Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Kurikulum Pendidikan Jurusan Teknik Pertambangan,


Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, mahasiswa Jurusan Teknik
Pertambangan yang menempuh semester IV diwajibkan untuk mengikuti mata
Kuliah Lapangan II (Tambang Bawah Tanah) dengan keggiatan utama adalah
melakukan kunjungan ke tambang bawah tanah PT Antam UBPE Pongkor.
Kegiatan Kuliah lapangan tambang bawah tanah ini berbobot 1 SKS.

Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasonal


berupaya memberikan bekal kepada mahasiswa khususnya pengetahuan tentang
kegiatan penambangan bawah tanah, sehingga dapat mengahsilkan tenaga-tenaga
Sarjana Teknik Pertambangan yang professional, maju dan memiliki daya saing,
sesuai dengan perkembnagan industri pertambangan saat ini.

Dalam kegiatan Kuliah Lapangan II Tambang Bawah Tanah, mahasiswa


diperkenalkan secara langsung kegiatan penambangan dan pengolahan emas di PT
Antam UBPE Pongkor, sehingga diharapkan mahasiswa dapat memahami
penerapan ilmu dan mata kuliah secara langsung dilapangan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Kuliah lapangan tambang bawah tanah ini dimaksudkan untuk


memperkenalkan dan memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa
tentang pemilihan metode tambnag bawah tanah, kegiatan penambangan,
penyanggan, ventilasi, dan pengolahan bijih emas.

Kegiatan ini juga memberikan gambaran secara langsung kepada


mahasiswa tentang pekerjaan sarjana tambang khususnya pada tambang bawah
tanh, sehingga dapat membutuhkan obsesi pada diri dan menentukan sikap dalam
menekuni pendidikan di bidang pertambangan bawah tanah. Dengan adanya kuliah
lapangan ini diharapkan mahasiswa dapat membandingkan antara teori-teori yang
diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya di lapangan, juga melatih dan
menumbuhkan jiwa persatuan dan kesatuan serta kerja sama diantara mahasiswa
dalam menghadapi persoalan dan menumbuhkan jiwa-jiwa kreatif pada diri
mahasiswa.
1.3 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Tambang Bawah Tanah tahun 2018 ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2018 dengan kunjungan ke unit penambangan dan ppengolahan emas di
PT Antam Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
BAB II

PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN EMAS PT ANTAM UBPE


PONGKOR JAWA BARAT

1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

PT. ANTAM (Persero) Tbk. Terletak di Gunung Pongkor, Desa Bantar


Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Daerah
ini dapat ditempuh sekitar 54 KM ke arah Barat Daya dari Kota Bogor. Luas
Kuasa Pertambangan (KP) 6.047 Ha (No. KW 98 PP 0138/Jabar), sedangkan
KP eksplorasi seluas 3.870 Ha (No. KW 96 PP 0127 B/Jabar) dari posisi
geografi KP Eksploitasi ini terletak pada koordinat 106°30’01,0” BT sampai
dengan 106°35’38,0” BT dan 6°36’37,2” LS sampai dengan 6°48’11,0” LS.
Untuk mencapai lokasi penambangan dapat ditempuh dengan
perjalanan darat, yaitu dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Kondisi
jalan beraspal, berkelok – kelok dan menanjak sehingga kendaraan tidak
dapat melaju dengan cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi
sekitar 2 – 2,5 jam dari kota Bogor. Pada daerah Kuasa Pertambangan
Eksploitasi (KW 98 PP 0138/Jabar) disusun oleh daerah pegunungan dengan
ketinggian 300 – 900 mdpl. Sungai utama yang mengalir pada daerah ini
adalah sungai Cikaniki dengan arah relatif memanjang ke tenggara sampai
timur laut yang bermuara ke sungai Cisadane, yang berada pada sisi Timur
laut. Anak – anak sungai Cikaniki antara lain adalah sungai Cisarua,
sungai Cikaret, Sungai Cimanganten, Sungai Ciguha, Sungai Ciparay, Sungai
Cisaninen, dan Sungai Ciparigi. Lembah umumnya sempit dan curam.
(perhatikan gambar 2.1. dibawah ini). Sesuai data hasil eksplorasi dan
penelitian yang telah dilakukan, cebakan bijih UBPE Pongkor, PT. Aneka
Tambang Tbk terletak pada 10 lokasi, yaitu :
1) Pasir Jawa
2) Ciguha
3) Kubang Cicau
4) Ciurug (L 500 dan L 600)
5) Cadas Copong
6) Gunung Goong
7) Cimahpar
8) “Gudang Handak”
9) Pamoyanan
10) Cikoret

Gambar Lokasi PT. ANTAM UPBE Pongkor, Jawa Barat

2. Geologi Daerah Pongkor

Deposit emas-perak Pongkor terletak di sisi timur laut dari Kubah


Bayah, 110 km sebelah barat daya dari Jakarta. Daerah Pongkor
merupakan bagian dari Busur Benua Neogen Sunda Banda yang
berkembang di sepanjang sisi Selatan Lempeng Eurasia sebagai akibat dari
subduksi Lempeng India-Australia. Unit geologi berada di lahan seluas
sekitar 40 hingga 80 km dan terdiri dari serpih dan batupasir basement
yang dilapisi oleh pusat sabuk vulkanik dari Oligosen sampai Miosen
Awal, terdiri dari sebagian besar batuan gunung api kasar, dengan
diselingi batugamping dan batupasir. Batuan terobosan intermediet yang
masuk ke dalam formasi Paleogen dan Miosen Awal (Basuki. 1994 dalam
Warmada. 2003).
Berdasarkan Milesi, et al., 1999, vein Pongkor berbentuk subvertikal,
dengan arah N 150o E, dan berbentuk sistem anastomostik. Kemiringan
yang berlawanan (Pasir Jawa dan Ciguha ke arah timurlaut, serta Kubang
Cicau dan Ciurug ke arah baratdaya) secara dihedral, menimbulkan
struktur yang sama terlihat di kaldera.
Observasi lapangan dan pengukuran mengindikasikan bahwa
subsekuen tektonik vulkano aktif berhubungan dengan individualisasi
kaldera. Empat tahapan deformasi brittle yang terjadi, dapat menggambar
satu rangkaian tektonik yang mengikuti runtuhnya kaldera.

Gambar Peta Geologi Regional Daerah Pongkor

3. Pemilihan Metode Penambangan


Metode yang digunakan pada Tambang Emas Pongkor adalah Metode
Cut and Fill. Metode Cut and Fill merupakan bagian dari metode
penambangan bawah tanah dimana penambangannya dilakukan dengan
cara memotong batuan untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai
menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi kembali dengan
material pengisi tanpa menunggu selesai dalam satu level. Prinsip kerja
dari metode ini adalah bijih diambil dalam potongan yang sejajar dan
setiap potongan yang telah diambil dilakukan pengisian dengan waste
fill dalam stope sehingga menyisakan ketinggian ruang yang mencukupi
untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya.

Material Filling digunakan sebagai tempat berpijak untuk melakukan


pemboran bijih selanjutnya. Material filling sering berupa waste rock dari
kegiatan development dan eksplorasi sekitar tambang yang kemudian
ditumpahkan melalui rise mengarah ke stope yang akan diisi dan untuk
meningkatkan kekuatan material pengisi maka ditambahkan semen pada
permukaan.
System ini cocok untuk endapan sebagai berikut :

a. Untuk endapan yang berbentuk Paint dengan dip 450.


b. Untuk endapan dengan ketebalan 1-6 meter.
c. Batuan sampingnya agak lunak/kurang kompak.
d. orenya memiliki nilai yang tinggi dan memerlukan mining
recovery yang tinggi guna menutupi ongkos.
e. Dapat dipergunakan untuk endapan bijih yang batasnya kurang
teratur dan banyak terdapat Barrent rock (batuan sekelilingnya
masuk kedalam bijih). Diantara endapan bijih yang sedang
ditambang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


Gambar Metode Cut and Fill

4. Metode Penyanggaan

Pada dasarnya setiap metode tambang bawah tanah bersifat spesifik.


Meski demikian, pada prakteknya sangat susah secara menyeluruh
memenuhi kondisi idealnya. Dilain pihak, bijih juga memungkinkan
mempunyai kondisi yang cocok untuk aplikasi beberapa metode, sehingga
perlu dilakukan evaluasi terhadap metode-metode tambang bawah
tersebut.

Setiap metode mempunyai aplikasi yg spesifik, tetapi karakteristik


bijih dan country rock tidak senantiasa ideal Karakteristik bijih dan
country rock kadang memungkinkan aplikasi dua atau lebih metode
Eksploitasi mineral dimana seluruh ekstraksinya dilakukan di bawah
permukaan bumi disebut dengan istilah “underground mining” (tambang
bawah tanah), atau “deep mining” (tambang dalam).
Metode tambang bawah tanah diterapkan apabila kedalaman
cebakan atau eksploitasi material tidak dapat dilakukan dari permukaan

1. Tujuan Penyanggaan:
a. Mengontrol masa batuan disekitar lubang bukaan, yaitu:
- menahan perpindahan tegangan pada dinding
lubang bukaan
- menyangga batuan yang potensial untuk runtuh
atau memperkecil deformasi masa batuan.
b. Untuk menjaga tempat penambangan
c. Untuk menjaga para pekerja dari runtuhan batuan yang ada
diatas atau sampingnya.
d. Untuk menjaga pekerja bila terjadi banjir atau hal-hal yang
tidak diinginkan.
e. Untuk tempat berpijak atau lantai bagi para pekerja terutama
untuk stope yang sudah tinggi.

f. Didasarkan pada sifat penyanggaan, jenis penyangga dapat

g. dibagi menjadi penyangga pasif dan penyangga aktif.

2. Macam macam penyangga


a. Penyangga Pasif:
Bersifat mendukung / menahan batuan yang akan runtuh
dan tidak melakukan reaksi langsung terhadap beban yang
diterima (rigid).
b. Penyangga Aktif:
Bersifat melakukan reaksi langsung (yield) dan
memperkuat batuan tersebut secara langsung (reinforcement)

3. Penyanggaan pada Tambang Emas Pongkor


a. I-BEAM
Penyangga ini biasanya dipasang untuk lubang yang
bentuknya empat persegi panjang dan umumnya digunakan
didaerah lubang-lubang produksi. Penyangga tersebut kadang
kadang dikombinasikan dengan kayu atau dinding beton.
b. Penyangga Beton
Beton adalah campuran antara semen, pasir dan air yang
kadang-kadang ditambah CaCl2 (calsium chlorida) yang
berfungsi sebagai pemencepat waktu pengerasan (curring
time).
- Keuntungan:
- Mempunyai kuat tekan yang tinggi
- Tahan terhadap pengaruh cuaca
- Bahan-bahan mudah didapat

- Kerugian:
- Mempunyai kuat tarik rendah
- Dapat hancur tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda.
- Hancuran beton tidak dapat digunakan lagi.
c. Rock Bolt
Rock Bolt termasuk penyangga aktif karena mempunyai
sifat memperkuat massa batuan secara langsung dimana
penyangga dipasang merupakan bagian dari massa batuan.

- Keuntungan:
- Lebih Fleksibel
- Penghematan biaya material
- Pemasangannya dapat sepenuhnya dengan mekanisasi
- Tahan terhadap korosi.
- Kerapatannya dapat disesuaikan dengan kondisi batuan
lokal
- Dapat dikombinasikan dengan penyangga seperti
Wire Mesh dan Penyangga Pasif.

- Kerugian

- Penyimpanan atau penanganan harus hati-hati, karena


dapat mempengaruhi kehandalan pemasangan baut batuan

- Pemasangan baut batuan memerlukan pemantauan dan


pengujian yang khusus serta prosedur yang baik dan benar
disamping baut batuan ada penyangga lain yang dinamakan
“Doweling“Prinsip kerjanya sama dengan pemasangan baut
batuan tetapi sifatnya hanya sementara dan umumnya
digunakan untuk lubang-lubang produksi.
5. Sistem Ventilasi

Sistem ventilasi adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke


dalam tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
alat mekanis maupun alami. Yang dimaksud peralatan ventilasi mekanis
adalah semua jenis mesin penggerak yang digunakan untuk memompa dan
menekan udara segar agar mengalir ke dalam lubang bawah tanah. Yang
paling penting dan umum digunakan adalah fan. Fan adalah pompa udara,
yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan antara kedua sisinya,
sehingga udara akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke
tempat yang lebih rendah. Pada proses menerus dapat dilihat bahwa fan
menerima udara pada tekanan tertentu dan dikeluarkan dengan tekanan yang
lebih besar.
Jadi mesin angin (fan) adalah perubah energi dari mekanis ke fluida,
dengan memasok tekanan untuk mengatasi kehilangan tekan (head losses)
dalam aliran udara. Pergerakan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan
dan diatur oleh pembangkit tekanan yang disebut ventilator atau mesin
angin. Mesin angin yang memasok kebutuhan udara untuk seluruh tambang
dinamakan mesin angin utama (main fan). Mesin angin yang digunakan
untuk mempercepat aliran udara pada percabangan atau suatu lokasi tertentu
di dalam tambang, tetapi tidak menambah volume total udara di dalam
tambang disebut mesin angin penguat (booster fans), sedangkan mesin
angin yang digunakan pada lokasi kemajuan atau saluran udara tertutup
(lubang buntu) dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fans).
Berdasarkan cara menimbulkan udaranya serta letak mesinnya,
ventilasi mekanis dibedakan menjadi tiga metode yaitu

a. Metode Hisap (Exhaust System)


Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang
berkebalikan dengan sistem forcing, yaitu bertekanan negatif ke front kerja.
Tekanan negatif yang dimaksud disini adalah tekanan yang dihasilkan oleh
proses penghisapan udara.
Pada sistem exhausting fan diletakkan dekat dengan front kerja,
sehingga dapat memudahkan kerjanya dalam menghisap udara udara kotor
ataupun debu dari front kerja tersebut

Gambar Metode Hisap

b. Metode Hembus (Forcing System)


Sistem forcing akan memberikan hembusan udara bertekanan
positif ke front kerja. Tekanan positif berarti aliran udara ini mempunyai
tekanan lebih besar dibanding udara di atmosfer. Pipa/saluran ventilasi ini
menghubungkan fan dengan front kerja.
Gambar Metode Hembus

c. Metode Hisap Hembus (Overlap System)


Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan
forcing. Berbeda dengan kedua sistem diatas, sistem ini menggunakan 2
fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain. Ada fan yang bertugas
menyuplai udara ke front (intakefan), ada fan yang bertugas untuk
menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaustfan dipasang
lebih mundur (lebih jauh) dari front penambangan. Sedangkan duct akhir
dari intakefan dipasang lebih dekat dengan front penambangan. Hal ini
untuk mencegah agar udara yang disuplai langsung dihisap oleh
exhaustfan sehingga udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada
front penambangan.

Gambar Metode Hisap Hembus


6. Pengolahan Emas

Pada umumnya proses pengolahan bahan galian adalah suatu proses


pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan perbedaan sifat fisik bahan
galian untuk memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan.
Sedangkan pemurnian atau ekstraksi metalurgi adalah cara untuk
memperoleh logam melalui proses fisika dan kimia. Tahapan tahapan
pengolahan dan pemurnian emas adalah Kominusi, Klasifikasi, Leaching,
Adsorpsi, Elution, Electrowining, Smelting, dan Tailing Treatment. Berikut
akan dijelaskan mengenai pengertian dan fungsi dari masing masing tahapan.
a) Kominusi
Kominusi adalah proses untuk mereduksi ukuran bijih dengan tujuan
untuk membebaskan logam berharga dari bijihnya dan tau
memperluas permukaan bijih agar dalam proses pelindian dapat
berlangsung dengan cepat. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kominusi diantaranya sifat fisik dari bijih, seperti tingkat
homogenitas, kekerasan, kandungan air. Bijih yang heterogen,
porous, dan brittle mudah dikecilkan. Sedangkan bijih yang
homogen, kompak dan liat sulit untuk dikecilkan. Agar partikel bijih
dapat remuk harus ada tekanan yang cukup besar dan melebihi daya
tahan bijih terhadap tekanan.

Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan untuk meremuk atau
mengecilkan ukuran bijih.

1. Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya


tekan pada bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat.
Gaya diberikan oleh satu atau kedua permukaan plat. Pada kompresi,
energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian
tempat. Alat yang menerapkan gaya compression ini adalah Jaw Crusher,
Gyratory Crusher, dan Roll Crusher.
2. Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adanya gaya impact yang
bekerja pada bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras
yang memukul bijih. Gaya impact adalah gaya compression yang bekerja
dengan kecepatan sangat tinggi. Alat yang mampu memberikan gaya
impact pada bijih adalah impactor dan hummer mill.
3. Attrition atau Abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya
gaya abrasi atau kikisan. Peremukan dengan abrasi, gaya hanya bekerja
pada daerah yang sempit atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang
digunakan cukup kecil, tidak cukup untuk memecah / meremuk bijih. Alat
yang dapat memberikan gaya abrasi terhadap bijih adalah ballmill dan rod
mill.
4. Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan
gergaji, cara ini jarang dilakukan untuk bijih.

Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi ditentukan oleh


jenis gaya dan metoda yang digunakan. Pengecilan ukuran bijih yang
memanfaatkan gaya impact, akan menghasilkan ukuran dengan rentang atau
distribusi yang lebar. Sedangkan kominusi memanfaatkan gaya abrasi akan
menghasilkan dua kelompok distribusi ukuran yang sempit. Gambar di
bawah ini menunjukkan ilustrasi distribusi ukuran bijih hasil kominusi
dengan berbagai gaya yang berbeda.
Alat – alat kominusi, secara umum dapat dibedakan menjadi crusher
(peremukan) dan grinder (penggerus). Crusher pada umumnya digunakan
untuk memecahkan bongkahan bongkahan partikel besar menjadi bongkahan
bongkahan kecil. Crusher terbagi menjadi dua, yaitu Primary Crusher dan
Secondary Crusher. Primary Crusher banyak digunakan pada pemecahan
bahan bahan tambang dari ukuran besar menjadi ukuran antara 6 in sampai
10 in (150 sampai 250 mm). Contoh alat primary crusher adalah Jaw Crusher
dan Gyratory Crusher. Secondary Crusher akan meneruskan kerja primary
crusher, yaitu menghancurkan partikel padatan hasil primary crusher menjadi
berukuran ¼ in (6mm). Contoh alat Secondary Crusher adalah Cone Crusher
dan Roll Crusher.
Grinder akan menghaluskan partikel partikel keluaran secondary
crusher. Produk dari intermediate grinder berukuran sekitar 40 mesh, produk
dari fine grinder menghasilkan ukuran sampai 200 mesh, sedangkan untuk
ukuran yang lebih halus lagi dapat digunakan ultrafine grinder. Contoh
grinder adalah Ball Mill, SAG Mill, Rod Mill.

b) Screening
Screening atau pengayakan adalah pemisahan partikel partikel secara
mekanis berdasarkan ukuran, dan hanya dapat dilakukan pada partikel
partikel yang relatif berukuran kasar. Pemisahan dilakukan di atas ayakan
berupa batang batang sejajar (grizzly) atau plat berlubang atau anyaman
kawat yang dapat meloloskan material. Material yang tidak lolos atau tinggal
di atas ayakan disebut oversize atau material plus sedangkan yang lolos
disebut material minus atau undersize. Di dalam industri mineral, tujuan
pengayakan adalah :
1. Mencegah masuknya undersize ke proses kominusi sehingga
meningkatkan kapasitas dan efisiensi alat peremuk atau penggerus.
2. Mencegah oversize masuk ke tahap berikutnya pada operasi sirkuit
tertutup pada peremukan dan penggerusan sehingga alat peremuk atau
penggerus lebih awet.
3. Mempersiapkan umpan yang berselang ukuran kecil pada operasi
konsentrasi.
4. Menghasilkan produk dalam kelompok kelompok ukuran tertentu,
misalnya pada industri pasir dan batu.
Beberapa tipe ayakan adalah pelat berlubang, yaitu pelat baja yang
diberi lubang dengan bentuk tertentu, disamping pelat baja, pelat karet keras,
atau pelat plastik banyak digunakan terutama untuk material abrasive.
Ayakan terbuat dari anyaman kawat, yaitu kawat dari metal dianyam
sedemikian rupa sehingga menghasilkan lubang lubang. Batang sejajar
(grizzly) permukaan ayakan yang terbuat dari batang atau rel yang disusun
sejajar dengan jarak tertentu. Ayakan ada yang bergerak dan ada yang diam.
(untuk lebih jelas, lihat gambar 3.8. dibawah ini).

Proses proses yang berperan dalam pengayakan adalah :

1. Stratifikasi. Proses dimana partikel besar naik ke atas dari lapisan mineral
yang bergetar, sedangkan partikel kecil turun ke bagian bawah lapisan.
Terdapat 4 faktor yang memperngaruhi stratifikasi, yaitu :
a. Total lapisan yang dipengaruhi oleh laju pengumpanan dan kemiringan
ayakan.
b. Laju gerakan partikel di atas ayakan, hal ini merupakan fungsi dari tebal
lapisan, frekuensi, stroke, dan kemiringan deck.
c. Karakteristik stroke, hal ini ditentukan oleh panjang stroke, arah
gerakan dan frekuensi.
d. Kandungan air, bersama material halus menimbulkan sifat lengket
sehingga material akan merusak stratifikasi.

Gambar Hubungan antara laju pengumpanan dan efisiensi pengayakan

Pada laju rendah, efisiensi rendah disebabkan karena partikel di atas


ayakan melonjak lonjak berlebihan, kemungkinan lolos berkurang. Bila
laju pengumpanan terlalu besar, kemungkinan lolos juga berkurang karena
stratifikasi kurang baik dan ayakan kurang luas.
2. Peluang untuk dipisahkan. Pemisahan partikel tergantung pada
kesempatan dari setiap partikel untuk mencapai lubang dalam berbagai
posisi.

c) Klasifikasi
Klasifikasi adalah proses pemisahan antara ukuran partikel yang
diinginkan dan yang tidak diinginkan. Pemisahan ini biasanya dilakukan
dalam fluida (gas dan cairan). Tapi di industri pengolahan bahan galian
biasanya digunakan air. Alat untuk melakukan klasifikasi disebut classifier.
Fungsi classifier secara khusus adalah :
1. Mengeluarkan material yang ukurannya sudah memenuhi syarat sebagai
overflow.
2. Mencegah terjadinya overgrinding.
3. Mengembalikan material yang masih kasar untuk digerus kembali.
Classifier dapat dibedakan menjadi dua, yaitu classifier yang memanfaatkan
gaya gravitasi dan classifier yang memanfaatkan gaya sentrifugal.
1. Classifier yang memanfaatkan gaya gravitasi disebut juga mechanical
classifier. Bagian bagian penting dari mechanical classifier adalah :
a. Kolam pengendapan yanng berupa tanki berbentuk mangkuk atau
saluran.
b. Alat yang berfungsi untuk mengeluarkan produk underflow. Alat ini
berupa rake atau spiral.
c. Rake atau spiral menarik produk endapan dari kolam pengendapan
sedangkan overflow akan keluar melalui bibir overflow yang dapat
diatur tingginya. Contohnya adalah thickener dan spiral classifier.
2. Classifier yang memanfaatkan gaya sentrifugal contohnya adalah
hydrocyclone. Gaya sentrifugal berfungsi untuk mempercepat laju
pengendapan. Setiap partikel yang berada dalam hydrocyclone akan
mengalami dua gaya yang saling berlawanan, yaitu gaya sentrifugal yang
mengarah keluar dan gaya drag yang mengarah ke dalam. Partikel besar
akan mengalami gaya sentrifugal lebih besar dibandingkan dengan gaya
drag, terlempar ke arah dinding, mengikuti arus spiral mengarah ke bawah
dan keluar melalui lubang apex sebagai underflow. Sebaliknya, partikel
kecil, gaya sentrifugal tidak cukup untuk mendorongnya ke arah luar
bergerak di spiral dalam yang bergerak ke atas dan bergerak ke luar
sebagai overflow. Untuk lebih jelas, lihat gambar 3.9. dibawah ini.

Gambar Hydrocyclone

d) Leaching
Leaching adalah proses pelarutan selektif dimana hanya logam logam
tertentu yang dapat larit. Pemilihan metode pelindian tergantung pada
kandungan logam berharga dalam bijih dan karakteristik bijih khususnya
mudah tidaknya bijih dilindi oleh reagen kimia tertentu. Secra hidrometalurgi
terdapat beberapa jenis leaching, yaitu :
1. Leaching in Place (in-situ leaching).
Leaching yang dilakukan di tempat bijih ditemukan atau di tempat
penimpanan bijih. Pada metode ini tidak ada proses transportasi. Metode
ini digunakan untuk bijih dengan kadar rendah atau bijih yang sebelumnya
tidak masuk kategori layak olah. Terdapat 2 cara in situ leaching, spraying
technique yang digunakan pada tambang terbuka dan injection technique
yang digunakan pada tambang bawah tanah.

2. Heap Leaching
Dalam heap leaching terdapat proses preparasi dan pengangkutan ke
tempat penumpukan setelah diremuk, heap leaching cocok untuk bijih
kadar rendah. Tempat penumpukan untuk heap leaching adalah pada tanah
dengan kemiringan tertentu dan alasnya dilapisi oleh lapisan permeabel,
misalnya aspal, beton, atau plastik. Stelah material ditumpuk, reagen
pelindi disemprotkan dari puncak tumpukan sehingga larutan kaya dapat
terkumpul dalam saluran saluran di ujung bagian bawah tumpukan.
3. Vat Leaching/Percolation Leaching
Penggunaan vat leaching terbatas pada leaching untuk material yang tidak
biasa yaitu material yang tidak bisa diproses dengan heap leaching tetapi
tidak memerlukan grinding untuk pemisahan emasnya. Keuntungan dari
vat leaching adalah:
a. Konsumsi bahan pelindi minimal.
b. Dapat menghasilkan larutan kadar relatif tinggi.
c. Mengurangi cost karena tidak perlu filter atau thickener.
4. Agitation Leaching
Cocok untuk bijih dengan kadar medium hingga tinggi. Dilakukan dalam
tangki khusus pelindian yang dilengkapi dengan agitator (pengaduk).
Tujuan pengadukan ini ialah untuk meningkatkan kontak antara logam
dalam bijih dengan reagen pelindi dan meningkatkan laju pelindian
5. Autoclaving
Autoclaving adalh pelindian yang dilakukan pada temperatur dan tekan
tinggi. Biji kadar tinggi yang bersifat refraktori yaitu sulit dilarutkan pada
kondisi normal. Autoclaving dilakukan dalam suatu alat yang dinamakan
autoclave.
Beberapa reagen yang digunakan untuk pelindian emas adalah
thiosulfat (S2O3)2-, Thiourea (NH2.CS.NH2), Sianida (NaCN), dan lain lain.
Dari ketiga reagen tersebut, yang paling banyak digunakan sampai saat ini
adalah sianida.

e) Adsorpsi
Larutan emas hasil ekstraksi diserap atau diadsorpsi oleh ekstraktan
yang berupa karbon aktif atau ion exchange resin sintetic. Ekstraktan yang
memakai karbon aktif, prosesnya disebut Carbon in Leach.

f) Elution
Elution adalah prose desorbsi, yaitu pelepasan kembali [Au (CN)2]- dari
karbon aktif dengan cara pemutusan ikatan antara keduanya.

g) Electrowining
Electrowinning adalah proses penangkapan logam logam yang adalah
dalam air kaya dengan prinsip elektrolisa. Dalam mempelajari electrowinning
maka yang perlu diketahui adalah prinsip elektrokimia (redoks). Reduksi
adalah menurunkan bilangan oksida (biloks) dari logam dengan
menambahkan elektron. Sedangkan oksidasi adalah proses sebaliknya
meningkatkan biloks dari logam akibat kehilangan elektron.

h) Smelting
Peleburan atau smelting bertujuan untuk mengambil logam dari cake
dengan cara memisahkan logam berharga dengan slagnya pada suhu tinggi
(titik leburnya) dengan bantuan penambahan flux. Fungsi flux adalah untuk
mengikat slag agar terpisah dengan baik dari logam berharganya, di samping
itu juga bisa menurunkan titik lebur.
i) Tailing Treatment
Tailing treatment, atau pengolahan limbah adalah salah satu tugas
utama dalam industri pertambangan dan pengolahan mineral. Pada awalnya
pembuangan tailing dilakukan di sekitar danau dan sungai. Namun seiring
dengan kebutuhan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitar, maka metode metode pengelolaan tailing semakin
berkembang. Secara garis besar terdapat 2 metode perusakan zat - zat
buangan berbahaya, terutama sianida, yaitu metode fisika dan metode kimia.
Perusakan zat - zat berbahaya dengan metode fisika biasanya
menggunakan faktor alami. Pembangunan tailing dam menjadi pilihan utama
sebagai tempat pembuangan akhir tailing. Selain itu itu, tailing dam juga
berfungsi sebagai tempat perusakan zat zat berbahaya. Faktor alami yang
digunakan pada metode fisika antara lain pengencera dari air sekitar,
misalnya air hujan, perubahan temperatur, perubahan tingkat keasaman (pH)
larutan, perubahan tekanan, tiupan angin, dll. Sedangkan proses perusakan
sianida dengan metode kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia.
Gambar Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas di PT Antam Tbk,
UBPE Pongkot

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah penyelidikan
dan penelitian tambang yang bertemakan Aktivitas Penambangan dan
Pengolahan Emas PT. ANTAM (Persero) Tbk UPBE adalah:
1. Kegiatan Pertambangan di PT. ANTAM UBPE Pongkor Jawa
Barat, menggunakan sistem penambangan bawah tanah
(Underground Mining) dengan metode cut and fill stoping.
2. Tambang emas PT ANTAM UBPE Pongkor memiliki empat urat
emas utama yakni Ciguha, Kubang Cicau, Ciurug dan Pasir Jawa.
3. Aktifitas penambangan PT ANTAM UBPE terbagi menjadi dua
tahapan, yaitu tahapan produksi meliputi drilling, charging,
blasting, smoke clearing, mucking, transporting, supporting dan
backfilling. Sedangkan pada tahapan development terdiri dari
drilling, charging, blasting, smoke clearing, mucking, supporting.
4. Metode cut and fill ini menggunakan Cemented Back Filling
dengan kemajuan penambangan kearah atas Overhand Breast
Stoping.
5. Kegiatan pengolahan emas di PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPE
Pongkor, Jawa Barat dibagi menjadi Unit Sianidasi, Unit
Recovery, dan Tailing Treatment.
6. Unit Sianidasi berfungsi untuk mereduksi ukuran bijih dan
melarutkan dalam reagen leaching.
7. Unit Recovery berfungsi untuk meningkatkan kadar mineral
berharga dari hasil unit sianidasi.

8. Tailing Treatment berfungsi untuk mengolah limbah hasil


pengolahan sebelum dialirkan ke sungai.
BAB IV

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai