Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyaliran tambang merupakan suatu aktivitas yang tak dapat dipisahkan dalam
kegiatan operasional pertambangan baik itu tambang terbuka maupun tambang bawah
tanah, beberapa parameter yang mempengaruhi dalam sistem penyaliran yaitu
timgginya curah hujan atau intensitas hujan, terpotongnya akuifer dilahan tambang
sebagai aktivitas penggalian yang selalu menimbulkan masalah untuk untuk krlsncrsn
opersional pertambangan dan rancangan saluran.
Berdasarkan parameter tersebut diharapkan dapat diketahui debit air yang masuk
kedalam font kerja tambang, sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan sebaik
mungkin. Untuk itu diperlukan analisis terhadap parameter tersebut seperti intensitas
hujan, kinerja pemompaan, sehingga antisipasi terhadap debit air yang masuk ke font
kerja tambang dapat diminimalisir sehingga proses penambangan dilokasi font kerja
tambang tidak terganggu.
Apabila terdapat genangan air di font kerja tambang yang berasal dari air hujan
menyebabkan tergaggunya proses penambangan dan akan menyebabkan hasil
produksi akan berkurang atau tidak mencapai target sehingga dibutuhkan penyaliran
tambang sebagai cara untuk mengatasi air yang masuk ke dalam font kerja yaitu
dengan mengeuarkan air yang masuk agar font kerja tambang menjadi kering.
Dengan adanya permasalahan mengenai genangan air yang terdapat pada font kerja
tambang , sehingga dilakukan suatu analisis sitem penyaliran tambang pada tambang
demi kelancaran kegiatan penambangan dan tercapainya target produsi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana mengoptimalisasi sistem penyaliran tambang yang telah ada pada
lokasi penambangan ?
2. Perancang sistem penyaliran tambang dalam mengatasi air di area tambang ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sistem peyaliran tambang!
4. Pengolaan data pada sistem penyaliran tambang !
5. Metode sistem penyaliran tambang yang digunakan untuk mengendalikan air
tambang pada pit !

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penulisan ini adalah :
Pembahasan mengenai sistem penyaliran tambang, data yang dibutuhkan,
pengolahan data-datanya dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta metode-
metode yang digunakan.

1.4 Tujuan Penulisan


Penulisan ini bertujuan untuk memahami kajian teknis dalam mengendalikan air
pada lokasi penambangan.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang diigunakan adalah meggabungkan teori yang bersumber
dari internet maupun contoh skripsi yang dikaitkan dengan hasil perhitungan
yang telah dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan pembahasan.
Adapun urutan penyusunan penulisan
1. Teori diambil dari dari berbagai sumber atau tinjauan pustaka
2. Hasil penelitian
3. Pembahasan
4. Kesimpulan dan saran

2
1.6 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami sistem pengendalian air pada pertambangan agar dapat
memperlancar kegiatan pada lokasi penambangan.
2. Sebagai pedoman dalam mempelajari ilmu sistem penyaliran tambang
3. Menambah pengetahuan tentang sistem penyaliran tambang
4. Memenuhi tugas mata kuliah sistem penyaliran tambang

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi

Secara sederhana, daur hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian
jatuh kepermukaan tanah dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Melalui penguapan,
air menjadi uap dan naik ke atmosfer setelah mengalami transportasi dan presipitasi
(hujan, embun, salju). Air yang jatuh di daratan sebagian akan menguap, sebagian
akan meresap kedalam tanah, dan sebagian pula akan mengalir dipermukaan menuju
sungai dan seterusnya ke laut.

2.2 Pengertian Sistem Penyaliran Tambang


Sistem penyaliran tambang sangat diperlukan dalam mengendalikan air pada
penambangan. Tahap sistem penyaliaran tambang merupakan suatu kegiatan atau
suatu usaha yang dilakukan pada daerah penambangan untuk mencegah,
mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk pada daerah penambangan agar
tidak mengganggu aktivitas penambangan karena adanya air dalam jumlah berlebihan
terutama saat musim hujan, selain itu juga untuk memperlambat kerusakan alat, agar
alat-alat mekanis yang digunakan mempunyai umur yang lama. Penanganan
mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada tambang terbuka dapat
dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:
1. Mine Dewatering, adalah suatu penanganan masalah air tambang dengan
cara mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan, seperti
penanganan masalah air yang berasal dari air hujan yang masuk ke dalam
tambang. Untuk mine dewatering sendiri dibagi menjadi 3 cara yaitu ;
a. Penyaliran dengan adit
Penyaliran dengan adit sistem adit ini dilakukan untuk tambang terbuka
dengan sistem open cut yang mempunyai jenjang majemuk (multiple

4
bench). Disetiap jenjang dibuat adit, dan dari adit ini air buangan
diteruskan ke shaft. Sistem ini dilakukan dengan cara air yang masuk ke
dalam tambang dikeluarkan melalui mengalirkan air dari dasar tambang
keluar daerah tambang melalui terowongan (adit). Cara penyaliran ini
hanya dapat di terapkan pada tambang yang terletak didaerah pegunungan
atau perbukitan

(sumber : Rudy Sagoya 1993)


Gambar 2.1 Adit Drainage
b. Penyaliran secara open sump
Sistem ini dilakukan dengan cara air yang masuk kedalam tambang
dikumpulkan ke suatu sumuran (sump) yang dibuat didasarkan tambang
kemudian dari sumuran tersebut dipompa dan dialirkan dengan pipa untuk
dikeluarkan dari tambang. Sistem ini pada umumnya banyak digunakan
pada tambang terbuka.

(sumber : Rudy sagoya 1993)


Gambar 2.2 Open Sump Drainage

5
c. Penyaliran dengan sistem saluran terbuka
Penyaliran dengan sistem terbuka yaitu dengan membuat paritan untuk
mengalirkan air ketempat yang lebih rendah (kolam penampungan ).
Penyaliran sistem terbuka termasuk dalam penyaliran gaya berat, yaitu air
mengalir ketempat yang lebih rendah karena gaya gravitasi ini berfungsi
untuk mengendapakn partikel-partikel padat yang ikut dalam air, sehingga
tidak terbawa keluar dari daerah penambangan.
2. Mine Drainage, adalah suatu penanganan masalah air tambang yang
dilakukan dengan cara mencegah masuknya air limpasan seperti air sungai
dan penanganan air tanah masuk ke dalam lingkungan tambang. Yang
termasuk dalam penyaliran secara mine drainage terdapat dakam beberapa
macam, diantaranya :
a. Siemens Drainage Method
Sistem penyaliran inkonvesional dimana pada kedalaman lubang bor
dimasukan casing yang bertujuan agar air mudah masuk kedalam pipa dan
kedalaman lubang bor lebih dalam dari pada tinggi jenjang. Dalam
penerapannya pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan di buat lubang
bor dengan diameter 8.5 inchi dan kedalamannya dimasukin pipa ukuran 8
inchi dengan ujung bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian
ujung ini masuk kedalam lapisan akuifer sehingga air tanah terkumpul
pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang keluar
daerah penambangan.

6
(sumber : Rudy Sagoya 1993)
Gambar 2.3 Semens Drainage Method
b. Small Pipe with Vaccum Pump Drainage
Sistem penyaliran dimana pada kedalaman lubang bor dimasukan pipa dan
diberi pasir. Pasir termasuk berfungsi sebagai saringan sehingga yang
masuk hanya material yang larut dalam air. Langkah pembuatan dari
sistem ini dengan membuat lubang bor berdiameter 6-8 inchi, lubang bor
tidak diberi casing. Lalu dimasukan pipa berdiameter 2-5 inchi, kemudian
memasukan pasir sebagai saringan dan melalui pipa kecil pipa kecil
lubang bor dibuat vaccum dengan pipa.

(sumber : Rudy Sagoya 1993)


Gambar 2.4 Small Pipe with Vaccum Pump Drainage

c. Elektro Osmosis Method


Bilamana lapisan tanah terdiri dari lempungan, maka pekerjaan
pemompaan akan sulit dilakukan karena adanya sifat kapiler yang terdapat

7
pada jenis tanah lempungan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dipakai
cara elektro osmosis. Pada metode ini digunakan batang anodaserta
katoda, bila elemen-elemen dialiri listrik maka air (H2O) akan terurai (H+)
menuju katoda (OH-) ke anoda. H+ pada katoda dinetralisir menjadi air
dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.

(sumber : Rudy Sagoya 1993)

Gambar 2.5 Elektro Osmosis Method


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyaliran tambang adalah sebagai
berikut :

2.1 Curah Hujan


Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu sistem penyaliran,
karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang
yang harus diatasi. Besar curah hujan dapat dinyatakan sebagai volume air hujan yang
jatuh pada suatu area tertentu, oleh karena itu besarnya curah hujan dapat dinyatakan
dalam meter kubik per satuan luas, secara umum dinyatakan dalam (mm).
Pengamatan curah hujan dilakukan oleh alat penakar curah hujan. Angka-angka curah
hujan yang diperoleh sebelum diterapkan dalam rencana pengandalian air permukaan,
harus diolah terlebih dahulu. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data curah

8
hujan jam, harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.
Pengolahan data curah hujan meliputi:

2.1.1 Periode Ulang Hujan


Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan tertentu
biasanya akan berulang pada periode tertentu yang dikenal dengan periode ulang
hujan. Periode ulang hujan didefinisikan sebagai waktu dimana curah hujan dengan
besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu.
Misalnya periode ulang hujan 10 tahun, maka peristiwa yang bersangkutan (hujan,
banjir) akan terjadi rata-rata sekali setiap periode 10 tahun. Terjadinya peristiwa
tersebut tidak harus 10 tahun, melainkan rata-rata sekali setiap periode 10 tahun,
misal 10 kali dalam periode 100 tahun, 25 kali dalam 250 tahun dan seterusnya.
Periode ulang ini memberikan gambaran bahwa semakin besar periode ulang semakin
tinggi curah hujannya. Penetapan periode ulang hujan sebenarnya lebih ditekankan
pada masalah kebijaksanaan yang perlu diambil sesuai dengan perencanaan.

Pertimbangan dalam penentuan periode ualang hujan tersebut adalah resiko yang
dapat di timbulkan bila curah hujan melebihi curah hujan rencana.

Xr = X + (σxσn ) . (Yr – Yn)........................persamaan (2.1 )


Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
σx = Standar deviasi curah hujan
σn = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)

9
Tabel. 2.1 Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran

Keterangan Periode ulang hujan (tahun)


Daerah terbuka 0–5
Sarana tambang 2- 5
Lereng-lereng tambang dan penimbunan 5- 10
Sumuran utama 10 -25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100

2.1.2 Hujan Rencana


Dalam perancangan sistem penyaliran untuk air permukaan pada suatu tambang,
hujan rencana merupakan suatu kriteria utama. Hujan rencana adalah hujan
maksimum yang mungkin terjadi selama umur dari sarana penirisan tersebut. Hujan
rencana ini ditentukan dari hasil analisa frekuensi data curah hujan, dan dinyatakan
dalam curah hujan dengan periode ulang tertentu.

2.1.3 Metode Analisis Intensitas Curah Hujan


Intensitas Curah Hujan adalah jumlah curah hujan dalam jangka waktu tertentu,
dan dinyatakan dalam mm persatuan waktu. Intensitas curah hujan dapat digunakan
untuk menghitung debit air limpasan. Besarnya intensitas curah hujan dapat
ditentukan secara langsung jika ada rekaman durasi hujan setiap harinya yang diukur
dengan alat penakar hujan otomatis. Perhitungan intensitas curah hujan bertujuan
untuk mendapatkan curah hujan yang sesuai, yang nantinya dapat dipakai sebagai
dasar perencanaan debit limpasan hujan pada daerah penelitian. Untuk pengolahan
data curah hujan menjadi intensitas curah hujan dapat digunakan cara statistik dari
pengamatan durasi yang terjadi.

10
Analisis statistik yang digunakan adalah dengan formula Extreme value E.J Gumbel.
Adapun langkah-langkah analisis dari formula tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tentukan rata-rata X nilai data, dengan rumus :

X =
 CH ...............................................................Persamaan (2-2)
n

Dimana : X = Rata-rata nilai data

 CH = Jumlah nilai data


n = Jumlah data

2. Tentukan standar deviasi (S), dengan rumus :

S =
 ( Xi  X ) 2
……………………………………Persamaan (2-3)
(n  1)

Dimana : S = Standard deviasi

Xi = Data ke-I,

X = Rata-rata intensitas curah hujan

n = Jumlah data

3. Tentukan koreksi varians (Yt), dengan rumus :

  T  1 
Yt =  ln  ln   …………………………………...Persamaan (2-4)
  T  

Dimana : Yt = Koreksi varians

11
T = Periode ulang hujan

4. Tentukan koreksi rata-rata (Yn), dengan rumus :

  n  1  m 
Yn =  ln  ln   ……………………………….Persamaan (2-5)
  n  1  

Dimana : Yn = Koreksi rata-rata

n = Jumlah urut data

m = Nomor urut data

Kemudian tentukan : YN =
 Yn ………………..........Persamaan (2-6)
n

Dimana : YN = Rata-rata Yn

Yn = Jumlah nilai Yn

n = Jumlah data

5. Tentukan koreksi simpangan (Sn), dengan rumus :

Sn =
 (Yn  YN ) 2

……………………………………Persamaan (2-7)
n 1

Dimana : Sn = Koreksi simpangan

Yn = Nilai Yn ke-i

YN = Rata-rata nilai Yn

n = Jumlah data

6. Tentukan curah hujan rencana (CHR), dengan rumus :

12
CHR = X  S .Sn.(Yt  YN ) …………………………………Persamaan (2-8)

Dimana : CHR = Curah hujan rencana E.J. Gumbel

X = Rata-rata intensitas curah hujan

S = Standard deviasi

Sn = Koreksi Simpangan

Yt = Koreksi varians

YN = Rata-rata nilai Yn

Sedangkan rumus yang dapat digunakan untuk mengolah data curah hujan harian
kedalam satuan jam adalah dengan Rumus Mononobe :

2
R  24  3
I = 24 .  ...........................................................Persamaan (2-9)
24  t 

Dimana : R24 = Intensitas curah hujan dalam satu hari (mm/hari)

t = Durasi hujan (jam)

I = Intensitas curah hujan perjam (mm/jam)

2.2 Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah ke
udara disebut penguapan (evaporasi), sedangkan peristiwa penguapan dari tumbuhan
disebut transpirasi. Apabila proses tersebut terjadi keduanya disebut evapotranspirasi.
Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi sangat sulit dilakukan, sehingga
digunakan cara tidak langsung dengan menggunakan Rumus Turc (Sayoga, 1993)
sebagai berikut :

13
T RH
ETP = 0,4 x x( RS  50)(1  50  ) .............Persamaan (2-10)
(T  15) 70

Dimana : ETP = Evapotranspirasi potensial rata-rata (mm/tahun)


T = Temperatur rata-rata tahunan (0C)
RH = Kelembaban relatif (%)

2.3 Infiltrasi

Infiltrasi adalah proses merembesnya air ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi air
hujan dari permukaan ke dalam tanah sangat bervariasi yang tergantung pada kondisi
tanah pada saat ini. Disamping itu infiltrasi dapat berubah-ubah sesuai dengan
intensitas curah hujan. Kecepatan infiltrasi semacam ini disebut laju infiltrasi.
Sedangkan laju infiltrasi maksimum yang terjadi pada kondisi tertentu disebut
kapasitas infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara lain ialah :

1. Dalamnya genangan diatas permukaan tanah dan tebal lapisan jenuh,


kelembaban tanah,
2. Penyumbatan ruang antara padatan didalam tanah oleh bahan yang halus,
3. Pemampatan oleh manusia atau hewan, struktur tanah, vegetasi dan udara
yang terdapat di dalam tanah.
Dengan rumus untuk menghitung infiltrasinya adalah
Debit minimum rata-rata.........persamaan (2.11)
Luas DTH

2.4 Daerah Tangkapan Air Hujan


Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan yang apabila terjadi hujan, maka
air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke titik
pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan sebagian meresap kedalam tanah, sebagian
ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi,
kemudian mengalir ketempat yang lebih rendah. Semua air yang mengalir
dipermukaan belum tentu menjadi sumber air dari suatu sistem penyaliran. Kondisi

14
ini tergantung dari daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi dll. Daerah tangkapan hujan
merupakan suatu daerah yang dapat mengakibatkan air limpasan permukaan mengalir
kesuatu tempat (daerah penambangan) yang lebih rendah. Penentuan luas daerah
tangkapan hujan berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti. Daerah
tangkapan hujan ini dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan
mengumpulkan air hujan sementara. Setelah daerah tangkapan hujan ditentukan,
maka diukur luasnya pada peta kontur, yaitu dengan menarik hubungan dari titik-titik
yang tertinggi disekeliling tambang membentuk poligon tertutup, dengan melihat
kemungkinan arah mengalirnya air, maka luas dihitung dengan menggunakan
komputer dan planimeter atau millimeter blok (Suwandhi, 2004).

2.5 Limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah hujan yang
mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang disebabkan karena
intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan, bentuk dan kekompakan
permukaan tanah serta vegetasi. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain :
1. Curah Hujan : Banyak curah hujan, intensitas curah hujan dan frekunsi hujan
2. Tanah : Jenis dan bentuk topografi
3. Tutupan : Kepedatan, jenis dan macam vegetasi,
4. Luas daerah aliran

Untuk memperkirakan debit air limpasan maksimum digunakan rumus rasional


yaitu :

Q = 0,278 . C . I . A .................Persamaan (2-12)

Keterangan :
Q = debit air (m3/detik)

15
C = koefesien limpasan

I = intensitas curah hujan (mm/jam)

A = luas penangkap hujan (km2)

Rumus debit air limpasan reel :

Qlimpasan reel = Qlimpasan - infiltrasi................ persamaan (2-13)

Koefesien limpasan (C) adalah bilangan yang menunjukan perbandingan


antara besar air limpasan permukaan dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada
daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor kerapatan
vegetasi, tata guna lahan dan kemiringan lahan. Beberapa perkiraan koefisien
limpasan terlihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.2 Nilai Koefisien Limpasan

Tutupan Koefisien Limpasan


Kemiringan
(Jenis Lahan) (C)
sawah, rawa 0,2
< 3%
Hutan, perkebunan 0,3
(datar)
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4
3% - 15% Perumahan 0,5
(sedang) Semak-semak agak jarang 0,6
Lahan terbuka 0,7
Hutan 0,6
Perumahan 0,7
> 15%
Semak-semak agak jarang 0,8
(curam)
Lahan terbuka daerah
0,9
tambang
(Sumber : Sayoga, Rudi, “Hidrologi dan Hidrogeologi”. 1991

Untuk mengetahui besarnya air tambang, maka perlu diketahui jumlah air
hujan yang langsung jatuh atau masuk ke dalam bukaan tambang. Besar air hujan
yang langsung masuk ke dalam bukaan tambang dihitung dengan rumus :

16
Qair hujan = Xr x A................... persamaan (2-14)

Keterangan :
Qair hujan = Debit air hujan (m3/detik)
Xr = Curah hujan maksimum (mm/hari)
A = Luas bukaan tambang (km2)
2.6 Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antara butir-butir tanah dan didalam retak-retak batuan (Sosrodarsono,1993).
Beberapa istilah penting (Amin, 2002) :
1. Aquifer adalah lapisan tanah yang permeabel atau lolos, sehingga dapat
meloloskan air. Tiga aquifer yang dikenal :
a. Akuifer pori yaitu akuifer yang kelolosanya disebabkan oleh pori-
pori di antara butir-butir padatan.
b. Akuifer rekahan yaitu akuifer yang kelolosannya dipengaruhi oleh
rekahan-rekahan yang terdapat pada lapisan batuan.
c. Karstakuifer yaitu akuifer yang terdapat pada batu gamping karst.
2. Aquifuge adalah lapisan tanah atau batuan yang impermeabel atau tidak
lolos air sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan dan
meloloskan air.
3. Aquiclude adalah lapisan tanah yang dapat menyimpan air tetapi tidak
dapat mengalirkanya.
4. Aquitard merupakan aquifer yang secara regional mempengeruhi neraca
air tetapi tidak cukup untuk dimanfaatkan.
Untuk perhitungan debit air tanah adalah :
1. Penentuan titik sumur
2. Mencari tinggi muka air tanah
3. Perhitungan debit air tambang dengan rumusnya :
Qair tanah = K x I x A ......... persamaan (2-15)

17
Keterangan :
Q = Debit air tanah (m3/detik)
I =
A =

2.7 Sumber Air Tambang


Pada umumnya sumber utama air yang masuk ke dalam tambang terbuka adalah

air hujan dan hanya pada kondisi dimana kegiatan penambangan dilakukan sampai

dengan menembus muka air maka air tanah juga akan menjadi salah satu sumber air

yang masuk kedalam tambang dan Air yang mengalir dari luar tambang di sebur air

limpasan. Perhitungan debit air tambang berasal dari debit air limpasan ditambah

debit air hujan yang masuk ke lokasi penambangan ditambah debit air tanah. Jadi

besarnya debit air tambang dapat dihitung dengan rumus :

Qair tambang = (Qlimpasan reel + Qair hujan + Qair tanah) – evaprotranspirasi

2.8 Saluran Penyaliran

Saluran penyaliran berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air ketempat


pengumpulan (kolam penampungan) atau tempat lain. Bentuk penampang saluran
umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material serta kemudahan dalam
pembuatannya. Dalam merancang bentuk saluran penyaliran beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain: dapat mengalirkan debit air yang direncanakan, mudah

18
dalam penggalian saluran. Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran air
dilakukan dengan rumus Manning sebagai berikut:

Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A................. persamaan (2-14)

Keterangan :
Q = debit (m3/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran (%)
A = Luas penampang basah (m2)
n = koefisien kekasaran manning
Tabel 2.3 Koefsien kekerasan dinding saluran untuk persamaan manning (n)

Tipe dinding saluran Harga n


Semen 0,010 – 0,014
Beton 0,011 – 0,016
Bata 0,012 – 0,020
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,020 – 0,030
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanam 0,025 – 0,040
(sumber : Rudy Sagoya 1993)
Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang
penyaliran yang dapat digunakan. Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk
segi empat, bentuk segi tiga dan bentuk trapezium (Hartono, 2008). Bentuk-bentuk
penampang dapat dilihat pada gambar 2.6.

19
Gambar 2.6 Geometri Penampang saluran

2.9 Sump (Sumuran)

Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa keluar


tambang. Dimensi sump tergantung dari jumlah air yang masuk serta keluar dari
sump. Pelaksanaan kegiatan penambangan biasanya dibuat sump sementara yang
disesuaikan dengan keadaan kemajuan medan kerja (front) penambangan. Jumlah air
yang masuk ke dalam sump merupakan jumlah air yang dialirkan oleh saluran-
saluran, jumlah limpasan permukaan yang langsung mengalir ke sump serta curah
hujan yang langsung jatuh ke sump. Sedangkan jumlah air yang keluar dapat
dianggap sebagai yang berhasil dipompa, karena penguapan dianggap tidak terlalu
berarti. Optimalisasi antara input (masukan) dan output (keluaran), maka dapat
ditentukan volume dari sump. Dimensi sump yang digunakan adalah sump yang
berbentuk trapezium dengan volume (V) sebagai berikut (Amin, 2002):

Volume = ( Luas atas + Luas bawah ) x ½ tinggi ………..(2.15)

Sump ditempatkan pada elevasi terendah atau floor penambangan,


jauh dari aktifitas penggalian batubara sehingga tidak akan menggangu
produksi batubara.

2.10 Pompa

20
Pompa berfungsi untuk memindahkan atau mengeluarkan air dari tempat yang
rendah yaitu air yang ada pada kolam penampungan (sump) pada lantai kerja
penambangan ke tempat yang lebih tinggi (keluar tambang) (Amin, 2002). Sesuai
dengan prinsip kerjanya, pompa dibedakan atas :
a. Reciprocating Pump
Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan umumnya dapat
mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi. Kerugiannya adalah beban yang
berat serta perlu perawatan yamg teliti. Pompa jenis ini kurang sesuai untuk air
berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu jenis pompa ini
kurang sesuai untuk digunakan di tambamg.

b. Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang masuk
akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi air akan dilemparkan
dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa jenis ini banyak digunakan di
tambang, karena dapat melayani air berlumpur, kapasitasnya besar, dan perawatannya
lebih muda.

c. Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros) melalui
kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling kapal. Pompa ini dapat
beroperasi secara vertikal maupun horizontal. Jenis pompa ini digunakan untuk julang
yang rendah.

Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energi yang diperlukan
untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang
dipompa, maka head juga akan semakin besar. Head total pompa untuk mengalirkan
sejumlah air seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang
akan dilayani oleh pompa tersebut, sehingga julang total pompa dapat dituliskan
sebagai berikut:

21
H = Hs + Hf1 + Hf2 + Hf3 + Hf4 ............ persamaan (2-16)

Keterangan :

Hs = Head statis

Hf1 = Julang kerugian gesek

Hf2 = Julang kerugian belokan

Hf3 = Julang kerugian katup

Hf4 = Julang kerugian kecepatan

a. Head statis
Hs = H2 - H1 ........... persamaan (2-17)
Keterangan :
H2 = Sisi isap
H2 = Sisi keluar
b. Julang kerugian gesek
L  V ^2 
Hf1 = λ x . 
D  2 xg  .............. persamaan ( 2-18)

Keterangan :
λ = koefsisen kerugian gesek
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
V = kecepatan rata-rata air didalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (9.8 m/s)
c. Julang kerugian belokan

Hf2 = [0,131 + 1,847 (D/2R)]3,5 [Ɵ/90]0,5............ persamaan (2.19)

Keterangan :

22
D = diameter dalam pipa

R = jari – jari lengkung belokan

ϴ = belokan pipa

d. Julang kerugian katup

Hf3 = f3 x (V2/2.g)................. persamaan (2-20)

Keterangan :
f3 = koefsien kerugian katup
V = kecepatan rata-rata air dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (9.8 m/s)
Tabel 2.4 Koefsien kerugian berbagai jenis katup

(sumber: Sularso. Haruo Tara, 2000)

e. Julang kerugian kecepatan


Hf4 =V2/2.g ................ persamaan (2-21)
Keterangan :
V = kecepatan rata-rata air didalam pipa (m/s)

23
g = percepatan gravitasi (9.8 m/s)
2.11 Kolam Pengendapan

Kolam pengendapan adalah suatu daerah yang dibuat khusus untuk menampung
air limpasan sebelum dibuang langsung menuju daerah pengaliran umum. Sedangkan
kolam pengendapan untuk daerah penambangan adalah kolam yang dibuat untuk
menampung dan mengendapkan air limpasan yang berasal dari daerah penambangan
maupun daerah sekitar penambangan. Nantinya air tersebut akan dibuang menuju
tempat penampungan air umum seperti sungai, maupun danau.

Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur atau material


padatan yang bercampur dengan air limpasan yang disebabkan adanya aktivitas
penambangan. Selain itu, kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat
pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu
kandungan materialnya, tingkat keasaman ataupun kandungan material lain yang
dapat membahayakan lingkungan.

(Sumber : Gautama, 1999)


Gambar 2.7 Bentuk Kolam Pengendapan ( Tampak Atas)

24
BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Perhitungan Curah Hujan


Perhitungan curah hujan 20 tahun dari tugas dihitung dengan
menggunakan analisis statistika dan metode Gumbel
 Mean
Nilai mean yang didapatkan adalah 2.82 dari perhitungan tugas di
(lampiran 2 tugas 2)
 Median
Nilai median yang didapatkan 3.11 dari perhitungan tugas di
(lampiran 2 tugas 2)
 Modus
Nilai modus yang didapatkan adalah 3.11 dari perhitungan tugas di
(lampiran 2 tugas 2)
 Kuartil
Nilai kuartil yang didapatkan adalah dari perhitungan tugas di
K1 = 2.00
K2 = 3.11
K3 = 3.39
Dari perhitungan tugas di (lampiran 2 tugas 2)
 Variansi S2
Nilai variansi yang didapatkan adalah 151.26 dari perhitungan tugas di
(lampiran 2 tugas 2)
 Standar deviasi S

25
Nilai standar deviasi yang didapatkan adalah 12.29 dari perhitungan tugas
di (lampiran 2 tugas 2)
 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum
Nilai maksimum dan nilai minimumnya adalah
Nilai Maks = 4.61
Nilai Min = 0.05
dari perhitungan tugas di (lampiran 2 tugas 2)
 Skewenes
Nilai skewenes yang didapat adalah 4.368 dari perhitungan tugas di
(lampiran 2 tugas 2)
 Kurtois
Nilai kurtois yang didapat adalah 19.055 dari perhitungan tugas di
(lampiran 2 tugas 2)

Untuk data curah hujan 20 tahun dapat dilihat di Lampiran 1

3.2 Perhitungan Infiltrasi


 Infiltrasi
Nilai infiltrasi yang didapat adalah 0.00002754 m3/sekon dari perhitungan
tugas (lampiran 3 tugas tiga)
3.3 Evapotranspirasi
 Evapotranspirasi
Nilai evapotranspirasi yang didapat adalah 0.95 m3/sekon dari
perhitungan tugas di (lampiran 3 tugas tiga)
3.4 Total kehilangan hari kerja efektif
Total hari kerja efektif yang didapatkan dari 20 tahun adalah 7090 dan
kehilangan hari kerja efektif adalah 2657 jam atau 110,7083 hari dari
perhitungan tugas di (lampiran 4 tugas empat)

3.5 Perhitungan debit air limpasan

26
 Debit air limpasan
Debit air limpasan yang didapat adalah 9.379 m3/sekon dari perhitungan
tugas di (lampiran 4 tugas empat)
 Debit limpasan reel
Debit limpasan reel yang didapat adalah 9.374 m3/sekon dari perhitungan
tugas di (lampiran 4 tugas empat)
3.6 Debit air hujan
Debit air hujan yang didapat adalah 0.044481 m3/sekon dari perhitungan
tugas di (lampiran 4 tugas empat)
3.7 Curah Hujan Maksimum
Curah hujan maksimum yang didapat adalah 22.03 dari perhitungan tugas
di (lampiran 4 tugas empat)
3.8 Periode ulang hujan
Periode ulang hujan yang didapatkan sekitar 0.999 % jika TL = 1 tahun
dari perhitungan tugas di (lampiran 4 tugas empat)
3.9 Perhitungan air tanah
 Perhitungan titik sumur
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dan dari perhitungan data titik
sumur yang didapatkan titik X dan titik Y maka hasilnya didapat :
X = 2.6 cm
Y = 2 cm
Dari perhitungan tugas di (lampiran 5 tugas lima)
 Perhitungan tinggi muka air tanah
Dari data sumur maka diperoleh nilai tinggi muka air tanahnya adalah
3.74 m Dari perhitungan tugas di (lampiran 5 tugas lima)
 Perhitungan debit air tanah
Nilai debit air tanah yang didapat adalah 925.575 m3/hari Dari
perhitungan tugas di (lampiran 5 tugas lima)

27
 Perhitungan fluks air tanah
Nilai fluks air tanahnya yang diperoleh adalah
Gw1 ɡ = 47.304 cm/tahun
Gw2 ɡ = 59.918 cm/tahun
Gw3 ɡ = -5.676 cm/tahun
Gw4 ɡ = 88.30 cm/tahun
Gw5 ɡ = 0 cm/tahun
Gw6 ɡ = 8.830 cm/tahun
Gw7 ɡ = 8.830 cm/tahun
Gw8 ɡ = -5.676 cm/tahun
Gw9 ɡ = -17.1871 cm/tahun
Gw10 ɡ = 15.425 cm/tahun

Dari perhitungan tugas di (lampiran 5 tugas lima)

3.10 Perhitungan debit air tambang


Debit air tambang yang didapat adalah 8.478 m3/sekon dari perhitungan
tugas di (lampiran 4 tugas empat)
3.11 Perhitungan volume sump
 Volume sump
Volume sump yang didapatkan dalah 306.648 m3 Dari perhitungan
tugas di (lampiran 6 tugas enam)
 Volume sump aktual
Volume sump aktual yang didapatkan adalah 3.24 m3 dari perhitungan
tugas di (lampiran 6 tugas enam)
3.12 Menghitung debit limpasan daerah jalan tambang
 Luas DTH 1
Debit limpasan jalan tambang yang didapatkan adalah 0.219 m3/sekon
(lampiran 8 tugas delapan)

28
 Luas DTH 2
Debit limpasan jalan tambang yang didapatkan adalah 0.219 m3/sekon
(lampiran 8 tugas delapan)
0.219 m3/sekon
 Luas DTH 3
Debit limpasan jalan tambang yang adalah 0.219 m3/sekon (lampiran 8
tugas delapan)

3.13 Perhitungan saluran penyaliran


 Saluran penyaliran berbentuk segitiga
Dari hasil perhitungan (lampiran 7 tugas 7) maka didapatkan :
a. Luas 1m2
b. Keliling 2.44 m
c. Jari-jari 0.40 m
d. Kecepatan aliran 33.930 m/detik
e. Debit 33.930 m/detik
 Saluran penyaliran bentuk segiempat
Dari hasil perhitungantugas di ( Lampiran 7 tugas tujuh) maka
didapatkan :
a. Luas 0.5 m2
b. Keliling 2 m
c. Jari-jari 0.25
d. Lebar puncak 1m
e. Keadaan hidrolik 0.5
f. Kecepatan aliran 24.80 m/detik
g. Debit 12.40 m3/detik
 Saluran penyaliran berbentuk trapesium

29
Dari hasil perhitungan (lampiran 7 tugas tujuh) maka didapatkan :
a. Luas 1.25 m2
b. Keliling 5.30 m
c. Jari-jari 0.23 m
d. Kecepatan aliran 23.46 m/detik
e. Debit 29.325 m3/detik
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran G tugas delapan) maka
didapatkan luas DTH 3 adalah 0.219 m3/sekon
3.14 Perhitungan pompa
 Perhitungan julang kerugian
Nilai julang kerugian yang dipeorleh adalah 68 dari tugas di (lampiran 9
tugas sembilan)
 Perhitungan julang kerugian gesek
Nilai julang kerugian gesek yang diperoleh adalah 10.70 dari tugas di
(lampiran 9 tugas sembilan)
 Perhitungan julang kerugian pada belokan pipa
Nilai julang kerugian pada belokan pipa yang dipeorleh adalah 34.5 dari
tugas di (lampiran 9 tugas sembilan)
 Perhitungan julang katup isap
Nilai julang julang katup isap yang dipeorleh adalah 0.063 dari tugas di
(lampiran 9 tugas sembilan)
 Perhitungan julang kecepatan
Nilai julang kecepatan yang dipeorleh adalah 0.034 dari tugas di
(lampiran 9 tugas sembilan)
 Head total
Nilai head total yang dipeorleh adalah 113.29 m dari tugas di (lampiran
9 tugas sembilan)

30
 Perhitungan daya pompa
Nilai daya pompa yang dipeorleh adalah 2.55 kw dari tugas di
(lampiran 9 tugas sembilan)
 Waktu yang dibutukan
Waktu yang dibutuhkan untuk untuk memompa adalah 136.86 jam dari
tugas di (lampiran 9 tugas sembilan)

3.15 Perhitungan kolam pengendapan dan persen pengendapan


 Luas Kolam
Luas kolam yang diambil adalah berdasarkan data peta di tu (lampiran
10 tugas sepuluh)
- Kolam 1 =178.5 m2
- Kolam 2 = 162 m2
- Kolam 3 = 7178 m2
- Kolam 4 = 5190 m2
- Kolam 5 = 5125 m2
- Kolam 6 = 259 m2
- Kolam 7 = 316,5 m2
 Data sampel
Data sampel yang diambil dilapangan berupa padatan dan cairan
terdapat 3 sampel yang diambil :
1. Sampel 1
Padatan = 99.08%
Cairan = 0.92 %
2. Sampel 2
Padatan = 98.57%
Cairan = 1.43 %

31
3. Sampel 3
Padatan = 99.08%
Cairan = 0.92 %

 Perhitungan persen pengendapan


a. Berat padatan per m3 = 477345.313 kg
b. Berat air per m3 = 51408014.69 kg
c. Volume padatan perdetik = 0.132 m3/detik
d. Volume air perdetik = 35.70 m3/detik
e. Total volume perdetik (Qtotal) = 35.832 m3/detik
f. Kecepatan pengendapan (Vt) = 0.00415 m/detik
g. Luas kolam pengendapan (A) = 8634.21 m2
h. Kedalaman kolam pengendapan = 4.43 m
i. Panjang kolam 1000 m
j. Volume kolam = 40711.7 m3
k. Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap (tv) = 17.79
detik
l. Kecepatan air dalam kolam (vh) = 18.93 detik
m. Persentase pengendapan = 51.55%
n. Padatan yang berhasil diendapkan dalam sehari = 478.98 m3
o. Waktu penggerukan yang didapat = 40.12 hari / 41 hari

32
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Rancangan Sistem Penyaliran Tambang

Perancangan sistem penyaliran pada umumnya menganalisis tentang


perancangan dimensi paritan, dimensi sump, instalasi pemipaan serta pemompaan

4.1.1 Paritan

Saluran air (paritan) pada suatu daerah penambangan berfungsi sebagai


penampung air limpasan permukaan. Saluran ini akan mengalirkan air limpasan
permukaan ke tempat penampungan di dalam tambang ataupun tempat lain yang
berada di luar tambang. Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbuka open
cast atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju
suatu kolam penampung atau langsung ke sungai alam yang sudah ada atau diarahkan
ke selokan jalan tambang utama. Jumlah parit itu disesuaikan dengan kebutuhan,
sehingga mungkin bisa lebih dari satu. Apabila parit terpaksa harus dibuat melalui
lalulintas tambang, maka dapat dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau
galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim
penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Dalam sistem
penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang dapat
digunakan. Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segiempat, bentuk
segitiga dan bentuk trapesium. Bentuk penampang saluran yang paling sering
digunakan dan umum dipakai adalah bentuk trapesium sebab mudah dalam
pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam perawatannya serta stabilitas
kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut keadaan daerah. Penampang
saluran bentuk trapesium dapat.

4.1.2 Kolam Penampung (Sump)

33
Sump (kolam penampung) merupakan kolam penampungan air yang dibuat
untuk penampung air limpasan yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan
serta dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan
dengan cara pemompaan atau dialirkan kembali melalui saluran pelimpah. Tata letak
sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan
geografis daerah tambang dan kestabilan lereng tambang.

4.1.3 Pompa

Pompa merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan atau mengangkat


zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Dalam suatu sistem
pemompaan terdiri dari instalasi pompa dan pipa.

4.1.4 Pipa
Pipa adalah suatu alat yang dipakai untuk menyalurkan air dengan bantuan
pompa. Kapasitas pipa tergantung dari luas penampang pipa tersebut dan kecepatan
alirannya.

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


Didalam sistem penyaliran tambang terdapat faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pembuatan rancangan system penyaliran tambang khususnya
tambang terbuka diantaranya :
4.1.1 Curah Hujan
Hujan merupakan uap air yang terangkat ke atmosfer yang kemudian
terkondensasi diatmosfer dan jatuh dalam tetesan air. Hujan termasuk hal yang harus
diperhatikan didalam tambang, terutama untuk tamabang terbuka diindonesia hala ini
disebabakan Indonesia memiliki musim kemarau dan hujan, sehingga Indonesia
mempunyai curah hujan yang sangat tinggi. Air hujan yang jatuh ke area tambang,
termasuk kedalam air limpsan, dimana juga ditampung pada sumurran (sump),
maupun kolam pengendapan (settling pond) yang selanjutnya akan dikeluarkan

34
melalui pompa keluar area tambang. Curah hujan adalah jumlah atau volume air
hujan yang jatuh pada satu satuan luas, dinyatakan dalam satuan 1mm. satuan ini
mempunyai arti yaitu paa setiap luasan 1m2, air hujan yang jatuh adalah 1liter.

4.1.2 Daerah Tangkapan Hujan


Daerah tangkapan air hujan merupakan luas permukaan yang apabila terjadi
hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke
titik pangaliran. Air yang jatuh ke permukaan sebagian meresap kedalam tanah,
sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagiannya lagi akan mengisi sungai, puritan,
permukaan bumi, kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah. Semua air yang
mengalir di permukaan blom tentu menjadi sumber air dari suatu system penyaliran.
Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi oleh beberapa
factor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi dll. Daerah tangkapan
hujan merupakan suatu daerah yang mengakibatkan air limpasan perpermukaan
mengalir ke suatu tempat (daerah penambangan) yang lebih rendah. Penentuan luas
daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti
4.1.3 Air Limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah hujan yang
mencapai permukaan bumi tidak terinfiltasi, baik yang disebabkan karena intensitas
curah hujan atau factor lain misalnya kelerengan, bentuk dan kekompakan permukaan
tanah serta vegetasi.
4.1.4 Air Tanah
Air tanah merupakan bagian dari air di bumi yang berasal dari air hujan. Air
hujan yang jatu kepermukaan tanah meresap ke dalam tanah kemudian terkumpul
pada suatu lapisan batuan yang tidak temus atau kendap air. Air tanah meruapakan air
tawar yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jumlah air hujan
yang meresap kedalam tanah dan menjadi air tanah dipengaruhi oleh beberapa factor,

35
yaitu jumlah hujan, intisitas curah hujan, pori poribatuan (porositas), kekedapan
batuan terhadap air (permeabilitas), keiringan lereng, penutupan permukaan lahan.

36

Anda mungkin juga menyukai