Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

DOSEN PEMBIMBING:

SALMAN TANJUNG,M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


NOVIA

M. ALFANDI

MAYA SARI

RANNY PUTRI REFLI

INSTITUT MASTER PERAWANG


T.a 2022/2023
KELAS A1-P22
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini kami beri judul “PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas PANCASILA dari Dosen
Pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.

Kami selaku penulis tidak lupa umtuk mengucapkan terimakasih kepada Bapak
SALMAN TANJUNG, M.Pd. Selaku Dosen mata kuliah Pancasila. Tidak lupa bagi
pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan makalah ini kami ucapkan terimakasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami,
agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermamfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

Perawang, September 2022

Kelompok 7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar negara sekaligus pandangan hidup bagi setiap


masyarakat Indonesia tidak peduli pemerintah atau rakyat jelata sekalipun. Dasar berarti
material pembangun fundamental dimana segala hal atau kebijaksanaan dalam
pemerintahan harus selalu merujuk kepada Pancasila guna menciptakan fundamental
yang kuat.
Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat Pancasila terkandung
didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis
dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai, Oleh
karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang
merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai yan
bersifat mendasar.
Namun, sayangnya akhir-akhir ini banyak sekali oknum yang mengabaikan nilai-
nilai luhur Pancasila. Maraknya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan bukti
bahwasanya banyak masyarakat Indonesia yang telah jauh menyimpang dari Pancasila.
Selain itu, minimnya pemahaman nilai, norma dan moral semakin menambah kuantitas
penyelewengan nilai-nilai Pancasila. Dalam dunia pemerintahan pun tidak sedikit dari
masyarakat Indonesia yang kurang memahami etika perpolitikan.
Pengertian politik berasal dari kosa kata politics yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut
proses penentuan tujuan-tujuan. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan perlu di tentukan
kebijakan-kebijakan umun atau piblis policies, yang menyangkut peraturan dan
pembagian dari sumber-sumber yang ada. Dan politik selalu menyangkut tujuan-tujuan
dari seluruh masyarakat bukan tujuan pribadi seseorang. Selain itu politik juga
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga masyarakat
maupun perseorangan.

Pancasila bukanlah pedoman yang berlangsung bersifat normatif ataupun praksis


melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik
meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan lebih
lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan
kenegaraan maupun kebangsaan.

a. Rumusan Masalah
1. Pengertian Nilai, norma dan moral
2. Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis
3. Makna nilai nilai setiap sila Pancasila
4. Etika Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

b. Tujuan Penulisan
1. Mejelaskan Pengertian Nilai norma dan moral
2. Mejelaskan Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis
3. Memaparkan Makna nilai nilai setiap sila Pancasila
4. Mejelaskan Etika Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai norma dan moral


Nilai adalah suatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Nilai juga bisa berarti sesuatu yang dijadikan sebagai
panduan dalam hal mempertimbangkan keputusan yang akan diambil kemudian.
nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Istilah Norma-norma atau kaidah, yaitu biasanya suatu nilai yang
mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau
masyarakat untuk bersikap tindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan-
peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai
norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau
dipatuhi (Soekanto: 1989:7). Setiap anggota masyarakat mengetahui “hak dan
kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan”, dan tata itu lazim
disebut “kaedah” (bahasa Arab), dan “norma” (bahasa Latin) atau ukuranukuran
yang menjadi pedoman, norma-norma tersebut mempunyai dua macam menurut
isinya, yaitu: 1. Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk
berbuat sesuatu oleh karena akibatnya dipandang baik. 2. Larangan, yang
merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibatnya dipandang tidak baik. Artinya norma adalah untuk memberikan
petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang hams bertindak dalam masyarakat
serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-
perbuatan mana yang harus dihindari
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu
mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai
arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan
tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai
dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral
mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan
sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan
filsafat yang merefleksikan ajaran moral.

B. Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis


Nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut onotologis), yaitu
merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang terdalam dari nilai-nilai
tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan
objektif segala sesuatu  misalnya hakikat Tuhan, manusia tau segala sesuatu
lainnya.
Nilai intrumental merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat
diarahkan. Bilamana nilai intumrntal tersebut berkaitan dengan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari maka hal itu akan merupakan suatu norma
moral. Namun jikalau nilai instrumental itu berkaitn dengan suatunorganissi atau
negara maka nilai-nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijaksanaan
strategi yang bersumber pada nilai dasar.
Nilai Praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari
nilai instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata. Sehingga nilai praksis ini
merupakan perwujudan dari nilai instrumental itu. Dapat juga dimungkinkan
berbeda-beda wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan
tidak bertentangan. Artinya oleh karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praksis itu merupakna suatu sisitem perwujudannya tidak boleh menyimpang dari
sistem tersebut.
C. Makna nilai nilai setiap sila Pancasila
Sila Pertama : Ketuhanan berasal dari kata Tuhan merupakan esensi dari
yakni Allah yang menciptakan segala yang ada di langit dan bumi, dan segala
isinya. Yang maha Esa berarti yang Maha Tunggal dan tidak ada makhluk di
muka bumi yang mampu menyamaiNya, karna semua makhluk ciptaan Nya.
Sila Kedua : Manusia memiliki hakikat pribadi yang  mono-pluralis
terdiri atas susunan kodrat jiwa raga, serta berkedudukan sebagai makhluk pribadi
yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Nilai luhur
kemanusiaan akan menumbuhkan sikap menghormati hak asasi manusia, anti
penjajahan, mengutamakan kebenaran dan keadilan, mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, dan sebagainya. Negara memberi kebebasan untuk menentukan
jumlah anak, akan tetapi program keluarga berencana merupakan program
pemerintah agar warga negara lebih bertanggung jawab pada generasi mendatang.
Warga negara berhak menentukan jenis pekerjaan dengan imbalan yang layak
menurut kemampuannya masing-masing.
Sila Ketiga : Berupa pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu
bangsa dan satu negara Indonesia, tidak dapat dibagi sehingga seluruhnya
merupakan suatu keseluruhan dan keutuhan. Nilai luhur persatuan terkandung di
dalamnya cinta tanah air, tidak membeda-bedakan sesama warga negara
Indonesia, cinta perdamaian dan persatuan, tidak mengagung-agungkan bangsa
sendiri, suku dan daerah tertentu.
Sila Keempat : Menjunjung dan mengakui adanya rakyat yang meliputi
keseluruhan jumlah semua orang warga dalam lingkungan daerah atau negara
tertentu yang segala sesuatunya berasal dari rakyat dilaksanakan oleh rakyat dan
diperuntukkan untuk rakyat. Nilai luhur kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, antara lain terkandung makna
cinta permusyawaratan, cinta demokrasi, tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain, menghindari kekerasan dalam menyelesaikan masalah, tidak
mementingkan diri sendiri, cinta kebersamaan, dan sebagainya.
Sila Kelima : Mengakui hakikat adil berupa pemenuhan segala sesuatu
yang berhubungan dengan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai luhur
yang terkandung didalamnya adalah mencintai keadilan sosial, cinta
kekeluargaan, suka bekerja keras, menghormati kedaulatan bangsa lain, dan
menganggap bangsa lain sederajat.
Dengan demikian, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia. Karena Pancasila merupakan sumber nilai di Indonesia maka
semua nilai yang berkembang tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.

D. Etika Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


Etika Politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan
manusia. Bidang pembahasan dan metode etika politik. Pertama etika politik
ditempatkan ke dalam kerangka filsafat pada umumnya. Kedua dijelaskan apa
yang dimaksud dengan dimensi politis manusia. Ketiga dipertanggungjawabkan
cara dan metode pendekatan etika politik terhadap dimensi politis manusia itu.
Tujuan etika politik adalah mengarahkan ke hidup baik, bersama dan
untuk orang lain, dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan membangun
institusi-institusi yang adil (Paul Ricoeur, 1990). Definisi etika politik ini
membantu untuk menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan
kolektif dan stuktur-struktur yang ada.
a. Pancasila sebagai Etika Politik dalam Mewujudkan Kehidupan
Kemsyarakatan
Hal ini dalam arti bahwa nilai-nilai, pandangan-pandangan, dan harapan-
harapan yang terungkap dalam Pancasila dan sudah sejak sedia kala dihayati
oleh masyarakat, sekarang disadari, dilaksanakan, dan dihayati menurut
implikasi-implikasi bagi kehidupan bersama bangsa Indonesia sekarang.
Kepribadian suatu bangsa dan nilai-nilai yang dihayati oleh masyarakat
bukanlah sesuatu yang statis tak berubah, melainkanselalu berkembang
berhadapan dengan tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa itu pada setiap
zaman. Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia pun selalu harus memantapkan
kembali identitas kepribadiannya berhadapan dengan tantangan-tantangan
baru. Dan oleh karena itu maka nilai-nilai yang terungkap dengan pancasila
belum tentu seluruhnya masyarakat menurut implikasi-implikasinya pada
zaman sekarang. Situasi sekarang adalah situasi Indonesia sebagai negara
modern yang terdiri dari sekian banyak suku, agama,kebudayaan, dan
golongan yang memperoleh kemerdekaannya dalam suatu perjuangan berat
melawan penjajah, yang sekarang berhadapan dengan tantangan-tantangan
pembangunan yang dulu sama sekali belum terimpikan.

b. Pancasila sebagai Etika Politik dalam Mewujudkan Kehidupan Kenegaraan


Pada dasarnya jika kita sudah mempunyai kesamaan visi dan faham
mengenai sila-sila dari pancasila, bagaimana menuangkannya ke dalam sistem
politik dan sistem kenegaraan kita? Mana yang baik : negara federal yang
pernah kita coba dan kemudian kita tolak karena merupakan alat pecah belah
oleh rezim hindia belanda, atau negara kesatuan yang sekarang kita pakai dan
ternyata masih menghadapi demikian banyak masalah dengan kemajemukan
kemasyarakatan kita?
Ringkasnya, dimensi kelembagaan pancasila perlu memberikan jawaban
terhadap kebutuhan kita memperoleh efek sinergi sebesar-besarnya dari
persatuan dan kita sebagai bangsa, sambil menekan sekecil-kecilnya dampak
negatif yang bisa terjadi pada demikian besarnya akumulasi sumber daya
nasional ditangan mereka yang sedang memegang tampuk kekuasaan
pemerintah baik ditingkat pemerintah pusat mmaupun ditingkat daerah.
Salah satu kemungkinan upaya untuk hal itu adalah dengan secepat-
cepatnya meningkatkan taraf pendidikan, kecerdasan serta sikap kritis rakyat
kita, dan jangan membiarkan berlanjutnya kelicikian elite untuk
memperbodoh rakyat dengan berbagai cara yang sudah tak digunakan lagi di
negara lain yang lebih beradab, seperti munyebarkan “kesaktian” sang
pemimpin. Baik secara formal maupun informal, berbagai variasai demokrasi
terpimpin harus ditolak dengan tegas, karena ajaran tersebut memandang
rakyat yang berdaulat itu hanya sebagai wong cilik. Sungguh sangat
melecehkan. Pemimpin harus diukur dari kinerjanya untuk orang banyak.
Pada sisi lain, jika mereka hendak mempercepat laju kemajuan
masyarakat ke tingkat yang sejajar dengan negeri-negeri lain, tidak mustahil
mereka akan dihujat oleh rakyat banyak, yang tidak memahami visi mereka,
atau memahaminya secara membuta karena karisma pribadi para pemimpin
tersebut.
Oleh karena itu sungguh diperlukan kewarganegaraan yang tinggi di
kalangan para pemimpin Indonesia. Kualitas kenegaraan yang tinggi itu
sendiri merupakan barang langka, bukan saja dahulu tetapi saat ini. Lebih dari
itu terdapat indikasi menurunnya kualitas kenegarawanan tersebut.
Pada saat ini ada diskrepansi antara nilai yang dikandung pancasila
dengan format kenegaraan dan pemerintahan yang mewadahinya.
Penyelesaiannya terasa seakan-akan merupakan kebijakan yang
berkepanjangan. Di masa depan, kehidupan politik berdasar aksioma
pancasila harus terkait langsung dengan doktrin Bhinneka Tunggal Ika, di
mana setiap daerah, setiap golongan, setiap ras, setiap umat beragama, setiap
etnik berhak megatur dan mengurus dirinya sendiri. Negara dan pemerintah
dapat memusatkan diri kepada masalah-masalah yang benar-benar merupakan
kepentingan seluruh masyarakat, atau seluruh bangsa, seperti masalah fiskal
dan moneter, keamanan, hubungan luar negeri, atau hubungan antar umat
beragama. Pemerintah nasional yang efektif dalam menunaikan dua tugas
pokok negara, beriringan dengan pemerintah daerah yang selain efektif dalam
melaksanakan dua tugas dasar pemerintah daerah, juga melayani aspirasi dan
kepentingan khas dari masyarakat daerah yang bersangkutan.
Agar pancasila yang telah dikaitkan dengan doktrin Bhinneka Tunggal Ika
itu dapat berjalan dengan stabil, seluruh kaidahnya harus dituangkan dalam
format hukum, yang selalu harus dijaga agar sesuai dengan perkembangan
rasa keadilan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu penghubung antara dasar negara dengan etika
berpolitik. Pancasila dalam bidang pendidikan memberikan kontibusi yang besar
khususnya di Indonesia. Dengan adanya Pancasila maka bangsa Indonesia ini
memiliki dasar negara sebagai acuan berdirinya negara, dengan hal ini maka akan
memberikan pengaruh positif negara dalam bernegara.

Hal ini disebabkan oleh adanya Pancasila, maka dapat memudahkan negara
menjalankan sebuah negara yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan dalam
perwujudan dari sila-sila. Dengan demikian Pancasila sangat berpengaruh dalam
menjalankan/melaksanakan sebuah negara.

B. Saran
Penulis mengharap adanya koreksi dari berbagai pihak.dengan harapan bahwa
koreksi,saran dan kritik tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk dapat
menyempurnakan penulisan makalah ini dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fauzi. 2020. Pancasila, Malang:Madani Media


https://www.academia.edu/

http://liyayudistira.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai