Anda di halaman 1dari 20

RANCANGAN TEKNIK SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BAWAH TANAH

PT. BAYUADJI NUSANTARA MAS SUKABUMI


JAWA BARAT

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan


Tugas Akhir pada jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

MUHADIR

112 01 0098 / TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2004
A. JUDUL

“RANCANGAN TEKNIK SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BAWAH TANAH

PT. BAYUADJI NUSANTARA MAS SUKABUMI JAWA BARAT”.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan dalam penambangan bijih emas

di PT. Bayuadji Nusantara Mas tidak terlepas pekerjaan dalam hal penyaliran

tambang yang erat kaitannya dengan kelancaran produksi. Penyaliran tambang

merupakan suatu tindakan teknis penunjang sistem penambangan dengan tujuan

untuk mengurangi air yang masuk atau menggenangi suatu daerah penambangan.

Sesuai dengan kondisi PT. Bayuadji Nusantara Mas yang menggunakan tambang

dalam, maka sistem penyaliran perlu diperhatikan dengan tujuan untuk meningkatkan

kelancaran kerja, sehingga target produksi yang diharapkan dapat tercapai.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari keadaan air dalam

tambang dan mendapatkan serta menetapkan sistem penyaliran yang sesuai untuk

diterapkan pada tambang bawah tersebut.

D. DASAR TEORI

Pengertian penyaliran adalah suatu usaha untuk mencegah, mengeringkan, dan

mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatu daerah tertentu. Penyaliran

diperlukan sebagai penunjang kelancaran dalam kegiatan penambangan. Sistem

penyaliran yang ada dilokasi tambang bawah tanah (Underground Mining)

dilaksanakan karena akumulasi air di dalam tambang yang harus dikeluarkan.


Tujuan penyaliran tambang adalah :

 Mencegah terjadinya korosi pada peralatan tambang.

 Mencegah terjadinya akumulasi (genangan) air di dalam tambang.

 Menciptakan kondisi kerja yang aman dan nyaman di dalam tambang.

Secara hidrologi air dibawah permukaan tanah dapat dibedakan menjadi air pada

daerah tak jenuh dan air pada daerah jenuh. Daerah tidak jenuh air umumnya terdapat

pada bagian teratas dari lapisan tanah dan dicirikan oleh gabungan tiga fasa, yaitu :

 Fasa padat (material atau butiran padatan).

 Fasa cair ( air adsorbsi, air kapiler dan air infiltrasi).

 Fasa gas.

Daerah ini dipisahkan dari daerah jenuh air oleh jaringan kapiler. Daerah jenuh

merupakan bagian dibawah zona tak jenuh. Air yang terdapat pada zona atau daerah

jenuh inilah yang disebut “Ground Water”.

1. SISTEM PENAMBANGAN

Pada penambangan emas yang dikelola oleh PT. Bayuadji Nusantara Mas

sistem penambangan yang diterapkan adalah sistem penambangan bawah tanah

dan metode yang digunakan adalah cut and fill yaitu penambangan yang diikuti

oleh penyanggaan serta pengisian butiran atau waste pada bekas lubang

penggalian. Adapun kegiatan penambangan yang dilakukan disini adalah

pembuatan lubang-lubang bukaan, penggalian emas, pngangkutan dan pemuatan

serta pengolahan dan reklamasi. Selain itu ada sarana penunjang

penambangan,yaitu : penyanggaan, ventilasi tambang, dan penyaliran tambang.


2. SISTEM PENYALIRAN

Pengertian penyaliran adalah suatu usaha untuk mencegah, mengeringkan dan

mengeluarkan air yang menggenangi suatu daerah tertentu. Penyaliran tambang

adalah penyaliran yang diterapkan didaerah penambangan yang bertujuan untuk

mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi

daerah penambangan yang dapat mengganggu aktivitas penambangan.

A. Sistem Penyaliran Bawah Tanah.

Sumber air didalam tambang bawah tanah dapat berasal dari air tanah

maupaun dari rembesan air permukaan, air tersebut ke lokasi tambang dengan

cara merembes melalui batuan atap maupun dinding yang tidak tahan terhadap

rembesan air, atau dapat pula mengalir melalui retakan atau rekahan pada batuan

yang terpotong akibat kegiatan penambangan. Dalam menangani masalah air

dalam suatu tambang bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Dengan Cara konvensional (secara langsung)

Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke tempat

penggalian. Adapun yang termasuk dalam penanganan air tambang bawah

tanah secara konvensional adalah :

a. Penyaliran Dengan Sistem Tunnel

Tunnel adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang

ke dalam atau kedua belah kaki bukit. Dalam sistem tunnel ini diterapkan

pada tambang bawah tanah yang mempunyai level banyak. Disetiap level

dibuat adit, dari sini air dialirkan ke adit terakhir dibagian bawah dengan

melalui shaft. Dengan gaya gravitasi, sistem ini tidak memerlukan pompa.
Sistem penyaliran dengan menggunakan tunnel ini merupakan sistem yang

paling sederhana dalam sistem penyaliran tambang bawah tanah.

b. Sistem Penyaliran Dengan Menggunakan Pompa

 Sistem penyaliran dengan submercible pompa.

Dalam sistem penyaliran dengan menggunakan submercible pompa,

pemompaan dilakukan dengan sistem per level. Sistem ini digunakan

pada tambang bawah tanah yang mempunyai level atau jarak antar

level yang tinggi. Air dari level paling bawah dipompakan ke level

diatasnya dimasukkan ke dalam sumuran. Dari level diatasnya air yang

tertampung dalm sumuran dinaikkan lagi dengan menggunakan pompa

yang diletakkan pada level tersebutuntuk dialirkan ke sumuran pada

level diatasnya. Pada level paling atas air dikeluarkan dari tambang

bawah tanah ke permukaan dengan cara dipompakan keluar sampai ke

permukaan. Sistem ini memerlukan banyak pompa, sehingga

memerlukan biaya yang tinggi.

 Sistem Penyaliran dengan Pompa Tunggal

Diterpkan pada tambang bawah tanah yang mempunyai jarak atau

level rendah atau tidak terlalu tinggi. Dalam penirisan ini hanya

memerlukan pompa satu buah (pompa hidrolik). Dalam setiap level

dihubungkan dengan suatu lubang bukaan, yang akan mengumpulkan

air kedalam level terakhir yangbtelah disediakan sumuran. Dari

sumuran tersebut kemudian air dikeluarkan dengan menggunakan

pompa keluar dari daerah tambang.


2. Dengan Cara Inkonvensional (secara tidak langsung)

Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke lokasi penambangan.

Tindakan ini disebut juga usaha pencegahan tidak langsung. Adapun sistem

penyaliran pada penambangan emas bawah tanah di PT. Bayuadji Nusantara

Mas digunakan sistem konvensional (secara langsung) yaitu dengan cara

tunnel dan dengan cara pemompaan dan pemipaan. Sistem penirisan tunnel

diterapkan pada level I dan level II, yaitu dengan cara mengalirkan air

tambang yang ada pada lubang bukaan dialirkan secara alamiah melalui

paritan yang telah dibuat dan selanjutnya dialirkan keluar tambang dengan

memanfaatkan perbedaan kemiringan lubang bukaan. Dan cara pemompaan

dan pemipaan diterapkan pada level III dan IV karena air tambang yang ada

didalam lubang bukaan tidak bisa dialirkan secara alamiah, dengan

mengalirkan air melalui saluran penyaliran menuju bak penampungan

sementara kemudian dikeluarkan dengan cara pemompaan dan pemipaan.

Akan tetapi pada penggunaan sistem penyaliran tersebut pada lubang bukaan

yang telah habis ditambang akan tetap mengeluarkan air, sehingga

memerlukan penanganan khusus supaya air tambang tidak turun pada level

dibawahnya. Pendekatan paling umum untuk mengendalikan air dalam

tambang bawah tanah adalah :

1. Merubah aliran atau memotong air permukaan.

2. Pembuangan air sebelum penambangan, menggunakan lubang-lubang bor

permukaan.
3. Meminimumkan aliran air dengan menambang tubuh bijih dari bagian

bawah ke atas. Maka dalam batuan menjadi kurang dapat ditembus air, hal

ini akan mengurangi keperluan pemompaan. Pengurangan tekanan

dilakukan apabila pekerjaan mendekati permukaan.

4. Mengurangi permeabilitas massa batuan dengan :

a. Menyemen.

b. Menyumbatsaluran-saluran dengan tailing yang telah dihilangkan

pasirnya atau dengan semen.

c. Menyumbat lubang pori-pori atau rekahan dengan lempung.

d. Melindungi daerah kerja dari aliran air dengan menyumbat semua

lubang pemboran eksplorasi, meninggalkan pilar-pilar pada retakan

untuk mencegah atau meminimumkan aliran masuk.

e. Mengalirkan air melalui adit.

c. Sistem Penyaliran Tambang Terbuka.

Air permukaan mengakibatkan erosi lereng pit, jalan angkut,

pengendapan dan pelunakan jalan angkut. Metode dasar pembuangan air

meliputi parit-parit pembuangan air pada permukaan dan pada bagian

dasar tambang, saluran horisintal, saluran vertikal atau metode kombinasi.

Beberapa contoh metode penyaliran :

1. Metode Siemens

Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang secara

vertikal pipa ukuran 8”, disetiap ujung bawah pipa tersebut diberi

lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akifer,


sehingga air tanah terkumpulpada bagian ini dan selanjutnya dipompa

keatas dan dibuang keluar daerah penambangan.

2. Metode Elektro Osmosis

Bilamana lapisan tanah terdiri dari lempung, maka pekerjaan

pemompaan sangat sulit dilakukan, maka dipakai cara elektro osmosis

Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bila elemen ini

dialiri listrik maka air pori yang terkandung dalam batuan akan

mengalir menuju katoda yang kemudian terkumpul dan dipompa

keluar.

3. Metode Pemotongan Air Tanah

Meyode ini biasanya digunakan untuk mengamati kondisi air tanah,

dimana lapisan tanha yang digali sampai sebatas akifer. Dengan

terpotongnya aliran air tanah ini maka daerah hilir akan menjadi

kering. Lubang galian ditimbun kembali dengan material yang kedap

air atau dengan cara disemen.

2. HIDROLOGI

a. Daur Hidrologi

Besarnya komponen-komponen daur hidrologi sangat berbeda-beda dari satu

ke lain daerah. Beberapa daerah mempunyai curah hujan yang kecil tetapi

mudah menimbulkan banjir pada permukaan, menaikkan tingkat kelembaban

dan mudah merembes ke massa tanah yang lebih dalam. Bagian daur hidrologi
yang berhubungan dengan presipitasi pada massa tanah pada dasarnya

mempuyai 3 komponen utama :

1. Infiltrasi ke dalam tanah dan perkolasi ke tingkat yang lebih dalam di dalam

tanah yang menghasilkan penyimpanan air tanah.

2. Limpasan air permukaan dan aliran bawah perukaan tanah ke sungai-

sungai.

3. Penguapan lengas tanah dan oleh tanaman.

b. Curah Hujan

Besarnya curah hujan dinyatakan dalam mm, yang berarti jumlah air hujan

yang jatuh pada satu-satuan luas. Curah hujan 1 mm berarti 1 liter per m2

Derajat curah hujan dinyatakan dalam curah hujan per satuan waktu dan

disebut Intensitas Hujan .

c. Infiltrasi

Infiltrasi adalah proses merembesnya air ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi

air hujan dari permukaan ke dalam tanah sangat bervariasi yang tergantung

pada kondisi tanah pada saat ini. Disamping itu infiltrasi dapat berubah-ubah

sesuai dengan intensitas curah hujan. Kecepatan infiltrasi semacam ini disebut

laju infiltrasi. Sedangkan laju infiltrasi maksimum yang terjadi pada kondisi

tertentu disebut kapasitas infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

infiltrasi antara lain ialah : dalamnya genangan diatas permukaan tanah dan

tebal lapisan jenuh, kelembaban tanah, penyumbatan ruang antara padatan

didalam tanah oleh bahan yang halus, pemampatan oleh manusia atau hewan,

struktur tanah, vegetasi dan udara yang terdapat di dalam tanah.


d. Limpasan

Faktor yang mempengaruhi limpasan dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu

faktor meteorologi dan faktor fisik daerah pengaliran.Yang termasuk dalam

faktor meteorologi adalah : jenis presipitasi, intensitas curah hujan, lama

hujan, distribusi curah hujan, kelembaban tanah suhu dan angin. Sedangkan

yang termasuk faktor fisik daearah pengaliran adalah : luas daearh, tata guna

lahan, keadaan topografi, jenis tanah dan saluran penyaliran.

2. AIR BAWAH PERMUKAAN

a. Air Tanah dalam Batuan

Akumulasi air dan kapasitas transport dari suatu formasi ditentukan oleh

porositas. Porositas adalah sebagai perbandingan volume pori-pori terhadap

volume total. Ada dua jenis porositas yaitu :

 Porositas primer, yaitu porositas yang telah ada pada waktu pembentukan dan

konsolidasi batuan.

 Porositas sekunder, yaitu porositas yang dihasilkan dari tekanan tektonik yang

menyebabkan retakan dan saluran-saluran karena pelarutan yang membentuk

jalur-jalur aliran.

Porositas menentukan kapasitas memuat atau mengantarkan air (permeable) dari

suatu formasi batuan.

Batuan vulkanik mempunyai porositas primer yang sangat rendah, tetapi rekahan-

rekahan dan joint serta bidang-bidang perlapisan adalah saluran utama dari

gerakan air pada zona ini. Permeabilitas akan sangat ditentukan dan tergantung

pada tingkat keretakannya.


b. Kualitas Air

Dinyatakan dalam istilah kuantitas dan jenis-jenis garam yang larut didalamnya.

Pentingnya faktor-faktor tersebut karena alasan sebagai berikut :

 Kerusakan pada peralatan penyaliran karena korosi.

 Efek yang merugikan pada peralatan tambang.

 Kerusakan pada sistem penyangga dalam tambang.

 Dari aspek lingkungan dengan memompakan sejumlah besar air ke sistem

penyaliran umum daerah tersebut.

Pada umumnya korosi bertambah dengan berkurangnya nilai pH dan bila pH

turun < 6,5 sebaiknya dilakukan penyelidikan.

c. Sumber Air Tanah

Hampir semua air tanah adalah dibentuk dari presipitasi. Air yang terdapat dalam

batuan selama pembentukannya dan terjebak didalamnya sering berkadar garam

tinggi. Presipitasi air menjadi air tanah dengan infiltrasi dan perkolasi dan mengisi

kembali air tanah yang ada didaerah dimana muka air tanahnya tinggi. Tanah

yang permeabilitasnya tinggi dan batuan kartstik cenderung mempunyai laju

pengisian kembali yang tinggi. Di daerah dimana muka air tanah sangat dalam

(puluhan meter), sedikit atau tak ada pengisian yang dapat diharapkan dengan

cara perkolasi secara langsung. Didaerah seperti ini rembesan dari danau-danau

dan sungai-sungai dalah satu-satunya sumber pengisian kembali air. Daerah-

daerah oleh aliran bawah tanah melalui akifer-akifer yang sangat porous.
d. Gerakan air tanah

Gerakan air tanah dalam tanah dan batuan dapat dirumuskan oleh Darcy sebagai

berikut :

Q=A.k.I

Dimana : Q = Volume laju aliran.

A = Luas penampang daerah melalui mana aliran terjadi.

i = Hidruolik gradient

k = koefisien permeabilitas

3. SALURAN AIR ( PARITAN )

Saluran air (paritan) digunakan untuk mengalirkan air dari tempat elevasi

tinggi ke tempat elevasi yang lebih rendahdengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Rencana pembuatan saluran yang dilakukan dapat diperhitungkan

dimensinya berdasarkan debit air yang dilewatinya.

Dimensi saluran dapat ditentukan dengan persamaan yang dikemukakan

oleh MANNING, yaitu :

1 A5/3 S2/3
Q = R S A
2/3 1/2
atau Q=
n n P2/3

Keterangan :

n = Koefisien kekasaran dinding saluran

S = Kemiringan saluran (%)

Q = Debit air (m /menit)

A = Luas penampang basah

R = Jari-jari hidrolik = A/P


P = Keliling basah
Dimensi penampang yang paling efisien, yaitu dapat mengalirkan debit

yang maksimum untuk suatu luas penampang basah yang tertentu P minimum.

Dimensi penampang yang paling efisien untuk beberapa bentuk

penampang saluran air adalah sebagai berikut :

I. Penampang segitiga

Sudut tengah = 900 z = 1

A = h2

P = 2h 2

h
R = 
22

II. Penampang segiempat

B = 2h

A = 2 h2

P = 4h

R = ½h

III. Penampang trapesium

1
Q = 60 0
z = 
3

B = 2 ( z 2 + 1 – z)h

A = (B + zh) h

h
R = 
2
4. SUMURAN (SUMP)

Sumuran berfungsi sebagai penampung air sebelum dipompa keluar

tambang. Dengan demikian, dimensi sumuran ini sangat tergantung dari jumlah

air yang masuk serta keluar dari sumuran. Jumlah air yang masuk kedalam

sumuran merupakan jumlah air yang dialirkan oleh saluran-saluran, jumlah

limpasan permukaan yang langsung mengalir ke sumuran dan curah hujan yang

jatuh di sumuran. Sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap sebagai

kapasitas pompa, karena penguapan tidak terlalu berarti.

Dengan melakukan optimasi antara “input” (masukan) dan “output”

keluaran maka dapat ditentukan dimensi sumuran.

5. PEMOMPAAN

Untuk mengalirkan cairan atau fluida dari suatu tempat ke tempat lain,

maka pompa harus mengatasi sejumlah head.

Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan cairan atau

fluida seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi pipa yang

akan dilayani oleh pompa.

Untuk menentukan head total pompa digunakan persamaan :

Keterangan :

= Head total pompa (m)

= Head statis total (m)


= Merupakan perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar dengan

di sisi isap. Tanda (+) dipakai apabila muka air disisi keluar lebih

tinggi dari pada sisi isap (m)

= Head dinamis, merupakan penjumlahan dari berbagai head

kerugian di dalam jaringan pipa (m)

Keterangan :

= Head kecepatan fluida /cairan (m)

V = Kecepatan aliran fluida/cairan (m/detik)

G = Percepatan gravitasi (9,8m/detik²)

f = Koefisien kekerasan pipa

E. PERMASALAHAN DI LAPANGAN

Dengan membaca brosur dan laflet-laflet yang ada, permasalahan di PT.

Bayuadji Nusantara Mas yang erat kaitannya dengan keadaan penyaliran tambang bawah

tanah adalah :

 Pengaliran air akibat rembesan air tanah dari dalam tambang belum optimal.

 Luas saluran air belum sesuai dengan debit air yang mengalir.

 Belum terpasangnya pompa hisap untuk mengalirkan air dari dalam tambang.

F. PEMECAHAN MASALAH
Melihat permasalahan yang ada di lapangan, maka dapat diambil suatu

metode pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :

 Didalam tambang perlu dibuat tempat penampungan air sementara (sump).

 Mengukur debit air dengan mengetahui kecepatan dan luas penampang saluran air

yang ada saat ini, sehingga dapat ditentukan dimensi saluran yang sesuai.

 Memasang pompa yang sesuai dengan kapasitasnya.

G. METODE PENELITIAN

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penyusun menggabungkan antara teori dan

kenyataan dilapangan, sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan masalah yang

paling baik.

Adapun Urutan penelitian sebagai berikut :

1. Studi literatur

Mempelajari literatur yang berhubungan dengan sistem penyaliran tambang agar

pembaca dapat memahami laporan tugas akhir yang dibuat.

2. Pengamatan Lapangan

Pengamatan dilakukan tujuannya untuk mendapatkan pengertian dan gambaran

terhadap sistem penyaliran didalam tambang serta keadaan-keadaan yang dapat

mempengaruhi kuantitas air didalam tambang.

3. Pengumpulan Data

Yang dimaksud disini adalah pelaksanaan untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan dalam rangka penyusunan tugas akhir ini.


4. Pengolahan Data

Usaha untuk menyusun data dalam suatu organisasi dan diolah menurut statistik dan

mengklasifikasikannya sesuai dengan kegunaanya.

5. Analisa Hasil Pengolahan Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisa untuk dibandingkan dengan teori yang

terdapat dalam literatur.

6. Kesimpulan

Proses ini merupakan penyimpulan yang didasarkan atas segala data yang telah diolah

dan dianalisa.

H. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN.

No Kegiatan Waktu (minggu)


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Pengajuan proposal

2. Pengamatan di
lapangan
3. Pengambilan Data
Primer & Sekunder
4. Pengolahan dan
Analisa Data
5. Pembuatan Draft
I. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Kensaku Takeda, Suyono Sosrodarsono,”Hydrologi untuk pengairan”, PT. Pradnya


Paramitha, Jakarta 1980

2. Rochmanhadi, Ir, “Alat-alat Berat dan Penggunaanya”, Departemen Pekerjaan


Umum, 1989.

3. Rudi Sayogo Dr. Ir. MSc, “Penirisan Tambang”, Diktat Kursus Pengawasan
Pertambangan. ITB, Bandung, 1990.

4. Sularso, Harvo Tahar, “Pompa dan Kompresor”, PT. Pradnya Paramitha, jakarta.

5. Winardjo,K.S, “Penirisan Tambang”, Kursus Perencanaan Tambang, Dirjen


Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Usaha Pertambangan, Bandung,
1994.

6. Winarjo, K.S, “ Pengantar Penirisan Tambang”, Kursus Perencanaan Tambang,


Dirjen Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan,
Bandung,1994
J. RENCANA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

Bab

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
C. Permasalahan
D. Penyelidikan Masalah
E. Hasil

II. TINJAUAN UMUM

A. Lokasi dan Kesampaian Daerah


B. Keadaan Topografi
C. Iklim dan Curah Hujan
D. Keadaan Geologi
E. Sistem penambangan

III. DASAR TEORI

A. Paritan
B. Sumuran
C. Pompa

IV. SISTEM PENYALIRAN TAMBANG

A. Sistem Penyaliran Saat Ini


B. Rancangan Sistem Penyaliran

V. PEMBAHASAN

A. Paritan dan Sumuran


B. Pemompaan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai