Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331082946

EVALUASI BATUAN INDUK BERDASARKAN DATA GEOKIMIA HIDROKARBON


PADA SUMUR PRABUMULIH, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

Article  in  Jurnal Geomine · December 2018


DOI: 10.33536/jg.v6i3.241

CITATION READS

1 266

2 authors:

Jamaluddin Jamaluddin Johanes Gedo Sea


University of Vienna China University of Geosciences (Beijing)
14 PUBLICATIONS   6 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Johanes Gedo Sea on 24 November 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

EVALUASI BATUAN INDUK BERDASARKAN DATA GEOKIMIA


HIDROKARBON PADA SUMUR PRABUMULIH,
CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

Jamaluddin1*, Johanes Gedo Sea2


1. School of Geosciences, China University of Petroleum, Qingdao, China.
2. School of Geophysics and Information Technology, China University of Geosciences,
Beijing, China.
*Email: Jamaljamaluddin1994@gmail.com

SARI

Identifikasi suatu batuan menggunakan metode geokimia hidrokarbon merupakan salah satu
langkah awal untuk mengetahui apakah batuan tersebut termasuk batuan induk yang dapat
berpotensi menghasilkan hidrokarbon atau tidak. Suatu batuan dapat dikatakan sebagai
batuan induk apabila mempunyai kuantitas material organik, kualitas untuk menghasilkan
hidrokarbon, dan kematangan termal. Pada analisis geokimia ini, data yang digunakan
berupa data Rock-Eval Pyrolysis dan Vitrinite Reflectance. Berdasarkan analisis geokimia
yang telah dilakukan terhadap sejumlah sampel batuan dari sumur Prabumulih,
karakteristik potensi batuan induk memiliki tingkat kekayaan material organik berkisar
antara 0.25%-58.05%. Hal ini mengindikasikan batuan induk pada sumur tersebut berkisar
antara berpotensi rendah, baik hingga sangat baik. Tipe material organik pada penelitian
berupa tipe kerogen II/IIIb-III yang berpotensi menghasilkan gas/minyak dan gas. Batuan
sedimen Formasi Lahat pada kedalaman 3050 m – 3055 m berpotensi bagus sebagai
pembentuk hidrokarbon, sedangkan awal pembentukan minyak bumi terjadi pada kedalaman
2575 m. Lima sampel batubara Formasi Talang Akar yaitu pada kedalaman 2265 m, 2715 m,
2762 m, 2929 m, dan 3025 m berpotensi besar menjadi batuan sumber hidrokarbon bila telah
mencapai kematangan termal. Hasil dari analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa
sampel dari Sumur Prabumulih cukup berpotensi hingga berpotensi baik sebagai batuan
induk.

Kata kunci: batuan induk, Cekungan Sumatra Selatan, geokimia, Sumur Prabumulih.

ABSTRACT

Identification of a rock using geochemical hydrocarbon method is one of the first step to detect
a rock that can be a source rock producing hydrocarbon or not. A rock can be identified as a
source rock when it has an organic material quantity, quality to producing hydrocarbon, and
thermal maturity. Geochemical analysis was done by use of rock eval pyrolysis and vitrinite
reflectance data. Based on the geochemical analysis of rock samples of Prabumulih well,

Published By:
Fakultas Teknologi Industri Article History:
Submite 24 September 2018
Universitas Muslim Indonesia
Received in from 02 Oktober 2018
Address:
Accepted 31 Oktober 2018
Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Available online 31 Desember 2018
Makassar, Sulawesi Selatan Lisensec By:
Email: Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
geomine@umi.ac.id
Phone:
+6285299961257
+6281241908133

109
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

potential characteristics of the source rock have a total organic carbon (TOC) approximately
0.25% - 58.05%. This indicates that source rock in Prabumulih well has poor-excellent criteria.
Types of the organic materials on this study are kerogen type II/IIIb-III that is potential to
produce mixed oil/gas and gas. Lahat Formation Sediment at 3050 m – 3055 m depth is
potentially as hydrocarbon establishment, while initial maturity of oil at about 2575 m depth.
Five samples coal of Talang Akar Formation are in the 2265 m, 2715 m, 2762 m, 2929 m, 3025
m depths indicating a high potential as source rock to produce hydrocarbon if it has reached
the thermal maturity. The results of the analysis shows that the samples from Prabumulih
well are quite potential to good potential as a source rock.

Keywords: source rock, South Sumatra Basin, geochemical, Prabumulih Well.

PENDAHULUAN dibandingkan dengan Cekungan


Sumatera Tengah, sehingga minyak akan
Hidrokarbon pada cekungan cenderung berada pada tempat yang
Sumatera Selatan diperoleh dari batuan dalam. Formasi Batu Raja dan Formasi
induk lacustrine Formasi Lahat dan Gumai berada dalam keadaan matang
batuan induk terrestrial coal dan coaly hingga awal matang pada generasi gas
shale pada Formasi Talang Akar. Batuan termal di beberapa bagian yang dalam dari
induk lacustrine diendapkan pada cekungan, oleh karena itu dimungkinkan
kompleks half-graben, sedangkan untuk menghasilkan gas pada petroleum
terrestrial coal dan coaly shale secara luas system (Bishop, 2001). Berdasarkan
pada batas half-graben. Selain itu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
batu gamping Formasi Batu Raja dan Triyana (2010), diketahui bahwa Formasi
shale dari Formasi Gumai memungkinkan Gumai diendapkan pada daerah
juga untuk dapat menghasilkan lingkungan laut dalam dan shale Formasi
hidrokarbon pada area lokalnya (Bishop, Gumai memiliki kandungan TOC sekitar
2001). Menurut Ginger dan Fielding 0,5 sampai 2,0%.
(2005), cekungan Sumatera Selatan Adapun tujuan dari penelitian ini
memiliki lima hydrocarbon play yang yaitu melakukan evaluasi batuan induk
utama, yaitu rekahan pada batuan dasar dari sampel batuan untuk mengetahui:
(basement rock) yang berumur Pre-Tersier, a) jumlah material organik (TOC),
Formasi Talang Akar bagian bawah yang b) jenis material organik yang
berumur Oligosen – Early Miocene, menyusun batuan, dan
Formasi Batu Raja dan Formasi Gumai c) kematangan (Maturity) dari
yang berumur Early Miocene, dan batuan induk yang dianalisis.
batupasir yang diendapkan di laut dangkal
dari Formasi Air Benakat yang berumur METODE PENELITIAN
Middle Miocene. Batuan Induk di
Cekungan Sumatera Selatan dapat berasal Preparasi sampel
dari lacustrine shale dari Formasi Lahat, Setiap sampel dicuci, dikeringkan,
deltaic shale dari Formasi Talang Akar digerus halus, ditimbang seberat ±500 mg
dan marine shale dari Formasi Gumai. dan dihilangkan kandungan karbonatnya
Penemuan cadangan minyak dan gas bumi dengan menggunakan asam klorida (HCl).
pada Formasi Air Benakat dan Formasi
Gumai mencakup 80% total cadangan Analisis TOC
minyak dan 20% gas di Cekungan Tahap awal analisis ini adalah
Sumatera Selatan. menentukan kandungan karbon organik
Gradien temperatur di cekungan total (TOC) dengan menggunakan alat
Sumatera Selatan berkisar 49° C/Km. LECO Carbon Determinator (WR-112).
Gradien ini lebih kecil jika

110
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

Analisis Pirolisis sampel batuan non-batubara teranalisis


Analisis pirolisis dilakukan memiliki kekayaan material organik pada
terhadap sampel batuan yang mempunyai tingkat sedang sampai bagus (TOC < 2%).
kandungan TOC lebih besar atau sama Pengecualian terlihat pada kedalaman
dengan 0.5%. Analisis ini dilakukan 2065m - 2165 m (Formasi Talang Akar)
terhadap sampel batuan yang telah yang memiliki kekayaan bahan organik
digerus halus seberat kurang lebih 100 mg tertinggi pada sampel batuan yang
dengan menggunakan alat Rock Eval-5. teranalisis dengan kandungan TOC
berturut-turut sebesar 2.10% dan 2.21%.
Analisis sinar pantul vitrinit sedangkan kandungan TOC untuk lima
Sampel batuan yang telah sampel batubara yaitu pada kedalaman
dihancurkan (tidak telalu halus) diberi 2265 m, 2715 m, 2762 m, 2929 m, dan 3025
larutan asam klorida (HCl) untuk m memiliki nilai bervariasi dari 29,78% -
menghilangkan kandungan karbonatnya, 64,34%. Nilai TOC < 70% untuk batubara
kemudian setelah dilakukan pencucian menunjukkan bahwa kelima sampel
dan netralisasi, maka diberi larutan asam batuan tersebut bukan merupakan
fluorida (HF) untuk menghilangkan batubara murni (Gambar 1).
kandungan silikanya. Dengan Menurut Peters dan Cassa (1994),
menggunakan larutan ZnBr2, maka akan batuan yang mengandung TOC < 0,5%
terpisahkan antara kerogen dengan yang dapat dikatakan berpotensi rendah dan
bukan kerogen. Selanjutnya kerogen miskin material organik. Jumlah
diambil dan dibilas, kemudian dicetak hidrokarbon batuan ini tidak cukup untuk
dalam resin dan dipoles. terekspulsi dan kerogen yang ada
Pengukuran besarnya sinar pantul cenderung akan teroksidasi.
vitrinit dilakukan dengan menggunakan Batuan dengan TOC antara 0,5-1%
mikroskop refleksi Leitz-MPV2 yang berada pada batas antara berpotensi
dikombinasikan dengan digital counter rendah dan baik. Batuan ini kemungkinan
untuk mengukur nilai sinar pantul vitrinit besar tidak menjadi batuan induk yang
pada sampel. sangat efektif tapi tetap dapat
menghasilkan hidrokarbon. Namun
PEMBAHASAN kerogen dalam batuan sedimen dengan
kandungan TOC < 1% umumnya akan
Analisis kekayaan material organik teroksidasi. Batuan sedimen dengan TOC
(organic richness) > 1% secara umum memiliki potensi yang
Kuantitas atau jumlah material besar. Pada beberapa batuan, TOC antara
organik yang terdapat di dalam batuan 1-2% berasosiasi dengan lingkungan
sedimen dinyatakan sebagai karbon pengendapan pertengahan antara oksidasi
organik total atau dikenal dengan total dan reduksi yang merupakan tempat
organic carbon (TOC). TOC didefinisikan terjadinya pengawetan material organik
sebagai jumlah karbon organik yang yang kaya akan lemak dan berpotensi
dinyatakan sebagai persen berat dari membentuk minyak bumi. Sementara itu,
batuan kering (dry rock). Karbon organik TOC dengan nilai lebih dari 2% umumnya
yang dimaksud merupakan karbon yang berasal dari lingkungan reduksi dengan
berasal dari zat organik dan bukan berasal potensi yang lebih baik lagi.
dari karbonat (misalnya batu gamping).
Dari data tersebut dapat di
interpretasikan bahwa pada umumnya

111
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

TOC: 0.25-2.26%

Sampel Batubara
TOC: 29.78 – 64.34 %

Gbr 1. Plot silang antara TOC terhadap kedalaman Sumur Prabumulih

Analisis tipe material organik yang biasa digunakan adalah pembuatan


Material organik dalam batuan grafik antara indeks hidrogen dan indeks
induk yang menghasilkan minyak atau gas oksigen, atau dapat pula digunakan
(pada keadaan tertentu yang memenuhi perbandingan antara nilai hydrogen index
syarat) disebut dengan kerogen. Untuk dan Tmax.
mengklasifikasikan tipe kerogen, metode
Gas/Minyak

Minyak
None

Gas

Gbr 2. Plot Silang antara HI terhadap Kedalaman Sumur Prabumulih

hidrogen (HI). Formasi Gumai memiliki


Gambar 2 menunjukan nilai HI berkisar antara 63-277 mgHC/g
karateristik jenis material yang TOC yang mengindikasikan formasi
terkandung berdasarkan nilai indeks tersebut menghasilkan gas dan campuran

112
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

antara minyak/gas. Formasi Talang Akar dan lignin adalah penyumbang terbesar
memiliki nilai HI berkisar antara 114-371 kerogen Tipe III. Tipe kerogen ini
mg HC/g TOC yang mengindikasikan mempunyai kapasitas produksi
formasi tersebut mengandung gas dan oil. hidrokarbon cair lebih rendah dari pada
Formasi Lahat memiliki nilai berkisar kerogen II, dan jika tanpa campuran
antara 109-137 mg HC/g TOC yang kerogen tipe II biasanya kerogen tipe III
mengindikasikan formasi tersebut ini menghasilkan gas alam. Menurut
mengandung Gas. Kecuali untuk kelima Sarjono dan Sardjito (1989), Formasi
sampel batubara, runtunan sedimen Lahat mengandung source rock yang
sampai dengan 2780 m. Berdasarkan matang dan menghasilkan gas di area
parameter indeks hidrogen, kualitas Gunung Kemala, sedangkan Formasi
hidrokarbon maksimum yang akan Talang Akar mengandung source rock
dihasilkan pada kematangan termal yang juga telah matang dan kaya akan
dengan kategori matang (Mature) untuk material sapropelic dengan tipe kerogen I
sampel & II dan Formasi Gumai mengandung
material humic dengan tipe kerogen III.
Formasi Lahat berumur Early Oligocene–
teranalisis bervariasi dan cenderung Late Oligocene, disusun oleh batulempung,
membentuk gas (HI < 200). batupasir dan juga batuan piroklastik,
Plot silang antara data indeks dengan fasies shallow lacustrine yang
hidrogen (HI) dan Tmaks pada diagram potensial sebagai batuan induk. Formasi
van Krevelen (Gambar 3) menunjukkan Talang Akar berumur Late Oligocene-
tipe kerogen pada sumur Prabumulih yaitu Early Miocene, disusun oleh serpih,
kerogen tipe II-III. Plot silang antara data batulanau dan juga batupasir, dengan
hydrogen index dan Tmax pada diagram fasies delta plain-prodelta, dimana
Van Krevelen, menunjukkan bahwa tipe lingkungan delta merupakan lingkungan
kerogen pada kedua sumur tersebut yaitu yang sangat baik dalam menghasilkan
kerogen tipe II-III sehingga dapat petroleum sistem, mulai dari batuan
dijadikan sebagai batuan induk yang induk, reservoar dan seal. Formasi Gumai
berpotensi menghasilkan gas dan gas atau berumur Early Miocene-Middle Miocene,
minyak (mixed). Kerogen tipe II dapat disusun oleh serpih, batulanau dan juga
berasal dari beberapa sumber yaitu alga batupasir, dengan facies shelf. Menurut
laut, polen dan spora, lapisan lilin Waples (1985), sisa-sisa organisme yang
tanaman, fosil resin, serta lemak tanaman. terkubur dalam batuan sedimen (berupa
Kerogen tipe II sering ditemukan dalam kerogen) yang nantinya akan berfungsi
sedimen laut dengan kondisi reduksi. sebagai batuan induk akan mengalami
Kerogen tipe III terdiri atas material tahapan proses diagenesis, katagenesis,
organik darat yang hanya sedikit dan metagenesis.
mengandung lemak atau zat lilin. Selulosa

113
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

Gbr 3. Diagram Van Krevelen, Plot Silang antara Tmax dan HI

Analisis sinar pantul vitrinit telah


Kematangan termal dilakukan terhadap 17 sampel mewakili
Berdasarkan Gambar 4, Data beberapa formasi seperti Formasi Gumai,
kematangan termal sumur Prabumulih Talang Akar, dan Lahat. Dari data yang
terlihat teracak relatif terhadap diperoleh memperlihatkan bahwa hasil
kedalaman, namun secara umum nilai pengukuran menunjukkan peningkatan
Tmax menunjukkan kecenderungan relatif normal terhadap kedalaman dan
meningkat dengan klasifikasi bahwa batas sedikit meningkat sekitar 0,1% Ro pada
jendela minyak terekam pada kedalaman interval 3025 m, karena tidak tersedia
sekitar 2715 m (Tmax > 440oC). Data data maka ketebalan sedimentasi sekitar
analisis menunjukkan bahwa runtunan 500 m (2265-2762 m) dari Formasi Talang
sedimen sumur Prabumulih dibawah 2715 Akar diasumsikan cenderung telah terjadi
m dapat diklasifikasikan sebagai matang fasa pengendapan cepat yang berupa
(mature) untuk tipe kerogen II. Kenaikan endapan perselingan batupasir dan
temperatur berbanding lurus dengan nilai batubara.
reflektansi vitrinitnya. Jika skala Berdasarkan data analisis Ro
reflektansi linear, maka profil kurvanya dapat diinterpretasikan bahwa runtunan
adalah garis lengkung. Jika digunakan sedimen sampai kedalaman 2575 m
skala semi-log untuk reflektansi terklarifikasikan sebagai sedimen
vitrinitnya maka plotnya akan berupa (hidrokarbon) yang belum matang
garis lurus. (immature) (Ro < 0,6%) dan sedimen pada
interval di bawahnya dapat disebut

114
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

matang (mature) dalam kaitannya dengan Kematangan material organik


pembentukan minyak bumi. dikontrol oleh dua faktor utama yaitu suhu
Berdasarkan hasil penelitian dari dan waktu. Pengaruh suhu tinggi dalam
Mizani (2011), menunjukkan bahwa waktu yang singkat atau sebaliknya akan
batuan induk dari Formasi Talang Akar mengakibatkan kerogen terubah menjadi
dan Formasi Gumai secara keseluruhan hidrokarbon. Selain dua faktor tersebut,
dinyatakan telah matang, walaupun umur batuan juga terlibat mempengaruhi
sebagian besar dari Formasi Gumai masih proses pemanasan dan jumlah panas yang
berada pada batas bawah kematangan akan diterima oleh batuan induk .
(early mature).

Gbr 4. Plot Silang antara Nilai %Ro terhadap Kedalaman

KESIMPULAN yang mampu menghasilkan


Berdasarkan penelitian yang telah minyak dan gas.
dilakukan, maka dapat disimpulkan:
3. Tingkat kematangan awal (early
1. Hasil analisis TOC menunjukkan mature) terjadi sampai dengan
bahwa enam sampel yaitu lima kedalaman 2715 m. Zona ini masih
sampel batubara yang berasal dari berada pada tahap awal
Formasi Talang Akar yaitu pada pembentukan hidrokarbon dan
kedalaman 2265 m, 2715 m, 2762 dibawah 2715 m dapat
m, 2929 m, 3025 m dan satu diklasifikasikan sebagai sedimen
sampel yang berasal dari Formasi yang matang (mature) yang dapat
Lahat pada kedalaman 3050 m menghasilkan hidrokarbon.
yang dapat membentuk
hidrokarbon karena kandungan DAFTAR PUSTAKA
kerogennya berupa material
Bishop, M. G. 2001. South Sumatra Basin
organik atau telah teroksidasi.
Province, Indonesia: The
2. Analisis tipe material organik yang Lahat/Talang Akar Cenozoic Total
terkandung dalam sumur Petroleum System. United States
Geological Survey. Open file report
Prabumulih dominan tipe II/IIIb-III
99–50S.

115
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

Ginger, D., dan Fielding, K., 2005. Sarjono, S. Dan Sardjito. 1989.
The Petroleum System and Hydrocarbon Source Rock
Future Potential of The South Identifcation in the South
Sumatra Basin. Proceedings Palembang Sub-basin. Proceedings
Indonesian Petroleum Association, Indonesian Petroleum Association,
30th Annual Convention & 18th Annual Convention (pp 427-
Exhibition, August 2005, 67-89. 467). Jakarta
Mizani Y.A.. 2011. Characterization of Triyana, Endra, 2010. Karakterisasi
Hydrocarbon and Source Rock in Organic Rich/Oil shale dengan
Berembang-Karangmakmur Deep menggunakan Model oil yield dan
Jambi Sub Basin. AAPG elastisitas Batuan pada Formasi
International Conference and Gumai, Sumur NBL-1, Lapangan
Exhibition: Milan, Italy, p. 156- Abiyoso, Sub Cekungan Jambi,
174. Cekungan Sumatra Selatan. Tesis.
Peters, K. E. dan Cassa, M. R. 1994. Universitas Indonesia.
Applied Source Rock Geochemistry. Waples, D. 1985. Geochemistry in
In: Magoon, L. B. and Dow, W. G. Petroleum Exploration.
(Ed.) The Petroleum Systems from International Human Resources
Source to Trap. AAPG Memoir 60, Development Corporation. Boston.
AAPG, Tulsa, pp. 93-120.

116

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai