Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PERENCANAAN TAMBANG

BATUBARA

DENGAN TARGET TAMBANG BAWAH TANAH

Probo Mukti Nugroho 16413129

Ayu Bedtrik 16413133

Dyaksa Abimantrana 16413137

Rifandia Pradipta 16413141

Epy Ananto Putera Wisana 16413145

Yusuf Pradana Aji Suya 16413149

Ignasius Jeffrey Cahyadi 16413153

Rahmat Ardiansyah 16413157

Nindya Adita Sari 16413161

Rizki Ramadhani 16413165

Emirza Faisal Dahlan 16413169

PRD II

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

2013/2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya alam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya

propinsi metallogenik yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari beberapa propinsi metallogenik,

kami dapat memperoleh singkapan bahan tambang. Dalam hal ini, kami fokuskan pembahasan

pada batubara. Sebagian besar singkapan batubara di Indonesia berada di Kalimantan dan

Sumatera.

Tingginya permintaan batubara di dunia membuat Indonesia berusaha melakukan eksplorasi

dan eksploitasi secara maksimal dan efisien. Tambang-tambang batubara bermetode open pit

sudah banyak dioperasikan. Permintaan batubara yang semakin meningkat dengan persediaan

permukaan yang semakin menurun, membuat para engineer tambang beralih ke sistem

pertambangan ‘underground’ yang persediaannya masih cukup besar. Dalam upaya eksplorasi

dan eksploitasi tambang bawah tanah, dibutuhkan metode dan teknologi yang tepat dalam proses

eksplorasi dan eksploitasinya.

Berbagai permasalahan terkait tambang batubara bawah tanah pun bermunculan. Salah satu

permasalahan yang kami tinjau adalah pertambangan batubara bawah tanah di singkapan

bengkulu. Bagaimana cara mengambilnya, hal-hal apa saja yang harus dilakukan saat proyek

eksplorasi pertambangan , teknologi apa saja yang harus digunakan dan bagaimana dengan

kelangsungan produksinya adalah hal-hal yang dibahas daam makalah kami.


1.2 Tujuan

Kasus study yang kami lakukan mempunyai beberapa tujuan. Pertama adalah untuk

memenuhi tugas mata kulia PRD 2.Kedua, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai

penambangan batubara dengan system tambang bawah tanah.Ketiga, menentukan alur kegiatan

dalam sebuah eksplorasi pertambangan dan pembukaan lahan tambang baru.Keempat,

menentukan metode yang tepat untuk mengeksploitasi batubara di buukit sunur. Kelima,

menentukan teknologi apa saja dan bidang keilmuan apa saja yang dibutuhkan dalam proses

eksplorasi dan penambangan itu sendiri.

Kami berharap dengan menulis makalah ini, tujuan-tujuan yang ada diatas dapat dipenuhi.

1.3 Pendekatan

Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, yang
mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi dengan
metode atau cara antara lain sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat dilakukan dengan cara membuat
parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.
2.    Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal dari titik
percontohan dan dianalisis di laboratorium.
3.    Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik seperti
seismic, SP, IP dan resistivity.
4.    Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui penyebaran
lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan bahan galian dan
dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.
5.    Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di lapisan atas
atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat  fisik dan keteknikannya.
BAB II

HASIL DAN DESAIN

2.1 Hasil Studi

Study yang kami lakukan dalam prencanaan kegiatan eksplorasi pertambangan

melingkupi beberapa kegiatan mulai dari desk study sampai survey ke tempat yang kami

inginkan. Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

2.1.1 Desk Study

2.1.1.1 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi kami lakukan dengan mempertimbangkan target yang diinginkan.

Target kami adalah batubara yang dapat ditambang dengan menggunakan metode pertambangan

bawah tanah.Dengan beberapa pertimbangan kami memutuskan untuk memilih Bukit Sunur

sebagai lokasi study kami. Mai memilih Bukit Sunur karena adanya perusahaan yang telah

beroperasi di sana dengan menggunakan metode tambang bawah tanah menguatkan dugaan kami

jika Bukit Sunur merupakan lokasi yang tepat.

2.1.1.2 Geologi regional

Di dalam kerangka tektonik (tectonic frame work) Indonesia, Pulau Sumatra

termasuk juga daerah Bengkulu, menurut Katili, J.A,1984 wilayah ini merupakan

sebagian dari Zona Indonesia Bagian Barat, dapat dibedakan menjadi 4 zona tektonik

yaitu ;

- Zona Tektonik Paleozoik Akhir-Mesozoik, menghubungkan pulau-pulau Sumatra-

Riau-Bangka Belitung, Anambas-Natuna, Kalimantan Barat dan Kalimantan


Tengah.

- Zona Tektonik Mesozoik Akhir-Tersier Awal, menghubungkan pulau-pulauSumatra bagian

barat daya, Jawa bagian Barat dan Tengah, Kalimantan bagiantenggara hingga Sulawesi

(termasuk fragmen Kontinen Sumba).

- Zona Tektonik Kenozoik busur vulkanik Sunda, menghubungkan Sumatra, Jawa,dan

Kepulauan Sunda Kecil, serta jalur vulkanik Sulawesi bagian Barat danbagian Utara.

- Zona Tektonik Busur Non vulkanik Sunda terdiri dari komplek penunjaman

Kenozoik di sebelah barat Pulau Sumatra.

Daerah penyelidikan termasuk ke dalam deretan Pegunungan Bukit Barisan danmerupakan

bagian dari Zona Tektonik Busur Sunda yang terbentuk pada KalaKenozoikum (Tersier-Kuarter)

tersebut di atas. Deretan Pegunungan Bukit Barisandisini, termasuk dengan Busur Magmatik

Tersier Awal yang bahan-bahannya, berupahasil erupsi gn api pada waktu Tersier Akhir-Kuarter

(Katili J.A., 1984).

Vulkanisma didahului oleh patahan-patahan terhadap batuan dasar kerakkontinen, dan

gerakannya tegak lurus terhadap permukaan, yang menyebabkanterjadinya cekungan-cekungan

tektonik dan daerah-daerah tinggi hasil tektonik,diantaranya terjadinya pengangkatan. Cekungan-

cekungan diantara gunung api iniantara lain merupakan tempat terbentuknya endapan batubara

Tersier, yang dikenaldengan cekungan antar gunung/Intra mountain basin (Katili J.A.,

1984).Batubara yang berada di wilayah Bengkulu inilah, merupakan hasil endapanpada

cekungan antar gunung, sehingga terjadi ketidaksinambungannya endapanbatubara yang terdapat

di dalam Formasi Lemau ini.Endapan batubara di Bengkulumemperlihatkan bentuk lensa-lensa,

sehingga perlu dilakukan penyelidikan secaraterinci dengan titik pengamatan 50m pada kalori rendah

hingga sedang, sedangkanpada kalori tinggi harus lebih terinci lagi.


Gambar 2.1 Peta Geologi Provinsi Bengkulu

Berdasar peta geologi diatas, Provinsi Bengkulu merupakan bagian dari endapan Bengkulu yang

mengandung batubara.Keilmuan yang dominan dalam tahap ini adalah Geologi.Karena kami

mengambil data dari peta geologi yang dibuat oleh ahli geologi.
2.1.2 Prospeksi

2.1.2.1 Survei udara

Gambar 2.2 Survei Udara Provinsi Bengkulu

Skala 1 : 10000

Survei udara yang kami lakukan menggunakan foto satelit yang diambil dari www.mining-

atlas.com.Foto satelit yang kami dapatkan sudah cukup baik resolusinya sehingga dapat

dijadikan referensi untuk melanjutkan eksplorasi.Keilmuwan yang sangat berperan penting

dalam survey udara adalah geologi.Dari hasil foto udara yang ada, kami berpendapat bahwa data

yang terkandung di dalamnya hanya dapat dibaca oleh ahli geologi yang mengetahui seluk beluk

tentang permukaan bumi.


2.1.2.2 Pemetaan regional

Gambar 2.3 Daerah yang Ditinjau

Gambar 2.4 Daerah Prospek


Gambar 2.5 Daerah Singkapan Batu Bara

Skala 1 : 100000

Dengan melihat dari peta satelit dan petageologi kami dapat menyimpulkan daerah yang

mengandung endapan adalah endapan yang ada di dalam garis merah. Hal ini bisa membuat

lokasi eksplorasi kami menjadi semakin menyempit atau menjadi lebih spesifik.Namun dari hasli

penggabungan peta geologi dan foto satelit tentu belum memenuhi kebutuhan informasi yang

harus didapat sebelum memulai penambangan, maka kami harus melanjutkan ke tahap eksplorasi

yang lebih dalam.


2.1.2.3 Sampling acak

Pada tahap ini diambil beberapa titik dari daerah endapan untuk mengetahui masing-masing

kandungan dan ketebalan endapan dengan akurasi yang masih rendah namun dapat

mempermudah untuk proses pencarian lokasi ideal untuk pertambangan. Endapan yang kami

inginkan adalah endapan yang secara ekonomis akan menguntungkan jika kelak dilakukan

pengambilan, maka kriteria endapan yang kami pilih adalah endapan dengan kalori sedang

sampai tinggi. Karena pada geologi regional baru ditemukan endapan dengan kalori sedang dan

untuk kalori tnggi masih dalam penelitian, kami memutuskan untuk focus ke endapan dengan

kalori sedang.

Gambar 2.6 Sumur Uji


2.1.2.4 Pemboran acak

Dari hasil sampling acak mengenai ketebalan endapan menghasilkan data bahwa endapan di

daerah timur laut memiliki ketebalan yang lebih besar dari pada endapan di barat daya, sehingga

kami menyimpulkan bahwa singkapan berarah ke barat daya.

Gambar 2.7 Penentuan Bor (Isi/Kosong)

2.1.3 Eksplorasi Pendahuluan

2.1.3.1 Survei darat

Survei darat dilakukan untuk memperinci potensi tambang. Dilakukan dengan metode sampling

dengan cara pengeboran untuk meneliti kandungan batubara di bawah tanah.


2.1.3.2 Pemetaan local

Gambar 2.8 Mempersempit Daerah Eksplorasi

2.1.3.3 Sampling sistematis

Uji sistematis dilakukan dengan melakukan pengeboran di daerah prospek dengan memperhatikan kondisi
geologi dan kondisi permukaan lahan penambangan.Tempat pengeboran dipilih secara acak didaerah
singkapan untuk menyeleksi area penambangan berdasarkan keberadaan batubara di titik-titik
pengeboran. Titik pengeboran yang tidak mengandung batubara akan dipinggirkan dari fokus pengujian
selanjutnya (ditandai dengan titik merah). Dari hasil sampling acak dapat disimpulkan bahwa daerah 2
tidak memiliki potensi batu bara seperti yang diharapkan, uji selanjutny akan difokuskan di daerah 1.

2.1.3.4 Pemboran spasi lebar

Untuk lebih mempersempit daerah penambangan dilakukan uji spasi lebar dengan mengebor daerah 1
secara lebih teliti. Pengeboran dilakukan dengan jarak yang sama antar titik pengeboran. Dari uji spasi
lebar diseleksi beberapa bagian dari daerah 1 yang kandungan batubaranya tidak menguntungkan untuk
ditambang.
2.1.4 Eksplorasi detil

2.1.4.1 Survei detil dan sampling detil

Gambar 2.8 Penentuan Seam Batu Bara

Survei detil dan sampling detil dilakukan dengan cara langsung dengan membuat sumur uji dan

parit uji di wilayah A dan C

2.1.4.2 Pemboran spasi rapat

Pemboran dengan spasi rapat dilakukan untuk mendapatkan data ketebalan dan kualitas batubara. Pada

wilayah A, hasil uji survei detil menunjukkan bahwa jumlah kandungan batubara yang melimpah dan

dapat ditambang dengan aman ada di sepanjang garis-garis sungai. Begitu pula pada wilayah C, hasil

survei detil menunjukkan kandungan batubara yang dapat ditambang secara ekonomis dan aman berada

di sekitar garis-garis sungai.


2.1.5 Perkiraan Potensi

2.1.5.1 Pemodelan

2.1.5.2 Estimasi sumberdaya dan cadangan

Gambaran Umum Potensi Batu Bara (21 Oktober 2013)

 Kabupaten Bengkulu Utara sumberdaya : 116.859.312 ton

 Kabupaten Bengkulu Tengah sumberdaya : 104.579.947 ton

 Kabupaten Mukomuko sumberdaya : 6.112.000 TON

 Kabupaten Seluma sumberdaya : 65.246.933 TON

 Total sumber daya provinsi Bengkulu : 292.798.192 TON

 Berikut adalah data potensi batubara Bengkulu secara detail :

Lokasi TahapPenyeli Cadangan Kualitas Keterangan


dikan
TebingRambutan, Survey Awal SumberdayaTerek Kalori = 5595-5825 K.Kal, Kanwil DESDM Prov
Hulu Nasal a Abu 4,4-4,8 %, Sulfur 0,3- Bengkulu
1,1 %
Desa Padang Survey Awal Tereka 1,652,000 Kalori=5595-7825, Kanwil DPE Prov Bengkulu
Capo,KecSukaraja ton K.Kal,Abu 4,4 %, Sulfur
0,3-1,15%
Hulu Air Survey Awal Sumberdayahipot Kalori=4486-5891, DitTeknikPertambangan
SelumaKec.Seluma etik K.Kal,Sulfur 0,34- Jakarta,1984
0,53%,Carbon 30-44%

Air Simpur, Survey Awal Sumberdayahipot Abu 2,6%, sulfur 0,35% Kanwil DESDM Prov
Kectalo etik Bengkulu 2000

Air Survey Awal Sumberdayahipot Kalori =5375 K.Kal Sulfur Kanwil DESDM Prov
Dedabukkec etik 0,75%, Abu 9,9% Bengkulu 2000
Maras

Bukit Eksplorasi SumberdayaTeruk Kalori = 4486-5891 K.Kal, Dit.teknikPertambanga


Kubu,AirMaseg Cadangan ur Sulfur 0,34-0,53%,Carbon njakarta
ar,LubukResam 30-44%
,KecSeluma
AirSeluma, Air Survey Lanjut SumberdayaTeruk Kalori = 5,066-6,179 K.Kal, PT InfopenMulia / PT
PilubangKec. ur 3,718,668 ton Sul-fur 0,5-0,8%, Bara Indah Lestari
Seluma Tebal :0,29-3,7 m, 2
Lapisan, N165oE/12o
KecSukaraja Survey Rinci SumberdayaTeruk Kalori =6,26 – 6,698 K.Kal, PT Bukit bara Utara
ur 3,044,213 Sul-fur 0,5 – 0,8 %, Abu
tonLayaktambang 8,55 – 13,02 %
2,496,281 ton
KecTalo, SP SurveiTinjau SumberdayaHipot Tebal 0,5 – 8,84 m, 1 DESDM Prov
II,Pagar Banyu etik Lapisantersing-kap di Bengkulu,2000
permukaan

Air Petani, Survey Tinjau SumberdayaHipot Tebal,0,5 – 0,1,0m, 1 Kanwil DESDM Prov
KecTais etik Lapisantersingkap di Bengkulu,2001
Permukaan

LubukBunta, Survey Tinjau SumberdayaHipot Kualitas :Tebal 20,30 cm, N Kanwil DPE Prov
KecTalo etik 70%E / 12o Bengkulu,97/98

TanjungDalam, Survey Sumberdayateruk Kualitas :Tebal =0,6-5,5 m, Keterangan : PT


KecKetahu Eksplorasi ur 5,860,260 ton Kalori=625 K.Kal, Abu Firman Ketahun,1995
Terunjuk : 3,21-8% Sulfur 022-1,78 %
812,300 ton
layaktambang
3,798,514 ton
Sekayun, kec. Survey Sumberdayateruk Kualitas :Tebal 0,5-3,1 m PT Berkelindo
PondokKelapa Ekaplorasi ur 300,000 ton Kalori= 7,703 K.Kal, Sulfur
Cadangan 0,47%, Abu 3,75-4,03 %,
Kedudukan N70oE/20o
Air Survey Sumberdayateruk Kalori =5600-6600 KoperasiPertambangan,
Banai,KecKerk Ekslorasiketa ur K.Kal,Sulfur 0,76-2,14 %, DJPU jakarta
ap hapeksploitasi Kualitas :Tebal Abu 4,11 %
0,8-8,3m

Air Tenang, Survey Tinjau SumberdayaHipot Kalori=5668-6218 K.Kal, Kanwil DESDM Prop
PutriHijau: etik Sul-fur 0,22-0,65 %,Abu Bengkulu,2001
4,06-24,1 %, N60oE/10o

PondokBakilNa EksplorasiAw Sumberdayatereka Kalori=3825-4800 K.Kal, Kanwil DESDM Prov


palputih,KecKe al 2,290,195 Sul-fur 0,48-0,52 Bengkulu,2001
tahun tonTebal 0,5-1,5 %,N65oE/10o
m
Air Arang, EksplorasiAw SumberdayaTerek Tebal 3-5,5 m, N65oE/10o InformasiMasyarakat
KecTalangEmpat al a

BukitBerlianke EksplorasiAw sumberdayatereka Tebal 0,3-3 m Kanwil DESDM Prov


c. Ketahun al 7,141,014 ton Kalori = 3175-5555 K.kal, Bengkulu,2000
Sulfur 0,37-0,46 %, Abu
4,18-14,7 %
Air besi, Survey Awal Kualitas :Tebal 0,5-1,5 m Kanwil DESDM Prov
Keclais Bengkulu,2000

Air kotok, Survey Sumberdayaterunj KAlori = 4640-5297 K.Kal, -


Lubuk Durian Eksplorasi uk N65oE/10o, dip>25o

TanjungKaretK Survey Awal Sumberdayatereka Kalori = 7000-7700 K.kal Kanwil DESDM Prov
5,288,954 ton
ecketahun Bengkulu,2000

Lubuk Durian, Survey Sumberdayaterunj Kalori = 4486-6796 K.Kal, Kanwil DESDM Prov
Air Eksplorasi uk 8,840,000 ton sulfur 0,34-0,52 %, Abu Bengkulu,1994
Kotok,Baturaja 2,81-24,17 % N65oE/10o
kecKerkap
DesaAurGading Survey detail Sumberdayaterunj Sulphur=0,34-5,09%, Abu = Hasil DES 2006 Dinas
kecnapalPutih uk 630,000 ton 2,8-24,17%, BJ=1,4 ton/m3, ESDM Prov Bengkulu
Kalori =4480-6795
cal/gram
Daerah Survey Detail Sumberdayaterunj Sulphur=0,34-5,09 %, Hasil DES 2006 Dinas
SukaMaju uk 1,767,000 ton Abu=2,8-24,17%, BJ=1,4 ESDM Prov Bengkulu
ton/m3

MukoMuko Survey Awal Tebal 3,5-5 m, Kanwil DPE Prov


Utara Kalori=4134-6590 Bengkulu 1994
K.kal,Abu 12,23-43,7%,
Sulfur 0,42 % N195oE/12o
Sungai Kiang survey Tinjau Tersingkapdengan Kalori 4500 s/d 5800
Kec.Lubuk tebal 0,5 s/d 2,5 m Kal/gram
Pinang
KecMukomuko Survey Tinjau TerakaTebal 3,5 Kalori 4134 s/d 6590
Utara s/d 5 m Kal/gram sulphur 0,42 s/d
0,58 %, Abu 12,23 s/d 43,7
%, N 195oF/12o
Sungai Eksplorasi Teraka800.000 DalamPenyelidikan PT
sepaiKecMuko m3 PanduAdiDaya
Muko Selatan
KecpondokSug Eksplorasi Teraka DalamPenyelidikan PT
uh PanduAdiDaya
Desagajahmak Eksplorasi Teraka DalamPenyelidikan PT
murkecMukom PanduAdiDaya
ukoselatan

DesaPondokBa Survey detail Sumberdayaterunj Kalori =3853-4800


kilKecNapalPut uk 4.095.000 ton cal/gram, Sulphur=0,48-
ih 0,52 %, Abu=2,8-24,17 %,
BJ=1,3 ton/m3

Kota Padang Survey Awal SumberdayaHipot Kanwil DPE Prov


etik Bengkulu,1995
Tebal 0,4-2 m

Utara Survey Awal Sumberdayatereka Kalori=5595-7825 K.Kal, Kanwil DESDM Prov


Bt.Sanggul,Kec Abu 4,4-4,7 %, Sulfur 0,3- Bengkulu, 1999/2000
Kepahiang 1,1 %

Ds Survey Awal TM: 17,63%, IM : 11,83%, Dinas ESDM


TabapadangLub Ash : 14,96%, VM : kabKepahiang 2006
ukSaung 38,52%, FC : 35,11 %, TS :
TahapPenyelidi 0,49%, GCV: 5492
kan :
Ds Survey Awal Kalori=4500-5200 Dinas ESDM
TanjungAlam KabKepahiang 2006
2.2 Desain

2.2.1 Desain tambang underground

Setelah mempertimbangkan beberapa factor, yaitu ketebalan seam batubara, kekuatan tanah dan

batubara serta ketebalan lapisan penutup, kami memutuskan untuk menggunakan system

tambang bawah tanah dengan metode longwall mining.

Pertama karena kekuatan batuan di lokasi tambang yang tidak cukup kuat maka kami memilih

menggunakan metode longwall mining dengan menggunakan hydraulics jack untuk menyangga,

agar lapisan atapnya tidak runtuh sehingga memberikan kesempatan untuk alat sheare mengikis

lapisan batubara.

Peralatan yang kami butuhkan yaitu hydraulic jacks, shearer, conveyor, drifter. Hydraulic jcks

digunakan untuk menyangga atap yang terbentuk dari atap yang cukup lemah, sehingga

diharapkan dengan menggunakan penyagga ini atap akan menjadi lebih kuat dan tidak runtuh

sehingga memberikan kesempatan agar shearer dapat mengikis atau menambang batubara yang

ada. Setelah batubara berhasil dikikis oleh shearer maka, sabuk conveyor akan secara otomatis

memindahkannya menuju drift untuk dibawa keluar dari bawah tanah.Selain itu ventilasi

merupaka hal yang penting dalam system tambang bawah tanah.Ventilasi berguna untuk

sirkulasi udara dari bawah tanah ke permukaan. Bawah tanah juga sangat identic dengan adanya

mata air bawah tanah ataupun rembesan air hujan yang masuk ke bawah dehingga kami

membutuhkan suatu system yang dapat memompa air keluar dari bawah tanah menuju ke

permukaan sehingga bagian bawah dari tambang tidak tergenang oleh air.
Pada tahap ini banyak sekali keilmuwan yang bekerja sama untuk menghasilkan suatu keputusan

yang baik. Menurut kami keilmuan tersebut adalah geologi, geofisika, teknik mesin, teknik sipil,

teknik lingkungan, teknik pertambangan dan planologi.Hal ini dikarenakan pada tahap desain

tambang ini, banyak sekali factor yang harus dipertimbangkan agar system kerja dari tambang ini

efektif.

Dengan skema rancangannya adalah sebagai berikut


2.2.2 Desain permukaan

Desain permukaan melingkupi

tata letak alat alat yang berada

dipermukaan.Pada system

tambang bawah tanah, bagian

permukaan ini adalah bagian

yang cukup penting, karena

setelah batubara berhasil

diangkat ke permukaan tentu

saja system di permukaan inlah yang akan melanjutkan pengolahannya.

Kami menyimpulkan ada beberapa hal yang harus ada dalam desain permukaan dari suatu

tambang bawah tanah, yaitu : tempat penyimpanan batubara, tempat enyimpanan overburden,

tempat menympan air hasi pompaan dari dalam tambang, mess pekerja, tempat control alat,

ujung system ventilasi dan jalan.


2.2.3 Desain cashflow

2.2.4 Desain struktur perusahaan


2.2.5 Deskripsi Divisi beserta Tugas-Tugasnya

Organisasi penambangan di pimpin oleh seorang manajer tambang yang bertanggung jawab
kepada direksi. Manajer tambang atau kepala teknik tambang merupakan pimpinan tertinggi di
lokasi penambangan, yang membawahi 5 divisi organisasi yaitu: divisi perencanaan, divisi
operasi tambang, divisi pengolahan, divisi perawatan dan lingkungan serta divisi administrasi
dan keuangan. Setiap divisi akan didukung oleh beberapa staff untuk kelancaraan pekerjaan.
Struktur organisasi alternatif pola kerja pertama dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

1. Divisi Perencanaan

Divisi Perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab terhadap


perencanaan tambang , laporan produksi harian/ mingguan/ bulanan, penentuan sasaran produksi
dan kualitas produk. Divisi ini bertanggung jawab pada perencanaan tambang baik jangka
pendek maupun jangka panjang.

2. Divisi Operasi Tambang

Divisi ini di bagi 2 bagian yaitu bagian ekplorasi yang bertugas melakukan ekplorasi yang
dibantu oleh para staf dan bagian penambangan yang bertanggung jawab pada pembongkaran ,
pengangkutan, dan pemuatan serta kualitas dari bahan galian itu sendiri.
3. Divisi Pengolahan

Tugas dari divisi pengolahan antara lain sebagai pengendali mutu yang mempunyai fungsi
menganalisa bahan galian yang akan diolah.

4. Divisi K3 dan Lingkungan

Divisi ini bertanggung jawab terhadap:

a. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K-3)

b. Lingkungan, mencegah dampak negative yang timbul karena operasi tambang, mengontrol,
rekloamasi dan penghijauan daerah tambang.

c. Perawatan kendaran ringan dan alat-alat berat.

d. Sarana penerangan daerah tambang.

e. Bangunan kantor dan pabrik pengolahan

5. Divisi Administrasi dan keuangan

Divisi administrasi dan keuangan membantu manajer dan bertanggung jawab terhadap kegiatan-
kegiatan yangmendukung operasi tambang, anatara lain:

a. Keuangan dan Pembayaran gaji (payroll)

b. Administrasi dan surat-menyurat

c. Personalia dan umum.

d. Security / satpam

e. Hubungan kepada pemerintah dan masarakat setempat

f. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja


Organ Perusahaan

Organ Perusahaan terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan
Direksi yang masing-masing mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara
efektif.Organ Perseroan ini menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip bahwa masing-masing
organ berdiri secara independen dan menjalankan tugas, fungsi dan tanggung-jawabnya semata-
mata untuk kepentingan Perseroan.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan instansi tertinggi dalam Perseroan, wadah
para pemegang saham untuk bertindak secara setara dalam mengambil keputusan penting yang
berkaitan dengan modal yang ditanam dalam Perseroan, namun tidak dapat mengintervensi
keputusan operasional yang menjadi wewenang Dewan Komisaris dan Direksi.

Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
atau khusus, serta memberi nasihat kepada Direksi.Sedangkan Direksi merupakan Organ
Perseroan yang berwenang dan bertanggung-jawab penuh atas kepengurusan Perseroan sehari-
hari dan bertindak semata-mata untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.

Komite Audit

Komite Audit dibentuk dalam rangka membantu tugas Dewan Komisaris untuk mendorong
diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik, terbentuknya struktur pengendalian internal
yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan, serta mengkaji
ruang lingkup, ketepatan, kemandirian dan obyektifitas akuntan publik.

Komite Good Corporate Governance

Biasa disebut Komite GCG bertugas membantu Dewan Komisaris dalam rangka meningkatkan
penerapan praktek GCG oleh Perseroan.Komite ini sebelumnya digabung dengan Komite
Nominasi dan Remunerasi sebagai Komite Nominasi, Remunerasi dan GCG.

Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)

Biasa disebut Konarba dan PSDM, merupakan komite yang mengalami perubahaan nama dan
keanggotaanya di tahun 2010. Sebelumnya komite ini bernama Komite Konarba dan GCG,
bertugas membantu Komisaris dalam hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan penetapan
remunerasi dan peningkatan implementasi GCG.

Konarba dan PSDM bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugas maupun dalam pelaporan,
yang dibentuk oleh, dan bekerja untuk, serta bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

Biasa disebut Komite Risiko Usaha bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan
pendapat profesional dan independen sesuai kewenangannya kepada Dewan Komisaris terkait
dengan pengelolaan perusahaan yang berkaitan dengan risiko usaha yang berpotensi
menimbulkan kerugian signifikan, termasuk asuransi, pengelolaan lingkungan dan pasca
tambang.

Komite KRU senantiasa mengingatkan dan merekomendasikan agar seluruh risiko utama
Perseroan yang masuk kategori high extreme risk di kenali dan dimitigasi.

Sekretaris Perusahaan menjamin ketersediaan informasi terkini, tepat waktu dan akurat mengenai
Perseroan kepada para pemegang saham, analis, media massa dan masyarakat umum, yang juga
meliputi penyediaan Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan

Sekretaris Perusahaan berperan besar dalam memperlancar hubungan antar Organ Perseroan,
hubungan antara Perseroan dengan stakeholders serta dipenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi utama Sekretaris Perseroan mencakup tiga bidang, yaitu sebagai liason officer,
compliance officer serta investor relations. Corporate Secretary has triple main function, as
liason officer, compliance officer and investor relations officer.

Sistem Pengendalian Internal

Manajemen mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian internal agar dapat berfungsi
secara efektif untuk mengamankan investasi dan aset Perseroan.

Auditor Internal bertindak sebagai Satuan Pengawasan Internal.

Auditor Eksternal yang memeriksa laporan keuangan Perseroan tahun buku 2010 ditetapkan
melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan berdasarkan rekomendasi dari Komisaris dan
Komite Audit. Untuk menjamin independensi dan kualitas hasil pemeriksaan Auditor Eksternal
yang ditunjuk tidak boleh memiliki benturan kepentingan dengan setiap level pejabat Perseroan.

Dalam rangka memperkuat sistem pengawasan dan pengendalian internal di Perseroan,


Manajemen membentuk Satuan Kerja Sistem Manajemen Perusahaan (SMP). Visi dari Satuan
Kerja SMP adalah: Menjadi Satuan Kerja yang terpercaya dalam mengelola proses bisinis
Perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten, sehingga
dapat meningkatkan nilai Perusahaan.

Pedoman Kode Etik merupakan salah satu tools Perseroan dalam meningkatkan integritas insan
perseroan di setiap level, agar penerapan best practices GCG menjadi maksimal.
Pada dasarnya Pedoman Kode Etik Perseroan mengatur hal-hal yang menjadi tanggung jawab
Perseroan, individu jajaran Perseroan maupun pihak lain yang melakukan bisnis dengan
Perseroan, yang meliputi:

 Etika bisnis perseroan


 Etika perilaku individu
 Sosialisasi dan pelaporan atas pelanggaran
 Pernyataan kepatuhan code of conduct

Perseroan memiliki sistem nilai yang dianut dan dijalankan guna membangun budaya
perusahaan.Filosofi dasar dalam membangun sistem nilai tersebut adalah sikap kerja “PTPRS,”
yaitu Percaya, Terbuka, Positif, Rasional dan Sadar Biaya & Lingkungan.Nilai-nilai tersebut
dijabarkan dalam budaya kerja “SiPrima” – Sinergi, Profesional, Beriman.

Sebagai pelengkap dan bagian atas Panduan GCG, Perseroan telah menyusun dan menetapkan
serangkaian aturan kebijakan pokok operasional, untuk menunjang penerapan tata-kelola
perusahaan yang baik, mencakup di antaranya:

 Aturan dan Tatalaksana Sistem Pelaporan Pelanggaran(Whistleblower Policy)


 Pengelolaan Risiko
 Transaksi Benturan Kepentingan
 Transaksi Orang Dalam
 Manajemen Kinerja
 Manajemen Mutu
 Transaksi Afiliasi
 Pemberian dan Penerimaan Hadiah
 Pengadaan Barang/Jasa

Perseroan senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip dasar GCG secara konsekuen dalam
melaksanakan kegiatan

operasionalnya. Hal ini dapat dijelaskan pada uraian singkat mengenai penerapan prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut.

 Penerapan asas Transparansi


 Penerapan asas Akuntabilitas
 Penerapan asas Responsibilitas
 Penerapan asas Independensi
 Penerapan asas Kewajaran / Fairness
2.3 Kewajiban yang Harus Dipenuhi

Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”)
mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh pemegang IUP dan IUPK,
yakni:

a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP dan
IUPK untuk:

1. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;


2. keselamatan operasi pertambangan;
3. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan
pasca tambang;
4. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
5. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat,
cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan;

b.  mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;

c.  meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;

d.  melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan;

e.  mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

Reklamasi dan Pascatambang

Menurut Pasal 99 UU Minerba, setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana
reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi
atau IUPK Operasi Produksi. Pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pasca
tambang. Hal ini dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau
IUPK dengan pemegang hak atas tanah. Pemegang wajib menyediakan dana jaminan reklamasi
dan pasca tambang. Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya
dapat menetapkan pihak ketiga dengan dana jaminan yang telah disediakan pemegang.

Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (“PP 78/2010”), Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib
melaksanakan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi dilakukan terhadap lahan terganggu pada
kegiatan eksplorasi. Reklamasi dan pascatambang dilakukan terhadap lahan terganggu pada
kegiatan pertambangan dengan sistem dan metode:

1. penambangan terbuka; dan


2. penambangan bawah tanah.

Kewajiban-Kewajiban Lainnya

 Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai
dengan karakteristik suatu daerah. Pemegang IUP dan IUPK juga wajib menjaga kelestarian
fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 103 UU Minerba mengatur bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib
melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Dalam hal ini,
pemegang dapat bekerjasama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah
mendapatkan IUP atau IUPK untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan oleh Menteri,
gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 105 UU Minerba mengatakan bahwa badan usaha yang tidak bergerak di usaha
pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau batu bara wajib terlebih dahulu
memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan. IUP jenis ini hanya dapat diberikan untuk 1 kali
penjualan oleh pihak yang berwenang. Badan usaha tersebut wajib melaporkan hasil penjualan
mineral dan/atau batubara yang tergali kepada pihak yang berwenang.
Selain itu di dalam Pasal 106 UU Minerba diatur bahwa pemegang IUP dan IUPK harus
mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri. Dalam
melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK wajib mengikut
sertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut. Adalah kewajiban bagi pemegang IUP dan
IUPK untuk menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Ditinjau lebih jauh, dalam Peraturan Daerah Bengkulu Nomor.5 tahun 2013 tentang Pengelolaan
Mineral dan Batubara BAB I Ketentuan Umum pasal 1 No 30 dan 31 dijelaskan bahwa :

30. Iuran Tetap (Landrent) adalah iuran yang dibayarkan kepada Negara sebagai imbalan atas
kesempatan, Eksplorasi atau Operasi Produksi pada wilayah IUP sesuai dengan luas wilayah
dan tarif yang berlaku berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

31.Iuran Produksi (Royalty) adalah iuran operasi/produksi sebagaimana dimaksud pada


ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa instansi pemerintah yang terkait kewajiban
perusahaan pertambangan adalah Kementrian Sumber Daya Mineral dan Energi, Kementrian
Lingkungan Hidup, Lembaga Perpajakan, Dinas Tenaga Kerja dan lembaga-lembaga di
bawahnya.

2.4 Target produksi Tambang Tahunan dan Pemindahan Tanah Penutup (OB/waste)
Tahunan
2..5 Daftar dan Jumlah Peralatan Tambang Utama
BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan

Dari seluruh kegiatan ekplorasi diatas, kami menyimpulkan bahwa untuk melakukan

eksploitasi batubara di Bukit Sunur masih cukup ekonomis jika dilakukan dengan cara yang

tepat. Metode penambangan yang dilakukan adalah longwall mining sehingga mengambil

batubara dalam jumlah yang maksimal dan ekonomis. Selain itu mengoptimalkan proses

pengolahan batubara sehingga batubara yang terbuang menjadi lebih sedikit.

Proses recovery batubara selama ini masih cukup rendah, sehingga baru sebagian saja

yang sudah terambil sedangkan masih ada bagian lain yang belum terambil, dengan

menggunakan teknologi yang tepat maka kami yakin bahwa batubara di Bukit Sunur masih

produktif.

Resiko terbesar dari penambangan batubara ini adalah pencemaran terhadap lingkungan,

sehingga diharapkan dengan pengolahan batubara yng lebih baik bisa mengurangi resiko

tersebut.

3.2 Rekomendasi

Kami merekomendasikan untuk melakukan kegiatan eksplorasi lebih lanjut di daerah

bukit sunur dengan tujuan mengetahui jumlah pasti dari cadangan yang masih ada.Selain itu, jika

memang cadangan masih cukup banyak, kami juga merekomendasikan untuk melanjutkan

eksploitasi di daerah Bukit Sunur.

Dalam hal pengolahan batubara, kami merekomendasikan untuk mengolahnya dengan

mempertimbangkan amdal, sehingga potensi kerusakan lingkungan, seperti pencemaran di


sungai-sungai sekita bukit sunur bisa ditekan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat

tempat penampungan limbah cair terlebih dahulu. Lalu limbah cair yang ada diolah sehingga

ketika dibuang ke lingkungan limbah tersebut sudah cukup aman untuk lingkungan.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://bengkulu.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/11/5.-PERDA-NOMOR-5-TAHUN-2013-
TENTANG-PPENGELOLAAN-PERTAMBANGAN-MINERAL-DAN-BATUBARA.pdf
http://bkpmd-bengkulu.com/jo/index.php?option=com_content&view=article&id=114:potensi-
provinsi-bengkulu&catid=39:investasi

http://idhamds.wordpress.com/2008/10/14/sampling-batubara/

http://fileq.wordpress.com/2011/08/04/eksplorasi-batubara/

http://hukumpertambangan.com/kewajiban-pemegang-izin-usaha-pertambangan-iup-dan-iup-
khusus-iupk/#more-121
http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%204%20no.%202%20thn
%202009/5.%20ENDAPAN%20BATUBARA%20KALORI%20SEDANG.pdf

Anda mungkin juga menyukai