuarsa.
Berdasarkan persebarannya, sumber daya alam dibedakan menjadi dua jenis : Pertama.
Sumber daya alam yang terdapat dimana-mana. Misalnya, sinar matahari, air, udara, areal
pertanian, dan hutan. Kedua. Sumber daya alam yang hanya dapat ditemukan di daerah tertentu
saja. Misalnya, tambang uranium, tambang batu bara, dan tambang emas.
Berdasarkan tujuannya, sumber daya alam dibedakan atas tiga jenis, yaitu sumber daya
alam bahan industri, sumber daya alam bahan pangan, dan sumber daya alam bahan sandang.
Sumber daya alam bahan industri adalah sumber daya alam yang umumnya digunakan sebagai
bahan dasar atau bahan baku industri. Misalnya, tanah liat, kaolin, belerang. Sumber daya alam
bahan pangan adalah sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan pangan, baik langsung
maupun melalui pengolahan terlebih dahulu. Misalnya, padi, jagung, dan kedelai. Sumber daya
alam bahan sandang adalah sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sandang. Misalnya sutra, dan kapas.
Berdasarkan cara pengelolaan dan pemanfaatannya, sumber daya alam dibedakan
menjadi sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah sumber daya alam setelah
dimanfaatkan dapat dipulihkan kembali secara alamiah ataupun melalui budidaya manusia.
Sumber daya yang dapat diperbarui meliputi sumber daya nabati, dan sumber daya hewani.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui yaitu sumber daya alam yang tidak dapat
dipulihkan kembali setelah dimanfaatkan. Jenis sumber daya alam ini dikenal dengan barang
tambang yang meliputi sumber daya mineral, dan sumber daya energi.
Adapun ciri-ciri dari sumber daya alam ini adalah sebagai berikut:
  Barang tambang yang cepat habis karena nilai komsumsi yang tinggi dan
dimanfaatkan orang banyak. Misalnya, minyak bumi, bijih besi, bijih alumunium,
posfat, emas, dan batu bara. Barang tambang yang tidak cepat habis umumnya
memiliki nilai konsumsi rendah. Misalnya, mineral dan berbagai jenis batuan.
  Tersebar secara tidak merata, hanya ditemukan di daerah tertentu saja dan akan
habis apabila teris menerus digali dan dimanfaatkan.
4.2 Saran
1.  Sumber daya alam minyak bumi, batubara, Gas Bumi semakin berkurang, kondisi
ini diperparah lagi dengan tidak dapatnya  diperbaharui; untuk itu kita harus
menghemat penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2.   Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi
Sumber daya alam.

Anda mungkin juga menyukai