Sheny Afriani
NIM. 2107076006
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi sebaran batubara dengan menggunakan metode
geolistrik resistivitas.
2. Untuk mengetahui struktur bawah permukaan pada daerah yang diketahui
terdapat singkapan batubara tersebut.
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi terkait potensi sebaran batubara di kecamatan Palaran,
Samarinda, Kalimantan Timur.
2. Menambah wawasan serta pengetahuan terkait litologi batuan di daerah
penelitian dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis sehingga dapat
dijadikan referensi untuk penselitian selanjutnya dalam geofisika.
2.1 Batubara
Batubara adalah suatu material yang tersusun dari bahan organic dan anorganik
dengan kandungan organik pada batubara dapat mencapai 50% dan bahkan lebih dari
75%. Bahan organic ini disebut maseral yang berasal dari sisa tumbuhan dan telah
mengalami berbagai tingkat dekomposisi serta perubahan sifat fisik dan kimia baik
sebelum ataupun sesudah tertutup oleh lapisan di atasnya, sedangkan bahan
anorganiknya disebut mineral atau mineral matter. Kehadiran mineral dalam jumlah
tertentu akan mempengaruhi kualitas batubara terutama parameter abu, sulfur dan
nilai panas sehingga dapat membatasi penggunaan batubara. Keterdapatan mineral
dalam batubara bermanfaat dalam mempelajari genesanya (Nursanto et al., 2011).
Batubara adalah bahan bakar fosil, di mana di Indonesia tersedia cadangannya
dalam jumlah yang cukup melimpah dan diperkirakan mencapai 38,9 miliar ton. Dari
jumlah tersebut sekitar 67 % tersebar di Sumatera, 32% di Kalimantan dan sisanya
tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Dengan kualita batubara yang baik
dan dengan jumlah yang besar tersebut serta tingkat produksi saat ini, batubara dapat
menjadi sumber energi bagi Indonesia selama ratusan tahun. Bahan bakar fosil
(batubara) tetap saja merupakan sumber pamasok utama, meskipun pilihan terhadap
sumber daya energi telah meluas kepada sumber-sumber yang bersih dan dapat
diperbaharui, seperti tenaga surya, air ombak dan panas bumi, namun begitupun
pertumbuhan pemakaian energi nuklir tidak dapat diharapkan karena
tekanan masyarakat (Yasruddin et al., 2020).
Batuan sedimen yang dipergunakan sebagai bahan bakar yang berasal dari fosil.
Pembentukannya dilakukan dengan endapan organik, yang utamanya adalah sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses panjang dalam pembatubaraan. Definisi
batubara merupakan suatu jenis mineral yang tersusun atas karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur, dan senyawa- senyawa mineral. Oleh karena itulah batubara
digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk menghasilkan listrik (Lestari et al.,
2016).
2.3 Penggambutan
Gambut adalah sedimen organik yang dapat terbakar, berasal dari timbunan
hancuran atau bagian tumbuhan dalam kondisi tertutup udara (di bawah air), tidak
padat, memiliki kandungan air lebih dari 75% (berat) dan kandungan mineral lebih
kecil dari 50% dalam kondisi kering (Anggayana, 2000). Pembentukan gambut
merupakan tahap awal pembentukan batubara. Dalam tahap ini proses yang paling
penting adalah proses pembentukan humic substance (humification). Pembentukan
humic substance (humification) ini dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu kenaikan
temperatur, suplai oksigen, fasies dan lingkungan alkali (Azizah, 2017).
Proses penggambutan ini merupakan proses awal dalam pembentukan batubara,
yang meliputi proses perubahan kimia (biochemical coalification) dan mikrobial.
Dalam proses ini penggambutan akan bergantung pada faktor keberadaan air pada
lingkungan pengendapan dan mikroorganisme (bakteri). Setelah proses tersebut
kemudian dilanjutkan dengan proses perubahan geokimia (geochemical
coalification), yang dalam prosesnya tidak melibatkan bakteri lagi (Rianto, 2022).
Gambar 2.1 Terjadinya Batubara (Sumber : Rianto, 2022)
2.4 Pembatubaraan
Proses pembatubaraan meliputi perkembangan dari gambut (peat), menjadi
batubara lignit (brown coal), sub bituminous, bituminous, dan anthracite. Proses ini
dikontrol oleh beberapa hal yaitu waktu, tekanan dan temperatur. Pada saat proses
perubahan gambut menjadi lignit, proses yang terjadi adalah kenaikan temperatur dan
penurunan porositas. Terjadinya proses kenaikan temperatur yang diikuti penurunan
porositas ini diakibatkan oleh adanya pembebanan material-material sedimen di
atasnya. Akibat tertekan sedimen di atasnya maka lapisan tersebut akan mengalami
kompaksi dan terbentuklah lignit.
Apabila pada lapisan lignit terjadi peningkatan temperatur dan tekanan yang
cukup lama dalam waktu geologi maka lignit ini akan menjadi batubara sub
bituminous dan bituminous. Dalam proses perkembangannya, proses pembatubaraan
ini akan mengalami peningkatan karbon (C) karena unsur-unsur lainnya seperti H, O
dan N akan terlepas sebagai H2, O2, dan N2.
Kemudian apabila batubara bituminous mengalami peningkatan temperatur
yang cukup lama, maka unsur H dalam batubara akan terlepas dengan cepat.
Peningkatan termperatur ini biasanya diakibatkan oleh adanya gradien geothermal
dan tekanan overbuden pada lapisan sedimennya. Akibat unsur H yang terlepas pada
batubara, maka lapisan batubara ini akan mengandung unsur H yang lebih sedikit dan
terbentuklah tipe antrachite
Menurut Rahmad (2020), berdasarkan asal tumbuhan pembentuk gambut
terdapat dua macam batubara, yaitu:
1. Batubara autochtone
Merupakan batubara yang gambutnya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
tumbang ditempat tumbuhnya dan tidak mengalami transportasi ke tempat lain.
Jenis batubara autochtone memiliki penyebaran yang luas dan merata serta
memiliki kualitas yang lebih baik karena abunya yang relatif rendah
2. Batubara allochtone
Merupakan batubara yang gambutnya berasal dari bagian tumbuhan yang
terbawa aliran sungai dan terendapkan di daerah hilir sungai tersebut. Jenis
batubara allochtone ini memiliki penyebaran tidak luas dan memiliki dan
dijumpai pada beberapa tempat dan tidak merata. Kualitas batubara yang
terbentuk dengan cara ini memiliki kualitas yang kurang baik karena banyak
mengandung material pengotor yang tersangkut bersama pada saat tumbuhan
tertransportasi dari tempat asalnya. Endapan batubara allochtone relatif lebih
banyak mengandung mineral dibandingkan endapan autochtone
Kenaikan temperatur dan waktu merupakan dua faktor utama penyebab proses
pembatubaraan. Biasanya batubara dengan tingkat tinggi (anthracite) ditemukan
berdekatan dengan intrusi-intrusi batuan beku. Terjadinya kontak metamorfisme
intrusi batuan beku terhadap lapisan batubara ini membuat peringkat batubara ini
semakin tinggi. Selain itu, peringkat batubara akan semakin tinggi akibat naiknya
temperatur karena bertambahnya kedalaman lapisan batubara. Sedangkan semakin
bertambahnya waktu apabila temperatur pembatubaraan tinggi, maka pada daerah
yang terkena struktur geologi, seperti patahan atau lipatan, proses pembatubaraan
akan semakin cepat karena adanya tekanan dan temperatur yang tinggi pada
daerah tersebut.
Generation
Reflectanc
(Random)
Moisture
Calorific
Vitrinite
Hydro-
1
carbon
(Moist,
Matter
Volatil
MJ/kg
(wt.%
dmmf)
Value
mmf)
Principal
Bed
(wt
%)
e
Meta- 2 Space
anthracite heating
Anthracite 2.50 8 Chemical
Anthracitic2
production
Semianthracit 1.92 14
e
Low Volatile 1.51 22 Metallurgic
Bituminous al coke
Medium 1.12 31 production
Volatile Cement
E
Bituminous
a
production
Bituminous High Volatile 32.6 Thermal
A Bituminous 0.75 electric
High Volatile 0.50- 30.2 power
B Bituminous 0.75 generation
High Volatile 8-10 26.8
C Bituminous
Subbituminou 24.4 Thermal
s A3 electric
Subbituminou 25 22.1 power
sB generation
Subbitumin
0.42 19.3 Conversion
ous Subbituminou to liquid and
y
r
sC gaseous
l
petroleum
substitutes
Lignite A 35 14.7 Thermal
Lignite B 75 electric
power
generation
Lignitic
Char
production
Space
heating
Peat
DAFTAR PUSTAKA