PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar
di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah
Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin
pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun
pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan
tambang dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan terhadap
lingkungan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi
dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan
tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap
keseimbangan alam akan terjaga. Setiap kegiatan penambangan baik itu
penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak
positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah
meningkatnya devisa negara dan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga
kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan
dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan,
polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangkut berat.
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
• Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
• Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
• Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang
bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat
terawetkan
3
2.1.3 Penambangan Batubara
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara
digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat
coke untuk pembuatan baja. Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery
di Inggris. Dilihat dari cara menambang, penambangan batubara dapat dibagi
menjadi beberapa jenis antara lain:
Penambangan Terbuka
Penambangan Dalam
Penambangan jauh
Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batu bara ang
hendak dicari berada di dalam peut bukit atau gunung akan tetapi
letaknya di atas permukaan tanah yang datar, sehingga untuk
menambangnya diperlukan terowongan datar.
Selain cara penambangan dan juga bentuk secara umu, sekarang akan kita
lihat klasifikasi dan jenis batubara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya
yang di control oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara secara umum dibagi
menjadi 5 kelas yaitu:
• Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
4
• Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
• Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
• Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
Tahapan kedua adalah tahapan evaluasi. Pada tahapan ini perusahaan harus
memperhitungkan secara teknis dan komersial kemungkinan dari interest area yang
dimaksud untuk ditambang, yaitu dengan cara menghitung dan menilai kualitas
cadangan mineral, meneliti model dan menilai proses penambangan mana yang
paling ekonomis dalam setiap interest area, melakukan survey moda transportasi,
infrastruktur, dan studi pasar dan keuangan.
Tahap ketiga adalah persiapan berbagai infrastruktur dan struktur yang akan
memungkinkan terjadinya proses penambangan, proses delivery hasil tambang ke
titik penjualan dan proses penjualan untuk dapat dilakukan, dimana didalam tahapan
ini perusahaan harus melakukan proses-proses seperti proses pembentukan muka
bumi secara permanen. “konstruksi jalan, jalur pengangkutan dan terowongan,
konstruksi fasilitas pendukung, land clearing, serta pengupasan lapisan tanah pucuk
awal dilakukan pada tahapan ini”.
5
produksi ini perusahaan melakukan pengupasan lapisan tanah yang tertutup,
melakukan ekstraksi mineral, pengangkutan mineral, perawatan jalan produksi,
pengelolaan stockpile, pencucian/pengolahan lanjutan mineral, loading (yaitu proses
transfer hasil tambang dari stockpile ke moda transportasi yang digunakan untuk
distribusi).
1. Persiapan
6
4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka
tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya
merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan
peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang
akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi
yang diinginkan.
Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan
penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan
material backfilling biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara pada saat
taambang baru dibuka.
Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara peerlu
dipindahkan agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.
7
tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak
meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca
tambang.
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan
Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa
negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan
dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk
kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara,
8
menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangut berat.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam
hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah
dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan
pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang
termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan
sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan. Seperti halnya aktifitas
pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu
air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung
menyebabkan pencemaran antara lain ;
1. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi
dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya
ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap
perubahan pH yang drastis.
2. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi
kesehatan. Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru.
Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti
influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.
3. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada,
menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
9
menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara,
mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah
topografi umum daerah penambangan secara permanen.
10
2.3.3 Dampak Sosial dan kemasyarakatan
11
Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai Penelitian
Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [ 31 Mei 2015].
14