Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kuliah Lapangan Geologi Dasar Sungai

Cipamingkis dan Gunung Putri

Oleh : Adi Harja

NPM : 1706046786

Program Studi Geologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

TAHUN 2017
Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadiratnya yang telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepad kami, sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan kuliah lapangan untuk mata kuliah Geologi Dasar ini.

Laporan kuliah lapangan ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin serta
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
laporan ini.

Sebagai penutup, saya berharap semoga laporan ini dapat memberi edukasi bagi siapapun
yang membacanya

Jakarta, Desember 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah lapangan adalah suatu aktivitas perkuliahan bagi mahasiswa Geologi dan
mahasiswa Geofisika untuk lebih memahami apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Kuliah lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa Geologi dan mahasiswa Geofisika
Universitas Indonesia pada beberapa waktu lalu berlangsung di daerah Sungai
Cipamingkis dan Gunung Putri. Dari kuliah lapangan tersebut, saya menemukan berbagai
hal disana yang berkaitan dengan mata kuliah geologi dasar. Berdasarkan hal tersebut,
saya mencoba untuk mengaitkan materi perkuliahan dalam mata kuliah Geologi Dasar
dengan hal-hal yang saya dapatkan di lapangan.. Oleh karena itu, saya membuat laporan
ini dengan tujuan melaporkan hal-hal apa saja yang ditemui pada saat melaksanakan uliah
lapangan dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah saya peroleh selama ini.

1.2 Tujuan Penelitian


- Mengetahui kondisi geologi regional di daerah Sungai Cipamingkis dan Gunung
Putri
- Dapat mendeskripsikan mengenai batuan yang terdapat di daerah Sungai
Cipamingkis dan Gunung Putri

1.3 Rumusan Masalah


- Bagaimana kondisi geologi regional yang terdapat di Sungai Cipamingkis dan
Gunung Putri?
- Apa saja deskripsi batuan yang terdapat di Sungai Cipamingkis dan Gunung
Putri?

1.4 Waktu dan Tempat


Lokasi pengamatan pertama adalah Sungai Cipamingkis yang terletak di daerah.
Citeureup. Transportasi yang digunakan adalah bus berukuran sedang. Waktu perjalanan
yang ditempuh dari lokasi keberangkatan adalah 2 jam dan dilanjutkan dengan berjalan
kaki selama 10-15 menit hingga mencapai lokasi pengamatan. Lokasi Sungai Cipaingkis
sendiri berada pada koordinat 6o31’40,2”S dan 106o55’46,7” E. Berikut adalah foto
kenampakan dari Sungai Cipamingkis.

Sumber : Bukan Dokumen Pribadi

Lokasi pengamatan kedua adalah di daerah Gunung Putri. Dengan moda transportasi yang
sama, waktu yang ditempuh dari lokasi pertama adalah sekitar 40 menit. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama 10-15 menit hingga mencapai lokasi
pengamatan. Lokasi Gunung Putri sendiri terletak di koordinat 6o27’44,5”S dan
106o53’34,7”E. Berikut adalah foto kenampakan dari Gunung Putri.

Sumber : Bukan Dokumen Pribadi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

Geologi regional adalah kondisi geologi di suatu daerah tertentu Kondisi geologi
tersebut meliputi kondisi morfologi, stratigrafi, dan struktur geologi yang ada di daerah
tersebut.

2.2 Teori dan Metode yang Digunakan

2.2.1 Teori-Teori

A. Stratigrafi

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, kompoisi, dan umur relatif serta distribusi
perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi.
(Noor, 2012). Prinsip-prinsip dalam stratigrafi adalah sebagai berikut:

- Law of Original Horizontality atau hokum horizontalitas


Daerah pengendapan sedimen yang disimpan dalam bentuk air sebagai lapisan
horizontal (mendatar) dikarenakan pengendapan secara gravitasional.
- Hukum Superposisi
Hukum yang menjelaskan dimana dalam tingkatan yang tidak ada gangguan
(perlapisan berlangsung tanpa ada kejadian yang dapat mengubah posisi), lapisan
yang berada di bawah berusia lebih tua daripada lapisan yang berada di atasnya.
- Lateral Continuity atau Kesinambungan Lateral
Strata horizontal yang meluas secara lateral hingga mereka menipis hingga
ketebalannya mencapai nol di tepi cekungan deposisinya.
- Cross Cutting Relationship
Peristiwa dimana lapisan batun yang melintasi lapisan batuan yang telah ada
berusia lebih muda daripada lapisan yang dilintasinya.
- Prinsip Inklusi
Prinsip ini menyatakan bahwa fragmen batuan yang terdapat dalam batuan induk
berusia lebih tua daripada usia dari batuan induk tersebut.
- Hukum Suksesi Fauna
Hukum ini menjelaskan bahwa sepanjang waktu di bumi telah terjadi proses
peruahan dalam kehidupan organisme.

Selain prinsip, pada stratigrafi juga terdapat keselarasn dan ketidakselarasan. Keselarasan
adalah suatu kondisi dimana proses perlapisan batuan tidak mengalami gangguan dalam
pengendapannya, sehingga tidak terdapat selag waktu dalam penggendapannya. Keselarasan
umumnya ditandai dengan kedudukan lapisan yang sama atau hampir sama, dan ditunjang di
laboraturium oleh umur yang kontinyu (Noor, 2012).

Ketidakselarasan adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya (batas
atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak menerus), yang disebabkan oleh adanya rumpang
waktu pengendapan (Noor, 2012). Terdapat 4 jenis ketidakselarasan, yaitu:

- Disconformity
Sebuah tipe ketidakselarasan dimana bidang erosi tidak beraturan. Umumnya
ketidakselarasan ini terbentuk akibat dari sungai.
- Angular unconformity
Ketidakselarasan dimana lapisan batuan yang lebih muda mengendap diatas
lapisan batuan yang telah terpotong oleh bidang erosi.
- Nonconformity
Ketidakselarasan dimana lapisan batuan sedimen terletak pada batuan beku atau
batuan metamorf (Graham R. Thompson and Jonathan Turk, 1997, p. 143).
Ketidakselarasan ini menunjukan bahwa erosi terjadi pada waktu jauh sebelum
batuan sedimen terbentuk.
- Paraconformity
Ketidakselarasan suatu lapisan dimana lapisan di atas dan di bawah
ketidaksesuaian bersifat sejajar, karena tidak adanya lapisan erosi yang
menyebabkan ketidaksesuaian tersebut secara nyata.

B. Geologi Struktur

Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai
bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya (Noor, 2012). Deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang
bekerja di dalam bumi (Noor, 2012). Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur
lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold),
rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan
tektonik (tectonic unit). (Noor, 2012).

Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang bekerja
pada batuan batuan tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik
Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak
satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang
saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan
(transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya yang
bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai gaya yang bekerja pada batuan, maka
mau tidak mau akan berhubungan dengan ilmu mekanika batuan, yaitu suatu ilmu yang
mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang terkena oleh suatu gaya (Noor, 2012).

Jenis-jenis Struktur Geologi

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari
gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu:

1. Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks)


Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan
oleh pemotongan bidang perlapisan batuan, biasanya terisi mineral lain (mineralisasi)
seperti kalsit, kuarsa dsb, dan kenampakan breksiasi (Noor, 2012).
Menurut Djauhari Noor dalam buku Pengantar Geologi edisi Kedua (2012), struktur
kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah
gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan
adalah sebagai berikut:
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear
joint umumnya bersifat tertutup.

2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus
dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
2. Perlipatan (folding)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga
batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk
lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin adalah bentuk lipatan
yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke
arah atas (Noor, 2012).
Menurut Djauhari Noor dalam buku Pengantar Geologi edisi Kedua (2012),
berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan
menjadi :
1). Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2). Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
3). Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau
tidaknya sumbu utama.
4). Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya
5). Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar
6). Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar
7). Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan
planar.
Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan, seperti lipatan
seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.
3. Patahan/Sesar (faulting).
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan
indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui :
a) Gawir sesar atau bidang sesar
b). Breksiasi, gouge, milonit
c). Deretan mata air
d). Sumber air panas
e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan
f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb (Noor,
2012).
Menurut Djauhari Noor dalam buku Pengantar Geologi edisi Kedua (2012), sesar
dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya.
Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan
kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu
bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
1. Dip Slip Faults – adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan
pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi
disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran
pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya
bergerak atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui
pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan,
maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall
block” dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
2. Normal Faults – adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional
horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah
mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
3. Horsts & Gabens – Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat
dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang pasangan
dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian
dari blok-blok yang turun akan membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-
blok yang terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan
tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley”
suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua yang menghasilkan suatu “Rift”.
Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah di
bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.
4. Half-Grabens – adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk
lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah
sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
5. Reverse Faults – adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal
pada batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah
atas terhadap “footwall block”.
6.Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya
lebih kecil dari 15o. Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan
kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan
yang lebih muda.
7. Strike Slip Faults – adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal
mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di
dalam kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua)
tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang
patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang
pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-
slip fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita
namakan sebagai “right-lateral strikeslip fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault”
yang sangat terkenal adalah patahan “San Andreas” di California dengan panjang
mencapai lebih dari 600 km.
8. Transform-Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada
batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara
horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang
mengalami pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas
kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi
pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah
yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan “San
Andreas” di California termasuk jenis patahan “transform fault”.

C. Batuan

Secara umum, batuan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

- Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). (Noor,
2012). Berdasarkan tempat pembentukannya, batuan beku terbagi menjadi 2 ,
yaitu:
1. Batuan beku luar (batuan beku ekstrusif)

Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di luar gunung dan proses
pembentukannya berlangsung dalam waktu yang cepat.

2. Batuan beku dalam (batuan beku intrusive)

Batun beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam gunung dan proses
pembentukannya berlaangsung dalam waktu yang sangat lambat.
Menurut Djauhari Noor dalam buku Pengantar Geologi edisi Kedua (2012), tekstur batuan
beku dapat dibedakan berdasarkan:

1. Tingkat kristalisasi

a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal

b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas

2. Ukuran butir

a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral yang
berukuran kasar.

b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran
halus.

3. Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk
sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga
bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop
yaitu:

a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya

a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau
bentuk kristal euhedral (sempurna)

b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan


subhedral.

c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk


anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya

a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

- Batuan Sedimen

Menurut Djauhari Noor dalam buku Pengantar Geologi edisi Kedua (2012), ciri-ciri batuan
sedimen adalah:

1). Berlapis (stratification)

2) Umumnya mengandung fosil

3) Memiliki struktur sedimen

4). Tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi.

Berdasarkan teksturnya, terdapat beberapa hal yang dapat membedakan sebuah batuan
sedimen dengan batuan sedimen lainnya, yaitu:

a. Besar Butir (Grain Size) adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen diukur
berdasarkan klasifikasi Wenworth.

b. Bentuk butir (Grain shape) pada sedimen klastik dibagi menjadi: Rounded (Membundar),
Sub-rounded (Membundar-tanggung), Sub-angular (Menyudut-tanggung), dan Angular
(Menyudut). Kebundaran (Sphericity): Selama proses pengangkutan (transportasi),
memungkinan butiran butiran partikel yang diangkut menjadi berkurang ukurannya oleh
akibat abrasi. Abrasi yang bersifat acak akan menghasilkan kebundaran yang teratur pada
bagian tepi butiran. Jadi, pembulatan butiran memberi kita petunjuk mengenai lamanya
waktu sedimen mengalami pengangkutan dalam siklus transportasi. Pembulatan
diklasifikasikan dengan persyaratan relatif juga

c. Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan / mineralnya.
Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu :

- Kemas Terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang kontras
sehingga terlihat fragmen butiran mengambang diatas masa dasar batuan.

- Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam, sehingga
menyebabkan masa dasar tidak terlihat).
d. Pemilahan (sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen penyusun batuan.
Pemilahan adalah tingkat keseragaman ukuran butir. Partikel partikel menjadi terpilah atas
dasar densitasnya (beratjenisnya), karena energi dari media pengangkutan. Arus energi yang
tinggi dapat mengangkut fragment fragmen yang besar. Ketika energi berkurang, partikel
partikel yang lebih berat diendapkan dan fragmen fragmen yang lebih ringan masih terangkut
oleh media pengangkutnya. Hasil pemilahan ini berhubungan dengan densitas. Apabila
partikel partikel mempunyai densitas yang sama, kemudian partikel-partikel yang lebih besar
juga akan menjadi besar, sehingga pemilahan akan terjadi berdasarkan ukuran butirnya.
Klasifikasi pemilahan ukuran butir didasarkan secara relatif, yaitu pemilahan baik hingga
pemilahan buruk. Pemilahan memberi kunci terhadap kondisi energi media pengangkut
dimana sedimen diendapkan. Contoh: Endapan pantai dan tiupan angin umumnya
memperlihatkan pemilahan yang baik dikarenakan energi media pengangkutan (kecepatan)
pada umumnya tetap. Endapan sungai umumnya terpilah buruk karena energi (kecepatan
alirannya) yang terdapat di sungai bervariasi tergantung posisi sungainya

e. Sementasi adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan. Macam dari
bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah: karbonat, silika, dan oksida besi.

f. Kesarangan (Porocity) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran yang ada pada
batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas Baik, Porositas Sedang,
Porositas Buruk.

g. Kelulusan (Permeability) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat meloloskan
air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas baik, permeabilitas sedang,
permeabilitas buruk.

- Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang mengalami proses metamorfosa akibat terpapar oleh
suhu dn tekanan yang sangat tinggi. Batuan asal pembentuk batuan metamorf dapat berasal
dari batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metmorf itu sendiri.

2.2.2 Metode Penelitian yang digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam kuliah lapangan ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif dalam penelitian adalah penelitian dimana peneliti mendatangi lokai
pengambilan data secara langsung dan mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan
dengan rinci serta sampel-sampel yang diambil dari lokasi sebagai bukti penelitian. Setelah
itu, saya menggunakan metode korelasi untuk membandingkan fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan di kelas.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sungai Cipamingkis


Sungai Cipamingkis termasuk ke dalam wilayah formasi Jailuhur dan formasi
Klapanunggal. Di lokasi tersebut, saya beserta dengan kelompok saya melakukan
orientasi medan, dimana kami diharuskan untuk mengetahui lokasi kami hanya dengan
menggunakan kompas geologi dan peta topografi wilayah tersebut. Hal pertama yang
kami lakukan adalah memastikan letak arah utara. Selanjutnya, kami menentukan dua
titik sebagai acuan kami untuk menemukan derajat posisi terhadap objek sasaran
tersebut. Kemudian kami olah data hasil data dari penggunaan kompas hingga
menemukan titik potong antara kedua garis. Titik potong tersebut menunjukkan berada
dimanakah posisi kita dalam peta tersebut.
Setelah melakukan orientasi medan, kami melakukan pengukuran akan strike dan dip
pada perlapisan batuan serta mengambil sampel batuan untuk dideskripsikan. Dalam
mengukur strike dan dip, kami juga menggunaka kompas geologi sebagai alat
pengukurnya.
3.1.1 Deskripsi Batuan
No. Stasiun : AH 1 Azimuth/Back : -
Tanggal : 26 November 2017 Azimuth
Cuaca : Cerah Strike/Dip : N 105oE/ 10o
Lokasi : Sungai Cipamingkis Geometri Stasiun : -
Koordinat GPS :
6o31’40,2”S106o55’46,7” E

Foto Batuan Foto Batuan


Deskripsi Batuan: Deskripsi Batuan:
1. Warna: 1. Warna:
Lapuk : abu-abu kecoklatan Lapuk : abu-abu kecoklatan
Segar : abu-au muda Segar : abu-abu
2. Tekstur 2. Tekstur
Besar butir : silt (1/16) Besar butir : very fine sand
Bentuk Butir:Sub-rounded (1/8)
Kemas : tertutup Bentuk Butir: sub rounded
3. Struktur: Parallel Lamination Kemas : tertutup
4. Kilap : Earthy 3. Struktur : Parallel Lamination
5. Permeabilitas : Sedang 4. Kilap : Earthy
6. Porositas : Baik 5. Permeabilitas : kurang
7. Pemilahan : Baik 6. Porositas : baik
8. Kandungan CaCO3 : tidak ad 7. Pemilahan : baik
9. Kandungan Fosil : tidak ada 8. Kandungan CaCO3 : tidak ada
10. Kandungan Mineral: kuarsa 9. Kandungan Fosil : tidak ada
11. Kekerasan : agak kera 10. Kandungan Mineral : kuarsa
12. Kontak : Disconformity 11. Kekerasan : keras
13. Nama Batuan : Batu Lanau 12. Kontak : Paraconformity
13. Nama Batuan : Batu pasir
sangat halus

3.2 Gunung Putri


Pada lokasi kedua, yakni Gunung Putri, kami kembali mengukur koordinat lokasi kami.
Di lokasi tersebut, kami juga mngamati tentang columnar joint yang tampak nyata di
lokasi tersebut. Selain itu kami juga mengambil sampel batuan untuk dideskripsikan
3.2.1 Deskripsi Batuan
No. Stasiun : AH II Azimuth/Back : -
Tanggal : 26 November 2017 Azimuth
Cuaca :Hujan Strike/Dip :
Lokasi : Gunung Putri Geometri Stasiun : -
Koordinat GPS : 6o27’44,5”S
106o53’34,7”E.

Foto Batuan

Deskripsi Batuan:
1. Warna
Segar: Abu-abu
Lapuk:abu-abu kehitaman
2. Komposisi Mineral : Biotit Mika
3. Granularitas : Afanitik
4. Derajat krisstalisasi : Hipohialin
5. Bentuk Kristal : Anhedral
6. Struktur : Columnar Joint
7. Bentuk Tubuh : Ekstrusi
8. Nama Batuan : Andesit

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kawasan Sungai Cipamingkis yang terletak di aerah Citeureup, termauk ke dalam
wilayah formasi Jatiluhur dan formasi Klapanunggal
2. Lokasi pengamatan di kawasan Gunung Putri terdapat columnar joint yang berasal
dari ekstrusi magma yang berasal dari sebuah gunung.
Daftar Pustaka

http://www.geologyclass.org/evolution_concepts2.htm

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi edisi kedua. Bogor. Program Studi Teknik
Geologi—Universitas Pakuan

http://www.sepmstrata.org/Terminology.aspx?id=unconformity

https://ibnudin.net/metode-penelitian-metodologi-penelitian/#Penelitian_Deskriptif

Thompson, Graham R. dan Turk, Jonathan. 1997. Introduction to Physical Geology.


USA: Brroks Cole

Anda mungkin juga menyukai