Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22. No.

1 Februari 2021 hal 33-43


Geo-Resources
Geo-Resources

Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral


i
g
lo Center for Geological Survey, Geological Agency, Ministry of Energy and Mineral Resources
o
e
G Journal homepage: http://jgsm.geologi.esdm.go.id
ISSN 0853 - 9634, e-ISSN 2549 - 4759

Potensi Batuan Induk Hidrokarbon di Cekungan Mesozoikum Embaluh Utara,


Daerah Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur
Hidrocarbon Source Rock Potential on North Embaluh Mesozoic Basin, North
Kalimantan and East Kalimantan
M. Fajar Sodiq dan Moh. Heri Hermiyanto Z
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122
email : sayaherizajuli@gmail.com
Naskah diterima : 28 Januari 2021, Revisi terakhir : 19 Maret 2021 Disetujui : 29 Maret 2021, Online : 29 Maret 2021
DOI: http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.geologi.22.1.33-43p

Abstrak-Cekungan Embaluh Utara merupakan Abstract-The North Embaluh Basin is a Mesozoic basin in
cekungan Mesozoikum yang berada di wilayah the North Kalimantan region. This basin has very little data,
Kalimantan Utara. Cekungan ini mempunyai sangat especially regarding the potential for hydrocarbons. Some
sedikit data terutama tentang potensi hidrokarbon. of the laboratory analyzes used in this research are TOC and
Beberapa analisis laboratorium yang digunakan dalam Rock-Eval Pyrolysis analysis. Based on the results of the
TOC and Rock Eval Pyrolysis (REP) analysis and plotting
penelitian ini adalah TOC dan Rock Eval Pyrolysis.
on the S2 vs TOC and HI vs Tmax diagrams all samples also
Berdasarkan hasil analisis TOC dan Rock-Eval Pirolisis show that the rocks have kerogen qualities of Type II / III,
(REP) serta pengeplotan pada diagram S2 vs TOC dan Type III, and Type IV. Source rock maturity range from
HI vs Tmax seluruh percontoh juga menunjukkan batuan immature to post mature. Generally, the shale of Mentarang
memiliki kualitas kerogen Tipe II/III,Tipe III, dan Tipe and Sebakung Formations has potential for petroleum
IV. Kematangan batuan induk berada pada kisaran source rock in the North Embaluh Basin.
belum matang sampai lewat matang. Secara garis besar
serpih Formasi Mentarang dan Formasi Sebakung Keyword: North Kalimantan, North Embaluh, Mentarang
memiliki potensi sebagai batuan induk di Cekungan Formation, kerogen type, hydrocarbon.
Embaluh Utara.
Katakunci: Kalimantan Utara, Embaluh Utara, Formasi
Mentarang, tipe kerogen, hidrokarbon.

© JGSM. This is an open access article


under the CC-BY-NC license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral - Terakreditasi KEMENRISTEKDIKTI No. 200/M/KPT/2020
Berlaku sejak Volume 21 Nomor 1 Tahun 2020 sampai Volume 25 Nomor 4 Tahun 2024
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.20. No.4 November 2019 hal 225 - 236
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22. No. 1 Februari 2021 hal 33-43
34

PENDAHULUAN GEOLOGI REGIONAL


Latar Belakang Fisiografi
Penelitian tentang sistem petroleum Mesozoikum Pulau Kalimantan terletak di bagian tenggara Lempeng
Cekungan Embaluh Utara dasarkan pada kebijakan Eurasia, dibatasi cekungan oceanic marginal South
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral China Sea di bagian utara, Philippine Belt dan lempeng
(KESDM) yang salah satunya mengarah kemampuan Philippine Sea di timur serta sistem busur Banda dan
pasokan energi melalui peningkatan eksplorasi dan Sunda di selatan (Gambar 2). Di bagian barat, pulau ini
produksi minyak dan gas. Peningkatan eksplorasi dikelilingi Paparan Sunda dan berujung kerak kontinen
dengan pencarian cadangan minyak dan gas bumi di Paleozoikum dan Mesozoikum Semenanjung Malaka.
wilayah timur Indonesia difokuskan pada batuan yang Kalimantan dikelilingi batas-batas lempeng dan sistem
berumur lebih tua yaitu, umur Mesozoikum busur aktif sejak Kenozoikum di utara, timur, dan selatan,
dibandingkan lapangan minyak dan gas bumi di dan wilayah paparan yang masih dalam tahap eksplorasi
wilayah barat Indonesia yang merupakan cekungan untuk mendapatkan terrane boundary di bagian barat
Kenozoikum. (Fuller dkk., 1991).
Salah satu cekungan yang berumur Mesozoikum di Pulau Kalimantan terdiri atas rejim tektonik berpola
wilayah barat Indonesia adalah Cekungan Embaluh jurus timur-barat. Di utara didominasi komplek akresi
Utara yang berada di Kalimantan Utara. Cekungan Crocker-Rajang-Embaluh Kapur dan Eosen hingga
Embaluh Utara diharapkan bisa menjadi kandidat Miosen. Komplek tersebut tersusun atas endapan turbidit
Indonesia seperti cekungan yang berada di sebelah yang berasal dari rombakan busur gunungapi Schwaner
timur, yaitu Cekungan Tarakan. Cekungan Embaluh dan yang lebih muda terendapkan dalam cekungan
Utara merupakan cekungan yang berumur paralik hingga palung laut dalam (Gambar 3). Sedimen
Mesozoikum yang masih jarang diteliti sebagai terimbrikasi, terdeformasi, dan termetamorfosis ringan
cekungan minyak dan gas bumi. selama subduksi Kapur dan Paleogen kemudian
terintrusi Oligo- Miosen Sintang Group paska subduksi.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian sistem petroleum Mesozoikum ini
dilakukan di Cekungan Embaluh Utara, merupakan
cekungan termasuk ke dalam Central Range
Kalimantan. Secara administratif, daerah penelitian
ini terletak di dua wilayah provinsi yaitu Provinsi
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Gambar 1).
Dalam peta cekungan sedimen (Badan Geologi,
2009), ditandai indek 45 (Gambar 3), yang artinya
berupa cekungan berumur Mesozoikum pada passive
margin dengan sistem deltaik atau tidal.

Sumber: BPPKA, Pertamina, (1997).

Gambar 2. Posisi Pulau Kalimantan pada tataan geologi


regional.

MALAYSIA

Sumber: BPPKA, Pertamina, (1997).


Gambar 1. Lokasi penelitian sistem petroleum Mesozoikum
yang terletak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Gambar 3. Blok diagram dari Crocker-Rajang-Embaluh Kapur.
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Potensi Batuan Induk Hidrokarbon.......(Sodiq dan Hermiyanto )
35

METODOLOGI nonkonvensional. Cekungan Embaluh merupakan


Penelitian tentang studi pendahuluan potensi batuan cekungan Mesozoikum yang dialasi oleh Formasi Telen
induk di daerah penelitian ini dilakukan dengan dan Formasi Bengara. Formasi Telen yang berumur Jura
menggunakan metode pengambilan percontoh, Akhir sampai Kapur awal ini terdiri atas perselingan
pengamatan dan pengukuran stratigrafi di lapangan batusabak yang berwarna hitam dan merah, rijang yang
dan hasil analisis laboratorium. Analisis laboratorium berwarna merah dan kelabu dan batupasir malih,
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sebagian besar sudah terkoyakkan dan terbreksikan.
Total Organic Carbon (TOC) dan Rock Eval Pyrolysis Formasi ini berumur Jura Akhir sampai Kapur (Heryanto
(REP). Analisis TOC dan REP dilakukan terhadap 41 dkk., 1995).
batuan metasedimen yang berasal dari batuan Formasi Bengara yang terdiri atas perselingan
Mesozoikum yang berada di daerah penelitian. batulempung, batulanau dan serpih sangat kasar dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN sisispan tuf, yang umunya terkersikkan dan setempat
termalihkan, berstruktur perairan sejajar-bergelombang
Analisis TOC dan REP
dan tikas seruling. Formasi ini adalah batuan alas yang
berumur Mesozoikum, dan merupakan endapan turbidit
Perconto batuan yang di analisis TOC berjumlah 41 distal di laut dalam. Cekungan ini ditutupi secara tidak
percontoh, sementara itu yang dianalisis REP selaras oleh Fromasi Malinau dan Formasi Sembakung
berjumlah 25 percontoh batuan, terdiri atas meta- (Heryanto dkk., 1995). Menurut Heryanto dkk. (1995)
serpih, meta-batulempung dan serpih (Tabel 1 dan 2). stratigrafi daerah penelitian dari yang tertua, tersusun
oleh Formasi Lurah, kemudian secara menjari
Stratigrafi diendapkan Formasi Mentarang yang berumur Kapur.
Penelitian ini difokuskan pada batuan yang berumur Formasi Longbawan merupakan batuan berumur Kapur
Mesozoikum yang dianggap mempunyai potensi Akhir di daerah ini. Selanjutnya secara tidak selaras
hidrokarbon baik konvensional maupun diendapkan Formasi Malinau dan Sembankung yang
berumur Eosen Tengah dan Akhir (Gambar 4).

Tabel 1. Hasil analsis TOC terhadap percontoh batuan Mesozoikum di daerah Penelitian
(Hermiyanto dan Sodiq, 2017)
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.20. No.4 November 2019 hal 225 - 236
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22. No. 1 Februari 2021 hal 33-43
36

Tabel 2. Hasil analsis TOC dan REP dari batuan Mesozoikum di lokasi penelitian
(Hermiyanto dan Sodiq, 2017).

Sumber:Heryanto, dkk., (1995)


Gambar 4. Korelasi stratigrafi daerah penelitian.
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Potensi Batuan Induk Hidrokarbon.......(Sodiq dan Hermiyanto )
37
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)
Kelompok Embaluh batuan ini masih menunjukkan struktur sedimen yang
merupakan struktur sedimen yang asli pada saat
Kelompok Embaluh terbagi menjadi tiga formasi,
terendapkan. Formasi Mentarang berumur Kapur Akhir -
yaitu Formasi Mentarang, Formasi Lurah dan Formasi
Paleosen (Heryanto dkk., 1995).
Longbawan (Heryanto dkk., 1995). Formasi
Mentarang tersingkap bagus di daerah Malinau, yaitu Batupasir halus berwarna abu-abu, ukuran butir pasir
di Sungai Mentarang. Formasi Lurah dapat dijumpai sedang - kasar, keras, komposisi kuarsa, feldspar, pirit,
di daerah Malinau juga, di Sungai Menabur dan mika, semakin ke atas semakin tipis dan berukuran lebih
Sungai Binuang (Gambar 5). Sementara itu, Formasi halus, di bagian atas ditemukan struktur gradasi.
Long Bawan tidak dapat di temukan karena kondisi Ketebalan 7,6 m.
medan dan transportasi yang sangat terbatas.
Serpih umumnya berwarna abu-abu sampai abu-abu
gelap, keras sekali, menyerpih, bersisipan dengan
1. Formasi Mentarang
batupasir halus berlaminasi sejajar, komposisi kuarsa,
Formasi Mentarang tersusun oleh serpih, batupasir karbonan, di beberapa tempat mengalami struktur lipatan
dan perselingan antara batupasir dan serpih (Gambar mikro, ketebalan serpih sekitar 16 m, memiliki
6). Kondisi batuan di daerah penelitian sudah kedudukan lapisan N 260 E /79.
mengalami proses metasedimen. Karakter fisik

Gambar 5. Lokasi titik pengamatan di daerah Malinau.

Gambar 6. Kolom stratigrafi Formasi Mentarang di daerah Malinau.


Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.20. No.4 November 2019 hal 225 - 236
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22. No. 1 Februari 2021 hal 33-43
38

2. Formasi Lurah 3. Formasi Bengara


Menurut Heryanto dkk. (1995), Formasi Lurah Formasi Bengara berumur Kapur Akhir - Paleosen
berumur Kapur Akhir - Paleosen ditemukan di lokasi (Heryanto dkk., 1995) yang tersusun oleh perselingan
penelitian. Formasi ini ditemukan di sungai Menabur batulempung, batulanau dan serpih sangat kasar dengan
pada lokasi FS 27 dan FS 28 (Gambar 5). Formasi ini sisipan tuf, yang umumnya terkersikkan dan setempat
tersusun oleh perselingan batupasir dengan serpih termalihkan, berstruktur perairan sejajar-bergelombang
yang didominasi oleh lapisan batupasir yang sangat dan tikas seruling. Formasi Bengara dijumpai di daerah
keras. Serpih ditemukan kurang berkembang pada Sekatak, Tanjung Selor Kalimantan Utara (Gambar 9).
formasi ini, hanya merupakan sisipan tipis di antara Formasi ini merupakan batuan alas berumur
perlapisan batupasir (Gambar 7). Mesozoikum, merupakan endapan turbidit distal di laut
Singkapan berupa perlapisan batupasir halus, sisipan dalam (Gambar 10).
serpih, batupasir pejal. Ketebalan lan singkapan
sekitar 15 m. Batupasir halus berwarna abu-abu, 4. Formasi Telen
ukuran butir pasir halus, agak lunak, setempat disisipi Terdiri atas perselingan batusabak yang berwarna hitam
oleh lempung, mengandung pirit, mika dan fosil dan merah, rijang yang berwarna merah dan kelabu dan
amonit berupa cetakannya (mould), nodul batupasir batupasir malih, sebagian besar sudah terkoyakkan dan
halus sekali, berwarna abu-abu kemerahan, keras terbreksikan. Formasi ini berumur Jura Akhir sampai
oksidasi kuat, ukuran 5 - 40 cm. Serpih umumnya Kapur.
berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap, dengan
kekerasan sedang. Batupasir pejal, warna coklat Berdasarkan pengamatan terhadap rijang merah dan
kekuningan, ukuran butir pasir sedang – kasar, kelabu ditemukan fosil radiolaria yang cukup melimpah.
setempat dijumpai karbon berupa fragmen dan Singkapan berupa perselingan rijang merah dan kelabu.
lapisan karbon, fragmen-fragmen batupasir halus Rijang berwarna merah keras, silikaan, mengandung
dengan ketebalan 30 - 40 cm berwarna coklat fosil radiolaria. Rijang kelabu berwarna kelabu, keras
kemerahan, keras oksida besi. Batuapasir juga monomineral, concoidal, silika, radiolaria.
mengalamai struktur sesar chevron (chevron fault)
(Gambar 8).

Gambar 7. Kolom stratigrafi Formasi Lurah di Sungai Menabur, Malinau.


Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Potensi Batuan Induk Hidrokarbon.......(Sodiq dan Hermiyanto )
39
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)

Gambar 8. Kenampakan sesar chevron yang menunjukkan beberapa pasangan sesar pada Formasi
Lurah (FS 27 dan FS 28).

Gambar 9. Lokasi Formasi Bengara di daerah Sekatak (MH 07 dan MH 08).


Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22. No. 1 Februari 2021 hal 33-43
40
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)

Gambar 10. Kolom stratigrafi Formasi Bengara di daerah Bengara.

POTENSI HIDROKARBON TOC dan S2 menunjukkan bahwa batuan sedimen dari


Kelompok Embaluh termasuk dalam kategori poor
Potensi Batuan Induk Secara Kuantitas sampai fair (Gambar 11).
Secara kuantitas, potensi batuan sebagai batuan induk
Potensi Batuan Induk Secara Kualitas
memiliki kandungan karbon organik dengan kisaran
nilai 0.03 - 1.49 wt%. Nilai ini diperoleh dari analisis Potensi batuan induk secara kualitas diketahui
TOC (Tabel 1 dan 2). Kisaran nilai tersebut termasuk berdasarkan nilai HI (Hydrogen Index) dan pengeplotan
dalam kategori poor-good (Peters & Cassa, 1994). nilai pada diagram (Gambar 12). Nilai Hydrogen Index
Sementara itu, ada dua percontoh yang mempunyai (HI) dan Oxyigen Index (OI) dari batuan sedimen halus
nilai 1,45% (17 FS 34) dan 1,49% (FS07G) Mesozoikum terbagi menjadi tiga kategori yaitu <100,
merupakan serpih Formasi Mentarang dan percontoh 100 -300 dan >300. Nilai HI >300 ditunjukkan oleh
yang termasuk dalam kategori fair antara lain FS65, percontoh 17FS68B, 17FS85A dan 17MH24C.
FS65B, FS87 (Tabel 1) (serpih Formasi Mentarang). Percontoh batuan sedimen halus 17FS54 dan 17FS62
Percontoh dengan nilai TOC rendah atau kategori mempunyai nilai HI 121 dan 233 (Gambar 11), yaitu
poor didominasi oleh batuan yang telah termetakan. memiliki kualitas kerogen Tipe II/III, Tipe III dan Tipe
IV. Tipe II/III terdapat pada percontoh FS62A yang
Tabel 1 dan 2 menunjukkan nilai S1 yang merupakan
berupa meta-serpih dari Formasi Mentarang. Penentuan
hidrokarbon bebas dalam percontoh batuan memiliki
kualitas ini harus dikorelasikan dengan kuantitas
kisaran 0.01-0.16 mgHC/g batuan yang termasuk
hidrokarbon yang terkandung dalam batuan untuk
dalam kategori poor (Peters & Cassa, 1994). Nilai S2
mengetahui ada atau tidaknya minyak maupun gas yang
pada percontoh batuan memiliki kisaran 0.06 - 0.55
dihasilkan oleh batuan sebagai batuan induk. Dari hasil
mgHC/g batuan, sehingga seluruh percontoh termasuk
pengeplotan pada diagram S2 vs TOC dan HI vs Tmax
dalam kategori poor berdasarkan kuantitas
seluruh percontoh juga menunjukkan batuan memiliki
hidrokarbon dalam kerogen (Peters & Cassa, 1994)
kualitas kerogen Tipe II/III, Tipe III, dan Tipe IV.
yang ditunjukkan pada Gambar 11. Berdasarkan plot
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Potensi Batuan Induk Hidrokarbon.......(Sodiq dan Hermiyanto )
41
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)

Sumber: Peter & Cassa , (1994)


Gambar 11.Hasil plot antara TOC versus S2 dan TOC dengan Hydrogen Index.

Gambar 12. Plot TOC versus S2 dan Tmaks versus HI yang menunjukkan tipe kerogen batuan Mesozoikum.

Menurut Waples (1985), kerogen Tipe I terutama diendapkan pada lingkungan laut tetapi juga darat,
berasal dari ganggang lakustrin dan mempunyai bahkan lingkungan transisi, tetapi yang paling banyak
kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan minyak adalah lingkungan fasies lakustrin (Zhang dkk., 2012;
(oil). Kerogen Tipe I umumnya tersusun atas maseral Zou dkk., 2011 dalam Ju dkk., 2014). Sebagai contoh di
liptinit seperti alginit. Kebanyakan kerogen Tipe II Amerika Utara sumber gas serpih 1/3 berasal dari serpih
ditemukan di endapan sedimen laut di bawah kondisi yang diendapkan pada lingkungan laut, sedangkan 2/3
reduksi. Tipe ini mempunyai kapasitas untuk dari lingkungan transisi dan darat termasuk lakustrin
membentuk minyak (oil) dan sedikit gas. Kerogen (Zhang dkk., 2012). Kerogen Tipe ini tidak akan
Tipe II terdiri atas resinit, kutinit dan liptinit, menghasilkan hidrokarbon. Maseral inertinit adalah
sedangkan kerogen Tipe III terdiri atas material penyusun dari kerogen Tipe IV ini. jenis maseral dibagi
organik darat yang kekurangan unsur lemak dan lilin. menjadi 3 grup maseral (Taylor dkk., 1998), yaitu :
Tipe ini umumnya menghasilkan gas. Vitrinit
a.Vitrinit, yaitu hasil dari pembatubaraan material
merupakan maseral yang dominan sebagai penyusun
humik yang berasal dari lignin dan selulosa sel kulit
kerogen Tipe III. Kerogen Tipe IV merupakan kerogen
tumbuhan. Vitrinit mempunyai karakter tinggi akan
yang mengandung material rombakan dari berbagai
fraksi aromatik dan oksigen. Maseral yang termasuk
sumber dan di bawah kondisi oksidasi yang tinggi.
ke dalam grup ini adalah telinit, colinit, dan
Kekayaan material organik pada serpih tidak hanya
vitrodetrinit.
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22. No. 1 Februari 2021 hal 33-43
42
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)
b. Liptinit/eksinit, yaitu berasal dari sisa tumbuhan tingkat kematangan dari belum matang hingga
yang kaya akan hidrogen, bukan dari material- overmature (Peters & Cassa, 1994). Potensi batuan yang
material humik, seperti sporopollenin, resin, bisa diharapkan sebagai batuan induk di Cekungan
lilin, dan lemak. Liptinit mempunyai karakter Embaluh Utara adalah serpih Formasi Mentarang yang
tinggi akan fraksi parafin dan fraksi hidrogen. mempunyai kandungan material organik yang sedang –
Sebagai contoh maseral grup ini adalah sporinit, baik sebagai batuan yang memiliki kekayaan material
cutinit, resinit, alginit, liptodetrinit. organik. Kematangannya juga sudah menunjukkan hasil
yang cukup matang. Berdasarkan nilai S2 yang mencapai
c. Inertinit mempunyai karakter tinggi kandungan
0,24 maka potensi serpih dari Formasi Mentarang
karbonnya tetapi rendah fraksi hidrogen dan
mempunyai potensi yang sedang.
bertambah level aromatiknya. Sebagian besar
maseral inertinit diturunkan dari tumbuhan-
tumbuhan yang sama dengan vitrinit dan liptinit, KESIMPULAN
akan tetapi berbeda dalam transformasinya. Percontoh batuan Mesozoikum di daerah penelitian
Misalnya sel dinding dari kayu dapat memiliki kisaran nilai TOC 0.03 - 1,49 wt%, nilai ini
ditranformasikan menjadi telinit dengan proses termasuk dalam kategori poor-good. Nilai S1 berkisar
humifikasi dan gelifikasi. Maseral yang antara 0.01 - 0.16 mgHC/g batuan dan termasuk ke dalam
tergolong ke dalam grup inertinit adalah kategori poor untuk kuantitas hidrokarbon bebas pada
mikrinit, makrinit, semifusinit, fusinit, batuan. Nilai S2 menunjukkan kuantitas hidrokarbon
sklerotinit dan inertodetrinit. dalam kerogen pada percontoh berkisar 0.06 - 0.24
Menurut McCarthy dkk., (2011), kandungan material mgHC/g batuan yang juga termasuk kategori poor.
organik dikendalikan oleh produktivitas biologis, Potensi batuan induk secara kualitas pada percontoh
mineralogi dan kandungan oksigen dari air dan batuan termasuk dalam kategori kerogen Tipe II/III, Tipe
pengendapannya. III dan Tipe IV.
Kematangan termal percontoh batuan berdasarkan nilai
Tingkat Kematangan Termal Tmax berada pada tingkat matang hingga overmature.
Telah dilakukan analisis pirolisis terhadap dua puluh Secara garis besar serpih Formasi Mentarang memiliki
lima percontoh batuan untuk mengetahui besar nilai potensi sebagai batuan induk di Cekungan Embaluh
Tmax sebagai indikasi kematangan termal. Utara.
Berdasarkan nilai Tmaks dari beberapa percontoh
hasil analisis REP menunjukkan bahwa sebagian UCAPAN TERIMAKASIH
besar perocntoh batuan sedimen halus Mesozoikum
memperlihatkan kategori yang sudah matang dengan Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dewan
nilai Tmaks >500°C. Sebagian kecil menunjukkan Redaksi Pusat Survei Geologi yang telah menerima
kategori yang belum matang (<435°C). Percontoh artikel ini dan menerbitkannya. Ucapan terimakasih juga
tersebut memiliki nilai Tmax dengan kisaran 345°C- kami sampaikan kepada Azmi yang telah membantu
560°C. Nilai ini menunjukkan percontoh memiliki dalam pengambilan data ini.

ACUAN
BPPKA, Pertamina, 1997. Petroleum Geology of Indonesian Basins: Principles, Methods and Application, Volume XI,
Kutai Basin. Pertamina, 134 p.
Badan Geologi, 2009. Peta Cekungan Sedimen Indonesia. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Bandung.
Fuller, M., Haston,R., Lin, J.L., Richter, B., Schmidtke, E dan Almasco, J. 1991. Tertiary Paleomagnetism of Region
Around the South China Sea. Journal of SE Asian Earth Science, 6: 161-184.
Hermiyanto, H. dan Sodiq, F., 2017. Penelitian Sistem Petroleum Pra-Tersier Cekungan Embaluh Utara, Kalimantan
Utara. Laporan internal Pusat Survei Geologi, tidak terbit.
Heryanto, R, Supriatna, S dan Abidin, H.Z ., 1995. Peta Geologi Skala 1: 250.000 Lembar Malinau, Kalimantan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Ju, Y.W., Wang, G., Bu, H., Li, Q., dan Yan, Z., 2014. China Organic Rich Shale Geologic Features and Special Shale Gas
Production Issues. Journal of Rock Mechanics and Geotechnical Engineering, 6: 196-207.
Prediksi Model 2d Data Magnetotelurik Terbaik Berdasarkan Pendekatan Model...(GM.Lucki Junursyah, dkk)
Potensi Batuan Induk Hidrokarbon.......(Sodiq dan Hermiyanto )
43
Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi dan Sekitaranya...(Fitriani Agustin dan Sutikno Bronto)
Mc. Carthy, K., Rojas, K., Niemann, M., Palmowski, D., Peters, K., and Stankiewicz., 2011. Basic Petroleum
Geochemistry for Source Rock Evaluation, Oilfield Review Summer, 23 no.2. Schlumberger, Cambridge,
Massachusetts, USA.
Peters, K.E. and Cassa, M.E., 1994. Applied Source Rock Geochemistry.In. Magoon, L.B, and Dow, W.G. (Eds.). The
Petroleum System: From Source to Trip. AAPG Memoir, 60: 93-119.
Taylor, G.H., Teichmuller. M., Davis.A., Diessel. C.F.K., Littke. R., and Robert. P., 1998. Organic Petrology.
Borntraeger D.C Glick, Berlin, Stuttgart.
Waples, D.W., 1985. Geochemistry in Petroleum Exploration. Brown and Ruth Labotaries, Inc. Denver, Colorado.
Zhang, D.W., Li, Y.X., Zhang, J.C., Qiao, D.W., Jiang, W.L., and Zhang, J.F., 2012. National Survey and Assesment of
Shale Gas Resources Potential in China. Geologic Publishing House in Chinese, Beijing.

Anda mungkin juga menyukai