Tingginya laju pertumbuhan penduduk mengharuskan Indonesia mampu untuk
menyokong kebutuhan penduduknya di beberapa sektor, salah satunya adalah sektor industri yang jumlahnya kian meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Dalam mewujudkan perkembangan industri ini pastinya dibutuhkansuatu sumber daya energi yang besar. Pada umumnya sumber daya energi yang digunakan hanya terfokus pada sumber daya energi minyak dan gas bumi sehingga ketersediaan energi fosil ini semakin menipis. Oleh karenanya, dibutuhkan sumber energi pengganti minyak dan gas bumi satunya adalah batubara agar dapat memenuhi kebutuhan perputaran energi di Indonesia. Batubara merupakan batuan sedimen organik yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, terbentuk dari sisa berbagai macam tumbuhan mati yang terkubur dengan waktu yang lama. Akibat pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi, terjadilah penguraian oleh proses biokimia dan geokimia sehingga dapat mengubah sifat fisik maupun sifat kimianya. Batubara dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan industri untuk pengganti minyak dan gas bumi. Terdapat dua cara untuk pemanfaatan batubara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung digunakan sebagai pembangkit listrik, industri semen dan transportasi. Berbeda halnya dengan pemanfaatan tidak langsung yang mengubah batubara ke bahan bakar yang berbentuk gas melalui proses gasifikasi. Perkembangan produksi batubara di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 11% terhitung dari tahun 2003-2016 (Haryadi dkk, 2018). Untuk saat ini jumlah sumber daya batubara Indonesia diperkirakan mencapai 125,28 miliar ton yang mencakup sumber daya tereka, terunjuk dan terukur (Pusat Sumber Daya Geologi, 2016). Semakin tinggi keperluan akan sumber energi batubara maka akan semakin berkurang cadangan batubara yang ada di Indonesia. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan eksplorasi cadangan baru serta pemanfaatan secara efektif dan efisien untuk memanfaatkan keberadaan batubara yang ada di Indonesia. Batubara tersebar luas di Indonesia, salah satunya di Pulau Sumatera. Di Pulau Sumatera terdapat beberapa cekungan penghasil batubara yang terletak di bagian tengah sumatera seperti Ombilin, Sinamar, Cerenti, Painan, Mampun Pandan dan Lapangan Tangko dengan cadangan sebesar 6,8% dari jumlah keseluruhan batubara di Indonesia. Terdapat salah satu formasi penghasil batubara pada Cekungan Sumatra Selatan ialah Formasi Muara Enim yang tersebar di beberapa daerah seperti Air Laya, Suban, Muara Tiga, Kungkilan, Banjarsari, Bangko, Arahan dan daerah lainnya dengan cadangan sebesar 33,2%. Di daerah Bengkulu juga terdapat sedikit cadangan batubara yang berkisar sebesar 0,43% dari jumlah batubara Indonesia. Beberapa penelitian juga telah dilakukan oleh para ahli geologi di Cekungan Aceh Barat. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa Cekungan Aceh Barat sangat menarik jika ditinjau dari jendela geologi, baik geologi murni maupun geologi ekonomi. Cameron, dkk tahun 1983 dalam geologi Lembar Takengon menyebutkan bahwa keterdapatan batubara pada daerah Meulaboh dan Tutut yang termasuk kedalam Formasi Tutut ditemukan dengan ketebalan bervariasi. Jenis endapan yang terdapat pada Formasi ini berupa lignit dengan nilai kalori antara 5200-5300 cal/gm (Hasibuan, 1970). Perkiraan cadangan batubara di Meulaboh sebesar 4,7% dari jumlah seluruh batubara Indonesia (Muchjidin, 2006). Adapun dalam Izin Usaha pertambangan (IUP), cadangan batubara di Meulaboh ini sebagian besar dikelola oleh PT. Mifa Bersaudara. Oleh karena itu, daerah ini menarik untuk dipelajari dari segi geologi karena memiliki sumber daya batubara. Pemanfaatan batubara dalam bidang industri bukan hanya memandang dari segikuantitas saja akan tetapi perlu memperhatikan kualitasnya. Kualitas batubara yang baik akan mempengaruhi kerja peralatan industri. Faktor umur, temperatur dan tekanan juga mempengaruhi kualitas batubara. Untuk mengetahui kualitas batubara, dapat dilakukan sebuah analisis di laboratorium yaitu analisis proksimat. Analisis proksimat dapat menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada daerah Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik PT. Mifa Bersaudara dengan meliputi studi geologi umum dan studi khusus berupa perhitungan nilai kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant menggunakan analisis proksimat. matter), kadar abu (ash) dan karbon padat (fixed carbon).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keadaan geologi permukaan pada lokasi penelitian meliputi litologi, stratigrafi dan geomorfologi di lokasi penelitian? 2. Bagaimana kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant setelah dilakukan Uji Proksimat? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant di lokasi penelitian? 4. Apa saja upaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas batubara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui keadaan geologi permukaan pada lokasi penelitian meliputi aspek litologi, stratigrafi dan geomorfologi pada lokasi penelitian. 2. Mengetahui kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant setelah dilakukan uji proksimat. 3. Mengetahui apa saja penyebab yang dapat mempengaruhi perbedaan nilai kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant di lokasi penelitian. 4. Merekomendasikan perlakuan pengelolaan batubara untuk mempertahankan kualitas yang baik. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian terletak di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Barat yang meliputi sebagian Kecamatan Meureubo dengan luasan wilayah penelitian sebesar ±25 km. Ruang lingkup penelitian meliputi kajian terhadap keadaan geologi permukaan serta studi kasus mengenai kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai kualitas batubara pada lokasi penelitian tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran informasi geologi meliputi tatanan geologi, persebaran litologi batuan dan geomorfologi di lokasi penelitian tersebut. 2. Mengetahui kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant setelah dilakukan uji proksimat pada daerah penelitian serta mengetahui apa saja penyebab yang mempengaruhi perbedaan nilai kualitas batubara di lokasi penelitian 3. Digunakan sebagai referensi bahan penelitian selanjutnya sehingga dapat bermanfaat untuk keperluan eksplorasi sumber daya batubara dengan mengetahui nilai kualitas batubara yang ada pada Kabupaten Aceh Barat.
1.6 Hasil yang Dicapai
Adapun hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Informasi geologi lokasi penelitian yang meliputi aspek litologi, geomorfologi yang ada pada lokasi penelitian 2. Peta lintasan, peta geologi serta peta geomorfologi lokasi penelitian 3. Kualitas batubara pada pit dan coal crushing plant dan faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai kualitas batubara pada dua lokasi tersebut 4. Laporan akhir dalam bentuk uraian yang disertai dengan hasil pembahasan studi kasus, serta hasil analisis proksimat dan faktor-faktornya yang dikemas dalam bentuk skripsi yang dipresentasikan dalam seminar hasil tugas akhir.