net/publication/331082946
CITATION READS
1 266
2 authors:
All content following this page was uploaded by Johanes Gedo Sea on 24 November 2022.
SARI
Identifikasi suatu batuan menggunakan metode geokimia hidrokarbon merupakan salah satu
langkah awal untuk mengetahui apakah batuan tersebut termasuk batuan induk yang dapat
berpotensi menghasilkan hidrokarbon atau tidak. Suatu batuan dapat dikatakan sebagai
batuan induk apabila mempunyai kuantitas material organik, kualitas untuk menghasilkan
hidrokarbon, dan kematangan termal. Pada analisis geokimia ini, data yang digunakan
berupa data Rock-Eval Pyrolysis dan Vitrinite Reflectance. Berdasarkan analisis geokimia
yang telah dilakukan terhadap sejumlah sampel batuan dari sumur Prabumulih,
karakteristik potensi batuan induk memiliki tingkat kekayaan material organik berkisar
antara 0.25%-58.05%. Hal ini mengindikasikan batuan induk pada sumur tersebut berkisar
antara berpotensi rendah, baik hingga sangat baik. Tipe material organik pada penelitian
berupa tipe kerogen II/IIIb-III yang berpotensi menghasilkan gas/minyak dan gas. Batuan
sedimen Formasi Lahat pada kedalaman 3050 m – 3055 m berpotensi bagus sebagai
pembentuk hidrokarbon, sedangkan awal pembentukan minyak bumi terjadi pada kedalaman
2575 m. Lima sampel batubara Formasi Talang Akar yaitu pada kedalaman 2265 m, 2715 m,
2762 m, 2929 m, dan 3025 m berpotensi besar menjadi batuan sumber hidrokarbon bila telah
mencapai kematangan termal. Hasil dari analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa
sampel dari Sumur Prabumulih cukup berpotensi hingga berpotensi baik sebagai batuan
induk.
Kata kunci: batuan induk, Cekungan Sumatra Selatan, geokimia, Sumur Prabumulih.
ABSTRACT
Identification of a rock using geochemical hydrocarbon method is one of the first step to detect
a rock that can be a source rock producing hydrocarbon or not. A rock can be identified as a
source rock when it has an organic material quantity, quality to producing hydrocarbon, and
thermal maturity. Geochemical analysis was done by use of rock eval pyrolysis and vitrinite
reflectance data. Based on the geochemical analysis of rock samples of Prabumulih well,
Published By:
Fakultas Teknologi Industri Article History:
Submite 24 September 2018
Universitas Muslim Indonesia
Received in from 02 Oktober 2018
Address:
Accepted 31 Oktober 2018
Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Available online 31 Desember 2018
Makassar, Sulawesi Selatan Lisensec By:
Email: Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
geomine@umi.ac.id
Phone:
+6285299961257
+6281241908133
109
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018
potential characteristics of the source rock have a total organic carbon (TOC) approximately
0.25% - 58.05%. This indicates that source rock in Prabumulih well has poor-excellent criteria.
Types of the organic materials on this study are kerogen type II/IIIb-III that is potential to
produce mixed oil/gas and gas. Lahat Formation Sediment at 3050 m – 3055 m depth is
potentially as hydrocarbon establishment, while initial maturity of oil at about 2575 m depth.
Five samples coal of Talang Akar Formation are in the 2265 m, 2715 m, 2762 m, 2929 m, 3025
m depths indicating a high potential as source rock to produce hydrocarbon if it has reached
the thermal maturity. The results of the analysis shows that the samples from Prabumulih
well are quite potential to good potential as a source rock.
110
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018
111
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018
TOC: 0.25-2.26%
Sampel Batubara
TOC: 29.78 – 64.34 %
Minyak
None
Gas
112
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018
antara minyak/gas. Formasi Talang Akar dan lignin adalah penyumbang terbesar
memiliki nilai HI berkisar antara 114-371 kerogen Tipe III. Tipe kerogen ini
mg HC/g TOC yang mengindikasikan mempunyai kapasitas produksi
formasi tersebut mengandung gas dan oil. hidrokarbon cair lebih rendah dari pada
Formasi Lahat memiliki nilai berkisar kerogen II, dan jika tanpa campuran
antara 109-137 mg HC/g TOC yang kerogen tipe II biasanya kerogen tipe III
mengindikasikan formasi tersebut ini menghasilkan gas alam. Menurut
mengandung Gas. Kecuali untuk kelima Sarjono dan Sardjito (1989), Formasi
sampel batubara, runtunan sedimen Lahat mengandung source rock yang
sampai dengan 2780 m. Berdasarkan matang dan menghasilkan gas di area
parameter indeks hidrogen, kualitas Gunung Kemala, sedangkan Formasi
hidrokarbon maksimum yang akan Talang Akar mengandung source rock
dihasilkan pada kematangan termal yang juga telah matang dan kaya akan
dengan kategori matang (Mature) untuk material sapropelic dengan tipe kerogen I
sampel & II dan Formasi Gumai mengandung
material humic dengan tipe kerogen III.
Formasi Lahat berumur Early Oligocene–
teranalisis bervariasi dan cenderung Late Oligocene, disusun oleh batulempung,
membentuk gas (HI < 200). batupasir dan juga batuan piroklastik,
Plot silang antara data indeks dengan fasies shallow lacustrine yang
hidrogen (HI) dan Tmaks pada diagram potensial sebagai batuan induk. Formasi
van Krevelen (Gambar 3) menunjukkan Talang Akar berumur Late Oligocene-
tipe kerogen pada sumur Prabumulih yaitu Early Miocene, disusun oleh serpih,
kerogen tipe II-III. Plot silang antara data batulanau dan juga batupasir, dengan
hydrogen index dan Tmax pada diagram fasies delta plain-prodelta, dimana
Van Krevelen, menunjukkan bahwa tipe lingkungan delta merupakan lingkungan
kerogen pada kedua sumur tersebut yaitu yang sangat baik dalam menghasilkan
kerogen tipe II-III sehingga dapat petroleum sistem, mulai dari batuan
dijadikan sebagai batuan induk yang induk, reservoar dan seal. Formasi Gumai
berpotensi menghasilkan gas dan gas atau berumur Early Miocene-Middle Miocene,
minyak (mixed). Kerogen tipe II dapat disusun oleh serpih, batulanau dan juga
berasal dari beberapa sumber yaitu alga batupasir, dengan facies shelf. Menurut
laut, polen dan spora, lapisan lilin Waples (1985), sisa-sisa organisme yang
tanaman, fosil resin, serta lemak tanaman. terkubur dalam batuan sedimen (berupa
Kerogen tipe II sering ditemukan dalam kerogen) yang nantinya akan berfungsi
sedimen laut dengan kondisi reduksi. sebagai batuan induk akan mengalami
Kerogen tipe III terdiri atas material tahapan proses diagenesis, katagenesis,
organik darat yang hanya sedikit dan metagenesis.
mengandung lemak atau zat lilin. Selulosa
113
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018
114
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018
115
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018
Ginger, D., dan Fielding, K., 2005. Sarjono, S. Dan Sardjito. 1989.
The Petroleum System and Hydrocarbon Source Rock
Future Potential of The South Identifcation in the South
Sumatra Basin. Proceedings Palembang Sub-basin. Proceedings
Indonesian Petroleum Association, Indonesian Petroleum Association,
30th Annual Convention & 18th Annual Convention (pp 427-
Exhibition, August 2005, 67-89. 467). Jakarta
Mizani Y.A.. 2011. Characterization of Triyana, Endra, 2010. Karakterisasi
Hydrocarbon and Source Rock in Organic Rich/Oil shale dengan
Berembang-Karangmakmur Deep menggunakan Model oil yield dan
Jambi Sub Basin. AAPG elastisitas Batuan pada Formasi
International Conference and Gumai, Sumur NBL-1, Lapangan
Exhibition: Milan, Italy, p. 156- Abiyoso, Sub Cekungan Jambi,
174. Cekungan Sumatra Selatan. Tesis.
Peters, K. E. dan Cassa, M. R. 1994. Universitas Indonesia.
Applied Source Rock Geochemistry. Waples, D. 1985. Geochemistry in
In: Magoon, L. B. and Dow, W. G. Petroleum Exploration.
(Ed.) The Petroleum Systems from International Human Resources
Source to Trap. AAPG Memoir 60, Development Corporation. Boston.
AAPG, Tulsa, pp. 93-120.
116