Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar
di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah
Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin
pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun
pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan
tambang dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan terhadap
lingkungan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi
dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan
tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap
keseimbangan alam akan terjaga. Setiap kegiatan penambangan baik itu
penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak
positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah
meningkatnya devisa negara dan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga
kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan
dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan,
polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangkut berat.

Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan


penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga harus
hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah
yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap
industri penambangan kita. Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan
sumber daya alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu
caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau community development.
Perusahaan pertambangan wajib ikut. mengembangkan wilayah sekitar lokasi
tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia.

1
1.2 Tujuan

1. Mengetahui arti batubara secara umum,

2. mengetahui proses perencanaan dan proses penambangan batubara

3. Mengetahui dampak pengelolaan tambang batubara, dan

4. Mengetahui solusi untuk mengatasinya.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan batubara?

2. Bagaimana proses perencanaan dan produksi penambangan batubara?

3. Apa dampak penambangan batubara terhadap lingkungan?

4. Apa saja usaha-usaha yang dapat mengurangi dampak pertambangan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Batubara Secara Umum

2.1.1 Umur Batubara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya


terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta
tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di
belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.

2.1.2 Materi Pembentukan Batubara

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis


tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:

• Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.


Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.

• Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.

• Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

• Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur


Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi.

• Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang
bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat
terawetkan

3
2.1.3 Penambangan Batubara

Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara
digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat
coke untuk pembuatan baja. Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery
di Inggris. Dilihat dari cara menambang, penambangan batubara dapat dibagi
menjadi beberapa jenis antara lain:

 Penambangan Terbuka

Penambangan jenis ini dilakukan dengan cara menambang batubara tanpa


melakukan penggalian berat karena letak batubara yang dekat dengan
permukaan bumi.

 Penambangan Dalam

Jenis penambangan ini dilakukan dengan teknik khusus dimana nantinya


perlu dibuat terowongan tegak hingga mencapai lapisan batubara. Ketika
telah mencapa lapisan tersebut, selanjutnya diperlukan lagi terowongan
mendatar untuk mendapatkan batubara tersebut.

 Penambangan jauh

Penambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit


dimana dibuat terowongan miring hingga mencapai lapisan batubara.

 Penambangan di Atas Permukaan

Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batu bara ang
hendak dicari berada di dalam peut bukit atau gunung akan tetapi
letaknya di atas permukaan tanah yang datar, sehingga untuk
menambangnya diperlukan terowongan datar.

2.1.4 Kelas dan Jenis Batubara

Selain cara penambangan dan juga bentuk secara umu, sekarang akan kita
lihat klasifikasi dan jenis batubara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya
yang di control oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara secara umum dibagi
menjadi 5 kelas yaitu:

• Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.

4
• Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.

• Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh


karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.

• Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.

• Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

2.2 Tahapan-tahapan kegitan penambangan batubara

Tahapan-tahapan tersebut, diawali dengan perusahaan melakukan eksplorasi.


Pada tahapan ini, perusahaan mencari dahulu sumber-sumber mineral yang layak
untuk dapat dieksploitasi secara komersial, yaitu dengan cara melakukan
penyelidikan umum, mengurus surat perizinan dan administrasi kepada pejabat
pemerintahan daerah setempat, melakukan study topografi, geologi, geokimia, dan
geofisik dari interest area serta melakukan proses drilling, trenching dan sampling.

Tahapan kedua adalah tahapan evaluasi. Pada tahapan ini perusahaan harus
memperhitungkan secara teknis dan komersial kemungkinan dari interest area yang
dimaksud untuk ditambang, yaitu dengan cara menghitung dan menilai kualitas
cadangan mineral, meneliti model dan menilai proses penambangan mana yang
paling ekonomis dalam setiap interest area, melakukan survey moda transportasi,
infrastruktur, dan studi pasar dan keuangan.

Tahap ketiga adalah persiapan berbagai infrastruktur dan struktur yang akan
memungkinkan terjadinya proses penambangan, proses delivery hasil tambang ke
titik penjualan dan proses penjualan untuk dapat dilakukan, dimana didalam tahapan
ini perusahaan harus melakukan proses-proses seperti proses pembentukan muka
bumi secara permanen. “konstruksi jalan, jalur pengangkutan dan terowongan,
konstruksi fasilitas pendukung, land clearing, serta pengupasan lapisan tanah pucuk
awal dilakukan pada tahapan ini”.

Pada tahap keempat perusahaan melakukan tahapan produksi yang dilakukan


setiap hari untuk mengeluarkan cadangan mineral menjadi hasil tambang,
mengangkut hasil tambang ke titik penjualan dan mengirimkan hasil tambang. Dalam
proses ini termasuk juga proses pemurnian, pencucian, atau pengolahan lanjutan dari
mineral hingga mencapai tahap siap jual. Secara umum, jelas Ilham, dalam tahapan

5
produksi ini perusahaan melakukan pengupasan lapisan tanah yang tertutup,
melakukan ekstraksi mineral, pengangkutan mineral, perawatan jalan produksi,
pengelolaan stockpile, pencucian/pengolahan lanjutan mineral, loading (yaitu proses
transfer hasil tambang dari stockpile ke moda transportasi yang digunakan untuk
distribusi).

Tahap terakhir, perusahaan harus melakukan penutupan atas tambang dan


mengembalikan kondisi area yang ditambang menjadi mendekati kondisi sebelum
dilakukan penambangan. “Untuk keperluan proses penutupan tambang ini perusahaan
diwajibkan untuk membuat rencana kerja penutupan tambang (RKPT) yang biasanya
sudah harus disiapkan perusahaan ditahap awal proses produksi”.

Tahapan kegiatan penambangan batubara yang diterapkan untuk tambang


terbuka adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan.


Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap
ini akan dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.

2. Pembersihan lahan (land clearing)

Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang


mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang
biasa digunakan adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin
potong chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.

3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)

Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah


tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli,
sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami kembali untuk kegiatan
reklamasi.

Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat


penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut
bergantung pada perencanaan dari perusahaan.

6
4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)

Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka
tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya
merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan
peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang
akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi
yang diinginkan.

5. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)

Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan
penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan
material backfilling biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara pada saat
taambang baru dibuka.

6. Penambangan Batubara (coal getting)

Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih


dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini
adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (face
batubara) yang berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit,
serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan,
longsoran). Selanjutnya dilakukan kegiatan coal gettinghingga pemuatan ke alat
angkutnya. Untuk lapisan batubara yang keras, maka terlebih dahulu dilakukan
penggaruan.

7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)

Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah


pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit)
menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan.

8. Pengupasan parting (parting removal)

Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara peerlu
dipindahkan agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.

9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)

Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat


penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah

7
tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak
meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca
tambang.

10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)

Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan penebaran


tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling, agar daerah
bekas tambang dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup
(reclamation).

11. Penghijauan (reclamation)

Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang, dengan


tanaman yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang belum dibuka.

12. Kontrol (monitoring)

Kegiatan ini ditujukan untuk pemantauan terhadap aplikasi rencana awal


penambangan. kontrol akan dilakukan terhadap lereng tambang, timbunan,
ataupun lingkungan, baik terhadap pit yang sedang aktif maupun pit yang telah
ditambang.

2.3 Kasus Dampak Pertambangan terhadap Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan


kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak
dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh
kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam
berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan
lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).

2.3.1 Dampak Lingkungan

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan
Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa
negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan
dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk
kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara,

8
menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangut berat.

Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan


penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga
harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui
bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan
tamparannya terhadap industri penambangan kita.

Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam
hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah
dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan
pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang
termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan
sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan. Seperti halnya aktifitas
pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu
air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung
menyebabkan pencemaran antara lain ;

1. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi
dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya
ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap
perubahan pH yang drastis.

2. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi
kesehatan. Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru.
Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti
influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.

3. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada,
menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,

9
menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara,
mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah
topografi umum daerah penambangan secara permanen.

2.3.2 Dampak Terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap


manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :

1. a. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi


kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit
kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut
mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan
(Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan
polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan
batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran
pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-
paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran
bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak
sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik,
timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium,
tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya
jika dibuang di lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup
yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan
Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan
sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air
sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai
akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (
b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat
(H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

10
2.3.3 Dampak Sosial dan kemasyarakatan

1. Terganggunya Arus Jalan Umum


2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

2.4 Solusi Pembahasan

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting


dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang
ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah
memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan
cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi
dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari. Sayangnya, Pemerintah
Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari permintaan energi yang
menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan
yang sumbernya melimpah di negeri ini.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh


penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :

1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif


(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk
pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah
transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang
kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko
terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara
dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place).
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku (law enforcement).

11
Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya


terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340
juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif
dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi
bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta tahun yang lalu, juga
terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan,
seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun
yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.

3.2 SARAN

Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang


batubara sehingga para penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari
pada keuntungan semata. Diharap juga pemerintah lebih tegas menindak para
penambang yang terbukti melanggar peraturan penambangan agar para penambang
terutama perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko kecelakaan. Diharap
dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap reklamasi lahan bekas
penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai Penelitian
Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [ 31 Mei 2015].

14

Anda mungkin juga menyukai