PELAJARAN GEOGRAFI
DISUSUN OLEH :
NAMA : SYAKILA
KELAS : XI
SMAN 2 TUALANG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya alam adalah semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Sumber daya alam
terbagi dua yaitu sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam
hayati disebut juga sumber daya alam biotik yaitu semua yang terdapat di alam (kekayaan alam)
berupa makhluk hidup. Sedangkan sumber daya alam non hayati atau sumber daya alam abiotik
adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia berupa benda mati.
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alamnya, baik sumber daya
alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Kekayaan alam Indonesia terdapat di
permukaan bumi, di dalam perut bumi, di laut dan di udara. Berdasarkan ketersediaanya sumber
daya alam terbagi dalam dua kelompok besar yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Barang Tambang
Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari
prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan, sampai
pemasaran.
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan
(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas).
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan
bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Penambangan adalah proses pengambilan material yang
dapat diekstraksi dari dalam bumi. Tambang adalah tempat terjadinya kegiatan penambangan.
Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Bedanya cukup mencolok ya. Pertambangan adalah nama benda (dalam hal ini nama
kegiatannya), tambang adalah nama tempat, dan penambangan adalah prosesnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa barang tambang adalah suatu benda/bahan hasil
pertambangan atau bahan hasil galian di suatu tempat dimana terdapat barang tambang tersebut
dengan cara di eksplorasi dahulu.
e. Emas
Emas umumnya dimanfaatkan untuk perhiasan. Berdasarkan data Tekmira ESDM,
produksi emas Indonesia pada tahun 2003 mencapai 141.019 ton. Emas ditambang di Jawa Barat
(Cikotok dan Pongkor), Papua (Freeport, Timika), Kalimantan Barat (Sambas), Nanggroe Aceh
Darussalam (Meulaboh), Sulawesi Utara (Bolaang Mongondow, Minahasa), Riau (Logos), dan
Bengkulu (Rejang Lebong).
f. Timah
Timah dimanfaatkan sebagai bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain.
Aktivitas penambangan timah terdapat di Sungai Liat (Pulau Bangka), Manggara (Pulau
Belitung), dan Dabo (Pulau Singkep) serta Pulau Karimun.
g. Tembaga
Tembaga banyak dimanfaatkan dalam industri peralatan listrik, industri konstruksi,
pesawat terbang, kapal laut, atap, pipa ledeng, dekorasi rumah, mesin-mesin pertanian, pengatur
suhu ruangan, dan lain-lain. Aktivitas penambangan tembaga terdapat di Papua oleh PT.
Freeport.
h. Nikel
Nikel adalah bahan paduan logam yang banyak digunakan pada industri logam. Nikel
ditambang di daerah Soroako, Sulawesi Tenggara. Daerah lain yang memiliki potensi nikel
adalah Papua dan Maluku
i. Aspal
Aspal digunakan sebagai bahan utama untuk membuat jalan. Aspal ditambang di Pulau
Buton, Sulawesi Tenggara
j. Mangan
Mangan banyak digunakan untuk proses pembuatan besi baja, pembuatan baterai kering,
keramik, gelas, dan sebagainya. Mangan ditambang di daerah Tasikmalaya (Jawa Barat), Kiripan
(Yogyakarta), dan Martapura (Kalimantan Selatan).
k. Belerang
Belerang banyak ditemukan di Gunung Welirang, Jawa Timur dan Gunung Patuha, Jawa
Barat.
l. Marmer
Marmer terbentuk dari proses malihan batu gamping atau batu kapur. Suhu dan tekanan
bekerja pada batu gamping karena adanya tenaga endogen atau tenaga dari dalam bumi. Marmer
banyak digunakan untuk seni pahat, patung, meja, dinding, lantai rumah, dan lain-lain. Marmer
ditambang di Tulungagung (Jawa Timur), Lampung, dan Makassar.
m. Yodium
Yodium digunakan sebagai bahan baku utama untuk larutan obat dalam alkohol, kesehatan,
herbisida, industri desinfektan, serta digunakan dalam garam agar lebih sehat. Yodium
ditambang di Semarang (Jawa Tengah) dan Mojokerto (Jawa Timur).
PERSEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA
2.4 Masalah Pengelolaan Tambang
Aktifitas industri penambangan menimbulkan pengaruh baik itu positif maupun negatif.
Pengaruh positif kegiatan penambangan yaitu memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah, membuka keterisolasian wilayah, menyumbangkan devisa negara,
membuka lapangan kerja, pengadaan barang dan jasa untuk konsumsi dan yang berhubungan
dengan kegiatan produksi, serta dapat menyediakan prasarana bagi pertumbuhan sektor ekonomi
lainnya (Mangkusubroto, 1995).
Menurut Salim (2005) dampak positif dari kegiatan pembangunan di bidang
pertambangan adalah:
1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional;
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ;
3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lokal sekitar tambang;
4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lokal sekitar tambang;
5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lokal sekitar tambang;
6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lokal sekitar tambang; dan
7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lokal sekitar tambang.
Sedangkan dampak negatifnya adalah secara alami keberadaan deposit sumberdaya
tambang selalu berinteraksi dan berkaitan dengan lingkungan habitatnya, seperti tanah, air dan
tumbuh-tumbuhan. Karena itu salah satu faktor yang tidak dapat dihindari pada saat melakukan
eksploitasi deposit tambang tersebut adalah terjadinya degradasi lingkungan. Pengelolaan
sumberdaya tambang yang tidak berpedoman pada prinsip-prinsip ekologi, dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan yang besar. Apabila melewati daya dukung, daya tampung dan ambang
batas terpulihkan akan berakibat pada kerusakan lingkungan permanen.
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup (UU Nomor 32 tahun 2009). Beberapa kejadian sebagai dampak
negatif dari kegiatan pertambangan dapat dilihat dari terjadinya ancaman terhadap lingkungan
fisik, biologi, sosial, budaya, ekonomi dan warisan nasional, ancaman terhadap ekologi dan
pembangunan berkelanjutan (Makurwoto, 1995).
Ancaman terhadap kerusakan lingkungan seperti terjadinya perubahan bentang alam yang
cukup luas, perubahan morfologi dan fungsi lahan, penimbunan tanah kupasan, penimbunan
limbah pengolahan dan jaringan infrastrukturnya, seperti lahan bekas tambang timah di Bangka,
emas di PT Newmont Minahasa Raya, emas dan tembaga di PT Freeport. Pengaruh terhadap
ekologi juga mempengaruhi iklim dalam skala lokal seperti yang terjadi di lokasi penambangan
PT Batu Bara Bukit Asam (1996), berbagai mikro organisme pada horizon top soil A dan B
menjadi musnah, sehingga produktivitas dan stabilitas lahan menurun (Latifah, 2000). Menurut
Hardiyanti (2000) dalam penelitiannya di PT Freeport, luas wilayah operasi penambangan juga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kerusakan ekologi yang besar pasca
tambang, terjadi pemborosan sumberdaya tambang yang cukup besar, serta musnahnya
keanekaragaman hayati.
Pengaruh penambangan di bidang sosial ekonomi sangat terasa menjelang dan
berhentinya operasi perusahaan, seperti pendapatan masyarakat menurun, terjadi pemutusan
tenaga kerja, tidak adanya lapangan kerja, pola produksi dan konsumsi menurun, pendapatan dan
penerimaan pemerintah dari pajak tambang dan retribusi menurun. Dampak lanjutannya yaitu
konflik antar etnis, konflik budaya, konflik tanah, kemiskinan dan pengangguran, persepsi
negatif terhadap perusahaan, kualitas hidup, partisipasi dan peranan wanita.
Menurut Noor (2006) permasalahan yang kerapkali terjadi pada kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya mineral adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan seperti
pencemaran pada tanah, polusi udara, dan hidrologi air. Beberapa contoh lokasi tambang yang
telah mengalami penurunan kualitas lingkungan, antara lain tambang timah di Pulau Bangka,
tambang batu bara di Kalimantan Timur, tambang Emas di Sumbawa Barat, tambang nikel di
Sulawesi dan tambang tembaga di Papua. Pembukaan lapisan tanah yang subur pada saat
penambangan, dapat mengakibatkan daerah yang semula subur menjadi daerah yang tandus.
Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikan tanah tandus menjadi subur kembali.
Lubang-lubang bekas penambangan mengganggu pemandangan, flora dan fauna tidak lagi dapat
memanfaatkan lahan tersebut, dan genangan air yang terdapat pada lubang tersebut menimbulkan
penyakit baru. Polusi dan degradasi lingkungan terjadi pada semua tahap dalam aktivitas
pertambangan. Tahap tersebut dimulai pada tahap prosesing mineral dan semua aktivitas yang
menyertainya seperti penggunaan peralatan survei, bahan peledak, alat-alat berat, limbah mineral
padat yang tidak dibutuhkan (Noor, 2006).
Lain lagi dengan kerusakan lingkungan di Papua oleh Freeport Indonesia. Pada tahun
1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung
saat ini. Dari eksploitasi kedua wilayah ini, sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724, 7 juta ton emas
telah mereka keruk. Pada bulan Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4
kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800m. Kekayaan alam tersebut tidak
merata tersebar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Pada tahun 2002, BPS
mencatat sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi 60%
penduduk asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat di Provinsi Papua,
yang mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk. Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah
warga asli Papua. Jadi penduduk asli Papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya
tinggal di pegunungan tengah, wilayah Kontrak Karya Frepoort. Kepala Biro Pusat Statistik
propinsi Papua JA Djarot Soesanto, merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah
penduduk Papua miskin (47,99 %). Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3
(Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut
Arafura. Tailing yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend
solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing Freeport juga telah
mencemari perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk
hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar (Marwan B, 2009)
Kasus kerusakan tambang di Teluk Buyat Minahasa dilakukan oleh PT Newmont Minahasa
Raya . Tahun 2004, AS menolak 200 juta ton ikan dari Sulawesi. Di Jakarta, banyak ibu-ibu
yang berpikir tujuh kali sebelum membeli ikan. Menteri Lingkungan Hidup saat itu Nabiel
Makarim, menyatakan perairan Teluk Buyat tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri
dan arsen. Kalaupun ada, kandungan logam berat tersebut masih di bawah ambang batas yang
dapat ditolerir. Namun saat Menteri Lingkungan Hidup berkunjung saat mempromosikan
gerakan makan ikan di Sulawesi, pak Menteri menolak memakan ikan yang dihidangkan ke
hadapan beliau.
Aktifitas penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan dapat menyebabkan
pengusapan lapisan atas tanah. Terkupasnya lapisan atas menyebabkan bahaya erosi dan tanah
longsor semakin meningkat. Selain itu, penambangan menyebabkan rusaknya struktur tanah,
tekstur, dan porositas sebagai karakter fisik tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Tambahan lagi, kondisi tanah yang memadat karena penggalian, ditimpa alat-alat berat, dan
sebagainya menyebabkan buruknya sistem tata air dan peredaran udara di dalam tanah.
Akibatnya tanah semakin gersang karena tanaman sulit berkembang. Rusaknya struktur dan
tekstur juga menyebabkan tanah tidak mampu untuk menyimpan dan meresap air pada musim
hujan, sehingga aliran air permukaan menjadi tinggi. Sebaliknya tanah menjadi padat dan keras
pada musim kering sehingga sangat berat untuk diolah.
Kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara diakibatkan oleh teknik
penambangan open pit mining yaitu dengan menghilangkan vegetasi penutup tanah dan
mengupas lapisan atas tanah yang relatif subur. Teknik open pit mining ini biasanya digunakan
ketika cadangan batubara relatif dekat dengan permukaan tanah dan biasa dipakai oleh
perusahaan yang relatif bermodal kecil dengan teknologi rendah dan tidak ramah lingkungan.
Teknik ini merusak alam karena merubah sifat tanah, munculnya lapisan bahan induk
berproduktivistas rendah, lahan menjadi masam dan garam yang meracuni tanaman, dan
terjadinya erosi serta sedimentasi.
Pada lahan pasca tambang batubara hingga beberapa tahun kedepan sekitar 10 tahun
hampir semua jenis tanaman tidak bisa tumbuh. Sedangkan tanah tailing bekas tambang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini menunjukan bahwa tailing bukan
media yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tailing adalah sisa batu alam yang digiling halus
hasil pengolahan bijih mineral.
Menurut Salim (2005) dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan
adalah:
1. Kehancuran lingkungan hidup;
2. Penderitaan masyarakat adat;
3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal;
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;
5. Kehancuran ekologi pulau-pulau; dan
6. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan
Berdasarkan data-data kerusakan lingkungan diatas, bangsa Indonesia patut berpikir
jangka panjang mengenai masa depan Indonesia. Ada suatu teori mengenai ducth deases atau
penyakit Belanda yakni suatu situasi dimana negara-negara penghasil sumber daya alam pernah
menikmati rejeki melimpah ketika terjadi kenaikan sumberdaya alam secara berlipat ganda.
Akan tetapi ketika harga sumberdaya alam tersebut turun secara drastic, Negara-negara yang
kaya tersebut sulit menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi yang baru. Sehingga kalangan ahli
ekonomi mineral menyebutkan fenomena tersebut justru telah memiskinkan suatu Negara
dimana kekayaan alamnya justru melimpah atau teori resource curse. Dalam khasanah bahasa
Indonesia, konsep tersebut seperti pepatah yang berbunyi “ayam mati di lumbung padi” atau
“merana ditengah kelimpahan”.
BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sumber daya alam adalah semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya.
Sumber daya alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, persebarannya,
tujuannya, serta berdasarkan cara pengelolaan dan pemanfaatannya.
Berdasarkan sumbernya, sumber daya alam dibedakan atas sumber daya alam hayati
(biotik) dan sumber daya alam nonhayati (abiotik). Sumber daya alam biotik (organic) yaitu
sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup. Misalnya, kayu, ikan, batubara, minyak
bumi, dan marmer. Sumber daya alam abiotik (anorganik) yaitu sumber daya alam yang berasal
bukan dari makhluk hidup. Misalnya, timah, besi, kuarsa.
Berdasarkan persebarannya, sumber daya alam dibedakan menjadi dua jenis : Pertama.
Sumber daya alam yang terdapat dimana-mana. Misalnya, sinar matahari, air, udara, areal
pertanian, dan hutan. Kedua. Sumber daya alam yang hanya dapat ditemukan di daerah tertentu
saja. Misalnya, tambang uranium, tambang batu bara, dan tambang emas.
Berdasarkan tujuannya, sumber daya alam dibedakan atas tiga jenis, yaitu sumber daya
alam bahan industri, sumber daya alam bahan pangan, dan sumber daya alam bahan sandang.
Sumber daya alam bahan industri adalah sumber daya alam yang umumnya digunakan sebagai
bahan dasar atau bahan baku industri. Misalnya, tanah liat, kaolin, belerang. Sumber daya alam
bahan pangan adalah sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan pangan, baik langsung
maupun melalui pengolahan terlebih dahulu. Misalnya, padi, jagung, dan kedelai. Sumber daya
alam bahan sandang adalah sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sandang. Misalnya sutra, dan kapas.
Berdasarkan cara pengelolaan dan pemanfaatannya, sumber daya alam dibedakan
menjadi sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah sumber daya alam setelah
dimanfaatkan dapat dipulihkan kembali secara alamiah ataupun melalui budidaya manusia.
Sumber daya yang dapat diperbarui meliputi sumber daya nabati, dan sumber daya hewani.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui yaitu sumber daya alam yang tidak dapat
dipulihkan kembali setelah dimanfaatkan. Jenis sumber daya alam ini dikenal dengan barang
tambang yang meliputi sumber daya mineral, dan sumber daya energi.
Adapun ciri-ciri dari sumber daya alam ini adalah sebagai berikut:
Barang tambang yang cepat habis karena nilai komsumsi yang tinggi dan
dimanfaatkan orang banyak. Misalnya, minyak bumi, bijih besi, bijih alumunium,
posfat, emas, dan batu bara. Barang tambang yang tidak cepat habis umumnya
memiliki nilai konsumsi rendah. Misalnya, mineral dan berbagai jenis batuan.
Tersebar secara tidak merata, hanya ditemukan di daerah tertentu saja dan akan
habis apabila teris menerus digali dan dimanfaatkan.
4.2 Saran
1. Sumber daya alam minyak bumi, batubara, Gas Bumi semakin berkurang, kondisi
ini diperparah lagi dengan tidak dapatnya diperbaharui; untuk itu kita harus
menghemat penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2. Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi
Sumber daya alam.