PENDAHULUAN
Selatan yang terletak di Desa Balong dan sekitarnya, Kecamatan Girisubo, Kabupaten
pada koordinat 070 08” 30’ LS-1100 41” 30’ BT sampai 070 09” 30’ LS-1100 42”
30’BT yang merupakan bagian dari Lembar Jepitu peta nomor 1407-632 dengan
sekala peta 1:12.500. Secara regional daerah penelitian termasuk dalam Pegunungan
Selatan yang merupakan cekungan yang menunjang dengan arah relatif barat – timur
mulai dari Parangtritis di bagian barat sampai Ujung Purwo dibagian Jawa Timur.
Tersier Pulau Jawa (mengutip dari pernyataan C. Prasetyadi, 2007 dalam Karlina
Triana, 2013) dijelaskan bahwa Pulau Jawa merupakan salah satu pulau di Busur
Kapur Akhir hingga sekarang. Daerah penelitian merupakan daerah yang menarik,
hal ini dikarenakan daerah tersebut mempunyai suatu tatanan geologi yang kompleks,
pelajar dan kota wisata, maka akan menarik pengunjung untuk beramai-ramai datang
1
2
yang dilakukan terus menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang
tinggi kebutuhan akan bahan baku bangunan yang memiliki kualitas dan kuantitas
yang mumpuni. Dalam hal ini bahan baku bangunan yang dibutuhkan berupa batuan
untuk bahan pengeras jalan, batu tersebut berupa batugamping. Batugamping yang
baik untuk bahan baku bangunan haruslah memiliki kualitas yang baik berdasarkan
Daerah ini telah banyak dilakukan penelitian baik dalam skala lokal maupun
regional. Penelitian regional telah banyak dilakukan dan menghasilkan berbagai versi,
baik itu hasil yang hampir sama maupun berbeda. Oleh karena itu, sebagai seorang
penelitian.
pengeras jalan di Desa Balong inilah yang mendasari penyusun untuk melakukan
analisis sifat keteknikan batugamping Desa Balong yang mana batugamping ini
batuan ini diharapkan dapat diketahui kalayakan dan kualitas batugamping sebagai
pengeras jalan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia tentang batualam sebagai
bahan bangunan. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan pedoman atas kelayakan
Maksud dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum di
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui sifat keteknikan batugamping sebagai
penelitian ini penyusun hanya membatasi pada kajian sifat keteknikan batugamping
Yogyakarta seperti pada (Gambar 1.1) melalui pengamatan di lapangan dan dengan
secara detail pada batuan yang masih segar, tidak termasuk lapukannya. Analisis
keteknikan batuan yang dilakukan adalah sifat fisik meliputi uji berat jenis (bulk
density) bobot isi, porositas, angka pori dan sifat mekanik (berupa uji kuat tekan).
Sifat keteknikan berupa uji kuat tekan yang dihasilkan dibandingkan dengan SNI 03-
0394-1989.
4
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian (sumber : Surono, dkk., 1992, Peta RBI Lembar Surakarta-Giritontro,
Jawa, Skala 1 : 100.000)
Tinjauan pustaka yang digunkan dalam penelitian ini adalah hasil dari peneliti
Selatan (Van Bemmelan, 1949 dalam Albi Daniel, 2011) sekaligus termasuk dalam peta
lembar Yogyakarta 1408-2 & 1407-5. Berdasarkan peta geologi, terdapat beberapa
5
formasi, yaitu Formasi Kepek, Formasi Wonosari - Formasi Punung, Formasi Oyo,
Formasi Napal, Formasi Wuni, Formasi Sambipitu, Formasi Jaten, Formasi Nglanggeran,
Formasi Semilir, Formasi Kebo Butak, Formasi Besole dan Formasi Wungkal - Gamping
(Surono, dkk, 1992 dalam Albi Daniel, 2011). Dimana daerah penelitian masuk dalam
batugamping bioklastik berlapis dan napal. (Surono, 1989 dalam S. Maryanto 2015).
Berbagai definisi batuan sebagai obyek dari mekanika batuan (Rai, dkk, 1988)
telah diberikan oleh ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan, antara
lain:
a. Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk
kulit bumi.
b. Batuan adalah semua mineral yang membentuk kulit bumi yang dibagi atas
a. Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan solid dari kulit bumi
6
b. Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah
3. Menurut ASTM, batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (Solid)
4. Secara umum batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda,
tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Selain itu, batuan memiliki sifat alami,
diantaranya adalah
a. Heterogen
b. Diskontinu
c. Anisotrop
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa batuan tidak sama dengan
tanah. Tanah dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan
permukaan bumi.
Definisi mekanika batuan (Rai, dkk, 1988) telah diberikan oleh beberapa ahli
1. Menurut Talobre, Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang
2. Menurut Coates, Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku batuan baik secara teoritis
7
maupun terapan, merupakan cabang ilmu mekanika yang berkenaan dengan sikap
4. Menurut Hudson dan Harrison, mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari
reaksi batuan yang apabila padanya dikenai suatu gangguan. Dalam hal materi,
alam, ilmu ini berlaku untuk masalah deformasi suatu struktur geologi, seperti
bagaimana lipatan, patahan, dan rekahan berkembang begitu tegangan terjadi pada
1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi, dan void ratio
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas dan nisbah
poisson.
Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah dilakukan
kemudian setiap sampel yang diperoleh diukur diameter dan tingginya kemudian
dihitung luas permukaan dan volumenya. Adapun sifat fisik pada batuan yang akan
diuji meliputi :
1. Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan. Bobot
a. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan volume batuan.
8
𝑊𝑛
Bobot asli : 𝑊𝑤−𝑊𝑠
b. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
batuan.
𝑊𝑤
Bobot isi jenuh : 𝑊𝑤−𝑊𝑠
c. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan volume
batuan.
𝑊𝑜
Bobot isi kering : 𝑊𝑤−𝑊𝑠
Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi air. Spesific
a. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan
b. True spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi basah batuan dengan
3. Porositas
4. Angka Pori
Angka pori adalah perbandingan antara volume pori-pori dalam batuan dengan
volume batuan.
𝑛
Void ratio :
1−𝑛
5. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air
6. Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan
a. Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam batuan
b. Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam batuan
Keterangan:
Selain dari sifat fisik yang di atas, salah satu sifat teknik yang penting untuk
diuji adalah uji kuat tekan. Uji kuat tekan memiliki tujuan untuk mengetahui batas
hancur suatu batuan (material) terhadap pemberian suatu tekanan (beban) maksimum.
pengujian tekan di laboratorium dengan menggunakan mesin uji tekan untuk semua
benda uji. Hasilnya berupa gaya (P) yang terjadi pada saat benda uji hancur.
Berdasarkan data gaya tekan dan luas penampang kubus, maka kuat tekan beton dapat
𝑷
𝒇=𝑨 (1)
Keterangan :
dalam beberapa hal (Goodman, 1989 dalam Saptono, 2009), faktor penyebab dari
pengujian kuat tekan contohnya adalah proses pelapukan. Pelapukan batuan adalah
proses yang menyebabkan alterasi batuan, disebabkan oleh air, karbon dioksida dan
oksigen (Giani, dalam Saptono, 2009) atau proses eksternal menyebabkan hilang dan
berubahnya sifat asal mula menjadi kondisi yang baru. Prosesnya melibatkan agen-
agen fisika, kimia, biologi (Bates, 1987 dalam Saptono, 2009), atau melalui proses
mekanika dan dipengaruhi oleh keadaan iklim (Giani, 1992 dalam Saptono, 2009)
oleh agen-agen kimia seperti proses oksidasi pada batuan mengandung besi, hidrasi
batugamping. Dampak pelapukan tidak hanya terbatas di permukaan saja tetapi lebih
dalam, umumnya pada kedalaman yang dangkal, tergantung kehadiran saluran yang
pelapukan juga akan mengurangi kuat geser massa batuan diakibatkan pengurangan
pandang engineering atau mekanika batuan (Giani, 1992 dalam Saptono, 2009).
mineral pada batuan sangat berpengaruh terhadap resistensi ataupun dalam uji kuat
tekan batuan. Mineral-mineral dengan tingkat kekerasan yang tinggi akan memiliki
12
resistensi yang juga tinggi, ukuran butir juga dapat mempengaruhi kekuatan batuan
karena semakin kecil ukuran butir suatu batuan maka akan semakin tinggi nilai kuat
mineral kuat tekan batuan juga dipengaruhi oleh adanya pola-pola rekatan atau kekar-
kekar pada sampel batuan tersebut. Dimana semakin banyak pola-pola kekar ada
sampel batuan maka nilai kuat tekannya akan semakin rendah. Hal ini berkaitan
dengan pengaruh skala batuan terhadap kuat tekan batuan (Saptono, 2009).
Sifat Mekanik Batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan yang
batuan meliputi kuat tekan, kuat tekan merupakan harga tekan yang diterima pada
pertimbangan sifat-sifat batuan dalam mekanika batuan, yaitu pada sifat fisik yang
meliputi uji bobot isi, berat jenis (specific gravity) dan porositas. Sedangkan pada
sifat mekanik dengan uji kuat tekan. Uji sifat keteknikan ini dilakukan di lapangan
1) Di Lapangan
2) Di Laboratorium
13
Berupa sampel batuan yang telah di potong, kemudian dilakukan uji sifat fisiknya
yaitu meliputi uji bobot isi, berat jenis (specific gravity) dan porositas, kemudian
sifat mekaniknya yaitu meliputi uji kuat tekan. Pada Penelitian ini, sampel yang
digunakan di laboratorium yaitu sampel dari lapangan dan di potong blok untuk
Kekekalan
Bentuk Dengan
Na Sulfat 12 12 12 12 12 12
Hancur,
Maksimum %
batualam sebagai bahan bangunan adalah Standar Nasional Indonesia yaitu mengacu
14
pada SNI 03-0394-1989. Tentang syarat nilai kuat tekan yang didapatkkan baku mutu
batualam untuk bahan bangunan dapat dilihat pada (Tabel 1.1) dimana setiap nilai
baku mutu batualam sudah ada kegunaanya dengan nilai kuat tekan yang berbeda-
beda, apabila dalam nilai kuat tekan yang tidak mencapai standar SNI baku mutu
batualam maka batualam tersebut tidak layak digunakan sesuai yang diinginkan dan
apabila nilai kuat tekan tersebut sesuai dengan standar baku mutu Standar Nasional
Indonesia maka batualam tersebut layak untuk digunakan sesuai yang diinginkan.
berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun biokimia di mana
organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang mengalami
Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis bebas
dan detritus asal darat. Dalam pengklasifikasian batugamping dapat dibagi menjadi 2,
klasifikasi yang didasarkan pada sifat-sifat batuan yang dapat diamati dan dapat
ditentukan secara langsung, seperti fisik, kimia, biologi, mineralogi atau tekstur.
Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi yang lebih menekankan pada asal usul
batuan. Parameter sekunder yang digunakan antara lain porositas, sementasi, tingkat
Gambar 1.3 perbandingan skala Wentworth dan terminologi Grabau untuk penamaan batuan karbonat
(Colin J.R. Braithwaite, 2005 dalam Aji, W. S., 2015)
a. Calcirudite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pada pasir
(>2 mm).
b. Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16-2
mm).
c. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir (<1/16
mm).
kristalin.
meliputi ukuran butir dan susunan butir (sortasi). Ada beberapa hal yang perlu
deposisinya, yaitu:
satu dengan yang lain saling mendukung) dan mud-supported (butiran mengambang
klasifikasi Folk. Batas ukuran butir yang digunakan oleh Dunham untuk
membedakan antara butiran dan lumpur karbonat adalah 20 mikron (lanau kasar).
dengan fasies terumbu dengan tingkat energi yang bekerja, sehingga dapat untuk
a. Kelebihan :
1) Sangat mudah digunakan, karena tidak perlu menentukan jenis butiran secara
b. Kekurangan :
Pada sayatan tipis tidak mudah membedakan fabric batuan karena pada sayatan
komposisi mineralogi.
18
2) Wackestone – batuan karbonat yang mud supported mengandung lebih dari 10%
4) Grantstone - Batuan karbonat, tidak terdapat lumpur, grain supported, dan antar
Gambar 1.4 Klasifikasi Dunham (Dunham, 1962 dalam Aji, W. S., 2015)
19
membedakan % butiran yang berdiameter </= 2 mm dari butiran yang berdiameter >
pengendapan dan lebih tegas di dalam ukuran butir yaitu ukuran grain =/>0,03–2 mm
dan ukuran lumpur karbonat <0,03 mm. Berdasarkan cara terjadinya, Embry &
bafflestone (tersusun oleh biota berbentuk cabang), bindstone (tersusun oleh biota
berbentuk menegak atau lempengan) dan framestone (tersusun oleh biota berbentuk
floatstone dan rudstone. Klasifikasi Embry & Klovan sangat tepat untuk mempelajari
Tambahan pada klasifikasi ini yaitu dengan membagi lagi kelompok boundstone
menjadi 5 yaitu:
20
crystalline carbonates.
d. Bindstone, terbentuk akibat organisme yang terjebak dan terjepit selama proses
deposisi.
keras.
f.
Gambar 1.5 Klasifikasi batuan karbonat oleh Dunham yang dimodifikasi oleh Embry dan
Klovan (After Dunham, 1962 dan Embry & Klovan 1971 dalam Aji, W. S., 2015)
21
1. Definisi
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang di peruntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Dalam skala lebih luas fungsi dari jalan akan berbeda sesuai dengan perbedaan
karakteristik lalu lintasnya. Dikenal ada jalan arteri kolektor lokal dan lingkungan.
Jalan arteri atau jalan utama adalah jalan yang menampung lalu lintas dengan sifat
jauh dan cepat kolektor menampung lalu lintas sesaat dan kecepatan sangat rendah.
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
yang berwujud pusat-pusat kegiatan, dan sistem jaringan jalan sekunder merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
1) Jalan arteri adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
22
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri dibagi menjadi jalan arteri
primer dan arteri sekunder. Jalan ini menghubungkan kota jenjang kesatu terletak
kedua.
2) Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan ini terdiri dari jalan kolektor primer dan jalan
kolektor sekunder. Jalan ini menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
3) Jalan lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil atau kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota
jenjang ketiga dengan persil atau kota dibawah dengan kota jenjang ketiga sampai
persil. Jalan lokal dapat dibagi menjadi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder.
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan lingkungan
kawasan perkotaan.
1) Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus
masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi
dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan
2) Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling
3) Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua)
4) Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling
sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,5 (lima
setengah) meter.