Oleh :
MUHADIR
112 01 0098 / TA
di PT. Bayuadji Nusantara Mas tidak terlepas pekerjaan dalam hal penyaliran
untuk mengurangi air yang masuk atau menggenangi suatu daerah penambangan.
Sesuai dengan kondisi PT. Bayuadji Nusantara Mas yang menggunakan tambang
dalam, maka sistem penyaliran perlu diperhatikan dengan tujuan untuk meningkatkan
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari keadaan air dalam
tambang dan mendapatkan serta menetapkan sistem penyaliran yang sesuai untuk
D. DASAR TEORI
mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatu daerah tertentu. Penyaliran
Secara hidrologi air dibawah permukaan tanah dapat dibedakan menjadi air pada
daerah tak jenuh dan air pada daerah jenuh. Daerah tidak jenuh air umumnya terdapat
pada bagian teratas dari lapisan tanah dan dicirikan oleh gabungan tiga fasa, yaitu :
Fasa gas.
Daerah ini dipisahkan dari daerah jenuh air oleh jaringan kapiler. Daerah jenuh
merupakan bagian dibawah zona tak jenuh. Air yang terdapat pada zona atau daerah
1. SISTEM PENAMBANGAN
Pada penambangan emas yang dikelola oleh PT. Bayuadji Nusantara Mas
dan metode yang digunakan adalah cut and fill yaitu penambangan yang diikuti
oleh penyanggaan serta pengisian butiran atau waste pada bekas lubang
mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi
Sumber air didalam tambang bawah tanah dapat berasal dari air tanah
maupaun dari rembesan air permukaan, air tersebut ke lokasi tambang dengan
cara merembes melalui batuan atap maupun dinding yang tidak tahan terhadap
rembesan air, atau dapat pula mengalir melalui retakan atau rekahan pada batuan
dalam suatu tambang bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
Tunnel adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang
ke dalam atau kedua belah kaki bukit. Dalam sistem tunnel ini diterapkan
pada tambang bawah tanah yang mempunyai level banyak. Disetiap level
dibuat adit, dari sini air dialirkan ke adit terakhir dibagian bawah dengan
melalui shaft. Dengan gaya gravitasi, sistem ini tidak memerlukan pompa.
Sistem penyaliran dengan menggunakan tunnel ini merupakan sistem yang
pada tambang bawah tanah yang mempunyai level atau jarak antar
level yang tinggi. Air dari level paling bawah dipompakan ke level
level diatasnya. Pada level paling atas air dikeluarkan dari tambang
level rendah atau tidak terlalu tinggi. Dalam penirisan ini hanya
Tindakan ini disebut juga usaha pencegahan tidak langsung. Adapun sistem
tunnel dan dengan cara pemompaan dan pemipaan. Sistem penirisan tunnel
diterapkan pada level I dan level II, yaitu dengan cara mengalirkan air
tambang yang ada pada lubang bukaan dialirkan secara alamiah melalui
paritan yang telah dibuat dan selanjutnya dialirkan keluar tambang dengan
dan pemipaan diterapkan pada level III dan IV karena air tambang yang ada
Akan tetapi pada penggunaan sistem penyaliran tersebut pada lubang bukaan
memerlukan penanganan khusus supaya air tambang tidak turun pada level
permukaan.
3. Meminimumkan aliran air dengan menambang tubuh bijih dari bagian
bawah ke atas. Maka dalam batuan menjadi kurang dapat ditembus air, hal
a. Menyemen.
1. Metode Siemens
vertikal pipa ukuran 8”, disetiap ujung bawah pipa tersebut diberi
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bila elemen ini
dialiri listrik maka air pori yang terkandung dalam batuan akan
keluar.
terpotongnya aliran air tanah ini maka daerah hilir akan menjadi
2. HIDROLOGI
a. Daur Hidrologi
ke lain daerah. Beberapa daerah mempunyai curah hujan yang kecil tetapi
dan mudah merembes ke massa tanah yang lebih dalam. Bagian daur hidrologi
yang berhubungan dengan presipitasi pada massa tanah pada dasarnya
1. Infiltrasi ke dalam tanah dan perkolasi ke tingkat yang lebih dalam di dalam
sungai.
b. Curah Hujan
Besarnya curah hujan dinyatakan dalam mm, yang berarti jumlah air hujan
yang jatuh pada satu-satuan luas. Curah hujan 1 mm berarti 1 liter per m2
Derajat curah hujan dinyatakan dalam curah hujan per satuan waktu dan
c. Infiltrasi
air hujan dari permukaan ke dalam tanah sangat bervariasi yang tergantung
pada kondisi tanah pada saat ini. Disamping itu infiltrasi dapat berubah-ubah
sesuai dengan intensitas curah hujan. Kecepatan infiltrasi semacam ini disebut
laju infiltrasi. Sedangkan laju infiltrasi maksimum yang terjadi pada kondisi
infiltrasi antara lain ialah : dalamnya genangan diatas permukaan tanah dan
didalam tanah oleh bahan yang halus, pemampatan oleh manusia atau hewan,
hujan, distribusi curah hujan, kelembaban tanah suhu dan angin. Sedangkan
yang termasuk faktor fisik daearah pengaliran adalah : luas daearh, tata guna
Akumulasi air dan kapasitas transport dari suatu formasi ditentukan oleh
Porositas primer, yaitu porositas yang telah ada pada waktu pembentukan dan
konsolidasi batuan.
Porositas sekunder, yaitu porositas yang dihasilkan dari tekanan tektonik yang
jalur-jalur aliran.
Batuan vulkanik mempunyai porositas primer yang sangat rendah, tetapi rekahan-
rekahan dan joint serta bidang-bidang perlapisan adalah saluran utama dari
gerakan air pada zona ini. Permeabilitas akan sangat ditentukan dan tergantung
Dinyatakan dalam istilah kuantitas dan jenis-jenis garam yang larut didalamnya.
Hampir semua air tanah adalah dibentuk dari presipitasi. Air yang terdapat dalam
tinggi. Presipitasi air menjadi air tanah dengan infiltrasi dan perkolasi dan mengisi
kembali air tanah yang ada didaerah dimana muka air tanahnya tinggi. Tanah
pengisian kembali yang tinggi. Di daerah dimana muka air tanah sangat dalam
(puluhan meter), sedikit atau tak ada pengisian yang dapat diharapkan dengan
cara perkolasi secara langsung. Didaerah seperti ini rembesan dari danau-danau
daerah oleh aliran bawah tanah melalui akifer-akifer yang sangat porous.
d. Gerakan air tanah
Gerakan air tanah dalam tanah dan batuan dapat dirumuskan oleh Darcy sebagai
berikut :
Q=A.k.I
i = Hidruolik gradient
k = koefisien permeabilitas
Saluran air (paritan) digunakan untuk mengalirkan air dari tempat elevasi
1 A5/3 S2/3
Q = R S A
2/3 1/2
atau Q=
n n P2/3
Keterangan :
yang maksimum untuk suatu luas penampang basah yang tertentu P minimum.
I. Penampang segitiga
A = h2
P = 2h 2
h
R =
22
B = 2h
A = 2 h2
P = 4h
R = ½h
1
Q = 60 0
z =
3
B = 2 ( z 2 + 1 – z)h
A = (B + zh) h
h
R =
2
4. SUMURAN (SUMP)
tambang. Dengan demikian, dimensi sumuran ini sangat tergantung dari jumlah
air yang masuk serta keluar dari sumuran. Jumlah air yang masuk kedalam
limpasan permukaan yang langsung mengalir ke sumuran dan curah hujan yang
jatuh di sumuran. Sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap sebagai
5. PEMOMPAAN
Untuk mengalirkan cairan atau fluida dari suatu tempat ke tempat lain,
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan cairan atau
fluida seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi pipa yang
Keterangan :
di sisi isap. Tanda (+) dipakai apabila muka air disisi keluar lebih
Keterangan :
E. PERMASALAHAN DI LAPANGAN
Bayuadji Nusantara Mas yang erat kaitannya dengan keadaan penyaliran tambang bawah
tanah adalah :
Pengaliran air akibat rembesan air tanah dari dalam tambang belum optimal.
Luas saluran air belum sesuai dengan debit air yang mengalir.
Belum terpasangnya pompa hisap untuk mengalirkan air dari dalam tambang.
F. PEMECAHAN MASALAH
Melihat permasalahan yang ada di lapangan, maka dapat diambil suatu
Mengukur debit air dengan mengetahui kecepatan dan luas penampang saluran air
yang ada saat ini, sehingga dapat ditentukan dimensi saluran yang sesuai.
G. METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penyusun menggabungkan antara teori dan
paling baik.
1. Studi literatur
2. Pengamatan Lapangan
3. Pengumpulan Data
Usaha untuk menyusun data dalam suatu organisasi dan diolah menurut statistik dan
Data yang telah diolah kemudian dianalisa untuk dibandingkan dengan teori yang
6. Kesimpulan
Proses ini merupakan penyimpulan yang didasarkan atas segala data yang telah diolah
dan dianalisa.
2. Pengamatan di
lapangan
3. Pengambilan Data
Primer & Sekunder
4. Pengolahan dan
Analisa Data
5. Pembuatan Draft
I. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
3. Rudi Sayogo Dr. Ir. MSc, “Penirisan Tambang”, Diktat Kursus Pengawasan
Pertambangan. ITB, Bandung, 1990.
4. Sularso, Harvo Tahar, “Pompa dan Kompresor”, PT. Pradnya Paramitha, jakarta.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
C. Permasalahan
D. Penyelidikan Masalah
E. Hasil
A. Paritan
B. Sumuran
C. Pompa
V. PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN