Anda di halaman 1dari 15

1

A. JUDUL KARAKTERISASI PRODUK PENCAIRAN BATUBARA SUMATERA SELATAN FRAKSI LIGHT OIL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI BENSIN B. LATAR BELAKANG MASALAH Konsumsi masyarakat akan bahan bakar minyak saat ini semakin tinggi seiring dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor, sehingga kegiatan eksplorasi minyak bumi terus dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Boediono, 2007). Berdasarkan data dari Indonesian Petroleum Association (IPA), pada awal 2004 produksi minyak Indonesia mencapai 1,11 juta barel per hari, kemudian pada akhir 2008 turun menjadi 970 ribu barel per hari. Menurut BP Migas, produksi minyak bumi Indonesia secara alamiah akan mengalami penurunan terus hingga 16 %, yang disebabkan lapangan minyak di Indonesia pada umumnya merupakan lapangan tua. Selain itu, menurut data BP Statistical Review of World Energy 2005, jumlah cadangan minyak (proved reserves) Indonesia pada akhir tahun 2004 sebesar 4,7 milyar barrel. Jumlah minyak yang diproduksi di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 1.126.000 bph, sedangkan konsumsi minyak sebesar 1.150.000 bph. Peningkatan kebutuhan minyak bumi yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksinya akan menyebabkan Indonesia mengalami krisis energi. Kondisi ini mendorong dilakukannya eksplorasi untuk mencari sumber minyak baru sehingga ancaman krisis energi dapat teratasi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu konversi energi alternatif lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap bahan bakar tersebut, misalnya batubara (Boediono, 2007). Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah terutama di Pulau Kalimantan dan Sumatra. Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa data terakhir cadangan batubara Indonesia mencapai 5,3 miliar ton dan 905 juta ton, batubara tersebut berada di wilayah Sumatera. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia, dimana ketersediaan batubara di Indonesia adalah empat kali lebih banyak dari pada minyak bumi dan gas (migas). Hasil survei puslitbang Teknologi Mineral dan batubara (2006) menunjukkan bahwa konsumsi batubara pada tahun 1998-2005 diantaranya digunakan sebagai bahan bakar padat untuk PLTU, semen, industri tekstil, industri kertas, metalurgi dan

briket.Umumnya, batubara yang digunakan sebagai sumber energi bahan bakar merupakan batubara padat yang disebut briket. Hal itu tidak sesuai dengan kebutuhan mesin yang ada saat ini, maka perlu adanya konversi batubara menjadi bahan bakar cair (Sukandarrumidi, 1995). Komposisi utama dari batubara adalah senyawa hidrokarbon yang dapat berupa hidrokarbon alifatik maupun aromatik (Petersen dan Nytoft, 2005). Senyawa hidrokarbon alifatik yang terkandung dalam batubara memiliki kesamaan sifat dengan hidrokarbon alifatik pada bahan bakar minyak. Hal inilah yang menyebabkan batubara berpotensi sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak bumi (Sukandarrumidi, 1995). Kandungan hidrokarbon yang berupa rantai alifatik pada batubara merupakan suatu potensi yang besar untuk diubah menjadi hidrokarbon cair melaui proses pencairan (liquefaction). Salah satu identifikasi yang dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawasenyawa organic dalam batubara adalah dengan menganalisa biomarka dari batubara tersebut. Penelitian mengenai batubara hingga saat ini hanya berkisar mengenai karakteristik petrografik (maceral batubara), komposisi baruabra (meliputi kandungan karbon,

hydrogen, ash, unsure N, O, S) seperti yang dilakukan oleh Prakash K, et all (2010), serta analisa mengenai asal usul senyawa (fosil molekul) pembentuk batubara (Peters dan Moldowan, 1993). Namun, penelitian mengenai pencairan batubara sebagai alternatif energi pengganti bahan bakar minyak masih belum banyak dilakukan. Sukandarrumidi (1995), menganalisa karakteristik petrografik batubara Sumatera Selatan, dimana batubara di cekungan Sumatra Selatan secara umum didominasi oleh maceral vitrinit (komponen organik yang berasal dari bahan sel dinding ataupun serat-serat kayu dari tumbuhan), dan maceral eksinit (berasal dari lapisan lilin atau resin tumbuhan). Harga vitrinit reflectance (indeks derajat kematangan batubara) batubara Sumatra Selatan berkisar 0.40-0.50%, dan kandungan karbon antara 75.5 dan 96.8 wt.%. Hal tersebut menunjukkan bahwa batubara Sumatra Selatan telah mencapai derajat kematangan yang cukup untuk menghasilkan minyak bumi dan gas alam ( Ro 0.50-1.35% mulai terbentuknya minyak bumi). Mengacu pada penelitian sebelumnya, maka penelitian ini akan dilakuakn karakterisasi kandungan senyawa organik (biomarka) terutama kandungnan rantai alifatik dalam batubara Sumatera Selatan untuk mengetahui kemungkinan dan kelayakan memperoleh bahan bakar cair.

C. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian ini adalah bagaimana mencari korelasi antara fraksi Light Oil produk pencairan batubara Sumatra Selatan dengan biomarka karakter batubara tersebut sebagaia bahan bakar alternative pengganti bensin. Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: a. Batubara yang diteliti adalah Batubara Bukit Asam, Sumatra Selatan b. Fraksi yang diteliti dari produk pencairan batubara adalah fraksi Light Oil

D. TUJUAN Tujuan dari kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian ini adalah mencari korelasi antara fraksi Light Oil produk pencairan batubara Sumatra Selatan dengan biomarka karakter batubara tersebut sebagai bahan bakar alternative pengganti bensin. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu 1. Informasi mengenai kemungkinana dan kelayakan batubara Sumatra Selatan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin berdasarkan kandungan senyawa organik (biomarka). 2. Publikasi makalah ilmiah 3. Paten 4. Materi untuk PKMM tahun berikutnya

F. KEGUNAAN Kegiatan ini dapat memberikan informasi tentang metode yang lebih efisien dalam membuat batubara cair. Selain itu, kegiatan ini dapat memberikan alternatif solusi pemanfaatan sumber daya hayati seperti batubara sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin (minyak bumi) yang telah mengalami krisis energi pada saat ini.

G. TINJAUAN PUSTAKA G.1 Batubara Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil yang terbentuk dari senyawasenyawa organik yang berasal dari makhluk hidup seperti tanaman, bakteri, spora dan makhluk hidup lainnya melalui beberapa kombinasi reaksi kimia maupun reaksi biologi, atau degradasi termal pada konstituen organik hingga menjadi fosil. Sumber bahan organik tersebut akan mengendap dan terakumulasi di suatu cekungan (Sukandarumidi, 1995). Pembentukan batubara terjadi melalui dua fase yaitu penggambutan (peatification) dan pembentukan batubara (coalification). Pembentukan gambut terjadi melalui proses mikrobial oleh gel hidrat coklat yang merupakan mikroba substansi humat (Tissot dan Walte,1984). Pembentukan batubara (coalification) pada tahap diagenesis, dimulai dengan terjadinya kenaikan temperatur, tekanan, dan lamanya pemendaman. Pada tahap ini gambut akan berubah menjadi batubara muda (lignite), kemudian menjadi batubara yang lebih keras (bituminous dan anthracite) pada awal tahap diagenesis hingga awal metagenesis (Vu, dkk., 2005). Pada proses ini terjadi perubahan fisik dan struktur kimia, yaitu kandungan air semakin menurun dan nilai kalor naik. Selain itu, juga terjadi penurunan moisture content akibat berkurangnya porositas, dan terjadi dekomposisi gugus fungsi yang bersifat hidrofil khususnya hidroksida (-OH), karboksil (-COOH), metoksil (OCH3), dan karbonil (>C=O) sehingga cicin oksigen terputus dan menyebabakan terjadinya kenaikan kandungan karbon. Proses ini dikontrol oleh temperatur, tekanan, dan waktu (Stach, 1982). Perbandingan antara atom C dan H yang terkandung dalam batubara dapat menunjukkan kematangan (maturity) suatu batubara (Walkers dan Mastalerz, 2004).

G.2 Batubara Sumatra Selatan Batubara di Cekungan Sumatra Selatan terbentuk atas tiga formasi batuan Tersier (dari batubara muda hingga tua), yaitu formasi Lahat, Talang Akar, dan Muara Enin. Secara umum batubara cekungan Sumatra Selatan didominasi oleh maceral vitrinit, dan disusul dengan maceral eksinite. (Sukandarrumidi, 1995; Amijaya, dkk., 2006). Daulay, Ningrum dan Cook (2000) membagi batubara Sumatra Selatan dalam dua kelompok, yaitu batubara dari proses pembatubaraan normal dan dari proses pembatubaraan yang dipengaruhi oleh panas. Pembatubaraan normal meliputi jenis batubara tingkat sub-bituminus dengan kisaran Rv
max

(rata-rata reflectance huminit) dari 0.40-0.50%, sedangkan pembatubaraan yang

dipengaruhi oleh panas meliputi jenis batubara tingkat bituminous hingga antrasit dengan Rv
max

0.60-2.60%. Batubara Sumatra Selatan khususnya yang terletak di daerah Bukit

Asam merupakan batubara yang berumur tersier atas. Kualitas batubara Sumatra Selatan telah dipengaruhi oleh adanya instrusi batuan andesitik (Sukandarrumidi, 1995; Amijaya, Schwarzbauer dan Litke, 2005).

G.3 Potensi Batubara Penggunaan bahan bakar minyak meningkat hingga 5-6% per tahun karena aktifitas industri yang semakin berkembang pesat dan banyaknya pemakaian kendaraan bermotor pada saat ini. Berdasrkan hal itu, diprediksikan bahwa Indonesia akan mengalami krisis minyak pada tahun 2006 (Artanto, 1999). Sumber energi yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar saat ini adalah minyak bumi (34 %), batubara (25 %), gas alam (21 %), tenaga nuklir (6.5 %), air (2.1 %), sampah dan biomassa (11 %), serta hanya 0.4 % berasal dari energy global yang dihasilkan secara geothermal, energy matahari dan angin (Katzer, 2007). Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia, dimana ketersediaan batubara di Indonesia adalah empat kali lebih banyak dari pada minyak bumi dan gas (migas). Adapun jumlah cadangan batubara yang tersebar dibebera aprovingsi di Indonesia yang disajikan pada tabel.1. Batubara selama ini digunakan sebagai sumber energi bahan bakar merupakan batubara padat yang disebut briket, seperti yang dimanfaatkan dalam PLTU, semen, briket, industri kertas, tekstil dan metalurgi. Hal itu tidak sesuai dengan kebutuhan mesin yang ada saat ini, maka perlu adanya konversi batubara menjadi bahan bakar cair. Kandungan utama batubara adalah senyawa hidrokarbon aromatik dan alifatik. Senyawa hidrokarbon alifatik yang terkandung dalam batubara memiliki kesamaan sifat dengan hidrokarbon alifatik pada bahan bakar minyak. Hal inilah yang menyebabkan batubara berpotensi sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak bumi (Sukandarrumidi, 1995).

Tabel 1. Sumberdaya Batubara di Indonesia Tahun 2006

Sumber: (Pusat Sumberdaya Geologi, 2006)

G.5 Hasil Fraksinasi Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, telah diketahui jumlah fraksinasi jenis light oil sebagai berikut. Tabel 2. Jumlah Fraksinasi Jenis Light Oil
Jumlah Batubara Awal (gr) Hasil Fraksinasi Jenis Light Oil (gr) Hasil Fraksinasi Jenis Light Oil (%)

No

Nama Peneliti

Tahun

1. 2.

Muhammad Nadjam Arief Prasetya

2011 2011

163,00 165

25,125 20,20

29,434 26,52

Sumber: (Nadjam , 2011; Prasetya, 2011)

H. METODE PELAKSANAAN H.1 Alat dan Bahan H.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoclave 1L, Gastec dagger, seperangkat alat distilasi sederhana, sokhletasi, distilasi vakum, hot plate, kertas pH, pengaduk magnetik dan peralatan gelas lainnya yang mendukung. H.1.2 Bahan Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu bara jenis sub bituminous yang berasal dari Sumatra Selatan, n-heksana p.a, diklorometana p.a, metanol 99.8 % p.a, kloroform p.a, aseton p.a, sea sand, silika 0.25 nm, H2SO4 10%, NaOH 10%, aquades, NaCl dan aquabides.

H.2 Prosedur Kerja H.2.1 Sampling Proses sampling dilakukan dengan cara mencangkul batu bara pada kedalaman 3 m dari permukaan tanah. Kemudian diambil batu bara jenis sub bituminous sebanyak 5 kg.

H.2.2 Pencairan Batu Bara Batu bara digiling dan diayak hingga memiliki luas permukaan 200 mesh. Kemudian dianalisa kalori dan proksimat untuk mengetahui jumlah batu bara,

pelarut,sulfur dan katalis yang digunakan. Seluruh bahan-bahan tersebut disebut sebagai feed dengan komposisi batubara g, pelarut g sulfur g dan katalis sebanyak g. Dicatat dan fraksi fraksi yang terbentuk seperti light oil, middle oil, dan heavy oil.

Gambar 2. Diagram Pencairan Batubara Sumber: (Sheindlin dkk, 1987)

2.4

Persiapan Alat dan Bahan Seluruh peralatan gelas yang akan digunakan dalam penelitian ini harus

dikondisikan dalam keadaan geokimia. Semua pelarut yang digunakan seperti aseton, dichlorometana, kloroform, n-heksana dan metanol didistilasi lagi menurut proses pemurnian pelarut organik. Awalnya, semua peralatan gelas dicuci dengan air sabun hingga bersih dan dikeringkan, kemudian dibilas dengan aquabides dan dikeringkan. Selanjutnya dicuci dengan aseton dan diklorometana. Pipet tetes, seasand, kapas dan silika gel dicuci dengan kloroform dengan alat sokhlet selama 36 jam.

3. Isolasi Biomarka Fraksi Light Oil Fraksi light oil dapat dianalisa dengan metode Jones, yaitu diambil fraksi light oil sebanyak 20 g, ditambahkan 100 mL kloroform dan diaduk sempurna, kemudian ditambah 100 mL n-heksana dan diaduk sempurna lalu diekstraksi. Fasa kloroform dipisahkan untuk dilakukan perlakuan yang berbeda. Fasa n-heksana diambil dan ditambahkan beberapa mL H2SO4 10% dan NaOH 10%. Hasil yang diperoleh diambil sebanyak 2 g dan dilarutkan dalam 100 mL H2SO4, campuran diaduk dengan magnetic stirrer selama 10 menit, kemudian ditambahkan lagi 10 mL aquades dan beberapa gram NaCl. Kemudian diekstraksi. Fase organik di isolasi dengan kromatografi kolom menggunakan n-heksana sebagai eluennya. Tahap akhir di analisa kromatografi gas dan spektrofotometri massa, analisa nilai oktan dan kalor minyak.

I. JADWAL KEGIATAN 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Program No. 1 2 Kegiatan Pengambilan bahan dan sample Analisa Kalori, Proksimat-ultimat, pencairan batubara Perijinan Laboratorium Preparasi alat dan destitasi pelarut Fraksinasi fraksi minyak hasil pencairan Analisa GCMS, nilai oktan dan kalor minyak Penyusunan laporan dan Poster Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

3 4 5

10

Adapun pelaksanaan fraksinasi minyak hasil pencairan batubara secara keseluruhan dilakukan di lab kimia organik Jurusan Kimia FMIPA ITSdengan dibantu beberapa staf laboratorium. J. RANCANGAN BIAYA No 1. Keterangan Analisa Sampel a. Analiasa Kalori Batubara b. Anlisa Proximate c. Analisis Ultimate d. Analisa GCMS e. Analisa Nilai Oktan Minyak f. Analisa Energi Minyak Sub Total Bahan Habis Pakai Aquades Aquabides Hexan Pure Analisis (P.A) Cloroform P.A Diklorometan P. A Aseton P. A Methanol P. A Sea Sand P. A Batu Didih (kristal) Jumlah (Rp) Rp100.000 Rp 500.000 Rp 300.000 Rp 200.000 Rp 150.000 Rp 150.000 Total Rp100.000 Rp500.000 Rp 300.000 Rp200.000 Rp150.000 Rp 150.000 Rp 1.400.000 Rp7.000 Rp 200.000 Rp 650.000 Rp 335.000 Rp 650.000 Rp 340.000 Rp 230.000 Rp 630.000 Rp 600.000 Rp 500.000 Rp 1.600.000 Rp. 300.000 Rp 60.000 Rp 50.000 Rp 6.152.000

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. H2SO4 P. A 11. NaOH P. A 12. Silika Gel 13. Gas N2 14. Alumunium Foil SUB TOTAL Peralatan Utama

@ Rp700 x 10 @ Rp 20.000 x 10 @ Rp. 650.000/ 4Lx2 @ Rp. 335.000/ 2,5 L @ Rp. 650.000/ 2,5 L @ Rp. 340.000/ 2,5 L @ Rp. 230.000/ 2,5 L @ Rp. 6300.000/ 500 g @ Rp. 600.000/ 100 g @ Rp. 50.000/mL x 10 @ Rp. 800.000/ gx2 @ Rp. 100.000/ gx3 Rp 60.000 @ Rp 25.000 x 2

11

1.

1. 2. 3.

1. 2.

Pencairan Batubara Sub Total Peralatan Penunjang Pipet pH meter Pipa kapiler Sub Total Akomodasi Biaya pengiriman dan pembelianbatubara Bukit Asam Sumatra Selatan Biaya perjalanan Surabaya-Serpong untuk pencairan batubara Sub Total ATK Kertas A4 1 rim Penggandaan proposal Alat Tulis Pembuatan Poster Sub Total Total

Rp 200.000

Rp 200.000 Rp 200.000 Rp 75.000 Rp 123.000 Rp 150.000 Rp 348.000

Rp 1.000 x 75 Rp 123.000 Rp 150.000

Rp 400.000 @Rp 300.000 x 4

Rp 400.000 Rp 1.200.000 Rp. 1.600.000

1. 2. 4. 5.

Rp30.000 @ Rp7.500 x 4 Rp10.000 @Rp125.000 x 2

Rp30.000 Rp30.000 Rp10.000 Rp250.000 Rp 320.000 Rp 10.000.000

K. DAFTAR PUSTAKA Amijaya, H., Schwarzbauer, J. dan Littke, R., 2005. Variability of coalification parameters and CH groups content of thermally metamorphosed tertiary coal from Tanjung Enim Area, South Sumatera basin, Indonesia. dalam: Organik Geochemistry: Challenges for the 21st Century, 1, Gonzales_vila, dkk., (Eds.), 22nd IMOG, Sevilla, 562-563. Amijaya, H. dan Littke, R., 2005. Properties of thermally metamorphosed coal from Tanjung Enim Area, South Sumatra Basin, Indonesia with special reference to the coalification path of macerals. International Journal of Coal Geology, 61, 197221. Boediono, 2007. Produksi Minyak Mutlak Harus Ditingkatkan (online), (http://kompas.com, diakses 8 Agustus 2008) BP Statistical Review of World Energy, June 2005 (www.bp.com/statisticalreview) Darman, H. dan Sidi, F. H., 2000. An outline of the geology of Indonesia coal. Indonesian association of geologists, Jakarta, 254. Daulay, H., Ningrum, N. S. dan Cook, A. C., 2000. Coalification of Indonesian coal. Proceeding of Southeast coal geology conferences, Directorate general of coal geology and mineral resources of Indonesia, Bandung, 85-92. Jauhary, M., (2007), Potency of Coal Liquefaction Industry, Beyond Pteroleum, Jakarta. Katzer, J., 2007. The Future of Coal, Massachusetts Institute of Technology, USA.

12

Meier, R., Schwarzbaeuer, J., Weniger, P., Strau, H. dan Littke, R., 2005. Compound specific carbon isotop analysis on biomarker of Late Palaezoic coals. dalam: st Organik Geochemistry Challenges for the 21 Century, 1, Gonzalez_Vila, dkk., nd (Eds), 22 IMOG Seville, 564. Nadjam, M (2011), Korelasi Batubara Kalimantan Timur dengan Produk Pencairannya, Undergraduate Theses, ITS, Surabaya. Peters, K.E., dan Moldowan, J.M., 1993. The Biomarker Guide : Interpreting Molecular, Fossils In Petroleum, and Ancient Sediments, Prentice Hall Inc., New Jersey. Petersen, H. I. dan Nytoft, H. P., 2005. Aliphatics Chains in Coal of Different age: Controls on Ability to Generate Liquid Hydrocarbons , Organic Geochemistry, 1, hal. 552-553 Prasetya, Arief (2011), Korelasi Batubara Kalimantan Timur dengan Produk Pencairannya, Undergraduate Theses, ITS, Surabaya. Stach, E., Mackkowsk, M. T. H., Techmuller, M., Taylor, G. H., Chandra, D., Teichmuller, R., 1982. Stachs Texbooks On coal Petrology. Gebruder Bomtraiger, Berlin. Sukandarrumidi, 1995. Batubara dan Gambut, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Walker, R., Mastalerz, M., 2004. Functional Group and Individual Maceral Chemistry of High Volatile Bituminous Coals from Southern Indiana : Controls on Coking . International Journal of Coal Geology, 58, 181191.

13

L. LAMPIRAN L.1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP KELOMPOK 1. KETUA KELOMPOK Nama Jenis Kelamin Tempat / Tanggal Lahir Alamat Telephone/Handphone Email : Nur Ita Ulfaniyah : 1408 100 069 : Surabaya, 1 Nopember 1989 : Wadungasri IV-D No.03 : 085733137097 : ita_wp@chem.its.ac.id Penulis,

(Nur Ita Ulfaniyah) NRP: 1408 100 069

2. ANGGOTA KELOMPOK 1

Nama Tempat / Tanggal Lahir Alamat Telephone/Handphone Email

: Nurvita Maharani : Blitar, 2 Agustus 1990 : Keputih Printis II No.07 : 085755013927 : vita@chem.its.ac.id Penulis,

(Nurvita Maharani) NRP: 1408 100 069

14

3. ANGGOTA KELOMPOK 2 Nama Tempat / Tanggal Lahir Alamat Telephone/Handphone Email : Setiya Anggreawan : Surabaya, 30 Juni 1990 : Semampir Tengah 6 No. 10 : 0857301740404 : awang@chem.its.ac.id Penulis,

(Setiya Anggreawan) NRP: 1408 100 040 4. ANGGOTA KELOMPOK 3

Nama Tempat / Tanggal Lahir Alamat Telephone/Handphone Email

: Iif Fakhrudin : Gersik, 21 Nopember 1990 : Gebang Putih No. 42 : 081330367621 : iif_udin@yahoo.co.id Penulis,

( Iif Fakhrudin) NRP: 1409 100 029

15

5. Biodata Dosen Pembimbing Nama NIP Tempat / Tanggal Lahir Jabatan Struktural Fakultas / Jurusan Alamat Telephone/Handphone Email : Prof. Dr. R. Y. Pery Burhan, MSc. : 19590215 198701 1 001 : Padang, 15 Februari 1959 : Kepala Lab Kimia Organik : MIPA / Kimia : Perumdos T99, Surabaya : 081230002259 : pburhan@chem.its.ac.id

Dosen Pembimbing,

(Prof. Dr. R. Y. Pery Burhan, M.Sc) NIP: 19590215 198701 1 001

Anda mungkin juga menyukai